cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 295 Documents
LIMBAH SERUTAN KAYU MATOA (Pometia pinnata) SEBAGAI ZAT WARNA ALAM PADA KAIN BATIK SERAT SELULOSA Agus Haerudin; Farida Farida Farida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2759

Abstract

Potensi limbah sumber daya alam di Indonesia hususnya limbah kayu-kayuan sangat melimpah yang selama ini belum dimanfaatkan dan belum miliki nilai jual yang sangat tinggi, salah satunya serutan kayu matoa. Pada penelitian ini mencoba melakukan ekperimen limbah serutan kayu matoa dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku zat warna alam yang akan diaplikasikan pada kain batik serat selulosa.Tujuan dari  penelitian ini ingin melihat arah warna yang dihasilkan dari ekstraksi limbah serutan kayu matoa dengan melakukan beberapa perlakuan variasi suhu ekstrkasi 75°C dan 100°C dengan pelarut air, dalam suasana larutan celup pH asam 4 dan pH basa 10, serta perlakuan mordan akhir tawas 70 g/l dan tunjung 30 g/l, dari hasil ekperiment dilakukan uji beda warna (L, a, b) dan uji ketahanan luntur warna pada pencucian.            Hasil uji beda warna (L,a,b) pencelupan kayu matoa pada kain katun menghasilkan beda warna dengan kain standar uji dimana secara visualisasi dengan perlakuan suasana celup pH asam dengan mordan akhir tawas menghasilkan arah warna coklat sedang, dan dengan perlakuan mordan akhir tunjung menghasilkan arah warna coklat tua. Pada perlakuan suasana larutan celup pH basa dengan perlakuan mordan akhir tawas menghasilkan arah warna coklat muda serta dengan perlakuan mordan akhir tunjung mendapatkan arah warna coklat sedang. Dari hasil uji ketahanan luntur warna pada pencucian secara umum nilai yang diperoleh 4-5 dalam kategori baik.  
Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis Joni Setiawan; Guring Briegel Mandegani; Evi Yuliati Rufaida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1077

Abstract

ABSTRAKSejak diakuinya Batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, perkembangan industri batik mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Pada saat ini peralatan utama untuk membatik (kursi, gawangan, canting, kompor, meja cap, canting cap, wajan cap, dan lain-lain) masih menggunakan peralatan batik yang lama, yang belum diteliti mengenai usability dan safety-nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ukuran kursi dan gawangan pembatikan yang beredar di pasaran apakah telah sesuai dengan kebutuhan pembatik dan sesuai dengan konsep ergonomi. Pengumpulan data kursi dan gawangan dari berbagai tempat industri batik. Data yang diperlukan diwakili oleh N = 30 buah. Data-data ini kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode histogram. Penggunaan kursi pembatikan di industri batik masih sangat jauh dari kondisi ideal (minimum tinggi 370 mm, lebar 380 mm dan kedalaman 380 mm). Ukuran tinggi kursi pembatik yang ada, rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm, lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm, dan tanpa menggunakan sandaran punggung.Kata kunci: kursi pembatikan, ergonomi, antropometriABSTRACTSince the approval of batik as an intangible cultural heritage by UNESCO, the improvement of batik industry have evolved along with the increase in market demand. At this time the main equipment for batik processes are still using the old batik equipment that has not been studied regarding its usability and safety. The purpose of this study was to assess the size of the seat and gawangan batik on the market whether in accordance with the requirements in accordance with the concept of batik and ergonomics. The data collected from several places batik industry. The data required to make is represented by N = 30 pieces. These data are then performed statistical analysis with the histogram method. The use of seat batik batik industry is still very far from ideal conditions. The size of the existing seat are: average high seat is 263.7 (Indonesian women knee high to sit: average 339,2 mm), average width of seat is 353 mm (Indonesian women hips size: average 366,8 mm), average depth of seat is 305 mm (Indonesian women knee to buttocks length: average 470,7 mm) and without using the backrest.Keywords: batik chair, ergonomy, anthropometry
Rekayasa Mesin Irat Bambu Aan Eddy Antana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v26i1.1037

Abstract

Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu adalah produk untuk pemenuhan pennintaan ekspor. Sasaran konsumen luar negeri adalah para peminat kerajinan bambu dari Jepang, Italy, Jerman dan Hongaria.Permasalahan yang dihadapi industri kerajinan anyaman bambu salah satunya adalah terbatasnya peralatan, termasuk alat irat. Fenomena ini sangat terasa terutama di level industri kecil dan menengah, yang mengakibatkan kapasitas produksi relatif rendah.Dari uraian di atas timbul pemikiran untuk membuat mesin irat bambu yang terjangkau oleh industri kecil dan menengah. Mesin irat bambu dinilai cukup efektif untuk membantu proses produksi industri kerajinan anyaman bambu.Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Alih Teknologi dan Inkubasi, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta. Metode yang dilakukan yaitu survei lapangan dan literatur, perancangan desain, pemilihan dan pengadaan bahan, pembuatan, ujicoba, finishing, evaluasi dan pembahasan.Kegiatan ini menghasilkan mesin irat bambu dengan spesifikasi :Penggerak      : motor listrik 1 phase, 220 V, 1/3 HP, 1430rpmDimensi           : - panjang       : 73 cm-  lebar            : 29 cm-  tinggi           : 78 cmBerat               : 90 kgKapasitas        :Panjang iratan (cm)Kapasitas (iratan/jam)302693402464502207601902Tebal iratan minimal : 0,3 mm Kata kunci: mesin irat, bambu, anyaman
Halaman Depan Edisi Juni 2020 DKB DKB
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i1.6292

Abstract

PENGOLAHAN KAIN PERCA MENJADI SEKAT PEREDAM SUARA Patricia Pahlevi Noviandri; Centaury Harjani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i2.1674

Abstract

Permasalahan sampah di Indonesia sangat tinggi. Sebanyak 2% dari total sampah di Indonesia berasal dari kain. Pengolahan 2% limbah kain ini dinilai mampu meningkatkan perekonomian warga. Berbagai macam pengolahan limbah kain diantaranya menjadi tas, selimut, sandal, tatakan meja, maupun keset mampu bersaing dengan produk industri besar. Inovasi dalam pengolahan limbah kain saat ini sebagai sekat ruangan. Sekat ruangan yang bersifat temporer untuk rumah tinggal saat ini diindikasi mampu untuk memisahkan ruang secara visual namun tidak mampu memisahkan suara antar ruang yang satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan mendapatkan olahan bahan kain yang efektif meredam suara dengan metode eksperimen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan beberapa sampel dengan tiap sampel diberikan beberapa tingkat bunyi (125 Hz hingga 2000 Hz). Variabel pembeda sampel berupa material sekat yaitu kain perca berbahan jeans dan kain perca berbahan katun. Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu mendapatkan desain partisi yang memenuhi aspek keindahan untuk dekorasi ruang dan memenuhi aspek akustik sebagai peredam suara tingkat rumah tinggal. Hasil dari penelitian ini yaitu olahan kain perca berupa gempal efektif meredam suara dan memberikan motif dekorasi yang unik. Kemampuan sekat dari olahan kain perca ini dalam meredam suara sebesar 6 dB sampai 15 dB dilihat dari nilai tingkat penurunan kebisingannya. Olahan kain perca dapat meredam suara pada frekuensi yang dihasilkan oleh suara manusia (<2000Hz). 
Penelitian Pengaruh Derajat Keasaman Pada Pencelupan Batik Sutera Subardjo Subardjo; Sulistyani Sulistyani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i10.984

Abstract

     Keterbatasan sifat bahan sutera untuk batik telah mendorong dilakukannya penelitian mengenai optimalisasi proses pencelupan. Dalam penelitian ini dilakukan pencelupan sutera dengan zat warna reaktif dan indigosol dengan variasi pH:4, 5, 6 , 7 dan 8. Sebagai pembanding dilakukan pencelupan untuk kedua zat warna tersebut pada kondisi normal. Dari hasil pengujian ternyata derajat keasaman berpengaruh terhadap kekuatan tarik dan beda warna.     Penelitian memberikan hasil terbaik untuk penggunaan zat warna reaktif pada kisaran pH: 7-9 sedang untuk zat warna indigosol pada kisaran pH : 3-5.
PEMANFAATAN LIMBAH SERUTAN KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus) UNTUK PEWARNAAN KAIN SUTERA Ainur Rosyida; Subiyati Subiyati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i2.4301

Abstract

This research aimed to exploit the jackfruit wood  waste as textile coloration on silk. Moreover to know influence of dip solution pH variation application and mordan process to dyeing result quality. The dying process obtained by differences pH variation and fixator substance, namely alum and ferrous sulfate. According to the research was known that jackfruit wood  could be used to color silk into yellow and brown. The final color depending on the fixator whereas the color density and trend color depending on pH solution used in dyeing process. The dyeing process proved the good result, since it got smooth and permanent color. The color density showed the dyeing process using alum mordant got yellow included the highest color density on acid (pH : 5) whereas the ferrous sulfate got brown included the highest color density on acid (pH : 5). The color endurance on washing process got good color change value on 4 -5 of Grey Scale standart and of Staining Scale standard. Whereas color endurance on dry rubbing got very good: 5 on wet rubbing of Grey Scale standard. The results of this study can be applied to the process of dyeing natural dyes with optimal results and a short time.
Canting Listrik Sederhana Aan Eddy Antana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v27i1.1126

Abstract

Perajin batik selama ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar kompor dalam proses pembatikan. Salah satu permasalahan yang dihadapi perajin adalah kelangkaan dan mahalnya harga minyak tanah. Kebijakan pemerintah mengkonversi minyak tanah ke gas juga belum mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh perajin.Penelitian yang dilakukan adalah membuat canting listrik sederhana yang ramah lingkungan untuk menggantikan canting konvensional yang masih membutuhkan kompor minyak tanah untuk mencairkan lilin batik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Alih Teknologi dan Inkubasi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Metode yang dilakukan yaitu survey lapangan dan literature, perancangan desain, pemilihan dan pengadaan bahan, pembuatan, ujicoba, finishing, evaluasi dan pembahasan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah elemen pemanas 30 W, 220 V, plat tembaga 0,5 mm, kabel, saklar geser, kayu, baut dan isolasi.Luaran dari penelitian ini adalah satu unit canting listrik dengan daya 30 W, 220 V, panjang 148 mm, lebar 20 mm dan tinggi 35 mm. Kata kunci: canting, canting listrik, batik
Efektivitas Pengolahan Air Limbah Batik dengan Cara Kimia dan Biologi Istihanah Nurul Eskani; Sulaeman Sulaeman
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v22i1.975

Abstract

Kebanyakan industri batik membuang air limbah ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu dengan alasan keterbatasan tempat, dana dan penguasaan teknologi. Beberapa cara pengolahan air limbah telah dilakukan untuk mengatasi penurunan mutunlingkungan akibat pembuangan air limbah.Telah dilakukan penelitian proses pengolahan air limbah batik secara kimia, biologi aerob dan biologi anaerob. Proses kimia dilaksanakan dengan menambahkan koagulan tawas dan kapur ke dalam air limbah batik. Proses biologi aerob dijalankan dalam reaktor terbuka selama 5 hari, sedang proses biologi anaerob  dijalankan dalam reaktor tertutup selama 12 hari. Hasil proses kemudian diukur parameter warna, COD dan alkalinitasnya.Hasil penelitian pengolahan air limbah batik secara kimia dapat menurunkan parameter warna yang berasal dari zat warna Naphtol sebesar 83,15 %, COD sebesar 28,82% dan pH hasil proses 7. Proses biologi anaerob menurunkan parameter warna sebesar 94,95%, COD sebesar 59,89% dan pH hasil proses 5. Proses biologi aerob dapat menurunkan parameter warna yang berasal dari zat warna Naphtol sebesar 97,82%, COD sebesar 72, 88% dan pH hasil proses 6,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengolahan limbah cair batik secara biologi aerob lebih efektif daripada pengolahan secara biologi anaerob maupaun secara kimia. Kata kunci : pengolahan air limbah batik, proses kimia, proses biologi
KOMPOSISI LILIN BATIK (MALAM) BIRON UNTUK BATIK WARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA Agus Haerudin; Vivin Atika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i1.3744

Abstract

Lilin batik (malam) biron merupakan jenis lilin batik yang digunakan pada proses mbironi (menutup sebagian ornamen pokok atau ornamen tambahan pada kain batik yang sudah berwarna). Proses mbironi memiliki peranan penting pada kualitas produk batik yang dihasilkan. Banyaknya produk batik warna alam yang memiliki kualitas kurang baik, dikarenakan terdapat rembesan warna akibat kurang baiknya kualitas lilin biron yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin biron yang baik untuk produksi batik warna alam. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen acak menggunakan variasi komposisi bahan baku lilin biron yaitu paraffin dan lilin bekas. Prototipe lilin biron kemudian diaplikasikan pada kain katun dan sutera. Pengujian lilin biron meliputi uji titik leleh, identifikasi ketajaman motif dan warna, serta uji pelepasan lilin batik (pelorodan). Dari hasil penelitian diperoleh lilin batik biron yang mempunyai kualitas terbaik untuk kain katun adalah dengan formula 1 bagian kote, 5 bagian parafin, dan 4 bagian lilin batik bekas, adapun komposisi terbaik lilin batik biron untuk kain sutera dengan formula 2 bagian gondorukem, 5 bagian parafin, 14 bagian lilin batik bekas dan 1 bagian kendal.

Filter by Year

1987 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue