cover
Contact Name
Yurnalis
Contact Email
jurnal.musiketniknusantara@gmail.com
Phone
+6285263221706
Journal Mail Official
jurnal.musiketniknusantara@gmail.com
Editorial Address
Jl. Bahder Johan 27128, Sumatera Barat
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Musik Etnik Nusantara
Core Subject : Art,
JURNAL MUSIK ETNIK NUSANTARA is an academic journal published by Department of Karawitan, Faculty of Performing Arts, Institut Seni Indonesia Padangpanjang twice a year. This journal publishes original articles with focuses on the results of studies in the field of Indonesian ethnic music. The coverage of topics in this journal includes: Traditional Music Contemporary Music Musik Performence Composition or Arrangement Musicology Ilustration Music Etnomusicology World Music Technology Music Music Education Organology of Music
Articles 68 Documents
Fungsi Dikia Baruda pada Acara Sunat Rasul (Khitanan) di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Chairunnisa Salsabillah Salsabillah; Desmawardi Desmawardi; Misda Elina; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.989 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2016

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan fungsi dikia baruda pada acara sunat rasul di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sunagayang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Pertunjukan kesenian dikia baruda sebagai produk budaya masyarakat ditampilkan pada acara arak-arakan dan dalam posisi duduk dalam masjid, mushallah dan rumah penduduk. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dengan mendata langsung kelapangan. Teori yang digunakan adalah teori fungsi yang di kemukakan oleh Allan P. Merriam dan RM. Soedarsono, adapun teori bentuk yang digunakan adalah teori yang dikemukakan ole Djelantik.  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa bentuk pertunjukan kesenian dikia baruda ditinjau dari segi penyajiannya menggunakan, instrument rabano dan vocal yang melantukan syair puji-pujian kepada Allah SWT dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Selajutnya fungsi pertunjukan dikia baruda pada acara sunat rasul adalah, menyangkut emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunkasi, sebagai sarana upacara, sebagai hiburan, dan sebagai sarana tontonan.Kata kunci: Dikia Baruda, Sunat Rasul, Fungsi, BentukABSTRACT This study aims to describe the function of dikia baruda at the apostle circumcision event in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sunagayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. The art performances of Dikia Baruda as a cultural product of the community are displayed at processions and in a sitting position in mosques, prayer rooms and people's homes. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach by collecting data directly from the field. The theory used is the function theory proposed by Allan P. Merriam and RM. Soedarsono, the theory of form used is the theory proposed by Djelantik. Data collection techniques were carried out by literature study, observation, interviews and documentation. The results of the study indicate that the art form of Dikia Baruda in terms of presentation uses rabano and vocal instruments that sing praises to Allah SWT and glorify the Prophet Muhammad SAW. Furthermore, the function of the dikia baruda performance at the circumcision of the apostle is related to emotional, aesthetic appreciation, entertainment, communication, as a means of ceremony, as entertainment, and as a means of spectacle.Keywords: Dikia Baruda, Apostle Circumcision, Function, Form
Musik Tari Adok di Nagari Koto Sani Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok Syerli Marta Lina; Darmansyah Darmansyah; Arnailis Arnailis
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.096 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2013

Abstract

Musik tari adok merupakan patner sejati yang selalu mengiringi tari adok dalam pertujukannya.  Untuk mengatur tempo kesenian ini mengunakan alat musik gendang bermuka satu yang disebut dengan adok,yang dimainkan oleh satu orang pemusik yang sekaligus sebagai pendendangnya. Dendang yang didendangkan secara terstruktur terdiri dari   lima tanggak  yaitu: 1.Dendang Padah-padah atau disebut juga dengan dendang Buai-buai 2. Dendang  Dendang-dendang  3. Dendang Adau-adau 4. Dendang Dindin-dindin  4. Dendang Sijundai. Dendang ini akan dimainkan sesuai dengan struktur tarinya, dengan sair yang digunakan  biasanya sair yang berbentuk pantun.  kesenian ini biasa ditampilkan pada upacara-upacara adat di Nagari Koto Sani pada waktu malam hari pukul 01.00 wib. Saat ini Tari Adok sudah boleh ditampilkan pada waktu siang hari  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pengumpulan data secara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian menjelaskan tentang bentuk musik tari adok, tari adok, serta keterkaitan antara musik dengan tari adok. Kata kunci: Musik; tari; adok; dendang; pertunjukan ABSTRACT            The adok dance music is a true partner who always accompanies the adok dance in its performances. To set the tempo of this art using a one-faced drum instrument called the adok, which is played by one musician who is also the singer. The song that is sung in a structured manner consists of five steps, namely: 1. Dendang Padah-padah or also called Dendang Buai-buai 2. Dendang Dendang-dendang 3. Dendang Adau-adau 4. Dendang Dindin-dindin 4. Dendang Sijundai. This dendang will be played according to the dance structure, with the rhymes used usually in the form of poem. This art is usually shown at traditional ceremonies in Nagari Koto Sani at night at 01.00 WIB. Currently, Adok Dance is allowed to be performed during the day. This research uses descriptive analysis method with data collection by observation, documentation, and interviews. The results of the study explain the forms of music for the adok dance, the adok dance, and the relationship between music and the adok dance. Keyword: Music; dance; adok; traditional song; performance 
Lagu La ilaha illallah Dalam Penyajian Ratik Tagak di Nagari Singgalang Elsi Gantika; Arnailis Arnailis; Syafniati Syafniati; Asril Asril
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 2 (2021): JUrnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.552 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i2.2168

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lagu Tradisi Ratik Tagak yang disampaikan dalam bentuk nyanyian koor oleh penganut Tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang, Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Penganut tarekat ini menempatkan Ratik Tagak sebagai ibadah yang terintegrasi  dalam upacara agama berupa do’a pada berbagai konteks  dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Karakteristik Ratik Tagak terletak pada kalimah-kalimah dzikir ‘Laa Ilaha Illallah, Allah-Allah, Hu- Allah, dan Allah-Hu’ yang dilakukan dengan cara berdiri sambil menggoyang-goyangkan tangan dan tubuh mereka secara terpola sesuai dengan irama kalimah dzikir yang diucapkan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatakan kualitatif, menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan  langsung di lapangan, sedangkan data  sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa buku-buku, hasil penelitian berbentuk  laporan, dan kitab-kitab yang berhubungan dengan Ratik Tagak. Hasil yang dicapai  adalah Visualisasi melodi lagu Ratik Tagak yang  berbentuk deskripsi musikal dalam melantunkan dzikir dan lafadz kalimah laa ilaahaillallah secara bersambung dalam pelaksanaannya.
Senandung Ngalun Sebagai Interpretasi terhadap Kesenian Senandung Jolo di Kumpe Ilir Muaro Jambi Mirnawati Mirnawati; Yunaidi Yunaidi; Susandra Jaya
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.525 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2017

Abstract

Senandung Jolo merupakan salah satu kesenian tradisi yang berasal dari Kelurahan Tanjung Kecamatan Kumpe Ilir Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Senandung merupakan suatu nyanyian, sedangkan jolo merupakan pantun, jadi senandung jolo merupakan nyanyian yang berbentuk pantun. Pantun yang dibawakan secara spontan dalam bentuk  berbalas-balasan. Senandung Jolo pada prinsipnya nyanyian ungkapan perasaan yang ditujukan terhadap orang yang disukai, dikagumi bahkan dicintai. Di dalam kesenian Senandung Jolo banyak keunikan yang dijumpai yaitu terdapat irama naik dan turun yang bercengkok melayu, sebagaimana masyarakat setempat menyebutnya Ngalun. Selain itu terdapat struktur permainan yang kotak-kotak, namun tetap menghasilkan sebuah sajian pertunjukan yang menarik, dan menjadi inspirasi untuk diwujudkan dalam bentuk karya musik baru yang berjudul Senandung Ngalun. Karya Musik Senandung Ngalun menggunakan metode garap pendekatan tradisi, dimana pengga­rapannya masih tetap mempertimbangkan nilai dan karakter musikalnya tradisi, serta menghadirkan konsep garapan kesenian senandung jolo yang diselingi dengan unsur teaterikal dalam bentuk berbalas pantun yang berisi nasehat kepada muda mudi, sehingga karya yang dihasilkan tetap menyajikan bentuk dan nilai nilai ketradisiannya, meski telah digarap dalam bentuk inovasi baru.Kata Kunci: Senandung Ngalun; Pantun; Nyanyian: Senandung Jolo; Muaro Jambi ABSTRACTSenandung Jolo is one of the traditional arts originating from Tanjung Village, Kumpe Ilir District, Muaro Jambi Regency, Jambi Province. Senandung is a song, while jolo is a rhyme, so humming jolo is a song in the form of a rhyme. Poems that are sung spontaneously in the form of reciprocation. Senandung Jolo, in principle, is a song that expresses feelings aimed at people who are liked, admired and even loved. In the art of Senandung Jolo, there are many unique things that are found, namely there is a rising and falling rhythm that bends with Malay, as local people call it Ngalun. In addition, there is a game structure that is checkered, but still produces an interesting performance presentation, and becomes an inspiration to be realized in the form of a new musical work entitled Senandung Ngalun. Musical work Senandung Ngalun uses a traditional approach to work on the method, where the work still takes into account the values and musical character of the tradition, as well as presents the concept of the art of singing the jolo interspersed with theatrical elements in the form of reciprocated rhymes containing advice to young people, so that the resulting work continues to present the forms and values of its traditions, even though it has been worked on in the form of new innovations.Keywords: Singing Ngalun; Pantun; Singing Jolo; Muaro Jambi
“Two Be One” Terinspirasi dari Kesenian Gandang Tambua dalam Upacara Tabuik di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Budi Kurniawan; Syahri Anton; Yurnalis Yurnalis; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3089

Abstract

ABSTRAKUpacara tabuik merupakan acara tahunan bagi masyarakat Pariaman yang dilaksanakan sejak awal hingga pertengahan Muharram setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengenang wafatnya Al Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan upacara mahoyak tabuik  dan mengusung tabuik, yang diringi oleh permainan gandang tambua yang memainkan lagu sosoh sampai akhirnya  mambuang tabuik ke laut,yang dimulai  pukul 11.00-16.00. Upacara mahoyak tabuik tersebut pengkarya jadikan sebagai ide garapan dalam  komposisi music dengan metode pendekatan “World Music” yaitu menggarap suatu kesenian tradisi ke dalam komposisi musik dengan format populer dengan cara mengkolaborasikan instrumen modern dengan tetap mempertahankan unsur etnis yang tidak terlepas dari kesenian tradisinya. Hasil yang dicapai adalah bahwa garapan yang bersumber dari spirit permainan lagu sosoh. pengkarya membagi posisi pemain menjadi dua kelompok yang sama-sama memainkan instrumen gandang tambua, dengan melakukan penggarapan tempo dan juga permainan poli meter, call and respon. Masing-masing pendukung  menghoyak dan mengusung tabuik, bahkan membawa berlari ke arah tabuik lain untuk menciptakan  suasana menjadi panas, meriah, dan atraktif dengan diringi  permainan gandang tambua.  Karya ini pengkarya beri judul “Two be One”. Judul ini menggambarkan terhadap spirit dari permainan lagu sosoh pada saat  dua  kelompok tabuik bertemu. Dalam garapan karya ini menemukan adanya perubahan tempo yang bersifat situasional yang di pengaruhi oleh suasana pada saat mahoyak tabuik,  semakin panas,  maka tempo dan dinamiknya semakin naik serta pemain gandang tambua akan semakin atraktif.Kata Kunci: Gandang Tambua; oyak tabuik; sosoh.   ABSTRACTThe tabuik ceremony is an annual event for the people of Pariaman which is held from the beginning to the middle of Muharram every year which aims to commemorate the death of Al Husein bin Ali, the grandson of the Prophet Muhammad SAW. The purpose of this writing is to describe the mahoyak tabuik ceremony and carry the tabuik, which is accompanied by a game of gandang tambua that plays the song sosoh until finally throwing the tabuik into the sea, which starts at 11.00-16.00. The mahoyak tabuik ceremony was made as an idea in music composition with the "World Music" approach method, namely working on a traditional art into a musical composition with a popular format by collaborating with modern instruments while maintaining ethnic elements that cannot be separated from the traditional arts. The result achieved is that the work comes from the spirit of playing the sosoh song. The artist divides the position of the players into two groups who both play the gandang tambua instrument, by cultivating the tempo and also playing the game of poly meter, call and response. Each supporter tore and carried the tabuik, and even ran to the other tabuik to create a hot, lively, and attractive atmosphere accompanied by a game of gandang tambua. This work is entitled "Two be One". This title describes the spirit of the sosoh song playing when two tabuik groups meet. In this work, it is found that there are situational changes in tempo which are influenced by the atmosphere at the time of mahoyak tabuik, the hotter the tempo and dynamics, the more attractive the gandang tambua players.  Keywords: Gandang Tambua; oyak tabuik;  figure.  
Kreativitas Musikal Dalam Garap Karya Ludira Seta Gelar Seftiyana; Ismet Ruchimat; Sri Rustiyanti
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3207

Abstract

-Ludira Seta merupakan karya baru yang diciptakan dengan berlandaskan pada idiom kesenian wayang golek. Karya ini merupakan wujud kolaborasi antara budaya dan teknologi digital komputer yang digarap dengan mengusung tiga jenis kretaivitas sebagaimana dikemukakan Margaret A. Boden, yakni kreativitas kombisional, eksplanatori, dan transformasional. Metode pembentukan komposisi musikal mengacu pada konsep garap Rahayu Supanggah mengenai: (1) Materi garap; (2) Penggarap; (3) Sarana garap; (4) Prabot/Piranti garap; (5) Penentu garap; (6) Pertimbangan garap. Kedua konsep Kreativitas (Boden, 2010 dan Supanggah, 2011). Kompleksitas garap musik secara substansial dihadirkan dari 2 sumber dan latar belakang tradisi yang berbeda, yaitu tradisi musik yang berlatar belakang konvensi karawitan Sunda serta tradisi musik yang berlatar belakang musik klasik barat. Kedua latar belakang musik tersebut sebagian besar diproses melalui sistem Digital Audio Workstation (DAW) serta mengacu pada referensi Electronic Dance Music (EDM) Penyusunan karya ini dilakukan melalui beberapa tahap yakni riset, pemilihan media, hingga penggarapan hingga akhirnya dapat tercipta beragam unsur kebaruan baik itu dalam gending maupun orkestratif dari mulai yang bersifat kombinasi, hasil eksplorasi yang masih jarang dilakukan dalam karya-karya sebelumnya, hingga yang bersifat transformasi yang menghasilkan pola baru.
Gandang Tambua Pupuik pada Acara Baralek di Nagari Paninjauan Kabupaten Agam Fauzi Fauzi; Ediwar Ediwar; Sriyanto Sriyanto; Muhammad Zulfahmi
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3200

Abstract

-Gandang Tambua Pupuik merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Nagari Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Awalnya kesenian ini dipertunjukkan pada kegiatan konsi atau gotong royong di sawah pada saat istirahat minum dan makan, yang bertujuan untuk memberi tahu kepada masyarakat bahwasanya ada gotong royong. Seiring perkembangannya, sekarang kesenian ini tidak lagi dipertunjukkan pada kegiatan konsi di sawah, namun telah dipertunjukkan pada upacara pesta perkawinan, alek nagari dan lain sebagainya. Dalam pertunjukannya kesenian ini dimainkan 10 sampai 15 orang pemain. Ensambel Gandang Tambua Pupuik terdiri dari beberapa instrumen yaitu pupuik batang padi, tambua, talempong, gadabiak (rebana), dan giriang-giriang (tamborin). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur pertunjukan Gandang Tambua Pupuik pada acara pesta perkawinan dan alek nagari di Nagari Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif yakni mengumpulkan data baik lisan maupun tulisan terkait pertunjukan kesenian Gandang Tambua Pupuik,  dengan beberapa teknik seperti observasi ke lapangan tepatnya di Nagari Maninjau, wawancara dengan narasumber yang memiliki pemahaman tentang keberadaan Gandang Tambua Pupuik, studi pustaka terhadap beberapa tulisan terkait kesenian ini, serta pengambilan dokumentasi pertunjukan Gandang Tambua Pupuik di Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. 
Karya Komposisi Musik “Riuh Berzapin” Inspirasi Filler Zapin Kote Sultan Palembang Singkep Pesisir Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau Alfiansyah Saputra; Susandrajaya Susandrajaya; Muhammad Zulfahmi
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3086

Abstract

ABSTRAKKomposisi musik karawitan “Riuh Berzapin” dilatarbelakangi oleh ketertatikan pengkarya terhadap salah satu lagu yang terdapat pada kesenian Zapin Kote yaitu lagu Sultan Palembang, jenis kesenian Zapin Desa Kote Provinsi Kepulauan Riau. Pengkarya melihat terdapat unsur-unsur musikal yang memiliki banyak potensi garap, baik pada melodi, ritme, maupun syair pada lagu Sultan Palembang, sehingga menjadi ide dasar pengkarya dalam penggarapan komposisi musik karawitan. Proses penggarapan komposisi “Riuh Berzapin”, menggunakan metode pendekatan tradisi. Alasan memilih pendekatan tradisi yaitu ingin mengembangkan kesenian Zapin Kote menjadi sebuah komposisi musik dengan bentuk yang baru namun tidak menghilangkan nilai tradisi dari kesenian aslinya. Penciptaan karya komposisi musik Karawitan “Riuh Berzapin”, tahapan kerja terdiri dari pengamatan, diskusi, pembentukan (sintesis), realisasi dan penyelesaian karya. Komposisi musik “Riuh Berzapin” bernuansa Melayu menyajikan karya dalam dua bentuk atau bagian. Pada bagian pertama, pengkarya mengembangkan irama dari lagu Sultan Palembang dan juga permainan Laram yang terdapat pada lagu Sultan Palembang. Bagian kedua pengkarya mengembangkan melodi yang terdapat pada permainan gambus, dan juga pola ritme melodi pendek atau Filler yang bersifat rapat serta rampak dan energik, dengan penekanan pada melodi gambus dan interaksi gambus dengan pemain instrument lainya serta vokal. Puncak pertunjukan karya “Riuh Berzapin” terdapat pada bagian akhir garapan, dimana pada bagian ini pengkarya menghadirkan permainan meter tiga dengan melodi yang lebih rapat dan energik. Karya “Riuh Berzapin” menyampaikan pesan nasehat kepada para penonton sebagaimana dapat dilihat pada syair-syair yang dinyanyikan. Karya Komposisi musik Karawitan “Riuh Berzapin” digarap dengan menggunakan metode pendekatan Interpretasi Tradisi, menggunakan konsep dasar pengembangan musik Zapin Riau Kepulauan, sehingga memunculkan varian baru musik Zapin. Karya ini dipertunjukkan secara live dengan mematuhi protokol kesehatan di panggung pertunjukan dan disaksikan secara langsung oleh penonton. Kata Kunci: Riuh Berzapin; Kote; Sultan PalembangABSTRACTThe musical composition of "Riuh Berzapin" is motivated by the artist's interest in one of the songs contained in the Zapin Kote art, namely the Sultan of Palembang song, the type of Zapin art in Kote Village, Riau Islands Province. The artist sees that there are musical elements that have a lot of potential to work on, both on the melody, rhythm, and verse in the Sultan of Palembang song, so that it becomes the basic idea of the artist in cultivating musical compositions. The process of cultivating the composition "Riuh Berzapin", using the traditional approach method. The reason for choosing the traditional approach is to develop the art of Zapin Kote into a musical composition with a new form but not to eliminate the traditional value of the original art. The creation of the Karawitan musical composition "Riuh Berzapin", the stages of work consist of observation, discussion, formation (synthesis), realization and completion of the work. The musical composition "Riuh Berzapin" with Malay nuances presents the work in two forms or parts. In the first part, the artist develops the rhythm of the Palembang Sultan's song and also the Laram game found in the Palembang Sultan's song. The second part of the work develops the melodies found in the gambus playing, as well as the rhythmic patterns of short melodies or Filler which are tight and rampak and energetic, with an emphasis on the melody of the gambus and the interaction of the gambus with other instrument players as well as vocals. The highlight of the performance of the work "Riuh Berzapin" is at the end of the work, where in this section the artist presents a three meter game with a more dense and energetic melody. The work "Riuh Berzapin" conveys a message of advice to the audience as can be seen in the sung poems. The composition of Karawitan music "Riuh Berzapin" was worked on using the Tradition Interpretation approach, using the basic concept of developing Zapin music in Riau Islands, thus creating a new variant of Zapin music. This work is performed live by complying with health protocols on the stage and witnessed by the audience.Keyword: Riuh Berzapin; Kote; Sultan Palembang
Barzanji Natsar dalam Konteks Kematian di Nagari Batipuah Ateh Kabupaten Tanah Datar Mayaminu Hamra; Misda Elina; Syafniati Syafniati; Elizar Elizar
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3201

Abstract

-Barzanji Natsar adalah sebuah tradisi membaca kitab sastra arab “Majmu’atul Mawalid”, yang berisikan tentang kisah kelahiran dan kemuliaan sifat Nabi Muhammad SAW dengan cara bernyanyi. Pembacaan satra arab ini dilakukan pada kegiatan keagamaan dan ritual kematian, yang di dalamnya mengandung unsur seni seperti irama dan melodi. Kegiatan barzanji natsar dalam masyarakat Jorong Subarang pada umumnya hampir selalu dilaksanakan saat peristiwa kematian. Pelaksanaan barzanji natsar menjadi suatu hal yang lazim dilakukan sebagai ritual tradisi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian dan pandangan masyarakat mengenai “Barzanji Natsar dalam konteks kematian pada masyarakat Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, seperti: studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis data, dengan menggunakan teori bentuk dan teori persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk penyajian Barzanji Natsar dilakukan dengan teknik Canon (pembacaan dengan cara susul menyusul/bergantian oleh masing-masing pelaku kegiatan Barzanji). Pandangan tokoh masyarakat terhadap ritual Barzanji Natsar adalah mendukung kegiatan tersebut, karena memiliki nilai positif dalam pelaksanaannya dan sebagai identitas tradisi dari daerah Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh.
Satangah Tiang’ Re-interpretasi Prinsip Musikal Dendang Satangah Tiang pada Kesenian Bagurau Saluang Dendang Minangkabau Muhammad Hadi Habib; Elizar Elizar; Andar Indra Sastra
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3087

Abstract

ABSTRAK            Karya komposisi karawitan yang berjudul Satangah Tiang ini bersumber dari kesenian saluang dendang atau sering disebut dengan bagurau. Terdapat tiga jenis yaitu dendang ratok, dendang hoyak dan satangah tiang. Satu jenis dendang yang menjadi landasan dalam penggarapan karya adalah dendang jenis satangah tiang, spesifiknya dalam repertoar dendang Ratok Taram dan Sabai Nan Aluih. Karakter melodi yang menarik dalam dendang ini yaitu terdapat unsur musikal ritmis dan non-ritmis. Rumusan penciptaan yang diajukan dalam penciptaan karya seni ini yaitu: Bagaimana mewujudkan karya komposisi karawitan yang bersumber dari prinsip musikal dendang satangah tiang yang mana struktur melodi pada dendang tersebut pengkarya tafsirkan kembali menjadi bentuk di luar kaidah tradisinya, dan dilahirkan dengan karakter musikal yang serba ‘tangguang’ (tanggung). Pelahiran karya re-interpretasi ini adalah upaya mewujudkan tawaran baru dalam bentuk garap yang bersumber dari kesenian tradisi bagurau saluang dendang yang mana di dalam penggarapan karya ini terdapat penggabungan idiom-idiom tradisi dengan bentuk musikal inovatif yang dikemas dalam bentuk karya komposisi karawitan menggunakan pendekatan garap re-interpretasi tradisi. Berdasarkan rumusan penciptaan di atas, karya yang dihasikan berupa: Bagian satu menyajikan unsur ritmis dan non-ritmis yang telah ditafsirkan kembali, akan tetapi masih memuat idiom tradisi. Bagian dua menghadirkan karakteristik musikal yang bersifat ‘tangguang’ atas interpretasi kembali terhadap dendang Ratok Taram. Kata kunci: Satangah Tiang; Bagurau Saluang Dendang; Ritmis; Non-ritmis; Tangguang.       ABSTRACTKarawitan composition work entitled Satangah Tiang is sourced from the art of saluang dendang or often called bagurau. There are three types, namely Dendang Ratok, Dendang Hoyak and Satangah Tiang. One type of kick that becomes the basis in the production of works is the satangah tiang type, specifically in the repertoire of Ratok Taram and Sabai Nan Aluih. Interesting melodic characters in this dendang that there are musical elements rhythmical and non-rhythmic. The formulation of creation proposed in the creation of this artwork is: How to realize the work of karawitan composition derived from the musical principle of satangah tiang where the melodic structure on the dendang is reinterpreted into a form outside the rules of its tradition, and born with musical characters that are all 'tangguang' (in between/not minimized/not maximized). The completion of this re-interpretation work is an effort to realize a new offer in the form of work derived from the art tradition bagurau saluang dendang which in the production of this work there is a combination of idioms of tradition with innovative musical forms packaged in the form of karawitan composition works using a traditional re-interpretation approach. Based on the formulation of creation above, the work is in the form of: Part one presents rhythmic and non-rhythmic elements that have been reinterpreted, but still contain idioms of tradition. Part two presents musical characteristics that are 'tangguang' for the reinterpretation of Ratok Taram. Keywords : Satangah Tiang; Bagurau Saluang Dendang; Rhythmic; Non-rhythmic; Tangguang.