cover
Contact Name
Hanevi Djasri
Contact Email
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Phone
+628161913332
Journal Mail Official
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Editorial Address
Gedung Epicentrum Walk Unit 716B Jl. Boulevard, Jl. Epicentrum Sel., RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12960, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
The Journal of Hospital Accreditation (JHA)
ISSN : 26567237     EISSN : -     DOI : https://doi.org/10.35727/jha.v1i1
Core Subject : Health,
Jurnal ini diperuntukan untuk sosialisasi artikel ilmiah terkait dengan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem akreditasi rumah sakit, termasuk didalamnya artikel ilmiah tentang regulasi akreditasi, standar akreditasi, manajemen lembaga akreditasi, surveior akreditasi, dan berbagai hal lain yang terkait.
Articles 72 Documents
Pembelajaran Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dari Pandemi Covid-19 Hanevi Djasri; Nico Lumenta
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.97

Abstract

Pada tanggal 25-26 November 2020, Indonesian Healthcare Quality Network (IHQN) menyelenggarakan Forum Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan ke-16 dengan tema “Lessons learned dari Pandemi COVID-19”. Forum menyajikan lebih dari 20 pembicara dan pembahas serta diikuti oleh lebih dari 400 peserta. Diskusi dalam forum ini mengidentifikasi berbagai pembelajaran dalam manajemen mutu pelayanan kesehatan yang diperoleh dari pandemi Covid-19. Pembelajaran utama adalah bahwa pandemi ini telah menjadi katalisator mutu pelayanan kesehatan. Pandemi berperan sebagai katalis, yaitu sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa, yaitu penerapan berbagai kegiatan dan inovasi mutu pelayanan kesehatan
Terima Kasih Kepada Reviewer The Journal Of Hospital Accreditation (JHA) Tahun 2019–2020 Adi Utarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.99

Abstract

Strategi Peningkatan Mutu Terkait Infeksi Kateter Intravena Perifer dengan Siklus PDSA Lukluk Purbaningrum; Adi Utarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.100

Abstract

Masalah Mutu: Infeksi kateter intravena perifer menjadi permasalahan di banyak rumah sakit. Angka rerata infeksi kateter intravena perifer pada pasien dewasa 0,2 sampai dengan 0,9 permil. Angka kejadian infeksi kateter intravena perifer yang terjadi di Rumah Sakit (RS) Islam Yogyakarta PDHI sebesar 7,99 permil, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menurunkan infeksi kateter intravena perifer dengan siklus Plan–Do–Study–Action (PDSA). Pilihan Solusi: Menerapkan proses peningkatan mutu terkait infeksi kateter intravena perifer dengan siklus PDSA dan mengidentifikasi hambatan dan dukungan dalam proses penerapan PDSA. Implementasi: Diterapkan action research dengan siklus PDSA. Subjek penelitian yaitu tim perbaikan flebitis. Penelitian menggunakan tiga siklus PDSA dengan intervensi: resosialisasi Standar dan Prosedur Operasional (SPO), pemasangan kateter intravena perifer, resosialisasi SPO Penggantian Lokasi Tusukan Infus, dan pelaporan kejadian infeksi kateter intravena perifer ke grup WhatsApp disertai feedback. Pengambilan data menggunakan data sekunder dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dengan membandingkan pencapaian sebelum dan sesudah siklus PDSA serta melihat dampak perubahan mutu. Evaluasi dan Pembelajaran: Terjadi peningkatan monitoring dan pelaporan angka kejadian flebitis pada siklus I-III dengan angka kejadian flebitis sebesar 6,72%, 7,60% dan 20,17% secara berturutan. Intervensi melalui tiga siklus PDSA belum dapat menurunkan angka infeksi kateter intravena perifer. Namun, intervensi ini mendorong terjadinya peningkatan monitoring, pendokumentasian, dan pelaporan kejadian flebitis. Analisis dan intervensi lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan hasil sesuai target.
Kesesuaian Asesmen Pasien Dalam Rekam Medis Elektronik Dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1 Mustika Astuti; Safiqulatif Abdilah; Adi Sumartono; Arif Riyanto
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.104

Abstract

Masalah Mutu: Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah menerapkan Rekam Medik Elektronik (RME) sejak tahun 2020 dan PKU Muhammadiyah Gamping sejak tahun 2018, namun belum pernah dievaluasi dan dianalisis kesesuaiannya dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.1, terutama terkait asesmen awal dan ulang pasien di rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat. Kesesuaian pengisian asesmen awal dan ulang pada RME yang sesuai dengan SNARS 1.1 diyakini meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien. Pilihan Solusi: Menerapkan proses peningkatan mutu RME melalui identifikasi dan analisis kesesuaian formulir asesmen awal dan ulang dalam RME dengan SNARS edisi 1.1 pada Standar Asesmen Pasien (AP), Standar Pelayanan dan Asuhan pasien (PAP), Standar Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) serta Standar Hak Pasien dan Keluarga (HPK). Implementasi: Diterapkan action research dengan lima tahapan yaitu: tahap diagnosis, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap pembelajaran yang terdiri dari dua siklus. Pengumpulan data menggunakan observasi untuk menilai kesesuaian template asesmen pada RME dan SNARS edisi 1.1 pada Standar SKP, AP dan HPK dan wawancara kepada sepuluh responden yang terdiri dari Direksi kedua RS serta tim pengembang RME. Evaluasi dan Pembelajaran: Dari 32 variabel, ada 4 variabel yang tidak terpenuhi yaitu variable Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada SKP 1, catatan keterlibatan keluarga dalam asesmen awal pada AP 1, catatan bukti integrasi oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) pada asesmen awal pada AP 4 dan catatan bukti integrasi oleh DPJP pada asesmen awal pada HPK 2.1. Upaya penambahan fitur dapat dilaksanakan, tetapi diperlukan upaya lain untuk meningkatkan kepatuhan pengisian antara lain dengan perbaikan desain alur kerja serta penyesuaian dengan kemudahan pengguna.
Optimalisasi Perencanaan Perbaikan Strategis Dengan Pelaksanaan Standar Akreditasi Pascasurvei Aam Sumadi; Agus Sumarno
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.105

Abstract

Latar Belakang: Rumah Sakit yang telah mendapatkan status akreditasi nasional diwajibkan membuat Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) sesuai dengan rekomendasi surveyor untuk memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang belum tercapai. Rumah Sakit (RS) menyampaikan PPS ke Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) satu bulan setelah survei akreditasi. PPS merupakan strategi/ pendekatan yang akan diterapkan RS untuk menangani setiap temuan sebagai tindak lanjut dan bukti komitmen langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memenuhi standar yang belum dilaksanakan dalam waktu satu tahun. Implementasi PPS dilihat saat survei verifikasi yang bertujuan untuk mengevaluasi RS dalam mempertahankan, dan atau meningkatkan mutu pelayanan RS sesuai dengan rekomendasi dari surveior. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen, yaitu PPS dengan variabel dependen yaitu hasil survei verifikasi akreditasi 1 di RS yang terakreditasi paripurna Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1. Metode: Penelitian ini merupakan kuantitatif observasional dengan menganalisis data retrospektif, bersumber dari big data KARS yaitu dokumentasi RS yang telah dilakukan dengan kriteria inklusi yaitu 8 RS yang telah dilakukan survei verifikasi ke 1 dan memiliki PPS. penilaian akreditasi oleh KARS periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2019, dengan perhitungan sampel 61 RS. Hasil: Hasil penilaian survei verifikasi 1 yang terpenuhi 65,5%, dan belum terpenuhi 37,5%. Dari 37,5% yang belum terpenuhi terdapat peningkatan pada semua standar sebesar 16,23% dari 25,5% pada saat survei. Variabel PPS yang lengkap 37,5%, dan tidak lengkap 65,5% dengan sub variabel metode perbaikan yang dibuat oleh RS dengan rerata 91,75 dengan nilai tertinggi, artinya RS memahami strategi yang dilaksanakan dan sub variabel kesesuaian waktu implementasi maksimal 1 bulan setelah survei dengan rerata 45,75 merupakan nilai terendah, artinya RS belum mengimplementasikan metode perbaikan berdasarkan target waktu yang direncanakan. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan PPS tidak ada hubungannya dengan hasil survei verifikasi. Disarankan bahwa PPS harus dibuat sesuai dengan standar dan dilaksanakan dengan baik sesuai target waktu yang direncanakan.
Persepsi Perawat Tentang Dampak Akreditasi Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Chairanur Dara Phonna; Dewi Ratna Sari; Ami Nuryanti; Desima Boru Karo
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.106

Abstract

Latar Belakang: Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, rumah sakit wajib melakukan akreditasi secara berkala minimal 4 tahun sekali. Sebagai tenaga profesional yang dominan di sebuah rumah sakit, perawat banyak terlibat dalam kegiatan akreditasi di rumah sakit sehingga persepsi perawat tentang dampak akreditasi terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi sangat penting karena pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ada di sebuah rumah sakit. Tujuan: Mengeksplorasi persepsi perawat terhadap dampak akreditasi pada mutu pelayanan rumah sakit. Metode: Penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi yang dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) menggunakan pedoman FGD. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2020, partisipan berjumlah 53 perawat (7 kelompok FGD) di empat rumah sakit. Kriteria inklusi kepala ruang dengan masa jabatan lebih dari lima tahun dan berpendidikan sarjana keperawatan serta aktif sebagai anggota pokja akreditasi. Kriteria eksklusi adalah kepala ruang dengan pendidikan D3 atau Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), perawat pelaksana atau ketua tim. Partisipan berasal dari empat rumah sakit, yaitu 1 RS di DKI Jakarta, 2 RS di Sumatera Utara dan 1 RS di Aceh. Hasil rekaman disusun dalam bentuk transkrip dan dilakukan analisis data dengan menentukan kategori dan tema. Hasil: Secara umum akreditasi memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif meliputi sarana dan prasarana menjadi lebih lengkap; regulasi sesuai standar dan lebih lengkap; peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf rumah sakit; sistem pendokumentasian lebih baik; peningkatan mutu pelayanan; melindungi keselamatan pasien dan staf; budaya organisasi menjadi lebih baik. Namun akreditasi juga memiliki dampak negatif berupa dokumentasi lebih banyak; beban kerja meningkat; tidak melibatkan seluruh staf rumah sakit; membutuhkan biaya besar; rumah sakit tidak mampu menyediakan fasilitas dan sarana prasarana sesuai standar; membutuhkan lebih banyak waktu. Akreditasi berdampak positif terhadap mutu pelayanan kesehatan yaitu: pelayanan yang diberikan sesuai standar; peningkatan mutu dan keselamatan pasien; dan kepuasan pasien meningkat. Kesimpulan: Secara umum perawat mempunyai persepsi bahwa akreditasi mempunyai dampak positif dan negatif, serta dapat mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Budaya Keselamatan Staf Klinis Rumah Sakit Terakreditasi Yang Menjadi Rujukan Covid-19 Duta Liana; Dewi Lestari; Fifi Dwijayanti; Nuraini Fauziah
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.108

Abstract

Latar Belakang: Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memberikan dampak luas dikarenakan risiko penularan virus SARS-COV-2 melalui kontak, droplet, dan kemungkinan airborne. Suatu tantangan bagi rumah sakit untuk menjamin mutu dan keselamatan. Dalam kondisi seperti ini, maka budaya keselamatan yang baik menjadi faktor kritikal untuk menjamin keselamatan baik pasien, pengunjung, maupun petugas rumah sakit. Komitmen Pimpinan dan dukungan seluruh staf khususnya staf klinis sangat diperlukan untuk terciptanya budaya keselamatan rumah sakit. Salah satunya pemenuhan standar layanan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan budaya keselamatan. Berdasarkan kondisi ini diperlukan suatu penelitian untuk mengukur sejauh mana standar akreditasi diimplementasikan untuk mendukung budaya keselamatan yang meliputi keselamatan pasien, keselamatan dan kesehatan pekerja rumah sakit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur budaya keselamatan staf klinis dengan prediktor yang dominan dalam mempengaruhi keselamatan pasien serta keselamatan dan kesehatan pekerja di rumah sakit terakreditasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang menjadi rujukan Covid-19. Metode: Penelitian ini merupakan cross-sectional study pada empat rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta diantaranya RSPAD Gatot Subroto, RSUP Persahabatan, RS Pusat Pertamina, dan RS Pertamina Jaya. Tiga variabel yang mempengaruhi budaya keselamatan yaitu iklim keselamatan, situasional, dan perilaku keselamatan. Responden adalah staf klinis berdasarkan jenis instalasi dan staf klinis di setiap rumah sakit yang dipilih secara acak. Kuesioner mengacu pada instrumen Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.1 dalam bentuk google form. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square sedangkan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Data penelitian ini diperoleh dari 560 responden yang terdiri dari instalasi dan staf klinis. Dari empat rumah sakit dihasilkan budaya keselamatan rumah sakit menurut 51,8% responden masuk dalam kategori baik dimana tiga dari sepuluh indikator yaitu kerjasama, lingkungan kerja, dan kepatuhan merupakan kategori baik dan dominan. Variabel situasional memiliki pengaruh terbesar terhadap budaya keselamatan (OR 4,46; 95% CI 2,67-7,42). Kepatuhan memiliki pengaruh terbesar terhadap keselamatan pasien (OR 5,59; 95% CI 3,27-9,56) dan manajemen risiko memiliki pengaruh terbesar terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja (OR 5,59; 95% CI 3,29-9,49). Kesimpulan: Variabel situasional memiliki pengaruh terbesar terhadap budaya keselamatan, baik keselamatan pasien maupun keselamatan dan kesehatan pekerja. Indikator kepatuhan dan manajemen risiko merupakan indikator yang memiliki pengaruh terbesar terhadap budaya keselamatan.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Staf Rumah Sakit Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Secara Rasional Di Masa Pandemi Covid-19 Maftuhah Nurbeti; Eka Angga Prabowo; Muhammad Faris; Ratna Ismoyowati
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.110

Abstract

Latar Belakang: Kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia terus meningkat hingga 19.189 pada saat penelitian dilakukan (Mei 2020) dan mengakibatkan harga Alat Pelindung Diri (APD) melambung tinggi serta langka akibat pasokan yang terhambat. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan pedoman penggunaan APD secara rasional dan efektif bagi tenaga kesehatan dalam masa pandemi. Namun demikian, di lapangan banyak terjadi penggunaan APD yang tidak sesuai, baik kurang atau bahkan melebihi standar. Hal tersebut dapat meningkatkan belanja APD rumah sakit. Penelitian kepatuhan APD sudah banyak dilakukan, namun pada saat akan dilakukan penelitian ini, belum didapatkan publikasi yang khusus terkait dengan kepatuhan APD selama Covid-19 di Indonesia dan faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, perlu diteliti hubungan antara tingkat pengetahuan tentang standar penggunaan APD rasional dengan kepatuhan penggunaan APD sesuai standar. Tujuan: Mengukur hubungan antara pengetahuan staf rumah sakit dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD secara rasional di masa Pandemi Covid-19. Metode: Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 221 staf RS Qolbu Insan Mulia (RS QIM) Kabupaten Batang Jawa Tengah dari populasi 496 staf yang dipilih melalui teknik stratified random sampling berdasarkan zonasi Covid-19 dan jenis staf. Variabel berupa tingkat pengetahuan terhadap standar APD rasional dan kepatuhan penggunaan APD sesuai standar. Dianggap tidak patuh bila penggunaan APD kurang atau melebihi standar. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan staf tentang standar penggunaan APD rasional dengan kepatuhan penggunaan APD sesuai standar (p 0,59). Kesimpulan: Kepatuhan penggunaan APD sesuai standar rasional dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain pengetahuan, seperti faktor ketersediaan APD, ketakutan, lama pengalaman kerja, dukungan lingkungan/ rekan kerja, dan tanggung jawab personal.
Revitalisasi Manajer Pelayanan Pasien Nico Lumenta; Hanevi Djasri
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.114

Abstract

Pandemi Covid-19 menunjukkan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam tatalaksana pasien, tidak saja lintas profesi dan cabang keilmuan, namun juga lintas unit dan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan semakin kompleksnya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, maka peran case manager menjadi sangat penting. Di Indonesia, case manager atau Manajer Pelayanan Pasien (MPP) telah diperkenalkan di rumah sakit (RS) sejak 10 tahun lalu melalui standar akreditasi rumah sakit. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa MPP yang efektif dapat mengurangi jumlah kunjungan pasien, penggunaan tes diagnostik, lama rawat inap, dan biaya di institusi. Meskipun keberadaan MPP telah dikenal dan mulai dilaksanakan di berbagai RS, akan tetapi masih sering kali terbatas pada pemenuhan standar akreditasi. Oleh karenanya, peran MPP perlu dipertegas dan diperkuat melalui upaya revitalisasi.
Pemenuhan Standar Akreditasi Pelayanan Anestesi dan Bedah Sutopo Mas Kirlan; Sanjoyo Sanjoyo
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.91

Abstract

Latar Belakang: Pelayanan anestesi dan bedah merupakan salah satu pelayanan berisiko tinggi di Rumah Sakit (RS). Untuk itu diperlukan standar sebagai panduan dalam memberikan pelayanan anestesi dan bedah tersebut, seperti yang terdapat pada Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS). Pemahaman mengenai implementasi standar dalam bab pelayanan anestesi dan bedah di berbagai RS dengan kelas yang berbeda dapat mendorong perbaikan di rumah sakit. Tujuan: Mengukur tingkat pemenuhan standar akreditasi pelayanan anestesi dan bedah di RS kelas A, B, dan C di DKI Jakarta yang telah terakreditasi paripurna, dan mengidentifikasi perbedaan tingkat implementasi antar kelas RS. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder yang tersedia di Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Secara spesifik, digunakan data skor survei regular akreditasi di 23 RS umum, yang terdiri dari enam RS kelas A, sepuluh RS kelas B dan tujuh RS kelas C di DKI Jakarta yang terakreditasi paripurna pada tahun 2018-2020. Data tersebut berasal dari kegiatan survei yang dilaksanakan oleh surveyor KARS melalui telusur tracking system di lokasi rumah sakit. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Rerata nilai standar akreditasi pelayanan anestesi dan bedah di 23 RS yang terakreditasi paripurna di DKI Jakarta adalah 89,00%. Terdapat sepuluh RS yang memiliki tingkat implementasi di atas rerata tersebut, dengan nilai 82,00%-99,00%. Perbandingan rerata skor implementasi pelayanan anestesi dan bedah antar kelas RS tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (t 2,106; p 0,148). Perbedaan implementasi pada tiap kelas RS menjadikan acuan untuk perbaikan mutu pelayanan. Kesimpulan: Pemenuhan standar pelayanan anestesi dan bedah tidak berbeda antar kelas RS. Pemahaman mengenai variasi implementasi di pelayanan anestesi dapat digunakan untuk merencanakan perbaikan mutu pelayanan anestesi dan bedah di RS.