cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 295 Documents
Preface DKB Vol.30 No.1 Redaksi, Tim
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i1.2288

Abstract

Pengaruh Waktu Pemutihan dengan Kaporit terhadap Kekuatan Kertas Seni Berbahan Limbah Serat Abaca Joni Setiawan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v24i1.1021

Abstract

Penelitian tentang pengaruh lama pemutihan dengan kaporit pada kekuatan dan  derajat putih kertas berbahan baku limbah serat abaca teah dilakukan di Laboratorim Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta tahun 2007. Percobaan menggunakan tiga kondisi yaitu tanpa pemutihan, satu dan dua jam pemutihan dengan kaporit. Kekuatan tarik, kekuatan sobek dan derajat putih kertas diukur dan dibandingkan. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan Analisa Varian dan Duncan. Setelah diamati temyata kaporit menurunkan kekuatan tarik dan sobeknya tetapi tidak cukup waktu untuk memutihkan kertas. Kata kunci : serat abaca, pemutihan, kekuatan tarik dan sobek, derajat putih kertas
Indeks Kata Kunci Joni Setiawan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i2.5829

Abstract

Dinamika Kerajinan dan Batik
Karakteristik Angklung Berbahan Bambu Apus (Gigantochloa apus) Masiswo Masiswo; Guring Briegel Mandegani; Vivin Atika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1179

Abstract

ABSTRAKWilayah Indonesia mempunyai potensi bambu yang tersebar luas. Salah satu pemanfaatan bambu adalah sebagai alat musik tradisional angklung. Angklung merupakan alat musik khas daerah Jawa Barat yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Angklung dibuat dengan bambu pilihan berjenis bambu hitam, ataupun bambu apus. Angklung terdiri dari 2-4 buah tabung bambu dengan ukuran tertentu dan dirangkai menjadi sebuah kesatuan dan diikat dengan rotan. Angklung dari tiap jenis bambu memiliki karakter suara masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik angklung bambu apus dalam menghasilkan nada dan mengetahui perbedaan angklung bambu apus Ciawi dan Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menguji nada angklung yang dihasilkan dan mengukur geometri angklung. Hasil pengukuran diolah dengan menggunakan analisis statistik Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa angklung bambu apus mampu menghasilkan kualitas nada yang mendekati standar frekuensi nada internasional sebagai peralatan musik. Kata kunci: angklung, bambu, frekuensi, geometri, ANOVA ABSTRACT Indonesian region has the potential widespread bamboo. One is the use of bamboo as a traditional musical instrument angklung. Angklung is a musical instrument typical of the region of West Java that has been recognized by UNESCO as world cultural heritage. Angklung is made with bamboo manifold choice of black bamboo, or bamboo lear. Angklung consists of 2-4 pieces of bamboo tubes with specified size and assembled into a unified and tied with rattan. Angklung of each species of bamboo have a sound character of each. The purpose of this study was to determine the characteristics of angklung bamboo lear in generating tones and knowing the difference angklung bamboo smear Ciawi and Tasikmalaya. The method used in this study is a qualitative method to test the angklung tone and measure the resulting geometry angklung. Measurement results were processed using ANOVA statistical analysis with a confidence level of 95%. Results of the study showed that the angklung bamboo lear able to produce a tone quality approaching international standard tone frequencies as musical instruments. Keywords: angklung, bamboo, frequency, geometry, ANOVA
Penelitian Penggunaan Resin Jenis Reaktan Untuk Proses Anti Kusut Batik Subardjo Subardjo; Titik Sri Baktini
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i8.969

Abstract

      Produk batik telah berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan proses produksi. Meskipun demikian sebagian konsumen masih menganggap produk batik mudah kusut. Hal ini disebabkan serat kapas yang dipergunakan sebagai bahan baku batik mempunyai sifat plastis, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengerjaan penyempurnaan batik dengan menggunakan resin jenis reaktan dengan cara polimerisasi basah (wet crowlinking) pada alat batching.      Percobaan dilakukan pada mori voilissima dengan menggunakan resin jenis reaktan pada varias konsentrasi 5,100, 150, 200, 250, dan 300 gram per liter, semuanya menggunakan asam khlorida sebagai katalisator. Waktu batching divariasikan mulai 6 sampai dengan 30 jam dengan selang waktu 6 jam, dan dilakukan pada suhu kamar.      Dari hasil pengujian diperoleh kondisi optimal pada penggunaan resin 200 gram per liter dengan waktu batching 12 jam. Pada kondisi ini penutunan kekuatan tarik arah lusi/pakan sebesar 6,3%/8,0%; dan hasil uji kepermanenan resin pada 3 kali pencucian menunjukkan penurunan sudut kusur untuk lusi/pakan sebesar 14,2/12,9%.
Optimalisasi Penggunaan Zat Pereduksi Dan Waktu Fiksasi Pada Pembuatan Batik Etsa Dengan Bahan Baku Rayon Viskosa Tien Suhartini; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i18.1090

Abstract

Pembatikan etsa memungkinkan menghasilkan produk yang lebih efisien dan murah karena proses pelekatan lilin yang pertama sesuai dengan desain motif, diganti dengan pencapan etsa putih. Pembuatan batik etsa pada kain rayon viskosa (shantung) belum lazim dilakukan karena serat rayon viskosa mempunyai derajat polimerisasi jauh lebih rendah dari pada serat kapas sehingga daya tahan serat rayon secara fisika kimia lebih rendah dari serat kapas. Unruk membuat batik etsa pada bahan rayon viskosa dengan proses cabut warna tanpa merusak kainnya, dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi zat pereduksi dan waktu fiksasinya dengan cara pengukusan (steam). Hasil percobaan diuji derajat putih dan kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapan pasta cap etsa putih dengan konsentrasi 50 g/kg zat pereduksi dan waktu fiksasi selama 12 menit pada suhu pengukusan 100°C mendapatkan hasil yang sempurna dengan nilai derajat putih 75,83 dan kekuatan tarik arah lusi 9,37 kg/m2. Kekuatan tarik arah pakan 7,49 kg/m2 memenuhi syarat mutu batik rayon.Pembatikan etsa memungkinkan menghasilkan produk yang lebih efisien dan murah karena proses pelekatan lilin yang pertama sesuai dengan desain motif, diganti dengan pencapan etsa putih. Pembuatan batik etsa pada kain rayon viskosa (shantung) belum lazim dilakukan karena serat rayon viskosa mempunyai derajat polimerisasi jauh lebih rendah dari pada serat kapas sehingga daya tahan serat rayon secara fisika kimia lebih rendah dari serat kapas. Unruk membuat batik etsa pada bahan rayon viskosa dengan proses cabut warna tanpa merusak kainnya, dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi zat pereduksi dan waktu fiksasinya dengan cara pengukusan (steam). Hasil percobaan diuji derajat putih dan kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapan pasta cap etsa putih dengan konsentrasi 50 g/kg zat pereduksi dan waktu fiksasi selama 12 menit pada suhu pengukusan 100°C mendapatkan hasil yang sempurna dengan nilai derajat putih 75,83 dan kekuatan tarik arah lusi 9,37 kg/m2. Kekuatan tarik arah pakan 7,49 kg/m2 memenuhi syarat mutu batik rayon.
Penelitian Pengaruh Sudut Cetakan Bentuk Kerucut (Cropong) Terhadap Mutu Bingkai (Plepet) Kulit Kerang Simping Maryono Maryono; Bambang Moyoretno
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1050

Abstract

Dalam industri kerajinan kulit kerang simping, sistem rangkai (pateri) diperlukan sebagai bingkai (plepet) dari plat kuningan dengan ketebalan 0,1 – 0,2 mm. Bingkai tersebut dibuat perajin dengan menggunakan alat cetakan yang berbentuk kerucut yang disebut cropong. Ujung potongan-potongan plat kuningan dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam cropong kemudian ditarik sehingga menjadi bingkai yang bentuknya seperti pipa yang mempunyai alir memanjang. Pada umumnya bingkai yang dihasilkan mempunyai kelengkungan yang cukup besar sehingga mutu barang jadi yang dihasilkan kurang memuaskan (kurang rapi).Dalam percobaan ini dilakukan proses pembuatan bingkai dengan bahan potongan plat kuningan ukuran tebal 0,2 mm. Lebat 4 mm dan panjang 20 cm. Alat cetakan yang dipergunakan terdiri dari 3 macam sudut, masing-masing 30o, 45o dan 60o. Diameter ujung ketiga cetakan sama yaitu 2 mm dengan proses penarikan konstan dan horisontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan bingkai dengan menggunakan cetakan berbentuk kerucut dengan sudut cetakan yang semakin kecil (sampai sudut 30o) dapat menghasilkan bingkai yang semakin baik mutu dan penggunaannya.Dalam industri kerajinan kulit kerang simping, sistem rangkai (pateri) diperlukan sebagai bingkai (plepet) dari plat kuningan dengan ketebalan 0,1 – 0,2 mm. Bingkai tersebut dibuat perajin dengan menggunakan alat cetakan yang berbentuk kerucut yang disebut cropong. Ujung potongan-potongan plat kuningan dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam cropong kemudian ditarik sehingga menjadi bingkai yang bentuknya seperti pipa yang mempunyai alir memanjang. Pada umumnya bingkai yang dihasilkan mempunyai kelengkungan yang cukup besar sehingga mutu barang jadi yang dihasilkan kurang memuaskan (kurang rapi).Dalam percobaan ini dilakukan proses pembuatan bingkai dengan bahan potongan plat kuningan ukuran tebal 0,2 mm. Lebat 4 mm dan panjang 20 cm. Alat cetakan yang dipergunakan terdiri dari 3 macam sudut, masing-masing 30o, 45o dan 60o. Diameter ujung ketiga cetakan sama yaitu 2 mm dengan proses penarikan konstan dan horisontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan bingkai dengan menggunakan cetakan berbentuk kerucut dengan sudut cetakan yang semakin kecil (sampai sudut 30o) dapat menghasilkan bingkai yang semakin baik mutu dan penggunaannya.
Pengembangan Ragam Hias Tenun Endek untuk Mendukung Industri Kreatif di Sidemen Karangasem Novita Ekarini; Joni Setiawan; Robets Christianto; Dana Kurnia Syabana; Yudi Satria
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i2.5835

Abstract

ABSTRAKKain tenun endek merupakan kerajinan tradisonal masyarakat Bali yang berfungsi sebagai sumber budaya (cultural resource) berbentuk barang/cendera mata (goods) yang apabila dikemas dengan baik dapat menjadi suatu komoditi dengan peluang pasar yang besar dalam industri kreatif dan pariwisata. Namun, kain tenun endek dari Karangasem saat ini kalah bersaing dengan tenun dari luar Bali. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kualitas dalam hal ragam hias dan produk kreatif. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan ragam hias tenun endek Karangasem dan produk jadinya sesuai dengan selera pasar. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksplorasi desain dengan mengambil objek wisata dan flora yang ada di Karangasem, penyajian secara visual, pembuatan contoh produk cendera mata, dan penilaian ahli. Hasil penelitian ini menghasilkan tiga motif baru yaitu motif Rumah Pohon, motif Tirta Gangga, dan motif Bunga Lotus. Desain dan contoh produk kemudian dinilai menggunakan expert judgement melalui kuesioner sebanyak 36 responden yang terdiri dari desainer dan masyarakat Bali. Variabel yang dinilai adalah harmoni, proporsi, keseimbangan dan kelayakan jual. Hasil indeks menunjukkan nilai rata – rata paling tinggi adalah motif Tirta Gangga dengan nilai 83,02%. Berdasarkan penilaian dengan expert judgement, motif baru yang dibuat telah memenuhi kaidah desain dan layak untuk dijual. ABSTRACTEndek woven cloth is a traditional Balinese handicraft that functions as a cultural resource in the form of goods which, when properly packaged, can become a commodity that has a large market opportunity in the creative and tourism industry. However, the endek woven fabric from Karangasem is currently unable to compete with weaving from outside. Therefore, efforts are needed to improve quality in terms of decorative and creative products. This research aims to develop a variety of Karangasem endek woven ornaments and finished products according to market tastes. The research method is design exploration with a focus of tourism objects and flora in Karangasem, visual presentation, creating prototype of souvenir products, and assessment of the products by using expert judgement. The results of this study resulted in three new motifs, namely the Tree House motif, the Tirta Gangga motif, and the Lotus Flower motif. The design and product samples were then assessed using expert judgment through a questionnaire of 36 respondents consisting of designers and Balinese people. The variables assessed are harmony, proportion, balance and selling worthiness. The index result shows that the highest average value is the Tirta Gangga motif with a 83.02%. Based on the judgment by expert judgment, the new motive that is made meets the design rules and is worth selling.
Preface DKB Vol.32 No.2 Redaksi, Tim
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.2278

Abstract

Dekolorisasi Limbah Pabrik Cair Industri Tekstil dengan Miselium omphalina SP. A-1 Amobil Subarno Subarno
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v24i1.999

Abstract

Omphalina sp. A-1 (Basidiomycetes) adalah jamur pelapuk putih (JPP) indigenous  yang mampu menghasilkan enzim lakase dengan aktivitas tinggi. Lakase (E.C.1.10.3.2; benzendiol : oksigen oksidoreduktase) diketahui dapat dimamfaatkan secara luas untuk berbagai kegunaan seperti proses degradasi lignin, bioremediasi dan biodegradasi polutan organik (klorofenol dan polisiklik aromatik hidrokarbon), dekolorisasi dan detoksiflkasi limbah tekstil, serta biobleaching dan biopulping kertas. Hal tersebut disebabkan karena lakase memiliki aktivitas katalitik terhadap berbagai jenis substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwaa Ompholina sp. A-1 yang diisolasi dari limbah lignoselulosa pabrik kelapa sawit, kebun Kerta Jaya PTPN VIII Banten, mampu mendekolorisasi zat warna merah metil, safranin dan biru metilen dengan konsentrasi 1-100 ppm selama 48 jam. Omphalina sp yang diamobilisasi pada serat ijuk dengan kondisi tanpa agitasi. tanpa penambahan nutrisi, pengaturan pH awal dan inkubasi pada suhu ruang mampu mendekolorisasi dengan efisien dua jenis limbah pabrik. kain batik yang masing-masing mengandung zat warna indigo carmen dan alfa naftol. Kandungan zat warna dalam limbah pabrik kain batik konsentrasi pekat (tanpa pengenceran) tersebut menurun sekitar 50% selama 48 jam. Omphalina sp. A-1 yang diamobilisasi dengan matrik yang sama juga mampu mendekolorisasi limbah tekstil blue jean berwama abu-abu hingga 25% selama 48 jam. Beberapa zat warna tekstil komersial (biru, hitam, hijau, dan merah) dengan konsentrasi 100 ppm juga dapai dipucatkan dengan cara yang sama dalam waktu 72 jam. Waktu optimum dekolorisasi sistem batch tersebut akan digunakan sebagai waktu kontak dalam merancang proses dekolorisasi limbah tekstil sistem kontinyu skala pilot. Kata kunci: Jamur-pelapuk putih, Omphalina sp. A-1, dekolorisasi limbahtekstil, indigo cannen, alfa naftol

Page 8 of 30 | Total Record : 295


Filter by Year

1987 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue