cover
Contact Name
Hanevi Djasri
Contact Email
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Phone
+628161913332
Journal Mail Official
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Editorial Address
Gedung Epicentrum Walk Unit 716B Jl. Boulevard, Jl. Epicentrum Sel., RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12960, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
The Journal of Hospital Accreditation (JHA)
ISSN : 26567237     EISSN : -     DOI : https://doi.org/10.35727/jha.v1i1
Core Subject : Health,
Jurnal ini diperuntukan untuk sosialisasi artikel ilmiah terkait dengan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem akreditasi rumah sakit, termasuk didalamnya artikel ilmiah tentang regulasi akreditasi, standar akreditasi, manajemen lembaga akreditasi, surveior akreditasi, dan berbagai hal lain yang terkait.
Articles 72 Documents
Penggunaan Aplikasi Berbasis Android dan Website untuk Monitoring Suhu, Kelembaban, dan Udara di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang MUHAMAD ICHWANUL HADI
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 01 (2020): Covid-19 dan Inovasi Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i1.59

Abstract

Masalah Mutu: Peraturan Menteri Kesehatan No.7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menyebutkan bahwa suhu, kelembaban, dan bahan pencemar udara antara lain gas karbon monoksida harus dijaga. Selama ini RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang melakukan pemeriksaan dan mencatat suhu, kelembaban, gas (temperatur, humindity and gas /THG) dengan cara petugas ruangan, K3RS dan sanitasi keliling ruangan setiap hari. Hasil dicatat pada formulir pemeriksaan dalam bentuk hard copy. Cara ini memerlukan sumber daya manusia dan waktu yang dinilai tidak efisien sehingga RS membuat inisiatif mengembangkan aplikasi berbasis android dan website yang bernama Monitoring Suhu, Kelembaban, Gas dengan Aplikasi Android dan Website (Monalisa). Pilihan Solusi: Upaya untuk mengatasi permasalahan, RS merancang alat untuk memantau suhu, kelembaban dan gas berbasis android dan website. Alat ini secara otomatis dapat mengukur suhu, kelembaban dan gas secara real time. Implementasi: Aplikasi Monalisa sudah diterapkan di RS sejak tahun 2018. Alat ditempatkan di IBS, Apotik IBS, Radiologi. Cara kerjanya menggunakan jaringan internet. Hasil pengukuran suhu, kelembaban dan gas secara real time sehingga petugas dapat melihat dan melakukan pemantauan setiap saat. Evaluasi dan Pembelajaran: Aplikasi Monalisa berhasil menghemat waktu dan sumber daya manusia. Faktor yang mendukung keberhasilan ini adalah telah tersedianya berbagai perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan dengan harga yang relatif terjangkau serta adanya dukungan dari manajemen rumah sakit untuk melakukan inovasi. Kata kunci: android, website, monitoring, suhu, kelembaban
Evaluasi Pelaksanaan Kewenangan Klinis Perawat Klinis di Rumah Sakit Bela Pertiwi
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 01 (2020): Covid-19 dan Inovasi Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i1.61

Abstract

Latar Belakang: Kompetensi seorang perawat memberikan peranan penting untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan. PMK No. 49 Tahun 2013 tentang komite perawat menjelaskan bahwa kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf perawat mendapatkan kewenangan klinis. Proses kredensial dan kewenangan klinis dalam suatu organisasi sangat penting untuk dilaksanakan. Tujuan: Tujuan penulisan ini untuk memberikan rekomendasai dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan kewenangan klinis di RS Militer Jakarta Metode: Metode yang digunakan yaitu mini project. Pelaksanaan projek dimulai dari analisis situasi menggunakan Strengths-Weakness-Opportunity-Threats (SWOT) analysis, identifikasi akar masalah melalui fish-bone analysis, penentuan prioritas masalah, pembuatan rencana aksi berdasarkan fungsi manajemen, implementasi, dan evaluasi. Sampel asesmen awal melibatkan 84 perawat dan dilanjutkan dengan evaluasi pelaksanaan kewenangan klinis yang melibatkan 23 perawat dan wawancara terstruktur pada 6 orang kepala ruangan di RS Militer Jakarta. Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan pelaksanaan kewenangan klinis belum sepenuhnya diterapkan dikarenakan belum idealnya rasio perawat dan pasien. Sebanyak 28% tindakan keperawatan yang dilakukan perawat Perawat Klins (PK) I adalah kewenangan klinis diatasnya. Kesimpulan: Rekomendasi yang diberikan yaitu penguatan fungsi monitoring dan evaluasi dari manajer dalam pelaksanaan kewenangan klinis berdasarkan delineation of clinical privilege yang telah di tetapkan rumah sakit serta peningkatan jumlah tenaga perawat profesional di RS Militer Jakarta. Kata kunci: Evaluasi, Kewenangan Klinis, Pengawasan, Perawat, Rumah Sakit
Corona Virus dan Manajemen Mutu Pelayanan Klinis di Rumah Sakit Hanevi Djasri
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 01 (2020): Covid-19 dan Inovasi Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i1.62

Abstract

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan pedoman tatalaksana infeksi saluran pernapasan akut berat (severe acute respiratory infection/SARI) yang diduga karena COVID-19. Pedoman tersebut ditujukan untuk para dokter yang merawat pasien di rumah sakit untuk memberikan kemudahan akses terhadap panduan terkini dalam rangka memastikan tatalaksana terbaik bagi pasien. Pedoman tersebut memuat: 1) proses triage untuk mengenali dan menyortir pasien dengan SARI; 2) tindakan segera untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengan tepat; 3) pemberian terapi dan pemantauan; 4) pengumpulan spesimen untuk diagnosis laboratorium; 5) tatakelola gagal napas hipoksemia dan sindrom gangguan pernapasan akut acute respiratory distress syndrome/ARDS); 6) manajemen syok septik; 7) pencegahan komplikasi; 8) perawatan khusus anti COVID-19; dan pertimbangan khusus untuk pasien hamil. Sebagai pengelola rumah sakit, ketersediaan pedoman internasional ini perlu dicermati, diadopsi menjadi pedoman klinis (clinical guidelines), diterapkan dan dievaluasi sebagai bagian dari manajemen mutu pelayanan klinis. Dalam standar akreditasi rumah sakit di Indonesia, penyusunan dan penerapan pedoman klinis memang disyaratkan dalam bentuk Panduan Praktik Klinis (PPK), terlebih untuk tatalaksana pasien dengan risiko tinggi. Standar akreditasi juga meminta agar PPK juga menjadi dasar untuk melakukan evaluasi mutu dan keselamatan asuhan pasien yang diberikan oleh setiap klinisi.
Peran Manajer Pelayanan Pasien dalam Pelayanan Berfokus pada Pasien di RSUD Dr. Iskak Tulungagung Zuhrotul Aini; Eko Suprapto; Kasil Rokhmad; Supriyanto Supriyanto
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.67

Abstract

Latar Belakang: Keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Salah satu model asuhan tersebut adalah case management. Kehadiran Manager Pelayanan Pasien (MPP) berperan penting sebagai bagian dari penerapan Patient Centered Care (PCC), berperan dalam membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional, meningkatkan keterlibatan serta pemberdayaan pasien serta keluarga dalam asuhan pasien, sehingga dapat menghasilkan outcome asuhan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pasien dan kualitas pelayanan di Rumah Sakit. RSUD Dr. Iskak Tulungagung mulai menerapkan MPP yang memenuhi kaidah-kaidah yang ditetapkan sejak bulan Maret tahun 2018.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran MPP RSUD Dr. IskakTulungagung dalam pelayanan berfokus pada pasien. Secara khusus untuk mengetahui tentang karakteristik MPP, capaian kinerja MPP tahun 2018 dan untuk mengetahui indeks kepuasan pasien dan PPA terhadap MPP dalam pelayanan di RSUD Dr. Iskak Tulungagung.Metode: Dilakukan penelitian deskriptif dengan survei kepuasan pasien/keluarga pasien terhadap MPP yang dilaksanakan pada bulan Juni 2019, serta data sekunder dari laporan bidang pelayanan medis dan keperawatan dan sekretariat MPP RSUD Dr. Iskak Tulungagung tahun 2018. Analisis data dilakukan secara deskriptif.Hasil: Latar belakang pendidikan 9 MPP adalah D3 (1 orang), S1 (6 orang) dan S2 (2 orang). Pelatihan MPP, BLS dan BTCLS diikuti oleh seluruh MPP. Pelatihan keselamatan pasien, komunikasi efektif dan K3 diikuti 67% MPP, sedangkan pelatihan manajemen bangsal diikuti oleh 78% MPP. Kelompok masalah yang diselesaikan oleh MPP adalah kelompok masalah risiko tinggi (70,16%), risiko pembiayaan tinggi (12,06%), masalah kompleks (7,94%), risiko lama rawat (7,30%) dan kelompok psikososial dan ekonomi (2,54%). Hasil pelaksanaan manajemen kasus oleh MPP dinilai berdasarkan parameter kelengkapan pengisian formulir (100 %), kelengkapan asesmen (69,7%), perencanaan (70,9%) dan implementasi (87,6%). Selain itu dinilai juga cara implementasi manajemen kasus, yaitu melalui koordinasi single provider (100%), visite bersama (13,9%) dan Interprofessional team meeting (3,2 %). Indeks kepuasan pasien/keluarga pasien terhadap MPP adalah 74,91 (baik), terdiri dari dimensi perilaku (75,31; baik), profesionalisme (75,54; baik), kerjasama (73,93; baik) dan komunikasi (75,41; baik). Sedangkan indeks kepuasan PPA terhadap MPP diperoleh total (75,64; baik), terdiri dari dimensi perilaku (75,43; baik), profesionalisme (75,00; baik), kerjasama (76,39; baik) dan komunikasi (75,79; baik).Kesimpulan: Kehadiran MPP berperan penting sebagai bagian dari penerapan PCC, membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional dan meningkatkan keterlibatan serta pemberdayaan pasien serta keluarga dalam asuhan pasien, sehingga menghasilkan outcome asuhan yang lebih baik, meningkatkan kepuasan pasien dan kualitas pelayanan di Rumah Sakit.
Pelaksanaan Sistem Code Blue di RSA UGM dan Dampaknya Terhadap Pembiayaan Ratna Dewi Puspita; Agit Seno Adisetiadi; Purwadi Sujalmo; Renni Pusposari
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.68

Abstract

Latar Belakang: Code blue adalah sistem manajemen darurat yang dibentuk untuk kasus-kasus yang membutuhkan intervensi medis darurat, baik itu pasien, kerabat/keluarga pasien, maupun staf rumah sakit. Selama ini belum ada evaluasi pelaksanaan panggilan code blue terhadap outcome pasien (survival rate) dan pembiayaan pasien di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM).Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan code blue di RSA UGM terhadap outcome pasien yang mendapat pelayanan tersebut serta efisiensi pembiayaan rumah sakit dengan ketepatan pelaksanaan sistem code blue.Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Peneliti mengambil data dengan metode total sampling. Data diperoleh dari lembar code blue dan rekam medis pasien yang memperoleh tindakan code blue pada periode Januari–Desember 2018. Data dikumpulkan, ditelaah, dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai gambaran pelaksaanaan sistem code blue. Peneliti melakukan simulasi diagnosis (diagnosis penelitian) dengan melengkapi diagnosis cardiac arrest dan respiratory arrest ke dalam sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan secara offline. Hasil simulasi kemudian dibandingkan antara klaim BPJS Kesehatan yang sudah ada.Hasil: Dari total 86 pasien yang dilakukan panggilan code blue di RSA UGM, diperoleh 36% pasien mampu dicegah kegawatannya dan dikembalikan sirkulasi darahnya, hal ini melebihi konsensus American Heart Assosiation (AHA) sebesar 18%. Dari data diperoleh bahwa dari pasien yang mendapatkan pelayanan tim code blue, didapatkan bahwa 100% pasien tidak tertulis diagnosis cardiac arrest (I46.9) atau respiratory arrest (R09.2) sebagai landasan diagnosis diaktifkannya tim code blue. Terdapat efisiensi klaim pembiayaan pada beberapa pasien yang mengalami perbaikan setelah dilakukan simulasi diagnosis dengan ditambahkan diagnosis cardiac arrest (I46.9) dan atau respiratory arrest (R09.2).Kesimpulan: Tim code blue RSA UGM mampu mencegah kegawatan dan mampu mengembalikan sirkulasi darah pasien secara spontan sudah melebihi konsensus AHA. Kesuksesan penanganan tim code blue dalam menangani pasien henti jantung dan henti nafas mampu meningkatkan efektifitas pembiayaan terutama pasien dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan disertai kelengkapan rekam medis sesuai dengan diagnosis.
Efisiensi Pengelolaan Obat Menggunakan Pendekatan Lean Management di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi RS Akademik UGM Taufiqurohman Taufiqurohman
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.70

Abstract

Latar Belakang: Pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yang saling terkait satu sama lainnya. Pengelolaan obat ini juga harus terkoordinasi dengan baik agar dapat berfungsi secara optimal, sehingga rumah sakit dapat melakukan pemantauan dan evaluasi sistem pengelolaan obat yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas pelayanan terapi.Tujuan: Untuk mengetahui kinerja pengelolaan obat pada tahap seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi serta melakukan identifikasi waste yang menyebabkan terjadinya inefisiensi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM).Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada proses pengelolaan obat untuk mengidentifikasi waste dan indikator pengelolaan obat. Indikator pengelolaan obat menggunakan indikator WHO (1993), indikator Depkes (2008) dan indikator yang dikembangkan oleh Pudjaningsih (1996).Hasil: Indikator pengelolaan obat telah sesuai standar dalam hal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan (100%), alokasi dana pengadaan (33,05%), kesesuaian pengadaan dengan kenyataan pakai untuk masing-masing item (100,75%) dan rata-rata tingkat ketersediaan obat (17,34 bulan). Indikator yang belum sesuai standar yaitu kesesuaian obat yang tersedia dengan Daftar Obat Esensial Nasional (62,51%), frekuensi pengadaan tiap item obat rendah (10 kali), frekuensi kesalahan faktur (0,58%), persentase nilai obat yang rusak dan kadaluwarsa (4,71%), kecocokan jumlah item obat dengan kartu stok (96,60%), turn over ratio (6,6 kali) dan stok mati (7,89%). Separoh menilai waste pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi jarang terjadi (51%), dan proporsi yang menilai waste tidak pernah dan kadang-kadang, sering dan sangat sering adalah sebesar 18%, 10%, dan 3% secara berturutan. Waste yang termasuk sering dan sangat sering terjadi adalah waste of motion, waste of waiting, waste of under-utilized staf dan waste of excess processing.Kesimpulan: Instalasi Farmasi RSA UGM telah mencapai standar indikator pengelolaan obat pada tahap perencanaan. Namun pada tahap seleksi, pengadaan, dan penyimpanan masih belum mencapai standar. Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi masih belum efisien pada beberapa proses dan hal ini memerlukan perbaikan ke depan.
Person-Patient-Family-Community Centered Care Semakin Penting Adi Utarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 02 (2020): Person-Patient-Family-Community Centered Care
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i02.72

Abstract

Situasi pandemi memberikan ancaman serius dalam pemberian pelayanan individual, terutama bagi pasien dengan infeksi virus Corona yang dirawat inap di rumah sakit. Aspek medis (diagnosis dan pengobatan) yang merupakan subtansi utama pelayanan masih menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan pasien dengan infeksi virus Corona. Namun pada situasi yang kompleks ini, pemberian pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kebutuhan individual setiap manusia-pasien justru menjadi semakin penting. Setiap orang (termasuk pasien) membutuhkan dukungan yang lebih besar dan berarti dari keluarga dan masyarakat, serta tenaga kesehatan. Beberapa istilah sering digunakan dan memiliki makna, prinsip dan aktivitas yang berbeda, namun tumpang tindih atau merupakan suatu kontinum: person-centered care, patient-centered care dan family-centered care.
Pemborosan (Waste) di Instalasi Gawat Darurat RSI PKU Muhammadiyah Tegal Nurhidayat Nurhidayat; Firman Firman; Adi Utarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 02 (2020): Person-Patient-Family-Community Centered Care
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i02.73

Abstract

Latar Belakang: Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan cakupan kesehatan semesta meningkatkan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit, termasuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Peningkatan di IGD ini menyebabkan waktu tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap pun semakin lama. Untuk mempersingkatnya, digunakan metode lean management. Tujuan: Menurunkan lama waktu tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap dengan cara mengidentifikasi pemborosan waktu tunggu, dan melakukan perbaikan faktor-faktor penyebab pemborosan. Metode: Diterapkan empat tahapan penelitian action research. Pertama, pengumpulan data awal pada diagnosing action, diikuti dengan identifikasi penyebab pemborosan dan solusinya pada tahap kedua, planning action. Ketiga, dilakukan perbaikan cepat pada tahap taking action, meliputi sosialisasi rencana implementasi, update ketersediaan ruang rawat inap, perakitan rekam medis di ruang rawat inap, penulisan resep dokter hanya untuk obat penggunaan di IGD. Penelitian diakhiri dengan evaluasi waktu tunggu dan tindak lanjut pada tahap evaluating action. Hasil: Terdapat delapan tahapan utama dalam alur proses pelayanan pasien IGD hingga pemindahan ke rawat inap. Pemborosan yang utama adalah: waste of overprocessing, waste of motion, dan waste of waiting. Beberapa penyebab utama pemborosan adalah kasus false emergency, kekurangan sumber daya (ruang tunggu dan SDM, papan informasi). Hasil pemetaan dengan Value Stream Mapping adalah rerata 69,9 menit lead time, yang turun menjadi 51,5 menit setelah pasca intervensi. Demikian pula terdapat penurunan waiting time dari 39,9 menit menjadi 28,5 menit, dan cycle time dari 30 menit menjadi 23 menit. Kesimpulan: Lean management dapat mengidentifikasi waste dan menurunkan lama waktu pemindahan pasien IGD ke ruang rawat inap. Lean management perlu dijadikan budaya sebagai salah satu proses dalam upaya perbaikan mutu. Diharapkan hasil intervensi cepat ini dapat dipertahankan oleh rumah sakit, agar menjadi berkelanjutan.
Persepsi Perawat tentang Pelayanan Pasien Tahap Terminal Enny Mulyatsih; Siti Rohani; Ade Suyani; Umi Aisyiyah; Siti Komariah
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.74

Abstract

Latar Belakang: Implementasi pelayanan pasien tahap terminal di rumah sakit dipersyaratkan sesuai standar yang ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Pada bab Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP), dinyatakan bahwa rumah sakit harus memberikan pelayanan asuhan pasien tahap terminal dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga, serta mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, yang didokumentasikan dalam rekam medik. Data lima rumah sakit di Jakarta dan Tangerang menunjukkan belum ada yang memenuhi skor lebih dari 95%.Tujuan: Untuk mengetahui persepsi perawat tentang asesmen dan intervensi pasien tahap terminal di rumah sakit.Metode: Desain penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional. Total subyek penelitian sebanyak 959 perawat, dengan kriteria inklusi perawat klinis di ruang rawat inap dan rawat intensif. Kriteria eksklusi adalah perawat emergency, kamar operasi dan rawat jalan. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling, yang dilakukan selama satu bulan sejak tanggal 16 Juni 2020 hingga 16 Juli 2020.Hasil: Pemahaman asesmen pasien tahap terminal berbeda signifikan antara yang menjabat ketua tim dan perawat pelaksana (p 0,003, OR 0,556); antara yang sudah dan belum dilatih (p 0,000, OR 1,528); antara responden yang memiliki pengalaman kurang dari dan lebih dari lima tahun (p 0,15, OR 1,698). Demikian pula dalam pemahaman responden tentang intervensi pasien tahap terminal, terdapat perbedaan signifikan antara responden kepala ruangan atau ketua tim dan perawat pelaksana (p 0,013, OR 0,542); yang sudah dan belum dilatih (p 0,16, OR 1,528); yang memiliki pengalaman kurang dari dan lebih dari lima tahun (p 0, 003, OR1,698). Asesmen pasien tahap terminal yang paling banyak dipahami adalah asesmen nyeri (95,2%), sedangkan yang paling tidak dipahami adalah asesmen alternatif layanan (27,1%). Pada intervensi pasien tahap terminal, responden paling memahami intervensi pasien sulit bernapas (90,3%). Sebaliknya, intervensi asuhan bila status psikososial pasien dan keluarga mengalami masalah dalam kekerabatan, kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, serta reaksi pasien dan keluarga menghadapi penyakit (20,6%) paling tidak dipahami oleh perawat.Kesimpulan: Jabatan perawat, pengalaman, dan keikutsertaan dalam pelatihan berhubungan dengan persepsi perawat tentang pelayanan pasien tahap terminal. Perlu dikembangkan pelatihan terstruktur tentang pelayanan pasien tahap terminal.
Kepuasan Pasien terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan di Era Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Mata Cicendo Dewanti Widya Astari; Afni Noviantani; Rosdiana Simanjuntak
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.79

Abstract

Latar Belakang: Semenjak diberlakukannya physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 20 Maret 2020, terjadi penurunan pasien di Rumah Sakit Mata Cicendo sebanyak 67,9 % dari bulan Maret sampai dengan April 2020. Dorongan kepada masyarakat untuk menjaga jaga jarak, menghindari kerumunan, dan anjuran untuk tetap diam di rumah mengakibatkan alur proses pelayanan kesehatan selama pandemi Covid-19 berubah, seperti penerapan langkah pencegahan standar untuk semua pasien serta memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber. Adanya kebijakan Covid-19 berupa screening, prosedur pelayanan, serta alur proses pelayanan yang berubah diduga juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan mutu pelayanan keperawatan.Tujuan: Menganalisis mutu pelayanan keperawatan selama pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Mata Cicendo.Metode: Menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Pengambilan data dilakukan di rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Mata Cicendo. Sumber data berupa data primer melalui kuesioner Responsiveness, Assurance, Tangible, Empathy dan Reliability (RATER) dan data sekunder berupa data kepuasan pasien dan mutu pelayanan tahun 2019. Responden terdiri dari 143 pasien rawat inap dan rawat jalan. Penelitian dilakukan bulan Mei-Juni di Rumah Sakit Mata Cicendo.Hasil: Kualitas mutu pelayanan keperawatan puas pada dimensi tangibles sebesar 57,90%, realibility 58,04%, responsiveness 62,65%, assurance 58,18% dan empathy 58,74%. Namun berdasarkan analisis gap IPA, didapatkan empat nilai negatif yang harus dilakukan peningkatan yaitu dimensi tangibles, realibility, responsiveness dan assurance.Kesimpulan: Mutu pelayanan keperawatan selama masa pandemi Covid-19 dinilai sudah baik, akan tetapi perlu dioptimalkan pada dimensi tangibles dan reliability.