cover
Contact Name
Muhammad Ilham Akbar Alamsyah
Contact Email
231320043.muhammadilham@uinbanten.ac.id
Phone
+6285798995400
Journal Mail Official
hikmatul.luthfi@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Jl. Syekh Moh. Nawawi Albantani, Kemanisan, Kec. Curug, Kota Serang, Banten
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Al-Fath
ISSN : 19782845     EISSN : 27237257     DOI : https://doi.org/10.32678/alfath
Al-Fath: published twice a year since 2007 (June and December), is a multilingual (Bahasa, Arabic, and English), peer-reviewed journal, and specializes in Interpretation of the quran. This journal is published by the Alquran and its Interpretation Department, Faculty of Ushuluddin and Adab, Sultan Maulana Hasanuddin State Islamic University of Banten INDONESIA. Al-Fath focused on the Islamic studies, especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, and Theology. Editors welcome scholars, researchers and practitioners of Alquran and its Interpretation, Hadith, and Theology around the world to submit scholarly articles to be published through this journal. All articles will be reviewed by experts before accepted for publication
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015" : 6 Documents clear
Menimbang Penafsiran Emansipatoris dalam Al-Qur'an Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3338

Abstract

Upaya interpretasi terhadap al-Qur'an mutlak harus dilakukan, karena perubahan dan perkembangan zaman yang begitu teramat cepat sehingga memunculkan berbagai problema dan permasalahan baru yang belum pernah ada sebelumnya yang tentunya tidak termuat secara eksplisit dalam al-Qur'an, membuat umat Islam harus melakukan upaya ekstra untuk menarik petunjuk al-Qur'an dalam menghadapi hal-hal tersebut. Apalagi mengingat seringnya bentuk-bentuk penafsiran al-Qur'an terjebak dalam pembacaan parsial, ahistoris, dan kehilangan konteks ekstensialnya. Pendekatan yang dilakukan selama ini dalam menafsirkan al-Qur'an oleh sebagian cendekiawan dianggap masih sangat memprihatinkan. Kritik yang sering muncul adalah terkait dengan tidak adanya metodologi interpretasi al-Qur'an yang mumpuni yang bisa menangkap pesan utuh dari al-Qur'an. Tulisan ini membahas tentang penafsiran emansipatoris atau transformatif, yaitu paradigma yang diawali dari realita, memusat kepada emansipasi (kebebasan manusia), tidak menjadikan teks segala-galanya, tetapi dipergunakan dan berperan sebagai alat untuk mempertajam nurani dalam melihat problem kemanusiaan.
Kriteria Hadis yang Bisa Dijadikan Hujjah menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim Ahmad Husin
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3336

Abstract

Imam Bukhari dan Imam Muslim adalah ulama-ulama dari sekian banyak ulama hadis yang memiliki rasa loyalitas dan sumbangsih yang cukup besar terhadap pelestarian hadis-hadis Rasul. Salah satu kontribusi mereka dalam melestariakan hadis Rasul adalah dengan melakukan pembukuan (tadwin al-hadis), penyelesaian, serta penilaian hadis, baik dari sisi sanad maupun matan. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah membuat formulasi masing-masing tentang hadis shahih yang ditulis dalam karyanya. Kesimpulan dalam tulisan ini adalah bahwa metode-metode penerimaan ada delapan cara. Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadis adalah tidak jauh bebeda dengan para ulama dan Imam hadis lainnya. Akan tetapi terdapat perbedaan antara Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam menetukan ittisal sanad antara perawi yang satu dengan yang lainnya yang terdekat. Imam Bukari tidak hanya mengharuskan sezaman (al-mu’asharah) saja antara para perawi, akan tetapi harus terjadi pertemuan (al-liq’a) sekalipun hanya terjadi sekali, sedangkan Imam Muslim cukup dengan hanya sezaman saja, karena dengan sezaman periwayat sudah menunjukan adanya pertemuan. Terlepas dari perbedaan tersebut para ulama sepakat bahwa hadis yang paling kuat yang bisa dijadikan hujjah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukahri dan Imam Muslim.
Konsep Etika Lingkungan Perspekif al-Qur’an: Studi Tafsir Tematik Siti Masitoh
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3337

Abstract

Tulisan ini mengulas perihal etika lingkungan hidup dari sudut pandang Al-Qur’an. Kajian terbelakangi, karena manusia dewasa ini dianggap menghantarkan planet buminya pada titik kehancuran. Ini mengindikasikan aktifitas sebagain mereka tidak pro lingkungan lagi. Al-Qur’an dalam berbagai ayat menekankan manusia untuk selalu sadar lingkungan dengan satu titik tekan “jangan berbuat kerusakan dibumi” itu menandakan manusia harus menyadarinya sungguh moral atau etika sangat diperlukan bila berhadapan dengan bumi sebagai lingkungan tempat tinggal manusia. Metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini ialah Maudhui’ yaitu yang dapat menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dengan maksud yang sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah yang dikaji. Selain dari itu penulis juga menggunakan metode deskriptif karena metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data namun juga meliputi usaha klasifikasi data, analisis data, dan interpretasi tentang arti data yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan gambaran yang utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kajian dalam tafsir tematik mengenai hal-hal yang kekinian sangat dibutuhkan. Termasuk mengenai konsep lingkungan dengan studi etika yang merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an. Dengan pembahasan yang mudah dipahami dan bisa dijadikan sumber penelitian dengan masalah lingkungan yang saat ini banyak dipermasalahkan. Dan sangat penting sekali diterapkannya sebuah konsep etika untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup manusia menurut tuntunan al-Qur’an.
Ingat dan Lupa menurut al-Qur’an Arma Arma
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3335

Abstract

Ingatan adalah daya batin sebagai alat yang beroperasi secara aktif dan dengan cara otomatis dalam menerima, menyimpan, sesuatu yang pernah dikatahui, dipahami, dan dipelajari. Fakta itu disusun dan dianalisa secara aktif dan merupakan kesanggupan untuk menggambarkan kembali apa-apa yang telah dialami, walaupun pengalaman itu telah terjadi pada tempat yang jauh sekali. Ingatan adalah ni’mat yang paling penting dan paling besar yang dianugrahkan Allah swt kepada manusia. Di antara keagungan Allah swt Maha Pencipta adalah bahwasanya Allah swt menciptakan ingatan dengan bentuk yang sulit untuk dipikirkan dan sulit dipahami rahasianya. Berbagai usaha terus dilakukan untuk mengungkap misteri ingatan itu. Kepala manusia sekalipun bentuknya kecil, adalah laksana gudang yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan berjuta-juta kali lipat dibanding dengan bentuk pisiknya, bahkan mampu memuat isi berbagai macam buku. Jiwa tenang dengan dzikir kepada Allah.Ikhlas dalam ibadah, hanya karena Allah semata, menyebabkan jiwa merasa aman, tenang, tidak ada rasa takut, jauh dari gelisah dan gundah gulana dibarengi dengan rasa ridla. Orang-orang mu’min membersihkan diri dengan mendekatkan diri kehadlirat Allah, dan merasa tenang ketika ingat kepada Allah. Jadi cara yang paling efektif dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah berdzikir (ingat) kepada Allah swt. Aktivitas yang tidak melelahkan, tidak menyulitkan dan selalu dilakukan dengan otomatis secara refleksi adalah bernafas, oleh karena itu tarikan nafas dijadikan sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah.Berdzikir menggunakan tarikan nafas mudah efektif dan tidak melelahkan. Kebalikan dari ingat adalah lupa.Pengrtian lupa secara umum adalah tidak ada kemampuan untuk mengingat ilmu-ilmu atau pengalaman- pengalaman masa lalu yang ingin dimunculkan kembali.Yang dimaksud dengan lupa disini adalah lupa secara alami (forgetting) bukan lupa akibat penyakit (amnesia). Lupa alami dialami oleh semua manusia dalam proses aktivitas batiniyah yang mempengauhi terhadap ingatan.Adapun lupa akibat penyakit muncul bagi seseorang karena kemelut jiwa yang berat,atau kecelakaan yang terjadi yang mengganggu otak seluruhnya atau sebagiannya atau penyakit yang menimpa yang mengganggu fungsi otak.Penyebab Lupa yang paling penting adalah karena telalu lama masa terjadinya, dan tidak adanya kepentingan sama sekali.Ada beberapa faktor yang menyebabkan cepat lupa di antaranya-materi pelajaran yang sulit dipelajari, kurang dipahami ketika proses belajar, terjadi kecelakaan, luka yang mengganggu otak dan larangan yang berulang-ulang.
Menyoal Tentang Miras dan Hakikat Ajaran Islam Ade Budiman
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3334

Abstract

Fenomena peredaran minuman keras yang sekarang ini marak beredar di masyarakat, hal itu terjadi diakibatkan oleh keterpurukan pemahaman dikalangan masyarakat awam, dan menjadi celah menuju alkoholisme murahan sehingga cenderung semakin menerpa kalangan masyarakat miskin di pedesaan ataupun perkotaan. Tingkat penyalahgunaan minuman beralkohol dalam masyarakat pada umumnya, dan lingkungan remaja sudah sangat meresahkan semua pihak, bahkan aparat keamanan-pun disibukkan dengan peredaran barang haram tersebut. Inilah yang menjadi polemik pembahasan di kalangan para pakar agama, sosiolog, dan saintis dalam memahami persepsi yang muncul di tengah masyarakat.Tujuan disyariatkan hukum Islam adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari efek buruk atau imbas dari kerusakan yang ditimbulkan dari pada keberadaan MIRAS yang sekarang ini beredar. Tujuan tersebut harus dipahami secara komprehensif oleh orang yang akan menggali atau menginterpretasikan hukum dalam rangka mengembangkan pemikiran hukum Islam dan menjawab persoalan-persoalan (Problem Solver) di masyarakat dari hukum-hukum kontemporer yang kasusnya belum bisa dipecahkan ataupun ditemukan solusi terbaik secara eksplisit di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu pembahasan ini akan memperjelas permasalahan tersebut dengan pendekatan secara Tafsir Ahkâm, yaitu pada hal-hal yang berkaitan dengan ayat ataupun hadits yang dapat dikaitkan dengan fenomena sosial di masyarakat, baik di masa dahulu ataupun sekarang. Dalam konteks tinjauan perspektif realita sosial dengan konsepsi hukum Islam.
Konsep Iman, Islam, Kufr, dan Ahli Kitab dalam Qur’an, Liberation & Pluralism Nurul Huda
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3333

Abstract

Salah satu manifestasi (dan konsekuensi) meningkatnya kekakuan teologi Islam adalah pembakuan istilah-istilah seperti iman, Islam dan kufr. Istilah-istilah ini tidak lagi dipandang sebagai kualitas yang dapat dimiliki individu; kualitas yang dinamis dan beragam intensitasnya sesuai dengan tahap-tahap hidup individu itu. Bahkan, istilah-istilah itu kini dipandang sebagai kualitas yang tertanam dalam kelompok, sebagai pagar karakteristik etnis. Cara istilah ini dipergunakan di dalam al-Qur’an dan beberapa literatur tafsir menunjukkan bahwa hubungan antara pemaknaan awal dengan penggunaannya saat ini telah agak berselisih. Meski beberapa aspek pemaknaan kontemporer berakar dari yang awalnya, ada aspek lain yang telah diabaikan sepenuhnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 6