cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 295 Documents
Corak Etnik dan Dinamika Batik Pekalongan Irfa'ina Rohana Salma
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1113

Abstract

ABSTRAKBatik Pekalongan mempunyai ciri khas atau karakter yang berbeda dengan batik dari daerah pesisir lainnya. Corak yang berbeda ini karena adanya pengaruh budaya dari etnis-etnis pembuat batik yang berdomisili di Pekalongan, yaitu etnis Jawa, etnis Cina dan etnis Belanda. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan tinjauan dan mengkritisi lebih dalam ciri khas atau karakter corak dari batik yang dihasilkan para pembatik dari etnis yang berbeda di Pekalongan. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan dan eksplorasi di lapangan. Beberapa sampel motif dari ketiga etnis pembatik dianalisis untuk mengetahui keunikan dan kekhasannya masing-masing, serta dengan tinjauan aspek-aspek lain yang melingkupi dinamika industri batik di Pekalongan. Hasilnya menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang berbeda menghasilkan corak batik baru yang kemudian menjadi ciri khas batik Pekalongan secara umum. Ada tiga corak batik Pekalongan yaitu: Batik Pekalongan bergaya Jawa, Batik Pekalongan bergaya Cina, dan Batik Pekalongan bergaya Belanda, yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri yang membedakan corak batik di antara mereka. Kajian ini dapat menjadi inspirasi pembinaan seni dan industri kreatif di daerah lain yang multietnis.Kata-kata kunci: batik, corak, etnisABSTRACTPekalongan batik has a specific or a different characteristic from other batik of coastal areas. Thestyle is differently from other because of the cultural influences of ethnic batik maker who lives in Pekalongan, namely Javanese, Chinese and Dutch. This paper aims to conduct a review and criticize the deeper characteristics or specific pattern of the Pekalongan batik results from the different ethnics. Approximation method used is library research and exploration in the field. Several samples of the three ethnic batik motifs were analyzed to determine the uniqueness and each characteristic, as well as the review of other aspects surrounding the dynamics of the industry in Pekalongan batik. The results show that different cultural backgrounds produce new batik patterns that later became the hallmark of Pekalongan batik in general. There are three Pekalongan batik patterns: Javanese, Chinese, and Dutch style which each of them has its own uniqueness that distinguishes batik patterns among themselves. This study may be the inspiration of art and creative industries development in other areas of the multiethnic. Key words: batik , complexion , ethnic
Pengaruh Proses Merser Terhadap Beberapa Sifat Fisik Benang Kapas Subardjo Subardjo; Retno Haryanti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i9.974

Abstract

Untuk memperoleh sifat-sifat kimia maupun fisika yang lebih baik pada serat, benang maupun kain kapas dapat dilakukan dengan proses merser.Dalam penelitian telah dilakukan variasi proses merser untuk benang kapas masak yang direndam di dalam larutan NaOH 15; 17,5; 20; 22,5; 25 % dengan penambahan zat pembasah Teepol pada suhu + 19 C, selama variasi waktu 20; 40 dan 60 detikdan dengan variasi tegangan 2; 3; dan 4%.Hasil percobaan setelah diuji dan dievaluasi secara statistik memberikan hasil optimal proses merser benang Ne132S adalah pada kondisi konsentrasi NaOH 20 %, waktu 60 detik pada tegangan 4%.
KARAKTERISTIK FISIK PADA SERAT PELEPAH NIPAH (Nypa fruticans) Dana Kurnia Syabana; Retno Widiastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i1.3771

Abstract

Karakteristik fisik dari serat pelepah nipah sangat penting diidentifikasi agar dapat diketahui proses pengolahan, sifat bahan jadi serta manfaatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dari serat pelepah nipah. Pemisahan serat dari pelepah nipah dilakukan dengan perlakuan perendaman air, NaOH, dan fermentasi EM4. Serat nipah yang diperoleh kemudian diuji diameter serat, kekuatan tarik serat, berat jenis dan kadar air. Hasil pengujian diameter serat nipah berkisar antara 0,27 mm – 0,47 mm, berat jenis serat terendah < 0,87 g/ml dan tertinggi 1,19 g/ml, kadar air antara 7,4 % sampai tertinggi 10,1%. Kekuatan tarik berkisar antara 10,5 g/tex sampai tertinggi 18,6 g/tex. Serat memiliki sifat fisik yang getas dan mudah patah terhadap tekukan dengan warna serat mulai dari putih gading sampai kuning kecoklatan. Dari ketiga perlakuan tersebut, hasil terbaik didapat dengan perlakuan rendaman air karena memberikan kekuatan tarik paling tinggi dibandingkan hasil pemisahan serat dengan perlakuan yang lain.  
Perbedaan Kain Sarong Plekat Dengan Kain Sarong Poleng; Serta Teknik Pembuatannya Djumala Machmud
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1097

Abstract

Indonesia mempunyai populasi penduduk yang cukup besar dimana mayoritas beragama Islam. Salah satu sarana peribadatan dalam agama Islam secara tradisi adalah menggunakan kain sarong. Berbagai jenis kain sarong yang diproduksi, terdapat dua macam kain tersebut sekilas tidak terdapatnya perbedaan yang menyolok. Akan tetapi keduanya mempunyai ketidaksamaan apabila dikaji lebih mendalam.Kain sarong merupakan kain yang mempunyal bentuk konstruksi tertentu seperti: tepi, pinggir, corak dasar, corak kembang serta tumpal/kepala, yang dihasilkan dari proses pertenunan benang berwarna maupun basil proses pengecapan. Kain sarong plekat dan poleng merupakan kain sarong hasil proses pertenunan benang berwarna polos, yang mana masing-masing mempunyai disain kotak-kotak dengan konstruksi yang tidak berbeda.Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi hasil produksi kain sarong plekat dan sarong poleng dari berbagai perusahaan kain sarong di Indonesia. Evaluasi yamg dilakukan meliputi ukuran, konstruksi dan disain corak kain sarong. Kemudian dilakukan analisa guna mendapatkan kejelasan perbedaannya. Hasil evaluasi menunjukan 'bahwa ukuran dan konstruksi kain sarong tersebut tidak adanya perbedaan, akan tetapi terdapat perbedaan yang menyolok pada disain coraknya. Perbedaan tersebut terdapat pada susunan corak badan dan susunan corak tumpal/kepala.Indonesia mempunyai populasi penduduk yang cukup besar dimana mayoritas beragama Islam. Salah satu sarana peribadatan dalam agama Islam secara tradisi adalah menggunakan kain sarong. Berbagai jenis kain sarong yang diproduksi, terdapat dua macam kain tersebut sekilas tidak terdapatnya perbedaan yang menyolok. Akan tetapi keduanya mempunyai ketidaksamaan apabila dikaji lebih mendalam.Kain sarong merupakan kain yang mempunyal bentuk konstruksi tertentu seperti: tepi, pinggir, corak dasar, corak kembang serta tumpal/kepala, yang dihasilkan dari proses pertenunan benang berwarna maupun basil proses pengecapan. Kain sarong plekat dan poleng merupakan kain sarong hasil proses pertenunan benang berwarna polos, yang mana masing-masing mempunyai disain kotak-kotak dengan konstruksi yang tidak berbeda.Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi hasil produksi kain sarong plekat dan sarong poleng dari berbagai perusahaan kain sarong di Indonesia. Evaluasi yamg dilakukan meliputi ukuran, konstruksi dan disain corak kain sarong. Kemudian dilakukan analisa guna mendapatkan kejelasan perbedaannya. Hasil evaluasi menunjukan 'bahwa ukuran dan konstruksi kain sarong tersebut tidak adanya perbedaan, akan tetapi terdapat perbedaan yang menyolok pada disain coraknya. Perbedaan tersebut terdapat pada susunan corak badan dan susunan corak tumpal/kepala.
Kajian Estetika Desain Batik Khas Sleman "Semarak Salak" Irfa&#039;ina Rohana Salma; Edi Eskak
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1026

Abstract

AbstrakBatik merupakan karya seni adiluhung bangsa Indonesia yang keindahannya telah diakui dunia. Tekstil tradisional yang proses pendekorasiannya menggunakan lilin (malam) sebagai  warna ini, kembali mengalami tren yaitu mulai digemari lagi oleh masyarakat. Kegairahan memakai batik turut membangkitkan kembali IKM batik di berbagai daerah yang selama ini mengalami kelesuan produksi. Kreativitas penciptaan karya batik mengalami peningkatan. Banyak pemerintah daerah mulai membangkitkan potensi kreatif di bidang seni batik, salah satunya adalah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Sleman lewat kreativitas desainer ingin menciptakan desain batik baru yang mencerminkan identitas sosial budaya dan alamnya, yang akan digunakan sebagai batik khas daerah. Desain batik dengan judul “Semarak Salak” adalah salah satu hasil karya desain batik khas Sleman yang sumber inspirasi penciptaannya digali dari hasil bumi asli Sleman yaitu salak pondoh. Pengkajian estetika terhadap karya desain batik “Semarak Salak” bertujuan untuk mengetahui kandungan nilai-nilai keindahan universal dari karya tersebut. Metode yang dipakai yaitu pendekatan studi kepustakaan. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa karya desain  batik   “Semarak Salak” mengandung nilai-nilai keindahan yang terdapat dalam komposisi motif, komposisi warna, kesesuaian dengan ciri khas Sleman, serta kandungan makna filosofisnya. Kata kunci: estetika, desain batik, Sleman, semarak salak AbstractBatik is a valuable artwork of beauty of Indonesia which has been recognized worldwide. Traditional textile processes decorated by wax (malam) asthis color barrier, re-experiencing a trend that began more favored by the public. Wearing batik excitement helped revive batik SMEs in various areas that have experienced a declined in production. Creation of batik has increased. Many local governments began to awaken the creative potential in the arts of batik, one of which is Sleman, Yogyakarta. Sleman Government through designers creativity wanted to create new batik designs that reflect the social, cultural and natural identity, which will be used as the unique batik area. Batik design entitled “Semarak Salak” is one typical batik design work Sleman  creation inspirated by from the earth excavated the original fruit of Sleman, salak pondoh. Assessment batik design aesthetic of “Semarak Salak” aims to know the content of the universal values of beauty of the work. The methods employed in the literature approach. From the results of the study showed that batik design work “Semarak Salak” contains beauty values of it motif presentation the motif, color composition, compare with typical Sleman, as well as the content of philosophical meaning. Keywords: aesthetic, batik design, Sleman, Semarak Salak
DYEING OF COTTON FABRIC WITH NATURAL DYE FROM CUDRANIA JAVANENSIS USING SOKA LEAVES EXTRACT AS BIOMORDANT Cici Darsih; Dwi Wiji Lestari; Diah Pratiwi; A Wheni Indrianingsih; Vita Taufika Rosyida; Wuri Apriana; Khoirun Nisa; Septi Nur Hayati; Sri Handayani; Martha Purnami Wulanjati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i2.5446

Abstract

Tegeran wood (Cudrania javanensis) has been used for dyeing process of batik in Indonesian textile small medium scale enterprise. This wood gave soga color when it was mixed with others natural dye. This study was aim to evaluate the caharacteristic, fastness properties, and strength color of dyed cotton fabrics using C. javanensis with bio-mordant soka leaves extract. Extraction of C. javanensis was carried out using water. The post mordant process was carried out by applying alum (KAl(SO4)2•12H2O) solution and soka leaves extract on cotton fabrics with the concentration of 0.5 and 1% b/v. Characteristic of dyed cotton fabrics then was evaluated using Fourier-Transform Infrared (F-TIR) Spectroscopy. The results exhibited that, binding between tegeran wood on cotton using mordant alum and soka leaves extract was similar.The fastness properties both dyed cottons toward light and  washing at 40ºC exhibited poor and very poor values with values of 1-2 and 1. The dry and wet rubbing of dyed cotton using soka leaves extract mordant better than using alum. The soka leaves extract gave yellow and brightness color on cotton.The results suggested that soka leaves extract can be used as mordant substitute the alum mordant and apllied with others natural dyes.
Review: Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri Titiek Pujilestari
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1365

Abstract

ABSTRAKPada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil. Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik. Kata Kunci: pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan ABSTRACTIn general, synthetic dyes have several advantages, among others; a variety of colors with wide color range, availability is assured, bright, stable, not easily fade, resistant to various environmental conditions, strong coloring power, easily available, cheap, economical, and easy to use. However, the use of synthetic dyes can cause health and environmental problems as well as the unfavorable impact of all forms of life. Natural dyes are non-toxic, biodegradable, and environmentally friendly. The main sources of natural dyes are plants and microorganisms, which produced a variety of colors such as; red, orange, yellow, blue, and brown. An important group of chemical compounds of natural dyes are carotenoids, flavonoids, tetrapirroles, and xantophylls. Natural dyes can be used in the textile industry, food, pharmaceutical, cosmetics, handicrafts and leather tanning. Increased concern for health and the environment to make natural dyes for coloring the main alternative to synthetic dyes, in addition to products with natural dyes have a good market. Keywords: natural dyes, source, chemical compounds, usability
Pengaruh Ekstraksi Zat Warna Alam dan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna pada Kain Batik Katun Titiek Pujilestari
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i1.1058

Abstract

ABSTRAKKain katun merupakan jenis kain yang terbuat dari serat kapas, mempunyai sifat mudah menyerap  bahan alami maupun kimia dan banyak digunakan untuk bahan media batik. Telah dilakukan penelitian ekstraksi pada lima jenis zat warna alam dengan menggunakan air. Variasi antara bahan pembawa zat warna dengan air adalah 1 : 6 dan 1 : 8. Fiksasi dilakukan dengan menggunakan kapur, tunjung, tawas, campuran kapur dengan tetes dan tanpa fiksasi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan air pada ekstraksi dan bahan fiksasi terhadap ketahanan luntur warna pada kain. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstraksi zat warna alam dari daun indigo, daun mangga, kulit kayu nangka, kulit buah manggis dan biji buah kesumba dengan menggunakan air sebanyak 6 dan 8 bagian, memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Jenis zat warna alam dan bahan fiksasi yang diaplikasikan untuk pembatikan kain katun yang memberikan ketahanan luntur baik adalah: kulit buah manggis dengan fiksasi kapur, tawas dan tanpa fiksasi, biji buah kesumba/bixa dengan fiksasi tunjung dan tawas, kulit kayu nangka dengan fiksasi tunjung, daun mangga dengan fiksasi tawas. Daun indigo mempunyai ketahanan luntur warna yang baik sampai sangat baik terhadap pencucian, tetapi kurang baik sampai baik terhadap sinar terang hari. Penggunaan fiksasi campuran kapur dan tetes tebu menghasilkan ketahanan luntur warna pencucian dan sinar terang hari lebih rendah dibanding fiksasi dengan kapur. Ketahanan luntur dari kelima zat warna alam terhadap pencucian lebih baik dibanding ketahanan luntur terhadap sinar terang hari. Kata kunci: zat warna alam, ekstraksi, fiksasi, katunABSTRACTThe cotton fabric is a type of fabric made from cotton fiber, its easily absorbed material both natural and chemical, and widely used as a material for batik.Research extraction of five types of natural dyes made with a variety of colour materials carrier and the use of water is 1:6 and 1:8. Fixation of color on fabric using lime, lotus, alum, lime mixtures with mollases and without fixation drops as controls. The study aimed to determine the effect of the use of water in the extraction and fixation materials to color fastness on batik cloth. Ekstraksi of natural dyes from indigo leaves, mango leaves, bark jack fruits, mangosteen rind and fruit seeds kesumba (bixa) by using water as much as 6 and 8 sections, provide results that are not much different. Types of natural dyes and materials that applied for fixation batik cotton fabric that provides excellent fade resistance are : fixation mangosteen rind with lime, alum and without fixation, fruit seeds kesumba/Bixa with lotus fixation and alum, jack fruit bark with lotus fixation, fixation mango leaves with alum. Indigo leaves have good color fastness to washing, but less well against the bright light. The use of fixation mixture of lime and molasses produces washing color fastness and light the light of day is lower than fixation with lime. Fifth fastness of natural dyes to washing better fastness to light than the light of day. Keywords: natural dyes, extraction, fixation, cotton
Pengembangan Desain Produk Seni Kerajinan Kerang Simping Lies Susilaning Sri Hastuti; Achmad Arifin; Subagya Subagya
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1011

Abstract

ABSTRAKKerajinan kerang simping atau dalam bahasa latinnya Amusium pleuronectes banyak diminati oleh konsumen. Umumnya produknya berupa kap lampu yang dibuat dengan sistem bingkai menggunakan kuningan. Pada beberapa daerah kuningan sulit diperoleh, sehingga perlu dilakukan penelitian produk kerang dengan sistem bingkai menggunakan rotan antik lebar ± 4mm. Produk yang dibuat berupa kap lampu dan sketsel. Produk dipasang di ruang pamer BBKB dan dilakukan wawancara dengan 30 responden, 10 butir instrumen untuk mengumpulkan data. Sistem penilaian dilakukan dengan skala Likert dan diperoleh nilai kualitas dari produk adalah 71 ( untuk skor tertinggi 100) atau 71% dari kualitas yang diharapkan. Ini artinya produk yang dibuat kualitasnya baik. Saran yang dapat diberikan adalah desain produk kerajinan kerang agar dapat dikembangkan karena banyak peminatnya dan dapat dipasarkan dengan harga yang cukup baik sesuai dengan desain produk dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.Kata kunci : kerang simping, sistem bingkai, rotan.ABSTRACTCraft capiz shells (Amusium pleuronectes) has great demand. Generally, products in the form of lamp shades is made with a system using a brass frame. In some regions, the brass is difficult to obtain, so we need research products using a frame systems shells with antique rattan ± 4mm wide. Products are made in the form of lampshade and partition. Products are installed in the showroom BBKB and interviews were conducted with 30 respondents, using 10 items of instruments. Assessment system with Likert scale and value of quality product is 71 (for the highest score 100) or 71% of the expected quality. It means products have good quality. Design of shells for craft products can be developed caused by great demand and can be marketed with a good price according with the design of products and level of difficulty in the making.Key words : capiz shells (Amusium pleuronectes) , frame system, rattan.
PENGEMBANGAN DEKORASI WARNA PADA ANYAMAN PANDAN TASIKMALAYA Phang Desnica; Dian Widiawati; Adhi Nugraha
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i1.5127

Abstract

Anyaman pandan merupakan salah satu warisan kebudayaan yang masih aktif diproduksi oleh masyarakat Tasikmalaya. Anyaman pandan yang awalnya hanya diterapkan dalam pembuatan tikar, mulai dikembangkan oleh masyarakat Tasikmalaya menjadi produk fashion dan peralatan rumah tangga. Namun, potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengolah serat pandan belum berkembang, belum mampu menarik perhatian pasar, dan belum memberikan keuntungan finansial. Hal ini dapat menyebabkan kemunduran eksistensi anyaman pandan hingga menuju ambang kemusnahan. Pengembangan dalam pengolahan serat pandan, yang meliputi eksperimentasi struktur dapat memberikan suatu daya tarik pada anyaman pandan. Pada akhirnya, kegiatan eksperimentasi struktur yang dilakukan dapat berdampak pada pemberdayaan masyarakat Tasikmalaya dalam memproduksi produk anyaman pandan yang lebih berinovasi dan bermutu tinggi. Metode yang digunakan adalah pendekatan campuran kuantitatif secara deskriptif dan kualitatif melalui metode eksperimentatif dan pendekatan pasrtisipatori. Hasil menunjukkan bahwa dengan melakukan eksperimentasi struktur terhadap anyaman pandan menghasilkan berbagai macam variasi teknik anyaman menarik yang belum pernah beredar di pasaran sebelumnya. Kata Kunci: anyaman, eksperimentasi, pandan, struktur, Tasikmalaya.

Page 10 of 30 | Total Record : 295


Filter by Year

1987 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue