cover
Contact Name
Abdul Wachid BS
Contact Email
abdulwachid@uinsaizu.ac.id
Phone
+62811303136
Journal Mail Official
ibda@uinsaizu.ac.id
Editorial Address
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Jl. Jend. A. Yani No. 40A Purwokerto 53126 Jawa Tengah - Indonesia
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
ISSN : 16936736     EISSN : 24775517     DOI : https://doi.org/10.24090/ibda
IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya focuses on the study of Islamic culture that developed in society, as well as the culture that developed in Muslim societies. The scope of the study includes: a) Beliefs system in Islam, b) Ideas of Muslim scholars, c) Ritual system in Islam, d) Islamic institutions and organizations, e) Traditions or customs in Islamic society, and f) Literature and Islamic arts. IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya aims to build a comprehensive understanding of Islamic norms in religious texts and their realization in social life. If the author comes from Indonesia, please submit articles in Indonesian. After the article has accepted to publish by the Ibda Journal Editorial Board, the writer of the article must be willing to follow the rules for translating the article into English with the translator specified by the Ibda Journal.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya" : 10 Documents clear
PEACE BUILDING BASED ON THE LOCAL WISDOM (The study of Phenomenology-Ethnography in the Society of Islamic Relegion, Cristian, Hinduism at Balun Village, Turi Subdistric Lamongan District ) Ahmad Zakki Fuad
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.044 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.485

Abstract

The differences between of religion and belief in a particular community is usually will show a conflict between followers of religions. It has become a fact of history that can not be ignored. whereas, if it is returned on the purpose of religion itself, of course, conflict, hostility, war is something contradictory. All of  true religion have aimed to creat the objectives of the human being. Such as, through the realization of harmony in social life. Religion suggests the importance of building a good attitude in the society besides spiritual rites. It was a union of  two aspects  relations between vertical and horizontal. Rural Prototype communities in the region which have three religions and places of worship side by side in Balun Village Turi subdistric Lamongan district. Balun one of the village have multicultur and plural in the society over the years never happened conflicts religious. Because of it, the researcher suppose to searh how is the social construction of the religious, in the harmony and how  is the process of establishing the values of harmony, religious rites and cultural activities that involve people of the different religions.            Phenomenological etnography  approach in this research through the data sources that are grouping refers to the  stratification. Social startifikasi in used in this research according to Pitrim A.Sorokin and Max Weber theories were the  strata of society devided into some group based on the standard such as; respectable, power and authority,  knowledge and income . then From this theory the  researcher devided the society  into four group. The first are the figures of Islamic religious, Christian, Hindu. Second the committee of mosgue, Church and Temple Board, third  local goverment staff, educators, teachers in all religius. The fourth  regular community; farmers , factory workers. Based on analyzed of phenomenological ethnography, the researchers found the result of the study, these are the social construction of the religious community,  harmony and the establishment of the values in the  harmony guided by the respectable each others in ideology, respectable to the hereditary tradition, expressing happiness had shown when other communities in religious rituals celebration, gave awards to other religious communities as well as a sense of togetherness reflected in any religious activities and social activities in Balun village. The Harmony  foundation  in the application as "sacrifices" of religion for the sake of harmony by the local wisdom communities.
Agama dan Politik dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan Abdul Chalik
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.832 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.521

Abstract

Perayaan Rebo Wekasan merupakan ritual keagamaan dalam bentuk sholat, mandi, membaca sholawat dan kegiatan keruhanian yang lain. Ritual ini dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Perayaan Rebo Wekasan bertujuan untuk mensyukuri nikmat Allah serta untuk menolak berbagai musibah. Ritual tersebut dilaksanakan sejak kedatangan Tumenggung Jamaludin Malik untuk menyiarkan agama Islam atas perintah Sunan Giri. Perayaan Rebo Wekasan terbentuk dari proses konstruksi sosial melalui proses eksternalisasi, obyektifikasi dan internalisasi. Sheikh Jamaludin Malik datang ke Suci untuk menyebarkan agama Islam dengan berbagai kesulitan, setelah dapat meretas kesulitan kemudian masyarakat merayakannya dalam bentuk ritual, selanjutnya masyarakat menganggap bahwa ritual tersebut merupakan tradisi yang harus dipertahankan meskipun mereka bertindak di luar kesadarannya. Momen Rebo wekasan yang asalnya ritual keagamaan mulai berbegeser ke momen politik. Kepentingan banyak pihak, terutama pihak desa dan Pemerintah Daerah menjadikan momen Rebo Wekasan sebagai ajang sosialisasi, agitasi dan kegiatan politik yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan ritual keagamaan. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya pengunjung dan jamaah yang ikut merayakan kegiatan tersebut dari berbagai penjuru Gresik maupun luar Gresik.
RESISTENSI KOMUNITAS BONOKELING TERHADAP ISLAM PURITAN DI DESA PEKUNCEN KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS nawawi nawai; Lasiyo Lasiyo; Sugeng Bayu Wahyono
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.899 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.522

Abstract

Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang merupakan desa yang menyimpan penuh keunikan. Secara sosial mereka tampak hidup rukun, saling bekerjasama dan saling menghormati antara  warga yang satu dengan yang lain. Sekilas bila dipandang secara lahiriyah tampak demikian, seakan tidak ada masalah dalam kehidupan mereka. Namun, bila dicermati dan diamati secara mendalam, ternyata warga Pekuncen menyimpan permasalahan dan ketegangan di antara mereka. Hal itu dipicu oleh pemahaman keyakinan yang berbeda yaitu penganut Islam adat dan penganut Islam Puritan atau Islam yang murni berdasarkan al Qur’an dan Hadits. Kedua corak keislaman tersebut sangat berbeda bahkan kontradiktif. Komunitas Bonokeling sebagai penganut Islam Adat menduduki posisi subordinat dan selalu mendapat tekanan dari Islam Puritan. Oleh karena itu, mereka berusaha melakukan resistensi dan negosiasi terhadap pengaruh-pengaruh Islam Puritan agar kehidupan mereka tetap eksis. Mereka melakukan perlawanan dengan cara mimikri, plesetan, storytelling dan involusi kebudayaan.
Kontekstualisasi Filologi dalam Teks-teks Islam Nusantara Khabibi Muhammad Luthfi
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.466 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.523

Abstract

This paper aims to explore the concepts, methods and significance of philology Islam Nusantara and contextualization in manuscripts from Indonesia. It departs from the problems that the Islamic manuscripts archipelago that has not been widely studied, whereas in it save the value, thought and culture of the past scholars Nusantara which would clarify the concept of Islam Nusantara itself. With the approach of descriptive data-based literature and discourse analysis found that the concepts, methods and significance of philology Islam Nusantara almost the same as philology in general and the only difference being the object of study, in addition to the contextualization as an approach to the study of Islam in Indonesia, particularly related to Islamic manuscripts archipelago could be advised to use The new philology without leaving classical philology. Tulisan ini bertujuan mengeksplorasi konsep, metode dan signifikansi filologi Islam Nusantara serta kontekstualisasinya dalam pernaskahan Indonesia. Ini berangkat dari persoalan bahwa manuskrip Islam Nusantara yang belum banyak dikaji, padahal di dalamnya menyimpan nilai, pemikiran dan budaya ulama Nusantara masa lampau yang tentunya akan menjernihkan mengenai konsep Islam Nusantara itu sendiri. Dengan pendekatan deksriptif berbasis data pustaka dan analisis wacana ditemukan bahwa konsep, metode dan signifikansi filologi Islam Nusantara hampir sama dengan filologi pada umumnya dan yang membedakan hanya objek kajiannya, selain itu kontektualisasinya sebagai pendekatan studi Islam di Indonesia, terutama terkait manuskrip Islam Nusantara bisa disarankan menggunakan filologi baru tanpa meninggalkan filologi klasik.
HUKUM ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DI MASYARAKAT MUSLIM PATTANI THAILAND (Integrasi, Konflik dan Dinamikanya) ali sodiqin
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.699 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.524

Abstract

The presence of Thai people in Pattani through annexation or conquest, from the Kingdom of Siam to Thailand have changed the socio-cultural Muslim community. Thai Buddhist nation perform a lot of cultural assimilation of Malay Muslim Pattani. The assimilation pursued through politics, education, culture, and law. Political stripes do with the ideology developed, namely "nation, king, religion" that subjecting all citizens into one nationalism. Education path is done through standardized education policy, namely the obligation to teach the language and history of Thai and Buddhist teachings. Cultural path had taken through migration north to south and the formation of "peaceful village". The last path is the law through legal intervention in the form of restrictions on the entry into force of Islamic law and the jurisdiction of Dato 'Yuthithams, the elimination of Islamic justice as consolidated by the civilian justice and law enforcement Thai civilians in Pattani. This assimilation project met with resistance from Pattani Muslim community, as it is considered as an attempt to deculturate Malay Muslim culture that identifies them. The aim of this resistance is to get autonomy in Pattani province to the desire to become an independent state.Abstrak Kehadiran bangsa Thai di Pattani melalui aneksasi atau penaklukan, mulai dari Kerajaan Siam hingga berganti menjadi Thailand, mengubah sosio-kultur masyarakat Muslim. Bangsa Thai yang beragama Budha banyak melakukan assimilasi terhadap kebudayaan Muslim Melayu Pattani. Assimilasi tersebut ditempuh melalui jalur politik, pendidikan, budaya, dan hukum. Jalur politik dilakukan dengan mengembangkan ideologi “nation, king, religion” yang menundukkan semua warga negara ke dalam satu nasionalisme. Jalur pendidikan dilakukan melalui kebijakan standarisasi pendidikan, yaitu kewajiban mengajarkan bahasa dan sejarah Thai serta ajaran Budha. Jalur budaya ditempuh melalui program migrasi penduduk utara ke selatan dan pembentukan “peaceful village”. Jalur terakhir adalah jalur hukum yang dilakukan melalui intervensi hukum berupa pembatasan berlakunya hukum Islam serta kewenangan Dato’ Yuthithams, penghapusan peradilan Islam karena disatukan dengan peradilan sipil dan pemberlakuan hukum sipil Thai di Pattani. Proyek assimilasi ini mendapatkan perlawanan dari masyarakat Muslim Pattani, karena dianggap sebagai upaya dekulturisasi kultur Melayu Muslim yang menjadi identitas mereka. Tujuan perlawanan ini adalah untuk mendapatkan otonomi di wilayah Pattani hingga keinginan untuk menjadi negara yang merdeka.
POLA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI BANYUMAS rahmini hadi
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.971 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.560

Abstract

Tulisan ini berusaha untuk mengungkap mengenai pentingnya kerukunan umat beragama di Banyumas. Tulisan ini menelisik mengenai upaya-upaya pencegahan yang perlu dilakukan agar kerukunan umat beragama tetap terjalin. Banyak penelitian terkait meneliti kerukukan umat beragama pada sisi penyelesaian, bukan pada tindakan pencegahan. Penelitian ini lebih tertuju pada tindakan yang menyebabkan damai dalam relasi sosial umat beragama secara etnografis. Konsep analisis ini dengan mengacu pada etnografi terkait pada situasi budaya yang ada di Banyumas berdasarkan institusi sosial yang ada. Selama ini, memang di Banyumas tampak tenang-tenang saja, adapun yang perlu dikaji apakah nilai budaya yang membentuk keharmonisan antarumat beragama itu terbentuk. Deskripsi etnografis berusaha mengkaji pandangan hidup, dengan berbabagi disiplin yang membentuk konsep dan tidakan dalam kehidupan. Temuan dalam penelitian ini dapat tersurat dalam beberapa hal. Pertama, harmonisasi kerukunan umat beragama di Banyumas terjadi karena ada rasa toleransi masyarakat terkait dengan perbedaan. Kedua, harmonisasi kerukunan umat beragama di Banyumas umat beragama terbentuk oleh tindakan sosial budaya yang masih dalam satu lingkaran. Ketiga, k harmonisasi kerukunan umat beragama di Banyumas dapat tercipta melalui pemahaman nilai luhur, walaupun ada sisi yang berubah mengjadi global.
Negosiasi Islam dan Budaya Lokal pada Terjemahan Novel “Kisah Seribu Satu Malam”: Sebuah Kajian Parateks muhammad rokib; Moh Mudzakkir
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.252 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.621

Abstract

Alf Laylah wa Laylah novel (tales) translated as “The Arabian Nights” and “Kisah Seribu Satu Malam” is a popular literature in the world. Through the Antoine Galland translation in 1704 entitled Les mille et une nuits, the novel had translated as The Arabian Night and widespread to all over the world. In Indonesia, the Arabian Nights received great reception from the society. One of the empirical evidences from the reception is a Mizan publisher translation which was reached to nineteenth edition. Mizan has translated it by “Kisah Seribu Satu Malam” from the English edition. In 2004, the first volume had nineteen edition, while second has fifteen. These frequences of edition showed the Indonesian people interest to the novel. Through the paratext approach which scrutinizes text from the cover of novel include images, codes, symbols, text and combinated design, this paper argues that translated edition of Kisah Seribu Satu Malam has reflected local readers’ reception considering local culture. Within various covers design, there has been similar message on peaceful and humorous symbol of Indonesian Islam.
Akulturasi Hukum Islam & Hukum Adat Perkawinan Matrilokal Di Madura Masthuriyah Sa’dan
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.698 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.622

Abstract

Perkawinan di Madura mengikuti pola residensi matrilokal, artinya pasca menikah suami ikut ke rumah istri (mertua), laki-laki dianggap sebagai tamu di rumah keluarga istri. Meski demikian, pola kekerabatan di Madura bukan Matrilineal, melainkan bilateral. Begitu juga dalam hal otoritas kepemimpinan dalam unit keluarga, laki-laki memiliki kendali penuh dalam tanggung jawab nafakah lahir bathin dan perkembangan kelanjutan hidup istri dan anak-anaknya. Hegemoni kuasa laki-laki atas perempuan di Madura tercermin pada pola hunian tanian lanjheng. Juga perkawinan matrilokal di Madura adalah hasil dari kolaborasi antara hukum adat di Madura dengan hukum Islam sebagai hukum ajaran agama mayoritas di Madura. Karena sikap biasa gender ini menimbulkan banyak ketidak adilan untuk perempuan, maka dibutuhkan prespektif baru yang adil gender dengan cara menggeser hegemoni patriarkhi menuju relasi yang setara antara laki-laki dan perempuan.
JILBAB: BUDAYA POP DAN IDENTITAS MUSLIM DI INDONESIA Lina Meilinawati
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.617 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.623

Abstract

The purpose of this study is to examine jilbab as a pop culture and Indonesian moslem identity. The use of jilbab (a headscarf or a head covering) for moslem women has gained its popularity since the last twenty year. This phenomenon is interesting to be investigated particularly from diverse jilbab or veiling practices in many different ways. Indonesian moslem women, for instance, used styles of jilbab and fashion which are different from those worn by moslem women in other countries. Hence, this shows characteristics of Indonesian moslem women in wearing or using jilbab which becomes an identity. Many scholars see identity as a product of social construction, and a fluid concept. This is due to the emergence of various identities resulted from different contexts. For the theoretical framework, this study uses Barthes semiotic analysis to interpret and decode the signs attached to jilbab and Indonesian moslem fashion as a part of pop culture and a new identity. The result of the study indicates that jilbab as a headscarf changes from time to time in terms of its use and styles. Jilbab styles worn by Indonesian moslem women adopted both local and global styles. This demonstrates the hybrid identity of Indonesian moslem women in wearing or using jilbab.
KEBANGKITAN MUSLIM TRADISIONAL DI SURAKARTA Ismail Yahya
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.212 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.624

Abstract

Islamic resurgence has taken place in the Muslim worlds, including in Indonesia. Representations of this resurgence are depicted by “the outer” dimensions of Islam, and almost represented by the “Bermazhab Islam” groups, both modernist and revivalist voices by neglecting “the inner” dimensions of Islam and the traditionalist voice (the “Islam Bermazhab” groups). This research aims to describe and explain the resurgence among the traditional Islam through majelis zikir, shalawat, taklim, and hadrah. Some interviews, observations, and literature studies were conducted to collect the data. The results are; first, the picture of Islamic resurgence is not balanced. The inner dimensions of Islam and voice of traditional Islam are the forgotten aspects regarding with Islamic resurgence. Second, there is an on-going resurgence among the traditionalists in the form of “santrinisasi” (becoming more pious) and “tradisinasi” (habituating) process of Ahlussunah wal-Jamaah teachings and practices. Third, majelis zikir, shalawat, taklim, and hadrah are means to preach and protect the thoughts and practices of the traditionalists. Fourth, there are internal and external factors in this resurgence process. Fifth, the dynamics of this resurgence consist of the resurgence of identity and literature of traditional Islam.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 23 No. 1 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 2 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 1 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 2 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 1 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 2 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 20 No 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 2 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 1 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 2 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 2 (2019): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 1 (2019): IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 2 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 1 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 2 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 1 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 2 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 2 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 13 No. 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 2 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 1 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 2 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 1 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 2 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 1 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 2 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 1 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya More Issue