cover
Contact Name
Siti Nurul Rofiqo Irwan
Contact Email
rofiqoirwan@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
vegetalika.faperta@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Vegetalika
ISSN : 23024054     EISSN : 26227452     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Vegetalika ISSN (Cetak): 2302-4054 dan ISSN (Online): 2622-7452 adalah open access jurnal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah berupa gagasan dan hasil penelitian. Topik publikasi berkaitan dengan disiplin ilmu Agronomi mencakup Manajemen dan Produksi Tanaman, Hortikultura, Ekologi Tanaman, Fisiologi Tanaman, Genetika dan Pemuliaan, Teknologi Benih, Bioteknologi Tanaman, dan Biostatistika.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
Hasil dan Mutu Enam Galur Terung (Solanum melongena L.) Onis’t Tresnawati Sahid, Rudi Hari Murti, Sri Trisnowati
Vegetalika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.969 KB) | DOI: 10.22146/veg.5151

Abstract

INTISARI Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting sebagai bahan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Terung memiliki banyak varietas dengan berbagai bentuk dan warna khas. Tiap-tiap varietas memiliki penampilan, hasil dan produktivitas yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan terung yang mempunyai hasil, mutu dan umur simpan baik. Penelitian dilakukan di Desa Jurug, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dan Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dari bulan Juni sampai Desember 2013. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam galur terung, yaitu terung ‘Bandung’, ‘Gelatik’, ‘Hijau Lokal Malang’, ‘Putih Yogya’, ‘Ungu Kaliurang’ dan ‘Ungu Yogya’. Galur-galur ditanam pada lahan yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga ulangan sebagai blok. Setiap perlakuan diamati lima sampel tanaman pada masing-masing blok. Hasil analisis menunjukkan bahwa galur terung yang memiliki potensi hasil yang paling tinggi adalah galur ‘Bandung’, kandungan vitamin C buah tertinggi pada galur Putih Yogya, umur simpan buah terpendek galur Gelatik, sedangkan galur yang lain memiliki umur simpan yang relatif sama.Kata Kunci : mutu, hasil, terung (Solanum melongena L.)
Karakterisasi Ubikayu Lokal (Manihot utilissima L.) Gunung Kidul Mohammad Ihsan Rosyadi, Toekidjo, Supriyanta
Vegetalika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.906 KB) | DOI: 10.22146/veg.5152

Abstract

INTISARIPenelitian karakterisasi ubikayu (Manihot utilissima L.)lokal  Gunung Kidul memiliki tujuan untuk dokumentasi dan karakterisasi beberapa karakter kuantitatif serta karakter kualitatif yang digunakan sebagai penciri dari suatu klon serta mengetahui potensi produksinya dibandingkan dengan beberapa klon unggul nasional. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Badan Penyuluhan Pertanian Siraman II, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.Penelitian ini dilaksanakan pada November 2010 hingga September 2011.Data diambil dari karakter-karakter kuantitatif maupun karakter kualitatif yang muncul pada saat 3 bulan setelah tanam (bst), 6 bst, 9 bst dan saat panen (11 bst). Hasil penelitian menunjukkan karakter klon ubikayu lokal Gunung Kidul dapat dibedakan berdasarkan 10 karakter morfologi yaitu, warna daun muda, warna tangkai daun, kondisi pembungaan, warna kulit batang lapisan eksterior, warna kulit batang lapisan korteks, warna kulit umbi lapisan eksternal, kebiasaan percabangan, bentuk tajuk, kadar pati dan kadar HCN. Klon ubikayu lokal yang diujikan memiliki keragaman tinggi, sehingga perlu dikoleksi dan dilestarikan sebagai sumber keragaman genetik.Kata kunci: karakterisasi, kuantitatif, kualitatif,  klon lokal
Perbandingan Kemajuan Genetis Seleksi Massa dan Tongkol-ke-Baris pada Populasi Generasi Ketiga Persarian Bebas Jagung Hibrida (Zea mays L.) Rizqi Fadillah Romadhona, Panjisakti Basunanda, Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.444 KB) | DOI: 10.22146/veg.5153

Abstract

INTISARIDi negara berkembang, galur inbred jagung sering kali dibuat melalui ekstraksi populasi turunan kultivar hibrida yang telah dilepas di pasaran, dengan disertai perbaikan dalam populasi. Pada populasi generasi ketiga hasil persarian bebas jagung hibrida, kemajuan genetik melalui seleksi massa ataupun seleksi tongkol-ke-baris (famili saudara tiri) perlu dibandingkan untuk mengetahui metode seleksi yang sesuai. Hal ini dilakukan karena populasi generasi ketiga persarian bebas, varians dalam dan varians antar famili belum seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai kemajuan genetik harapan seleksi massa dengan seleksi tongkol-ke-baris pada sifat-sifat ekonomis jagung, dan mendapatkan galur-galur untuk memperbaiki penampilan populasi segregasi hasil persarian bebas keturunan kultivar hibrida. Penelitian dilakukan menggunakan benih jagung dari 24 nomor (tongkol) hasil persarian bebas jagung hibrida generasi kedua dengan pola tanam satu tongkol satu baris dan diulang dua kali dengan ulangan berupa blok. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, tinggi tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot biji per tanaman dan banyak biji per tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians untuk menduga keterwarisan (heritability) melalui pemilahan nilai harapan rerata kuadrat (expected mean squares). Keterwarisan ini digunakan untuk menghitung nilai kemajuan genetic harapan (R) dari masing-masing metode seleksi dengan tekanan seleksi (proporsi) 5%. Seleksi massa dengan memperhatikan pengaruh blok (SM-B) memberikan nilai R tertinggi untuk tinggi tanaman. Seleksi massa mengabaikan pengaruh blok (SM+B) memberikan nilai R tertinggi untuk kedudukan tongkol dan diameter tongkol. Seleksi tongkol-ke-baris berbasis rerata plot (SF+FB) memberikan nilai R tertinggi untuk panjang tongkol sedangkan yang berbasis rerata famili (SF+B) untuk bobot biji per tanaman dan banyak biji per tanaman.Kata Kunci: jagung, kemajuan genetik, seleksi massa, seleksi tongkol-ke-baris
Induksi Ketahanan Kekeringan Delapan Hibrida Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Silika Amanda Yashinta Dewi, Eka Tarwaca Susila Putra, Sri Trisnowati
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.462 KB) | DOI: 10.22146/veg.5154

Abstract

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui respon delapan hibrida kelapa sawit terhadap aplikasi silika (Si) pada kondisi cekaman kekeringan, 2) menentukan dosis Si yang optimal untuk menginduksi ketahanan delapan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan di Dusun Bendosari, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY pada bulan Mei 2013 – Februari 2014. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial, dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah hibrida kelapa sawit, terdiri dari delapan hibrida yaitu Yangambi, Avros, Langkat, PPKS 239, Simalungun, PPKS 718, PPKS 540 dan Dumpy. Faktor kedua adalah dosis aplikasi Si, terdiri dari lima aras yaitu 0,00; 2,60; 5,10; 7,70 dan 10,20 gram/bibit. Variabel yang diamati dalam penelitian meliputi kondisi lingkungan, konsentrasi Si dalam jaringan, aktivitas fisiologis serta pertumbuhan bibit. Data yang diperoleh dianalisis varian (ANOVA) pada level 5%, dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) jika terdapat beda nyata antar perlakuan. Dosis optimal Si yang mampu meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan ditentukan menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa hibrida PPKS 239 dan Yangambi lebih tahan terhadap cekaman kekeringan jika dibandingkan dengan Avros, Langkat, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan Dumpy. Dosis optimal Si yang mampu menginduksi ketahanan bibit kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan adalah pada kisaran 5,1 -10,2 gram/bibit. Aplikasi Si pada bibit kelapa sawit mampu menginduksi ketahanannya terhadap cekaman kekeringan melalui mekanisme pengerasan, pemanjangan dan perluasan akar serta stomata yang tetap membuka lebih lebar.Kata kunci: silika, hibrida, Elaeis guineensis, cekaman kekeringan
Induksi Ketahanan Kekeringan Delapan Hibrida Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Boron Fitriyana Sholihatun, Eka Trawaca Susila Putra, Dody Kastono
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.439 KB) | DOI: 10.22146/veg.5155

Abstract

INTISARIPenelitian bertujuan untuk 1) menentukan respon dan tingkat ketahanan delapan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan dan 2) menentukan dosis boron (B) yang optimal untuk menginduksi ketahanan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktorial dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah hibrida kelapa sawit, yang terdiri dari: Yangambi, Avros, Langkat, PPKS 239, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan Dumpy. Faktor kedua adalah dosis boric acid yang terdiri dari 5 aras yaitu: 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 g/bibit. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel mikroklimat di lokasi penelitian, aktivitas fisiologis serta pertumbuhan bibit kelapa sawit. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) pada taraf 5 %, dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Dosis optimal B yang mampu meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan ditentukan menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa aplikasi boron pada bibit kelapa sawit mampu menginduksi ketahanan terhadap cekaman kekeringan melalui mekanisme pengerasan akar (aspek morfologi), mempertahankan bukaan stomata (aspek fisiologi) dan kandungan klorofil daun (aspek biokimia). Dosis optimum boric acid untuk menginduksi ketahanan hibrida kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan berkisar antara 0,5–0,75 g/bibit, pada kandungan awal B dalam media tanam sebesar 78,53 ppm. Hibrida PPKS 239, Simalungun dan Dumpy mampu menghadapi cekaman kekeringan lebih baik daripada Avros, PPKS 718, PPKS 540, Yangambi dan Langkat.Kata kunci: kelapa sawit, kekeringan, boron
Pengaruh Pemanasan Terhadap Perkecambahan dan Kesehatan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Meilan Situmeang, Azis Purwantoro, dan Sri Sulandari
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.224 KB) | DOI: 10.22146/veg.5156

Abstract

INTISARIBenih kedelai bersertifikat yang beredar di pasar hanya menjamin gaya berkecambah dan kemurnian benih. Dalam uji sertifikasi pada umumnya belum memasukkan kriteria tambahan kesehatan benih. Benih yang terinfeksi patogen dapat berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan menjadi sumber infeksi di lapangan. Perlakuan benih merupakan bagian dari praktek untuk menjaga kualitas benih. Perlakuan benih berfungsi untuk menghilangkan sumber infeksi benih, melindungi benih dari patogen dan hama, dan meningkatkan perkecambahan benih. Penelitian inibertujuanuntuk mengetahui pengaruh perlakuan pemanasan dengan perendaman dan pengovenan terhadap perkecambahan dan keberadaan patogen pada perkecambahan benih kedelai serta mengetahui perlakuan pemanasan yang tepat untuk mengurangi patogen benih tanpa menurunkan gaya berkecambah benih kedelai. Penelitian dilakukan dengan cara merendam dan mengoven benih kedelai pada suhu dan lama waktu yang berbeda. Kedua perlakuan pemanasan ini diamati terpisah. Penelitian menggunakan rancangan faktorial 3x3. Faktor pertama adalah suhu, dan faktor kedua waktu. Untuk perlakuan perendaman dilakukan pada suhu 45, 55, dan 65 °C dengan lama waktu 10, 20, dan 30 menit. Perlakuan pengovenan juga dilakukan pada tiga suhu berbeda yaitu pada suhu 50, 60, dan 70°C dengan lama waktu pengovenan 1,2, dan 3 jam. Perlakuan kontrol dilakukan dengan langsung menanam benih di atas kertas saring dalam petridish dan di bak perkecambahan tanpa diberi perlakuan pemanasan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Untuk membandingkan perlakuan perendaman atau pengovenan dengan kontrol dilakukan uji T. Perlakuan perendaman pada suhu 45 °C selama 10 menit adalah perlakuan pemanasan yang tepat karena dengan waktu perlakuan yang singkat dapat mengurangi 9 jenis koloni jamur yang tumbuh saat perkecambahan tanpa menurunkan gaya berkecambah benih kedelai. Hasil yang diperoleh menunjukkan perlakuan pemanasan pada suhu 60-70°C dapat menurunkan nilai perkecambahan benih.Kata Kunci : benih kedelai, perlakuan pemanasan, perkecambahan benih, patogen.
Tanggapan Dua Puluh Lima Kultivar Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Infeksi Cendawan Mikoriza Arbuskular Nanung A. Winata, Panjisakti Basunanda, Supriyanta
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.179 KB) | DOI: 10.22146/veg.5157

Abstract

INTISARI Keragaman tanggapan intraspesies terhadap infeksi cendawan mikoriza telah diketahui pada jagung dan padi. Namun demikian, belum ada kajian luas mengenainya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi variasi infektivitas cendawan mikoriza arbuskular pada dua puluh lima nomor padi yang diuji, mengetahui tingkat ketanggapan antara kultivar padi gogo dan kultivar padi sawah terhadap cendawan mikoriza arbuskular, dan membandingkan karakter agronomi antara padi yang diinfeksi dengan tidak diinfeksi cendawan MA pada kondisi kekurangan air. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai dengan Desember 2013, di kebun percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bangutapan, Yogyakarta. Dua puluh lima kultivar padi dengan latar belakang budidaya sawah dan lahan kering dibandingkan infektivitas dan ketanggapan morfologisnya pada dua kondisi: dengan dan tanpa infeksi mikoriza pada lima individu setiap kombinasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varians α = 5%, beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjut menurut prosedur HSD Tukey α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua puluh lima kultivar padi yang diuji menunjukkan beragam tanggapan terhadap infektivitas mikoriza. Kelompok gogo dan kelompok sawah menunjukkan ketanggapan positif dengan mikoriza, kecuali pada beberapa kelompok sawah yaitu ‘Cimelati-3’, ‘Arias’, ‘Mayang Sari 20’, ‘Situ Bagendit’, ‘Anak Daro’, dan ‘Anak Daro 30’. ‘Lumbuk’ menunjukkan ketanggapan terbaik bersimbiosis dengan mikoriza ditunjukkan dengan peningkatan jumlah anakan, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk.Kata kunci : cendawan mikoriza arbuskular, ketanggapan mikoriza, padi
Pengaruh Jarak Tanam dalam Tumpangsari Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) dan Dua Habitus Wijen (Sesamum indicum L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rianni Capriyati, Tohari, Dody Kastono
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.862 KB) | DOI: 10.22146/veg.5158

Abstract

INTISARISorgum manis merupakan tanaman C4 yang ditanam pada jarak tanam    70 cm × 25 cm atau 75 cm × 20 cm. Jarak tanam tersebut masih cukup lebar untuk dapat dioptimalkan produktivitas lahannya dengan menerapkan tumpangsari. Sorgum dapat ditumpangsarikan dengan wijen yang merupakan tanaman C3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui interaksi antara jarak tanam sorgum manis dengan habitus wijen, mendapatkan jarak tanam sorgum manis yang optimal dan mendapatkan habitus wijen yang tepat bila ditumpangsrikan dengan sorgum manis.Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di kebun Tridharma, Banguntapan, Bantul. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama terdiri atas tiga jarak tanam sorgum manis (60 cm × 25 cm, 70 cm × 25 cm, dan 80 cm × 25 cm). Faktor kedua terdiri atas dua habitus wijen yaitu wijen bercabang (Winas-1) dan wijen tidak bercabang (Sumberejo-2). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α= 5 %, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test α= 5 %.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam sorgum manis dengan dua habitus wijen terhadap jumlah daun sorgum manis umur 8 mst dan sekapan cahaya pada 8 mst. Jarak tanam sorgum manis 70 cm × 25 cm mampu memberikan NKL sebesar 1,73 yang sama baiknya dengan NKL pada jarak tanam 80 cm × 25 cm. Wijen Winas-1 dengan habitus bercabang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan NKL lebih tinggi (1,71) dari wijen SBR-2 (1,41) ketika ditumpangsarikan dengan sorgum manis.Kata kunci: habitus, jarak tanam, sorgum manis, tumpangsari, wijen
Kualitas Benih Tiga Aksesi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) pada Tiga Umur Panen Septin Kristiani, Toekidjo, Setyastuti Purwanti
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.538 KB) | DOI: 10.22146/veg.5159

Abstract

INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur panen terhadap kualitas benih kacang merah dan menentukan masak fisiologis tiga aksesi kacang merah. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani Dusun Kalangan, Desa Sidogede, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan Agustus sampai Desember 2013. Penelitian dilakukan dengan percobaan 3x3 faktorial yang disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (Randomized Complete Block Design – RCBD) dengan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu tiga aksesi kacang merah (Aksesi Temanggung, Aksesi Magelang, Aksesi Sleman), sedangkan faktor kedua adalah umur panen yaitu 30, 35, dan 40 hari setelah 60% tanaman di petak percobaan berbunga (hsb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga aksesi memberi respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan, komponen hasil, dan kualitas benih. Masak fisiologis tiga aksesi dicapai pada 30 hari setelah berbunga. Penundaan waktu panen hingga 5 hari (35 hsb), bahkan 10 hari (40 hsb) dapat dilakukan tanpa mempengaruhi kualitas benih (gaya berkecambah > 90%).Kata kunci: Phaseolus vulgaris L., kacang merah, kualitas benih, umur panen, masak fisiologis
Pengaruh Macam Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di Lahan Pasir Pantai Bugel, Kulon Progo Taufik Afif, Dody Kastono, Prapto Yudono
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.603 KB) | DOI: 10.22146/veg.5160

Abstract

INTISARI Lahan pasir pantai yang terdapat di daerah Bugel merupakan gumuk-gumuk pasir. Karakteristik lahan di gumuk pasir wilayah ini adalah tanah bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, daya simpan lengasnya rendah, status kesuburannya rendah, evaporasi tinggi, dan tiupan angin laut kencang. Penambahan pupuk kandang diyakini dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, oleh karena itu, suatu kajian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sapi, kambing, dan ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tiga kultivar kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek). Penelitian dilakukan di lahan pasir Pantai Bugel, Yogyakarta pada bulan September–Desember 2013. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor dengan faktor pertama yaitu jenis pupuk kandang (tanpa pupuk, pupuk kandang sapi, ayam dan kambing) dan faktor kedua yaitu tiga kultivar (Vima-1, Murai, Kenari). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) dengan taraf 5 %. Apabila hasil analisis varian terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 5%. Untuk mengetahui keterkaitan antar parameter dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan penambahan pupuk kandang kambing mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau. Perlakuan pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan berat biji per hektar lebih tinggi yaitu 1,84 ton per hektar dibandingkan dengan pupuk kandang kambing, pupuk kandang sapi maupun tanpa pemupukan. Kacang hijau kultivar Kenari mampu memproduksi berat biji per hektar paling tinggi dengan berat 1,83 ton per hektar dibandingkan kultivar Vima-1 maupun Murai.Kata kunci : kacang hijau, pupuk kandang, pasir pantai

Page 4 of 43 | Total Record : 430