Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Problematika Pentashihan Mushaf Al-Qur'an: Anwar, Endang Saeful
Al-Fath Vol 10 No 1 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v10i1.3201

Abstract

Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbum dei (Kalam Allah), yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada diluar kemampuan apapun: Seandainya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, niscaya kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah karena gentar kepada Allah (QS. 59: 21). Kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah al-Qur’an. Itulah sebabnya, al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya, Tanpa pemahaman yang yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran, dan kebudayaan kaum muslimin tentunya akan sulit dipahami.
Jam‘u at-Taksīr dan Tejemahnya dalam “Al-Quranul Karim Bacaan Mulia” karya H.B Jassin (Kajian Shorfiyah) Tia Nuraeni; Aang Saeful Milah; Hatta Raharja; Lalu Turjiman Ahmad; Endang Saeful Anwar
Alfaz (Arabic Literatures for Academic Zealots) Vol 7 No 02 (2019): December 2019
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.837 KB) | DOI: 10.32678/alfaz.Vol7.Iss02.2289

Abstract

This reaserch is discuss about forms of the Broken Plural along with the translation contained in “Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia”, written by Indosesian writer he is H.B Jassin who has translated Al-Qur’an by poetic language. The restricting the problem of this reaserch are the only forms of the Broken Plural in Letter of Al-Noor. In this study, the researcher used the qualitive method of library study. Qualitive method are research methods that produce descriptive data in the form of written words, from books relating to research problems. Using the theory of morphologi to determinate the patterns of the Broken Plural in the object of studies. As for the results, found 31 of Broken Plurals by denying some of the same words. There are 14 words of Lesser Broken Plural in Letter of Al-Noor with three patterns, which are اَفعُل، افعِلة ، افعال. There are 14 words of Greater Broken Plural with six patterns, which are فعلاء، فعول، فعال، فِعْلان، فَعلى، وفعُل, and 3 words of Ultimate Plural (Ṣīgah Muntaha al-Jumu‘) which are: ف واعل، فعاليل، مفاعل.Then the suitability of H.B Jassin in translating the Broken Plural in his creation, it’s “Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia”.
Bahasa Al-Qur'an Sebagai Wahyu Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 3 No 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v3i1.3339

Abstract

Di dalam sebuah institusi yang disebut sebagai agama, diharuskan adanya sebuah kitab yang akan menjadi pedoman dan prinsip-prinsip kehidupan bagi umatnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari sebuah institusi religius, tak terkecuali di dalamnya Islam. Maka dalam agama Islam dikenal sebuah kitab suci yang dinamakan al-Quran. Al-Quran bagi umat Islam merupakan kitab suci' yang selalu dijunjung dan dijaga sakralitasnya. Usaha ke arah tersebut telah banyak dilakukan, diantaranya dengan berbagai macam penghormatan baik dalam bentuk formatif maupun normatif. Sebagai kitab suci, al-Quran telah mengambil peran yang sangat signifikan dalam kehidupan umatnya. Dalam berbagai hal, umat Islam selalu mengembalikan segala masalah yang dihadapi ke al-Quran. Oleh karena itu, al-Quran bagi umat Islam adalahruh perjuangan yang tidak boleh hilang. Al-Quran hilang berarti umat telah kehilangan jiwanya dan tidak berarti sama sekali. Hal di atas menjadi masalah manakala umat yang telah mengetahui eksistensi kitab sucinya, kemudian tidak mengetahui apa dan bagaimana hakekat dan substansi kitab sucinya. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik mengkaji kembali keberadaan al-Quran di tengah umat Islam meliputi pembahasan sekitar pengertian al-Quran, posisi Tuhan dalam al-Quran dan hubungan Bahasa Arab dengan al-Quran.
Studi Tafsir di Indonesia Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 10 No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v10i2.3198

Abstract

Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling dimuliakan oleh Umat Islam. al-Qur’an harus dijadikan sebagai teman berdialog dalam kehidupan, sehingga fungsinya menjadi sebagai nash akan kekal sepanjang masa. Selama ini al-Qur’an hanya dibaca dan orang-orang hanya mengharapkan pahala dari al-Qur’an itu sendiri, tanpa menganalisisnya serta menghayati maknanya secara mendalam. Hal ini tidak hanya terjadi di beberapa negara lain akan tetapi terjadi pula, di negara Indonesia. Walaupun Islam datang ke Indonesia sudah berabad-abad, akan tetapi al-Qur’an belum dijadikan sebagai pedoman hidup, hanya berupa amalan, bahkan sebagian al-Qur’an dijadikan jimat, mantra-mantra
TAFSIR DALAM PERSFEKTIF TEOLOGI RASIONAL Endang Saeful Anwar; Wurnayati Wurnayati
Al-Fath Vol 7 No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v7i2.3136

Abstract

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jalan yang ditempuh Mu’tazilah dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah ta’wil dengan beberapa metode yang sesuai dengan jalan pemikiran Mu’tazilah, yang mana hasil dari metode tersebut adalah Mu’tazilah menolak penyerupaan Tuhan dengan makhluknya, manusia mustahil dapat melihat Allah, Al-qur’an itu bersifat makhluk, Allah bersifat adil dan perbuatan manusia merupakan atas kehendaknya sendiri. Hasil penafsirannya ini di nilai sangat bertentangan dengan lawan Mu’tazilah yaitu Al Asya’riyah, kemudian para ulama menilai tafsir Mu’tazilah ada yang menentangnya, menerima serta bersikap moderat.
Tafsir dalam Persfektif Teologi Rasional Endang Saeful Anwar; Wurnayati W
Al-Fath Vol 13 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v13i1.2894

Abstract

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jalan yang ditempuh Mu’tazilah dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah ta’wil dengan beberapa metode yang sesuai dengan jalan pemikiran Mu’tazilah, yang mana hasil dari metode tersebut adalah Mu’tazilah menolak penyerupaan Tuhan dengan makhluknya,manusia mustahil dapat melihat Allah, Al-qur’an itu bersifat makhluk, Allah bersifat adil dan perbuatan manusia merupakan atas kehendaknya sendiri. Hasil penafsirannya ini di nilai sangat bertentangan dengan lawan Mu’tazilah yaitu Al Asya’riyah, kemudian para ulama menilai tafsir Mu’tazilah ada yang menentangnya, menerima serta bersikap moderat.
Tarjamah al-Qur'an al-Karim ila al-Lughah al-Ajnabiyyah wa Ishkaliyatuha Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 5 No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v5i2.3262

Abstract

ولقد جاءت كلمة "عربي" احدى عشر مرة فى القرآن الكريم لوصف القرآن, ولعل لذلك سببا يعلمه الله وحده فى تكرار تلك الكلمه, فالله يعلم تماما ان العالم كله لايتحدث العربيه, ويعلم ان من الناس من سوف يتحول الى الاسلام, وليس امامهم اختيارا فى ممارسة دينهم سوى ان يتعلموا بعضا من الكتاب مما يكفى لممارسه اهم طقوسه وهى الصلاه. واللغة العربية ليست من السهولة حتى يتعلمها الناس ببساطة او بسرعة. ورغم كل ذلك, فالاسلام لايزال اكبر الاديان ازديادا بعدد الداخلين الجدد من الاديان الأخرى. كما لاننسى ان بلدنا إندونيسيا هو اكبر الدولة الإسلاميه فى العالم لاتتحدث العربية, ولذلك فإن ترجمة القرآن شيئ ضرورى لا نقاش فى ذلك.
Tafsir, Ta'wil, Terjemah dan Ruang Lingkup Pembahasannya Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 3 No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v3i2.3348

Abstract

Pada mulanya tafsir dan ta'wil dipahami sebagai dua kata yang memiliki makna sinonim, kemudian keduanya dibedakan seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu al-Qur'an pada kurun awal hijriah. Kedua istilah ini dipahami sebagai sebuah kegiatan dalam rangka menggali dan menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an. Pada masa Rasulullah, tafsir dan ta'wil dianggap sama (mutaro Tafsir, Ta'wil, Terjemah dan Ruang Lingkup Pembahasannya Tafsir, Ta'wil, Terjemah dan Ruang Lingkup Pembahasannya dif), karena memang yang memiliki otoritas penuh dalam menjelaskan isi al-Qur'an adalah Rasulullah. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu istilah tafsir dan ta'wil memiliki pengertian dan wilayah masing-masing. Walaupun dalam prakteknya, masih ada para ulama yang menganggap keduanya sama.
Nalar Tafsir Emansipatoris dalam Memahami Al-Qur'an Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 12 No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v12i1.2922

Abstract

Al-Qur’an dengan segala keistimewaannya adalah kitab suci yang patut untuk dihormati. Dalam posisinya sebagai kitab suci inilah kemudian al-Qur’an menjadikan dirinya sebagai sebuah pedoman hidup yang absolut. Konsekuensi teologisnya adalah bahwa Al-Qur’a>n harus melebur dirinya untuk dipahami yang untuk kemudian diamalkan dan diyakini dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Dalam ungkapan singkatnya, William A. Graham, menyatakan bahwa al-Qur'an merupakan ,"A canonical writing is something people ready and study, a scripture something people live by and for"1. Quraish Shihab menyebutnya bahwa hal ini menunjukan al-Qur'an menempati posisi sentral dalam studi Islam.
Tela’ah Terhadap Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah al-Zuhayli Endang Saeful Anwar
Al-Fath Vol 5 No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v5i1.3251

Abstract

Studi terhadap al-Qur’an dan tafsir berikut metodologinya sebenarnya selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan, seiring dengan akselerasi perkembangan kondisi sosial budaya dan peradaban manusia, sejak turunnya al-Qur’an hingga sekarang. Fenomena tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan antara al-Qur’an sebagai teks (nas) yang terbatas, dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang dihadapi manusia sebagai konteks (waqa’i) yang tak terbatas. Hal itu juga merupakan salah satu implikasi dari pandangan teologis umat Islam bahwa al-Qur’an itu salih li kulli zaman wa makan. Karenanya, al-Qur’an harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan era kontemporer yang dihadapi umat manusia. Kebutuhan manusia akan solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi oleh manusia mengharuskan mereka untuk menguak lebih dalam jawaban yang disediakan oleh al-Qur’an.