Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir			
            
            
            
            
            
            
            
            Jurnal Al-Mubarak adalah jurnal dua tahunan dan peer review yang terbawa untuk menerbitkan kajian keilmuan Al quran dari berbagai perspektif. Perhatian khusus diberikan pada pekerjaan yang berhubungan dengan (Studi Alquran, Ilmu Alquran, Alquran hidup, Metodologi studi Alquran dan Tafsir).
            
            
         
        
            Articles 
                53 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            Zuhud Dalam Perspektif Sunnah 
                        
                        Firdaus Firdaus                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i1.48                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Sikap zuhud bukanlah sikap pesimistis terhadap kehidupan dunia dan tidak pula menganggapnya sebagai suatu hal yang harus tinggalkan. Akan tetapi Zuhud adalah suatu sikap mental yang mencerminkan pola hidup sederhana, tidak mementingkan kehidupan dunia secara berlebih-lebihan, namun tidak melupakannya sama sekali. Dunia bukanlah tujuan,te tapi tempat persinggahan dan tempat mengabdikan diri kepada Allah Swt. Zuhud tidak menolak, apalagi mengharamkan kekayaan. Zuhud hanya membenci kemewahan dan kehidupan dunia yang berlebih-lebihan. Seseorang boleh saja memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi pola hidupnya tetap sederhana dan kekayaannya tersebut dipergunakan pada hal-hal yang dapat membuat dirinya lebih dicintai oleh Allah Swt dan lebih disenangi oleh orang lain. Sikap zuhud dan pola hidup sederhana telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Beliau dapat saja memiliki kekayaan, namun tidak dilakukannya. Selain itu, sikap zuhud akan melahirkan sifat-sifat terpuji, seperti qana'ah, tawadhu' dan syukur. Sifat-sifat ini dapat melahirkan ketenangan dalam kehidupan. Tidak lupa diri karena kekayaan yang melimpah di tangannya dan tidak sedih karena kemiskinan dan musibah yang menimpanya. Segala sesuatu yang terjadi pada dirinya selalu disandarkan pada Tuhan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Tawaran Al-Qur’an Tentang Ishlah 
                        
                        Kusnadi Kusnadi                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i2.58                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Dari berbagai bentuk derivasi kata islah ditemukan beberapa arti antara lain baik atau tidak rusak, tidak binasa, saleh, damai dan bermanfaat, akan tetapi pada kajian ini menelaah tentang islah dalam arti ‚damai‛. Dengan tujuan yang bermuara pada terwujudnya kedamaian yang merupakan penyangga utama dalam meraih kebahagiaan. Dengan kata lain, salah satu esensi islah itu adalah menciptakan stabilitas yang kondusif. Dalam hal ini, al-Quran merumuskan suatu jalan tentang bagaimana islah direaslisasikan dengan sebaik-baiknya. Proses pembahasan islah yang digunakan dalam kajian ini adalah kajian tematik dengan mengumpulkan berbagai ayat yang terkait dengan masalah islah, kemudian ayat-ayat tersebut diklasifikasi menurut sebab turunnya yang kemudian ditelusuri relevansinya dan analisis ayat-ayat tersebut guna menemukan konsep yang valid. Dari hasil penelusuran dirumuskan suatu kesimpulan bahwa ; islah merupakan salah satu wacana yang sangat urgen dan signifikan dalam meneta kehidupan yang damai. Itulah sebabnya sehingga terma islah yang berakar kata dari s{alah{a terulang sebanyak 182 kali dalam berbagai ayat. Ayat-ayat yang dimaksud memiliki sebab nuzul dan saling berkorelasi satu dengan lainnya. Tawaran al-Quran tentang konsep islah itu sendiri mengupayakan untuk menciptakan kedamaian dalam rumah tangga, masyarakat dan lingkungan lainnya, termasuk tawaran kedamaian dalam menghadapi peperangan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Konsep Imam Dalam Al-Qur'an (Suatu Kajian Tematik) 
                        
                        Zulkarnain Mubhar                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i1.59                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Berdasarkan pengetahuan masyarakat tentang kepemimpinan, maka mainstream mereka lebih kepada kepemimpinan publik baik dalam pengertian ima>mah, khila>fah, ataupun Ima>rah. Dari ketiga istilah kepemimpinan tersebut, yang menarik untuk dicermati adalah istilah ima>mah yang berasal dari kata ima>m, dimana secara umum diartikan sebagai pemimpin/leader. Lalu, apakah benar kata ima>m di dalam al-Qur’an berarti pemimpin sebagaimana yang dimengerti dan difahami secara global oleh kaum muslimin ? atau terdapat makna lain, sehingga dalam interpretasinya tidak menunujuk kepada arti pemimpin ? Untuk itu, dibutuhkan penjelasan tentang konsep ima>m dalam al-Qur’an dengan melihat pada hakikat, objek, bentuk dan sifat seorang ima>m.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Perspektif Al-Qur'an Tentang Tadabbur 
                        
                        Siar Nimah; 
Amir Hamzah                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i1.61                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna tadabbur dalam pandangan al-Qur’an. Metode kajian yang digunakan adalah dengan kajian tematik, sebuah metode yang lazim digunakan untuk mengungkap perspektif al-Qur’an terkait sebuah tema. Setelah menetapkan tema tadabbur, penelusuran terhadap ayat-ayat terkait dilakukan guna untuk mengetahui makna tadabbur dengan akurat. Selanjutnya untuk melengkapi data dalam kajian ini, dikemukakan juga beberapa pendapat mufassir. Akhirnya, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa al-Qur’an bukan hanya teks yang dibaca, namun lebih dari itu ia adalah firman Allah yang harus ditaddaburi. Artinya, setelah al-Qur’an dibaca, dihafal, atau bahkan ditafsirkan, sebagai muslim, sejatinya ketiga unsur ini diwujudkan dengan tindak laku sebagaimana yang diinginkan oleh ayat-ayat-Nya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Bunuh Diri Dalam Al-Qur'an 
                        
                        Imam Zarkasyi Mubhar Imam                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i1.62                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Penelitian ini adalah penelitian kajian pustaka (library research) yang bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai bunuh diri dalam pandangan al-Qur’an melalui pendekatan tafsir tahli>li> terhadap QS. al-Nisa>’/4; 29-30 pada khususnya, dan ayat-ayat yang lain pada umumnya yang berhubungan dengan bunuh diri. Penulis menggunakan pendekatan tafsir. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengutip, menyadur dan menganalisis literatur-literatur yang representatif dan relevan dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan bunuh diri menjadi pilihan akhir seseorang apabila tidak menemukan solusi dari problem hidup yang dihadapinya. Al-Qur’an secara tegas melarang tindakan bunuh diri. Dampak buruk bagi pelaku bunuh diri ada tiga, pertama, kesulitan dan kesengsaraan ketika hidup. Kedua, rasa sakit yang luar biasa ketika sakara>t al-mawt. Ketiga, ganjaran berupa kekekalan dan siksaan yang tiada henti di neraka. Bunuh diri dapat dicegah dengan cara memelihara kesehatan mental berdasarkan tiga metode, yaitu pertama, metode Ima>niyah, yaitu keyakinan bahwa Allah Swt. senantiasa memberi petunjuk. Kedua, metode Isla>miyah, yaitu membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Ketiga, metode Ihsa>niyah, yaitu senantiasa menjaga fikiran dan prasangka baik dalam diri.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Tauhid dalam Perspektif Farid Esack 
                        
                        Basri Basri                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i1.151                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini mengulas pandangan Farid Esack mengenai makna Tauhid dalam al-Qur’an. Dengan adanya problem kemanusiaan yang dihadapi oleh rakyat Afrika Selatan seperti rasialisme, patriarkhi, dan kapitalisme, Farid Esack kemudian merefleksikan kondisi-kondisi obyektif masyarakat Afrika Selatan tersebut baru kemudian melihat hamparan teks Al-Qur`an hingga ditemukan makna-maknanya yang baru dari teks tersebut, di antaranya ayat-ayat yang berkaitan dengan tauhid. Tulisan ini akan memaparkan terlebih dahulu konteks kehidupan Farid Esack, kemudian menjelaskan penafsiran Farid Esack mengenai ayat-ayat tauhid, dan terakhir menguraikan signifikansi interpretasi Farid Esack sebagai landasan dalam melakukan aksi pembebasan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Analisis Penafsiran Moderasi Perspektif Tafsir Al-Sya'rawi 
                        
                        khaerulasfar khaerulasfar                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i1.153                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Artikel ini adalah studi tentang penafsiran al-Sya’ra>wi> yang membahas mengenai analisis moderasi dalam Tafsi>r al-Sya’ra>wi>. Pokok permasalahan adalah bagaimana analisis penafsiran al-Sya’ra>wi> tentang moderasi, masalah ini dilihat dengan pendekatan tafsir dan dibahas dengan metode kualitatif dengan content analysis (analisis isi). Al-Sya’ra>wi> dalam tafsirnya menjelaskan tentang moderasi dari sisi iman dan aqidah. Semua kubu ini ditolak mentah-mentah oleh al-Sya’ra>wi> dengan mengemukakan dalil aqli dan naqli.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Metode dalam memahami Hadis 
                        
                        Burhanuddin Burhanuddin                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i1.210                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Al-Hadis adalah pedoman muslim yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, penuh dengan kaidah tata bahasa yang agung dan susunan ungkapan yang sangat indah sehingga ketika akan memahami maksudnya diperlukan penguasaan bahasa Arab tentang bagaimana pemahaman makna dalam menerjemahkannya atau menafsirkannya.Ada beberapa cara dalam menafsirkan atau pemahaman hasits yang dilakukan Para ulama dahulu. telah banyak mencoba melakukan penafsiran atau pemahaman hadis yang terdapat dalam al-Kutub al-Sittah, yakni dengan menulis kitab syarah terhadap kitab tersebut. Namun dari beberapa metode yang dipergunakan oleh para ulama dalam menyusun kitab syarh tersebut dapat diklasifikasikan beberapa metode pemahaman (syarh) hadis, para ulama menggunakan 3 metode, yaitu metode tahli>li> (analitis), metode ijma>li> (global), dan metode muqa>rin (perbandingan). Ibarat gading tak retak, ketiga metode itu mempunyai kelebihan maupun kelemahan masing-masing. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka tak diragukan lagi akan muncul metode maupun pendekatan baru untuk memahami hadis, karena hadis merupakan salah satu sumber pokok hukum Islam kedua setelah al-Qur’an tak kan lepas dari kajian maupun penelitian. Wallahu’alam bi al-s}a>wa>b. Dari metode tersebut dapat memberikan cara agar dapat paham tentang hadist yang akan ditafsirkan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            HAKIKAT TAFSIR ISRAILIYYAT DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN 
                        
                        Hawira Ira                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i1.211                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Al-Qur’an sebagai petunjuk, tentunya al-Qur’an harus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh manusia yang beriman, namun kenyataannya tidak semua orang bisa dengan mudah memahami al-Qur’an, bahkan sahabat-sahabat Nabi sekalipun yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu dan mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan kosa katanya. Maka dari itu perlunta tafsir untuk menerjemahkan dan mengkaji makna dari al-quran agar tidak ada kesalahan dalam penafsiran. Misal penafsiran riwayat israiliyyat, demi memngetahui dan membedakan penafsiran yang benar. Pengaruh riwayat tafsiran israiliyyat terhadap ilmu tafsir adalah untuk memahami al-Qur’an. Karena itu tafsir al-Qur’an mempunyai peranan yang sangat besar. Namun,ilmu tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak berharga lagi ketika terkontaminasi dengan hal yang merusak keabsahan dan kebenarannya,dan akan merusak bagi kalangan yang awam yang tidak mengetahuinya. Masuknya israiliyyat dalam tafsir tidak terlepas dari kondisi sosio kultrul masyarakat arab. Israiliyyat mengandung dua arti, kisah dan dongeng yang disusupkan dalam tafsir dan hadits yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya yaitu Yahudi, Nashrani dan yang lainnya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            IMPLIKASI TAKDIR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA 
                        
                        Suriyati suriyati                        
                         Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Al-Mubarak 
                        
                        Publisher : LP2M IAIM Sinjai 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i1.213                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Takdir adalah salah satu dari rukun iman yang tercantum di dalamnya. Sebagaimana paham ketentuan dan ketetapan itu ada, baik masalah Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, maupun celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia dan semua itu harus diyakini adanya.Tulisan ini membahas bagaimana keyakinan kita terhadap takdir dan cara menyikapinya takdir baik maupun takdir buruk. Dengan kata kunci yaitu : bagaimana Implikasi Taqdir Bagi Kehidupan Manusia, hikmah dan Dampaknya, dan cara menikapi adanya takdir tersebut? Manusia hakekatnya itu merdeka, bebas menentukan perbuatannya dengan usahanya sendiri dan kemerdekaan manusia itu sendiri adalah merupakan kadar atau taqdir Allah ayat-ayat di atas, itupun sebenarnya secara implisit memberikan pengertian bahwa usaha yang sifatnya merdeka, itulah yang menentukan akibatnya. Namun tinggal masing-masing pribadi menyikapi dan menentukan jalan takdir yang dilalui, sebab telah hadir dalam diri manusia adanya keyakinan.