cover
Contact Name
Hery Sasongko
Contact Email
prodi.televisi2@gmail.com
Phone
+62752-82077
Journal Mail Official
prodi.televisi2@gmail.com
Editorial Address
Jl. Bahder Johan, Guguk Malintang, Kec. Padang Panjang Tim., Kota Padang Panjang, Sumatera Barat 27118
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Offscreen: film and television journal
ISSN : -     EISSN : 28305272     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/os.v1i2.2864
Journal of Film and Television is an academic journal published by Department of Film and Television, Faculty of Visual Art and Design , Indonesian Institute of Art Padangpanjang twice a year. This journal publishes original articles with focuses on the results of studies in the field of Film and Television.
Articles 35 Documents
KOMPOSISI SIMETRIS DAN ASIMETRIS UNTUK MENUNJUKKAN PERUBAHAN KARAKTER PADA TOKOH UTAMA DALAM FILM PETAKA Saputra, Ongky Angga; Pradhono, Choiru; Najmi, Maisaratun
Offscreen Vol 4, No 1 (2025): Offscreen: Journal Of Film and Television (January-June 2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/os.v4i1.4718

Abstract

Film ini berangkat dari kisah penduduk jawa yang tinggal di daerah transmigrasi dan memiliki sosok kepala desa yang baik, ramah dan sangat dihormati. Namun Sumi sebagai istri kepala desa melihat berbagai kejadian aneh di desa, ia khawatir bahwa suaminya, Gito sebagai kepala desa Mulyo Sari disalahkan akibat dari kejanggalan yang dialami Sumi. Namun, ternyata kejadian ini mengakibatkan bencana terhadap keluarganya sendiri. Film ini berjudul Petaka yang berarti bencana, kesengsaraan ataupun penderitaan yang dialami oleh Gito dan Sumi. Tujuan penciptaan karya ini untuk menyelesaikan studi strata 1 di Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Film ini bergenre horor supranatural, yaitu rasa takut yang dihadirkan karena ritual menggunakan keris bukan rasa takut karena hantu. Penciptaan karya ini menggunakan komposisi Simetris dan Asimetris untuk menunjukkan perubahan karakter pada tokoh utama dalam film. Tokoh utama dalam film Petaka memiliki perubahan karakter yaitu karakter baik dan ramah, dan karakter jahat dan suka membunuh. Hasil dari karya cipta ini komposisi Asimetris untuk menunjukan sikap keseharian tokoh utama di tengah masyarakat, komposisi Simetris untuk menunjukkan sikap tokoh utama saat melakukan ritual.
MEMVISUALISASIKAN YANG SAKRAL: SIMBOLISME KEAGAMAAN DALAM REPRESENTASI HANTU DALAM FILM HOROR INDONESIA Yuliansyah, Hendy; Saidi, Acep Iwan; Mutiaz, Intan Rizky; Sulistyaningtyas, Tri
Offscreen Vol 4, No 1 (2025): Offscreen: Journal Of Film and Television (January-June 2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/os.v4i1.5858

Abstract

Artikel ini mengkaji simbolisme keagamaan yang tertanam dalam representasi visual dan naratif hantu dalam film horor Indonesia. Dengan menggunakan kerangka studi semiotik dan budaya, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana penggambaran sinematik tentang hal-hal gaib terkait erat dengan kepercayaan Islam, animisme, dan sinkretik yang membentuk lanskap spiritual Indonesia. Melalui pembacaan cermat terhadap film-film terpilih—termasuk Pengabdi Setan (2017) dan Lisa(1971)—analisis ini mengungkap bagaimana sosok hantu tidak hanya menjadi wahana ketakutan, tetapi juga agen simbolis yang melaluinya pesan-pesan moral, keadilan ilahi, dan kecemasan spiritual dinegosiasikan. Elemen estetika kostum, pencahayaan, desain suara, dan komposisi spasial berkontribusi untuk membangun rezim visual sakral di mana hantu menjadi mediator antara manusia dan yang transenden. Artikel ini berpendapat bahwa hantu-hantu sinematik ini beroperasi sebagai penanda budaya pengabdian, pelanggaran, dan penebusan agama, yang mencerminkan ketegangan yang lebih dalam dalam modernitas agama Indonesia. Dengan menyoroti bagaimana citra keagamaan digunakan kembali dalam sinema horor, penelitian ini menunjukkan bahwa representasi hantu menawarkan wadah yang kaya untuk memahami interaksi antara spiritualitas, identitas nasional, dan media populer dalam budaya Indonesia kontemporer
MEMVISUALISASIKAN YANG SAKRAL: SIMBOLISME KEAGAMAAN DALAM REPRESENTASI HANTU DALAM FILM HOROR INDONESIA Yuliansyah, Hendy; Saidi, Acep Iwan; Mutiaz, Intan Rizky; Sulistyaningtyas, Tri
Offscreen Vol 4, No 1 (2025): Offscreen: Journal Of Film and Television (January-June 2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/os.v4i1.5857

Abstract

Artikel ini mengkaji simbolisme keagamaan yang tertanam dalam representasi visual dan naratif hantu dalam film horor Indonesia. Dengan menggunakan kerangka studi semiotik dan budaya, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana penggambaran sinematik tentang hal-hal gaib terkait erat dengan kepercayaan Islam, animisme, dan sinkretik yang membentuk lanskap spiritual Indonesia. Melalui pembacaan cermat terhadap film-film terpilih—termasuk Pengabdi Setan (2017) dan Lisa(1971)—analisis ini mengungkap bagaimana sosok hantu tidak hanya menjadi wahana ketakutan, tetapi juga agen simbolis yang melaluinya pesan-pesan moral, keadilan ilahi, dan kecemasan spiritual dinegosiasikan. Elemen estetika kostum, pencahayaan, desain suara, dan komposisi spasial berkontribusi untuk membangun rezim visual sakral di mana hantu menjadi mediator antara manusia dan yang transenden. Artikel ini berpendapat bahwa hantu-hantu sinematik ini beroperasi sebagai penanda budaya pengabdian, pelanggaran, dan penebusan agama, yang mencerminkan ketegangan yang lebih dalam dalam modernitas agama Indonesia. Dengan menyoroti bagaimana citra keagamaan digunakan kembali dalam sinema horor, penelitian ini menunjukkan bahwa representasi hantu menawarkan wadah yang kaya untuk memahami interaksi antara spiritualitas, identitas nasional, dan media populer dalam budaya Indonesia kontemporer..
DIRECTOR AS INTERPRETATOR DALAM FILM MALAM PANJANG PENDOSA AMATIR DENGAN METODE AKTING PRESENTASI UNTUK MEMBANGUN KONFLIK INTERNAL TOKOH UTAMA Haliza, Triana nur
Offscreen Vol 4, No 1 (2025): Offscreen: Journal Of Film and Television (January-June 2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/os.v4i1.5085

Abstract

Skenario film Malam Panjang Pendosa Amatir bergenre drama tragedi, bercerita tentang Nala dan Arka, pasangan kekasih yang melakukan hubungan seks pranikah. konflik dimulai ketika Arka tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah mereka berhubungan badan. Nala mengalami konflik internal dan dihantui oleh rasa takut, cemas, juga rasa berdosa atas perbuatannya. pengkarya sebagai sutradara menggunakan pendekatan Director as Interpretator untuk membantu aktor mendalami perannya melalui metode akting presentasi yang bertujuan menyampaikan konflik internal yang dialami tokoh utama, Nala secara alami dan realistis. Prosesnya melibatkan riset mendalam mengenai karakter melalui tiga dimensi, pemahaman konflik internal, dan penerapan metode kreatif dalam pendalaman karakter. Hasilnya, konsep yang digunakan berhasil menggambarkan konflik internal Nala dengan realistis melalui ekspresi kegelisahan dan dilema moral yang kuat.
STRATEGI KREATIF SUTRADARA DALAM CASTING DAN DIRECTING PEMERAN TOKOH AMON PADA FILM PABARUAK Vianda, Mustika Loly; Girsang, Nitasri Murawaty
Offscreen Vol 3, No 2 (2024): Offscreen: Journal Of Film and Television (July-December 2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/os.v3i2.5339

Abstract

This study aims to describe the director's creative strategy on casting and directing the character of Amon in the Pabaruak movie. Using the theory creative strategy of Mell Rhodes The Four P'S Creativity (4P) and the theory of Director Don Livingston, casting, Amateur Actor. And also using the descriptive qualitative as the method of the study. The results of this study indicate the creative strategy on casting was carried out immediately and parallelly, which is the first casting was performed by Dafriansyah Putra as a representative of the Triangle System. The casting was carried out by distributed the casting flyers and visited 3 elementary schools in Batusangkar with the recommendation of Mr. Yusuf as a Chair of the Committee. Because of there was no agency or community to provided the children actors, the director decided to used the amateur actors. On the directed process, the director’s strategy creative in directed the amateur children actors with the intense rehearsal process. In some difficult scenes, such as dancing on the peaks, Finally Daanish was able to do silat, because of his intense training process.

Page 4 of 4 | Total Record : 35