cover
Contact Name
Abdul Wachid BS
Contact Email
abdulwachid@uinsaizu.ac.id
Phone
+62811303136
Journal Mail Official
ibda@uinsaizu.ac.id
Editorial Address
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Jl. Jend. A. Yani No. 40A Purwokerto 53126 Jawa Tengah - Indonesia
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
ISSN : 16936736     EISSN : 24775517     DOI : https://doi.org/10.24090/ibda
IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya focuses on the study of Islamic culture that developed in society, as well as the culture that developed in Muslim societies. The scope of the study includes: a) Beliefs system in Islam, b) Ideas of Muslim scholars, c) Ritual system in Islam, d) Islamic institutions and organizations, e) Traditions or customs in Islamic society, and f) Literature and Islamic arts. IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya aims to build a comprehensive understanding of Islamic norms in religious texts and their realization in social life. If the author comes from Indonesia, please submit articles in Indonesian. After the article has accepted to publish by the Ibda Journal Editorial Board, the writer of the article must be willing to follow the rules for translating the article into English with the translator specified by the Ibda Journal.
Articles 290 Documents
Al-QUR’AN DAN TERJEMAHNYA BAHASA JAWA BANYUMASAN Munawir Munawir
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 2 (2019): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.78 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v17i2.3252

Abstract

Al-Qur’an dan Terjemahnya Bahasa Jawa Banyumasan adalah sebuah mushaf yang menjadi pintu gerbang Wong Banyumasan untuk lebih mengakrabi (makna) Al-Qur’an lewat bahasa mereka sendiri. Bahasa Jawa Banyumasan dikenal memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bahasa Jawa standar, yaitu karakteristik blaka suta (tidak mengenal strata bahasa; ngoko, krama, dan krama inggil). Bagaimanakah karakteristik terjemahan Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya Bahasa Jawa Banyumasan? Bagaimana pula konsistensi terjemahan bahasa Jawa Banyumasan dalam karya terjemahan tersebut? Inilah dua pokok kegelisahan akademik yang melatarbelakangi penelitian ini. Melalui pendekatan historis, pendekatan hermeneutik, dan pendekatan sosio-linguistik diperoleh simpulan bahwa karakteristik terjemahan Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya Bahasa Jawa Banyumasan adalah; menggunakan metode terjemahan gabungan (terjemah h}arfiyyah dan terjemah tafsi>riyyah); menggunakan orientasi terjemahan semantic; dan menggunakan karakteristik blaka suta. Dari ketiga karakteristik ini, dua yang pertama, yaitu metode terjemahan dan orientasi terjemahan digunakan secara konsisten, sedang satu yang terakhir yaitu karakteristik blaka suta, tidak diterapkan secara konsisten, khususnya pada kasus penyebutan kata ganti Tuhan dan Rasul (Nabi)-Nya dan juga ungkapan-ungkapan komunikasi seorang hamba kepada Tuhannya.
Tradisi Doa Berantai dan Inklusi Sosial Keagamaan di Desa Kepung Kabupaten Kediri Asyhabuddin Asyhabuddin
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.769 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3265

Abstract

This paper seeks to examine the tradition of chain prayer and religious social inclusion in Kepung Village, Kediri Regency. The idea of this paper came from the growing religious conflict. The inhabitants of Kepung village in Kediri, East Java district, have a unique method to build harmonious relations between religions amid the potential conflicts of religious diversity they have. The data were obtained by interviewing people in Kepung Village, Kediri Regency. That method is a tradition of chain prayer which is carried out as a series of village cleaning traditions every month of Sura in the Javanese calendar. This tradition fosters social religious inclusion because this tradition builds inclusive religious attitudes, inclusive religious policies, and guarantees access and active participation of religious social groups. In addition, this tradition also narrows ethnic distance because it can provide the expectations of minority religious groups, thus generating trust between religious groups. Tulisan ini berusaha untuk mengkaji tentang tradisi doa berantai dan inklusi sosial keagamaan di Desa Kepung Kabupaten Kediri. Ide tulisan ini berasal dari semakin berkembangnya konflik keagamaan, warga desa Kepung di kabupaten Kediri Jawa Timur memiliki cara unik untuk membangun keharmonisan hubungan antar agama di tengah potensi konflik keragaman agama yang mereka miliki. Data-data diperoleh dengan wawancara kepada orang-orang di Desa Kepung Kabupaten Kediri. Cara itu adalah tradisi doa berantai yang dilakukan sebagai rangkaian dari tradisi bersih desa setiap bulan Sura dalam penanggalan Jawa. Tradisi ini memupuk inklusi sosial keagamaan karena tradisi ini membangun sikap keagamaan inklusif, kebijakan keagamaan inklusif dan menjamin akses dan partisipasi aktif kelompok minoritas keagamaan. Selain itu, tradisi ini juga mempersempit ethnic distance karena mampu memberikan ekspektasi kelompok keagamaan minoritas, sehingga memunculkan rasa percaya (trust) antar kelompok keagamaan yang ada.
Narasi Islamisme dan Pesantren: Pola Penolakan Islam Politik di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Herlambang Andi Prasetyo Aji
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.005 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3292

Abstract

The polemic between religion and the nation-state is very recurrent and has the potential to strengthen when there are some critical changes in the political landscape. This case is reinforced by the results of a survey with the theme of scholars and nation-states, which reached 71.56 percent of scholars who received and 16.44 percent of scholars who rejected nation-states with different backgrounds. The purpose of this study is to explain the narrative of Islamism and its patterns of rejection in Pondok Modern Darussalam Gontor. The research method used is ethnographic in the sense of understanding the practice and life of individuals as part of a wider community and scope, with research subjects being religious scholars who are people with a formal religious education background in Pondok Modern Darussalam Gontor. The results showed that in facing the narrative of Islamism, the people of Pondok Modern Darusalam Gontor used a puritanical (puritanical moderate Islam) discourse of Islam with the perspective of political Islamization. Political Islamization does not mean that it wants to break down the ideology of the Unitary Republic of Indonesia, but rather still accepts the concept of the NKRI nation-state, including the ideology of Pancasila, only to clarify the basis and objectives following Islam by being semi-rejectionist towards a controversial interpretation of government. Polemik yang terjadi antara agama dan negara-bangsa sangat recurrent dan berpotensi menguat ketika terjadi beberapa perubahan penting dalam lanskap politik. Hal ini diperkuat dengan hasil survei dengan tema ulama dan negara bangsa yang mencapai angka 71,56 persen ulama yang menerima dan 16,44 persen ulama yang menolak negara-bangsa dengan latar belakang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan narasi Islamisme dan pola penolakannya di Pondok Modern Darussalam Gontor. Metode penelitian yang digunakan adalah etnografis dalam pengertian untuk memahami praktik serta kehidupan individu sebagai bagian dari komunitas serta cangkupan yang lebih luas, dengan subjek penelitian adalah religious scholar yang merupakan orang-orang yang berlatar belakang pendidikan agama secara formal di Pondok Modern Darussalam Gontor. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam menghadapi narasi Islamisme masyarakat Pondok Modern Darusalam Gontor menggunakan wacana Islam moderat puritan (puritanical moderat Islam) aksepsionis dengan kacamata Islamisasi politik. Islamisasi politik bukan berarti ingin merobohkan ideologi NKRI, tetapi tetap menerima konsep negara-bangsa NKRI, termasuk ideologi Pancasila, hanya saja lebih memperjelas dasar dan tujuan-tujuan yang sesuai dengan Islam dengan bersikap semi-rejeksionis terhadap interpretasi pemerintah yang kontroversial.
Paradigma Baru Tradisi “Antar Ajung” Pada Masyarakat Paloh, Kabupaten Sambas Aslan Aslan; Nahot Tua Parlindungan Sihaloho; Iman Hikmat Nugraha; Budi Karyanto; Zukhriyan Zakaria
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.633 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3354

Abstract

The constant change of human life from the agricultural era, industrial era, and the present era which is known as information era has come with great transformation in new faces. In the meantime, there is a living tradition within the Paloh community that does not rot through the changes of time called Antar Anjung. This research is qualitative with a descriptive method. The results showed that Antar Ajung which is carried out by the Sambas people, particularly the Paloh community, historically came from the tax paid to Majapahit kingdom who was in power over Sambas at that time, it was transported through a river on sailboats. However, since the Sambas Sultanate came to power, the payment was no longer obliged by the Sultan of Sambas, the tradition was still practiced by the Paloh community whatsoever, especially in Tanah Hitam, Matang Danau, Matang Putus, Kalimantan and Arung Parak in a new name, Antar Ajung. Antar Ajung ritual has become entrenched in the lives of the Paloh community, it has been done for tens of years until now, except those in Matang Danau Village, who have changed the tradition into Berobat Kampung. Perubahan yang terus berlanjut dari masa pertanian, industri dan masa sekarang yang dikenal dengan informasi mengalami perubahan yang drastis dengan wajah yang baru, tetapi budaya di masyarakat Paloh tidak lekang dimakan zaman. Kajian dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sejarah Antar Ajung yang dilakukan oleh masyarakat Sambas pada umumnya dan masyarakat Paloh pada khususnya, berasal dari upeti yang dibayar kepada kerajaan Majapahit yang berkuasa di Sambas melalui sarana transportasi sungai dengan menggunakan perahu layar. Namun, sejak kesultanan Sambas berkuasa di Sambas, maka pembayaran dari upeti tersebut tidak dilakukan di masa kerajaan Sultan Sambas, tetapi masih dilakukan oleh masyarakat Paloh, khususnya di Tanah Hitam, Matang Danau, Matang Putus, Kalimantan dan Arung Parak yang dalam wajah yang baru, yakni Antar Ajung. Ritual Antar Ajung sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Paloh, yang sudah mencapai puluhan tahun dan bahkan masyarakat Paloh masih melaksanakan ritual tersebut, kecuali Desa Matang Danau, telah mengalami perubahan menjadi Berobat Kampung.
Muhibbin Sebagai Representasi Budaya Pop Santri di Banyumas Ahmad Yusuf Prasetiawan; Lis Safitri
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.257 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3356

Abstract

The purpose of this paper is to provide a description of the emergence and rise of pop culture and the phenomenon of the Muhibbin which became a wave among students. Pop culture usually only lives in modern, urbanistic society, whereas Islamic boarding schools are known as Islamic education institutions that are generally traditionalist, closed, and conventional. As the pesantren metamorphic wave with many formal schools has sprung up since the 2000s, the pesantren’s contact with the outside world has become more intense, the influences of giving color, and new streams, especially in this social media culture, indications of the emergence of pop culture have strengthened. This study is a cross method or method combination of quantitative and qualitative, using participatory heuristic techniques (observation, interview, documentation), verification, and interpretation in digging data. This is sectional research or in a limited period (January-June 2019). Determination of informants using random sampling techniques, from 183 Islamic boarding schools listed in the Ministry of Religion Banyumas Regency, 31 boarding schools were taken, with each of the 3-4 students, bringing the total to 100 respondents. The results showed that the relationship between the santri community and pop culture was not new since the religious songs industry was booming, but with the emergence of the Muhibbin trend (lovers of the Apostles with sholawat songs), the santri community found the right form of contradictory relations between orthodoxy students with trendy pop, because Santri is the object and the subject at the same time. Muhibbin wave embodies a compromise between Santri’s sacred Islamic values and pop expression as a young spirit, where the age of santri in general. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan deskripsi tentang kemunculan dan maraknya budaya pop di kalangan santri dan fenomena Muhibbin yang menjadi wave. Budaya pop biasanya hanya hidup dalam masyarakat modern yang urbanistik, sedangkan Pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang umumnya tradisionalis, tertutup dan konvensional. Seiring gelombang metamorfosa Pesantren dengan sekolah formal yang banyak bermunculan sejak tahun 2000-an, persentuhan Pesantren dengan dunia luar kian intens, pengaruh masuk memberi warna, dan arus baru (newmainstream), terlebih dalam budaya sosial media ini, Indikasi munculnya pop culture pun menguat. Penelitian ini merupakan cross methode atau metode kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif, mengggunakan teknik heuristik partisipatoris (observasi, wawancara, dokumentasi), verifikasi, serta interpretasi dalam menggali data. Penelitian bersifat sectional research atau dalam kurun waktu terbatas (Januari-Juni 2019). Penentuan informan menggunakan teknik random sampling, dari 183 Pesantren yang terdaftar pada Dipontren Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas, diambil 31 Pesantren, dengan masing-masing 3-4 santri, sehingga total menjadi 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan persentuhan komunitas santri dengan budaya pop bukanlah hal baru, telah terjadi sejak industri lagu-lagu religius booming, tetapi dengan munculnya trend Muhibbin (pecinta Rasul dengan lagu-lagu sholawat), komunitas santri menemukan bentuk yang tepat dari relasi yang kontradiktif antara ortodoksi santri dengan pop yang trendy, karena Santri menjadi objek dan subjeknya sekaligus. Muhibbin wave mewujudkani sebuah kompromi antara nilai keislaman Santri yang sakral dengan ekspresi pop sebagai semangat muda, dimana usia santri pada umumnya.
Budaya Islam Nelayan Pesisir Utara Lamongan Jawa Timur Ali Nurdin
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.354 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3359

Abstract

This study aims to understand and describe the religious traditions of fishers in Pesisir Utara Lamongan, East Java in their daily realities that shape transcendental experiences. This study uses a phenomenological approach to describe the experience of the religious practice of the fishers in Pesisir Utara Lamongan, East Java. The data were collected through in-depth interviews and were analyzed using flow models with the viewpoint of symbolic interaction theory that explored the symbolic meaning of the fishers’ behavior. The results of this study described that the daily experience of the fishers in social life is constructed in three religious practices, namely monotheism, social life, and worship. The monotheistic dimension of the fishers is transformed from offerings to monotheism. The dimension of the social life of the fishers is constructed based on the monotheism of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah teachings. The dimension of worship of the fishers is portrayed in the practice of religious prayer, fasting, and going to wise persons formed by the results of interaction with the surrounding social world. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan tradisi keagamaan nelayan Pesisir Utara Lamongan, Jawa Timur dalam realitas keseharian yang membentuk pengalaman transendental. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mendeskripsikan pengalaman praktik keagamaan nelayan Pesisir Utara Lamongan, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dianalisis dengan menggunakan model alir dengan sudut pandang teori interaksi simbolik yang mengeksplorasi makna simbolik perilaku nelayan. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa pengalaman keseharian nelayan dalam kehidupan sosial terkonstruksi dalam tiga praktik keagamaan yaitu dimensi tauhid, kehidupan sosial, dan ibadah. Dimensi tauhid nelayan mengalami transformasi dari sesajen ke tauhid. Dimensi kehidupan sosial nelayan dikonstruksi berbasis tauhid ajaran Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dimensi ibadah nelayan terpotret dalam praktik keagamaan sholat, puasa, dan pergi ke orang pintar yang dibentuk atas hasil interaksi dengan dunia sosial di sekitarnya.
Islam dalam Budaya Jawa Perspektif Al-Qur’an Mohamad Toha Umar
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.802 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3473

Abstract

The purpose of this study is to unfold the relations between culture and Islam in the Qur’anic perspective. This paper examines the traditions that are absorbed into the aesthetic values of Islam, namely Sedekah Laut (sea offerings) and Wayang (shadow puppet). The data were collected through observations and library studies to find out the perspective of the Quran in viewing culture and tradition. The results of this study indicated that the Quran provides spaces for humans to constantly do ijtihad (seeking) that tradition and culture (‘urf) can be positioned as a source of Islamic law (fiqh). In the meantime, the rule of ushul fiqh for this case is “all cases are basically permitted until an argument comes to forbid them.” The results of this study showed that the Javanese traditions and culture, especially Sedekah Laut and Wayang, contained the values of Aqidah (faith), Muamalah (social values), and Akhlaqul Karimah (morals). In the Aqidah value, Wayang and Sedekah Laut are positioned as symbols of obedience and gratitude to Allah SWT. In the Muamalah value, tradition can evoke the strength of the community in various fields, for example, social and economy because both traditions, especially the sea offering are able to attract people. Meanwhile, the Akhlaqul Karimah value of the sea offering is that it represents the relationship between humans and nature, while the puppet is that it becomes disposition symbols aimed at Allah SWT. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap hubungan antara budaya dan Islam dalam perspektif al-Qur’an. Tulisan ini mengkaji tradisi yang diserap ke dalam nilai estetika Islam, yakni sedekah laut dan wayang. Data dalam tulisan ini berdasarkan observasi dan data kepustakaan untuk mengetahui perspektif al-Qur’an dalam memandang budaya dan tradisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan ruang bagi manusia untuk senantiasa berijtihad bahwa tradisi dan budaya (’urf) dapat diposisikan sebagai sumber hukum (fiqh) Islam. Dalam pada itu, kaidah ushul fiqhnya adalah “pada mulanya semua perkara diperbolehkan, sebelum ada dalil yang mengharamkannya.” Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam tradisi dan budaya (Jawa), khususnya wayang dan sedekah laut terdapat nilai aqidah, muamalah dan akhlaqul karimah. Dalam nilai aqidah, wayang dan sedekah laut diposisikan sebagai simbol ketaatan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Dalam nilai muamalah, tradisi tersebut dapat membangkitkan kekuatan publik (kelompok) dalam berbagai bidang, misalnya sosial dan ekonomi karena kedua tradisi itu, khususnya sedekah laut mampu mengundang animo massa. Nilai akhlaqul karimah dalam sedekah laut merupakan representasi dari hubungan esoterik manusia dengan alam, sedangkan dalam wayang menjadi simbol perwatakan yang mengarah kepada Allah SWT.
Budaya Melayu Pattani dalam Kajian Profetik Siti Aisah; Mawi Khusni Albar
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.48 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3492

Abstract

This Abstract study aims to examine the Malay culture brought by Pattani students, Southern Thailand at IAIN Purwokerto. This research study is based on the characteristics of Malay culture from the prophetic perspective or following the prophet’s sunnah. Data collection in this research is in the form of Pattani Malay culture forms which are grouped based on subjective and objective aspects that develop in the community. Then analyzed using prophetic theory that develops education based on cultural criticism. The results showed that Pattani students applied several Malay cultures including: Islamic socializing culture, Islamic veiled culture, Malay-style Islamic dress culture, and several Islamic traditions carried out in the celebration of Islamic holidays (commemoration of the feast, the celebration of the birthday of the Prophet Muhammad, and commemoration of ma’a al-hijrah). The Malay cultures that Pattani students apply are cultures that breathe Islam, so all activities in these activities are based on Islamic law, which is in accordance with the Qur’an and as-Sunnah. So that the culture is able to realize the Islamic character that can be developed in Islamic education. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji budaya Melayu yang dibawa oleh mahasiswa Pattani, Thailand Selatan di IAIN Purwokerto. Kajian penelitian ini berdasarkan ciri khas kebudayaan Melayu dalam perspektif profetik atau mengikuti sunnah nabi. Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa bentuk-bentuk budaya Melayu Pattani yang dikelompokkan berdasarkan aspek subjektif dan objektif yang berkembang di masyarakat. Kemudian dianalisis menggunakan teori profetik yang mengembangkan pendidikan berdasarkan kritis budaya. Hasil penelitian menunjukkan bah- wa mahasiswa Pattani menerapkan beberapa budaya Melayu di antaranya: budaya bergaul islami, budaya berjilbab islami, budaya berbusana islami khas Melayu, dan beberapa tradisi Islam yang dilaksanakan dalam pe- ringatan hari besar Islam (peringatan hari raya, peringatan maulid Nabi Muhammad saw, dan peringatan ma’a al-hijrah). Budaya-budaya Melayu yang mahasiswa Pattani terapkan merupakan budaya yang bernafaskan Islam, maka seluruh aktivitas dalam kegiatan tersebut berlandaskan pada hukum Islam, yaitu sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari budaya tersebut mampu mewujudkan karakter islami yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam.
Tradisi Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut Thalibin Kembaran Kebumen Slamet Yahya
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.584 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3505

Abstract

This article aims Abstract to examine the tradition of manaqib of Sheikh Abdul Qodir Al-Jailani at the Mushalla Raudlatut Thalibin, Kembaran, Kebumen. The tradition of reading the manaqib also its existence is historical with the culture and psychology of the people from time to time and then its existence certainly affects the change in community behavior in some or all aspects of the life of the culprit. The tradition of manaqib in Mushala Raudlatut Thalibin is held every night on the 11th of qomariyah month, this election is in accordance with the date of the death of Sheikh Abdul Qodir al-Jailani ie on the 11th of rabi'ul tsani 561 H / 166 AD, with readings according to the guidance of the murshid. He wisdom to preserve the culture of our ancestors as long as it does not conflict with the texts of the Qur'an and the Hadith, expects a blessing from Sheikh Abdul Qodir al-Jailani to be classified as those who love waliyullah, contain moral educational values, and provide assemblies for the meet- ing of the congregation and the community. Tulisan Abstrak: ini bertujuan untuk mengkaji tentang tradisi manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut Thalibin, Kembaran, Kebumen. Tradisi pembacaan manaqib juga keberadaannya menyejarah dengan budaya dan psikologi masyarakat dari waktu ke waktu yang kemu- dian keberadaannya tentunya berpengaruh pada perubahan tingkah laku masyarakat di sebagian atau di semua aspek kehidupan masyarakat pe- lakunya. Tradisi manaqib di Mushala Raudlatut Thalibin dilaksanakan setiap malam tanggal 11 bulan qomariyah, pemilihan ini sesuai dengan tanggal wafatnya Syekh Abdul Qodir al-Jailani yaitu pada tanggal 11 Rabi’ul Tsani 561 H/ 166 M, dengan bacaan-bacaan sesuai dengan panduan dari para mursyid. Hikmahnya untuk melestarikan budaya dari para leluhur kita selama tidak bertentangan dengan nash al-Qur’an dan Hadits, mengharapkan limpahan berkah dari Syekh Abdul Qodir al-Jailani, supaya tergolong orang-orang yang cinta kepada waliyullah, mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak, menyediakan majlis untuk bertemunya para jama’ah dan masyarakat.
Pemahaman Jama’ah Sema’an Al-Qur’an Jantiko Mantab tentang Banyu Barokah Wahyudi Wahyudi
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.171 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v18i1.3536

Abstract

Phenomenon of community interaction with the Qur’an, in reality, has a varied and dynamic conception. The Jantiko Mantab community, for example, has a habit of putting water in the middle of reading the Qur’an. This water is called a Barokah Banyan nomenclature. But this often creates problems among puritans, because they are considered to have no clear argumentation in the perspective of syara ‘. So it needs a deep and comprehensive study of various aspects. The process of understanding the convergence of jama’ah semaan al-Qur’an Jantiko Mantab, seen from the perspective of the Berger & Luckman theory takes place through dialectical interaction of three forms of reality that become entry concepts, namely subjective reality, symbolic reality, and objective reality. The objective reality in the construction of the understanding of many baraka is the belief that the Qur’an is the source of baraka. From this Objective reality comes a symbolic expression of that belief (Symbolic reality) in the form of putting clear water in the Al-Qur’an. Individual understanding of the blessing of the Qur’an then interacts with the subjective reality of other individuals which then gives rise to an objective reality, in the form of banyu barokah. Fenomena interaksi masyarakat dengan al-Qur’an pada realitasnya memiliki konsepsi yang variatif dan dinamis. Komunitas Jantiko Mantab misalnya, memiliki kebiasaan meletakkan air di tengah-tengah pembacaan al-Qur’an. Air ini disebut dengan nomenklatur banyu barokah. Namun hal ini sering kali menimbulkan problematika di kalangan kaum puritan, karena dianggap tidak memiliki argumentasi yang jelas dalam perspektif syara’. Sehingga perlu kajian yang mendalam dan komprehensip dari berbagai macam aspeknya. Proses konstruksi pemahamaan jama’ah semaan al-Qur’an Jantiko Mantab, dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui interaksi yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective reality. Objective reality dalam konstruksi pemahaman banyu barokah adalah keyakinan bahwa al-Qur’an merupakan sumber barokah. Dari Objective reality ini muncul ekspresi simbolik dari keyakinan tersebut (Symblolic reality ) berupa meletakkan air bening dalam semaan al-Qur’an. Pemahaman individu akan barokah al-Qur’an kemudian berinteraksi dengan realitas subjektif individu- individu lain yang kemudian memunculkan satu Objective reality, berupa banyu barokah.

Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 23 No. 1 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 2 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 1 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 2 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 1 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 2 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 20 No 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 2 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 1 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 2 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 2 (2019): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 1 (2019): IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 2 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 1 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 2 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 1 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 2 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 2 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 13 No. 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 2 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 1 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 2 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 1 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 2 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 1 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 2 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 1 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya More Issue