cover
Contact Name
Siti Nurul Rofiqo Irwan
Contact Email
rofiqoirwan@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
vegetalika.faperta@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Vegetalika
ISSN : 23024054     EISSN : 26227452     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Vegetalika ISSN (Cetak): 2302-4054 dan ISSN (Online): 2622-7452 adalah open access jurnal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah berupa gagasan dan hasil penelitian. Topik publikasi berkaitan dengan disiplin ilmu Agronomi mencakup Manajemen dan Produksi Tanaman, Hortikultura, Ekologi Tanaman, Fisiologi Tanaman, Genetika dan Pemuliaan, Teknologi Benih, Bioteknologi Tanaman, dan Biostatistika.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
Pengaruh Letak Biji dalam Buah dan Tiga Macam Pupuk Organik Terhadap Daya Tumbuh dan Pertumbuhan Bibit Nangka (Artocarpus integra L) Shelvi Komala, Setyastuti Purwanti, dan Sri Trisnowati
Vegetalika Vol 3, No 4 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.869 KB) | DOI: 10.22146/veg.5765

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak biji dalam buah dan tiga macam pupuk terhadap daya tumbuh dan pertumbuhan bibit nangka serta menentukan atau mendapatkan letak biji dalam buah dan tiga macam pupuk organik yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah metode 3x4 faktorial dengan tiga ulangan yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah letak biji dalam buah. Terdapat 3 aras yaitu (1) letak biji bagian pangkal; (2) letak biji bagian tengah; (3) letak biji bagian ujung. Faktor kedua adalah pupuk organik. Terdapat 4 aras yaitu (1) pupuk kandang sapi; (2) pupuk kandang ayam; (3) pupuk kandang kambing dan (4) tanpa pupuk kandang (kontrol). Data pengamatan dianalisis dengan varian (ANOVA) pada taraf 5 %, bila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Duncan multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara letak biji dalam buah dan macam pupuk kandang pada indeks vigor hipotetik, berat kering tajuk tetapi interaksi tidak terjadi pada berat kering akar. Kombinasi perlakuan dari letak biji bagian pangkal dan tanpa pupuk memberikan nilai yang tertinggi pada vigor hipotetik dan berat kering tajuk. Berat kering akar paling tinggi terdapat pada bibit yang berasal dari letak biji bagian pangkal atau bibit yang tanpa diberi pupuk kandang.Kata kunci: Nangka, letak biji, pupuk organik.
Pengaruh Macam Media dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) pada Musim Penghujan Zara Kumala Prameswari, Sri Trisnowati, dan Sriyanto Waluyo
Vegetalika Vol 3, No 4 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.504 KB) | DOI: 10.22146/veg.5766

Abstract

Penelitian yang berjudul Pengaruh Macam Media dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) pada Musim Penghujan bertujuan untuk mempelajari pengaruh macam media cangkok dan zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan akar dan hasil cangkokan sawo. Penelitian dilaksanakan di wilayah kelurahan Trirenggo, Kabupaten Bantul dari bulan September 2013 sampai Januari 2014. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor yaitu macam media cangkok dan penggunaan ZPT. Perlakuan yang diterapkan yaitu pencangkokan secara konvensional menggunakan media tanah + pupuk kandang (2:1), tanpa ZPT, pencangkokan menggunakan media tanah + pupuk kandang (2:1) + ZPT, pencangkokan menggunakan media moss, tanpa ZPT, pencangkokan menggunakan media moss + ZPT. Hasil penelitian menunjukan bahwa media moss tidak berpengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan cangkok tetapi mempercepat waktu pemotongan cangkokan yaitu 4 bulan setelah pencangkokan, sehingga dapat dihasilkan bibit lebih cepat dan penggunaan media moss + ZPT mempercepat pembentukan kalus dan meningkatkan perakaran cangkokan sawo.Kata kunci: sawo, media cangkok, Zat Pengatur Tumbuh.
Pengaruh Tingkat Kerapatan Teki (Cyperus rotundus L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Habitus Wijen (Sesamum indicum L.) Anjarini Pranesti, Rohlan Rogomulyo, dan Sriyanto Waluyo
Vegetalika Vol 3, No 4 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.568 KB) | DOI: 10.22146/veg.5767

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kerapatan teki terhadap pertumbuhan dan hasil wijen bercabang dan tidak bercabang. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Banguntapan, Bantul dari bulan September 2013 sampai Februari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok Lengkap faktorial. Faktor pertama tingkat kerapatan teki yang mempunyai empat aras, yaitu teki tanpa wijen, tingkat kerapatan rendah (20 umbi per 961,625 cm2), tingkat kerapatan sedang (40 umbi per 961,625 cm2), dan tingkat kerapatan tinggi (60 umbi per 961,625 cm2) sedangkan faktor kedua jenis tanaman wijen yang mempunyai tiga aras, yaitu tanaman wijen tanpa teki, tanaman wijen bercabang, dan tanaman wijen tidak bercabang. Semakin tinggi kerapatan teki semakin menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kehilangan hasil wijen bercabang dan tidak bercabang. Teki dengan tingkat kerapatan rendah menyebabkan kehilangan hasil biji per tanaman wijen bercabang (20,50%) dan wijen tidak bercabang (51,38%). Teki dengan tingkat kerapatan sedang menyebabkan kehilangan hasil biji per tanaman wijen bercabang (32,00%) dan wijen tidak bercabang (52,17%). Teki dengan tingkat kerapatan tinggi menurunkan hasil biji per tanaman wijen bercabang (32,48%) dan tanaman wijen tidak bercabang (72,64%). Tanaman wijen tidak bercabang lebih peka terhadap kerapatan teki dibandingkan dengan tanaman wijen tidak bercabang.Kata Kunci : wijen, Cyperus rotundus L, kerapatan, kompetisi
Pengaruh Takaran SP36 Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kadar Karotena Bunga Cosmos sulphureus Cav. dan Tagetes erecta L. di Dataran Rendah Nindya Arini, Dyah Weny Respatie, dan Sriyanto Waluyo
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.731 KB) | DOI: 10.22146/veg.6418

Abstract

Dewasa ini, penggunaan zat pewarna alami untuk makanan mulai banyak digunakan. Kenikir merupakan salah satu sumber zat pewarna alami warna kuning dari tanaman karena mengandung pigmen karotenoid. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran SP36 terhadap pertumbuhan, hasil dan kadar karotena dua jenis kenikir di dataran rendah ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2014 di Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4), Universitas Gadjah Mada, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Analisis kadar karotena dilakukan di Laboratorium Proses Separasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot). Jenis kenikir sebagai petak utama yang digunakan adalah kenikir Lokal (V1) dan kenikir Marigold (V2). Perlakuan takaran SP36 sebagai anak petak yang terdiri dari 5 aras yaitu 0 kg/ha (P0), 75 kg/ha (P1), 150 kg/ha (P2), 225 kg/ha (P3) dan 300 kg/ha (P4) yang diulang sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varian dengan tingkat kepercayaan 95 %. Apabila perlakuan menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan yang sama.Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara kenikir Lokal dan takaran SP36 sebesar 150 kg/ha mampu menghasilkan pertumbuhan tanaman dan pembungaan yang terbaik yaitu berat total bunga, jumlah bunga dan periode berbunga.Interaksi antara kenikir Marigold dan takaran SP36 sebesar 150 kg/ha menghasilkan pembungaan terbaik pada waktu muncul bunga yang lebih cepat dan diameter bunga lebih besar. Kenikir Lokal menghasilkan kandungan karotena yang sama baiknya dengan kenikir Marigold.Kata Kunci :Kadar Karotena, Kenikir Lokal, Kenikir Marigold, SP36,Pembungaan
Kajian Fungsi Ruang Hijau Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Zulham Aaron Mochamad, Rohlan Rogomulyo, dan Siti Nurul Rofiqo Irwan
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.692 KB) | DOI: 10.22146/veg.6419

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi dan fungsi ruang hijau Fakultas Pertanian (FPN) Universitas Gadjah Mada (UGM), mengetahui pendapat dan keinginan civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tentang pengembangan taman kampus pertanian, dan membuat konsep pengembangan ruang hijau Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai taman kampus pertanian. Fungsi ruang hijau yang diamati adalah fungsi pendidikan, pengendali iklim mikro, identitas (Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kampus Pertanian), produksi, estetika, sosial, dan habitat satwa. Penelitan dilakukan dengan 3 tahap, yaitu observasi dan pengumpulan data (fisik dan sosial), analisis data, dan pembuatan konsep pengembangan ruang hijau Fakultas Pertanian UGM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 95 jenis tumbuhan yang terdiri dari 58 jenis pohon, 18 jenis perdu, 12 jenis semak, dan 7 jenis tanaman penutup tanah. Civitas akademika FPN UGM berpendapat bahwa fungsi ruang hijau FPN UGM sebagai pengendali iklim mikro dan habitat satwa cukup baik. Fungsi pendidikan, identitas (lokal DIY dan kampus pertanian), produksi, estetika, dan sosial di ruang hijau FPN UGM masih kurang baik dan perlu dikembangkan. Pengembangan yang perlu dilakukan berupa penataan dan penambahan elemen lanskap (vegetasi dan elemen perkerasan) yang mendukung setiap fungsi. Konsep pengembangan ruang hijau FPN UGM meliputi konsep ruang, tipe aktivitas, vegetasi dan elemen perkerasan. Konsep ruang meliputi ruang penerimaan, ruang aktivitas aktif dan pasif, dan ruang penyangga. Ruang penerimaan merupakan pintu masuk menuju area ruang hijau FPN direncanakan memiliki fasilitas parkir, papan informasi FPN, dan tempat duduk. Vegetasi yang ditanami adalah vegetasi yang berfungsi terutama sebagai pengendali iklim mikro dan identitas kampus pertanian. Ruang aktivitas direncakan memiliki fasilitas shelter, tempat duduk, meja, koneksi wifi, dan sambungan listrik. Vegetasi pada area ini dipilih yang terutama memiliki fungsi pengendali iklim mikro, habitat satwa, pendidikan, dan estetika, seperti Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum), Sawo bludru (Chrysophyllum cainito L),  Kembang merak (Caesalpinia pulcherrina), Bunga asar (Mirabilis jalapa). Ruang penyangga dipergunakan sebagai pendukung zona aktivitas dan konservasi taman agar ekosistem tetap terjaga. Vegetasi pada area ini adalah vegetasi yang memiliki fungsi utama sebagai pengendali iklim mikro, identitas, dan habitat satwa, seperti Sirsak (Annona muricata), Sawo (Manilkara zapota), Srikaya (Annona squamosa), dan Jambu darsono (Eugenia malaccensis).Kata kunci : Ruang Terbuka Hijau, Ruang Hijau, Ruang Terbuka Hijau Kampus
Pengaruh Takaran Vinasse dan Posisi Penanaman Mata Tunas Tunggal terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Dian Alice Widara, Dody Kastono, dan Budiastuti Kurniasih
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.317 KB) | DOI: 10.22146/veg.6420

Abstract

Penelitian yang berjudul Pengaruh Takaran Vinasse dan Posisi Penanaman Mata Tunas Tunggal terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi penanaman mata tunas tunggal (vertikal, miring, dan horizontal) dan aplikasi takaran vinasse yang tepat terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Mei – September 2014 di Kebun Percobaan Tridharma, Universitas Gadjah Mada, yang berlokasi di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah posisi penanaman mata tunas tunggal yaitu vertikal, miring, dan horizontal. Faktor kedua adalah takaran vinasse yang terdiri dari 4 aras yaitu 0 (kontrol), 30.000, 60.000, dan 90.000 l/ha yang diulang sebanyak 3 kali.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, baik perlakuan posisi penanaman mata tunas tunggal maupun perlakuan takaran vinasse tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman tebu, juga tidak diperoleh kombinasi posisi penanaman mata tunas tunggal dan takaran vinasse optimum. Kombinasi yang menunjukkan pertumbuhan akar terbaik adalah posisi penanaman mata tunas tunggal miring pada pemberian takaran vinasse 0 (T2V1), posisi penanaman mata tunas tunggal miring pada pemberian takaran vinasse 60.000 l/ha (T2V3), dan posisi penanaman mata tunas tunggal vertikal pada pemberian takaran vinasse 60.000 l/ha (T1V3). Akan tetapi, variabel pertumbuhan akar tersebut belum diikuti dengan pertumbuhan tajuk yang lebih baik.Kata kunci: vinasse, mata tunas tunggal, pertumbuhan bibit, tebu, limbah
Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua Anisa Wulan Asri, Endang Sulistyaningsih, dan Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.108 KB) | DOI: 10.22146/veg.6421

Abstract

Salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman bawang daun adalah dengan induksi poliploid dengan kolkisina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan sitologi tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) hasil induksi kolkisina vegetatif kedua dan mengetahui perbandingan karakter morfologi dan sitologi pada tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) aneuploid dengan diploid. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012 di rumah kawat, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan tanam yang digunakan adalah tanaman bawang daun sejumlah 119 nomor tanaman yang terdiri dari 2 kultivar yaitu kultivar Fragrant berjumlah 76 nomor dan kultivar Lambau berjumlah 43 nomor dengan ulangan tak sama, yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Data dianalisis dengan analisis kontras ortogonal dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari penelitian diperoleh 2 nomor yang memiliki jumlah kromosom 2n+1 = 17 dan terdapat 1 nomor yang memiliki jumlah kromosom 2n +2 =18. Kultivar Fragrant memiliki 1 nomor tanaman aneuploid dan 2 nomor tanaman lainnya berasal dari kultivar Lambau. Pada vegetatif kedua, tanaman bawang daun Fragrant memiliki tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih besar daripada kultivar Lambau. Tanaman bawang aneuploid Fragrant memiliki diameter batang lebih besar, akar yang lebih pendek dibandingkan tanaman diploid Fragrant. Tanaman bawang daun Lambau aneuploid memiliki karakter morfologi yang sama dengan tanaman bawang Lambau diploid. Karakter stomata tidak dapat untuk membedakan tanaman aneuploid dan diploid.Kata kunci : Allium fistulosum L., bawang daun, kolkisina, aneuploidi
Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Periode Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tumpangsari Lidah Buaya (Aloe chinensis B.) – Wijen (Sesamum indicum L.) di Lahan Pasir Pantai Muh Auditya N., Sri Trisnowati, dan Rohlan Rogomulyo
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.711 KB) | DOI: 10.22146/veg.6422

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran pupuk kandang dan periode penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil lidah buaya (Aloe chinensis B.) dan wijen (Sesamum indicum L.) pada pertanaman tumpangsari lidah buaya -wijen, dan mendapatkan takaran pupuk kandang dan periode penyiangan yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman yang terbaik di lahan pasir pantai. Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai Keburuhan, Purworejo menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga blok sebagai ulangan. Takaran pupuk kandang (20, 40, 60, 80 dan 100 ton/ha) sebagai perlakuan pada petak utama dan periode penyiangan (1bulan setelah tanam, 2 bulan setelah tanam dan 3 bulan setelah tanam) sebagai perlakuan pada anak petak. Hasil penelitian menunjukan bahwa takaran pupuk kandang tidak berinteraksi dengan periode penyiangan pada semua variabel yang diamati. Peningkatan takaran pupuk kandang dari 20 ton/ ha sampai dengan 100 ton/ ha tidak meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun lidah buaya secara nyata, demikian juga perbedaan periode penyiangan. Pupuk kandang dengan takaran 20 ton/ ha sampai 100 ton/ ha tidak menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering akar wijen yang berbeda nyata. Pemberian pupuk kandang pada takaran 100 ton/ha menghasilkan berat kering tanaman wijen, jumlah polong, berat polong, berat biji dan hasil biji wijen per 100m2 tertinggi. Perbedaan periode penyiangan tidak menghasilkan tinggi tanaman wijen, jumlah daun, berat kering tanaman, berat kering akar, jumlah polong per tanaman, berat kering polong per tanaman, berat kering biji per polong per tanaman wijen dan hasil biji wijen per 100m2 yang berbeda nyata.Kata Kunci : Pupuk kandang, periode penyiangan, lidah buaya, wijen, lahan pasir pantai
Pengaruh Takaran Urea Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Steviosida Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) pada Berbagai Umur Panen di Dataran Rendah Citra Recha Sari, Prapto Yudhono, dan Tohari
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.493 KB) | DOI: 10.22146/veg.6423

Abstract

Percobaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh takaran urea terhadap pertumbuhan tanaman stevia di dataran rendah dan menentukan umur panen dan takaran urea optimum dimana stevia memiliki kandungan steviosida tertinggi di dataran rendah. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Yogyakarta mulai bulan Mei hingga Agustus 2014.Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) 3 kali ulangan dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah takaran pupuk urea, yaitu 0 g/tanaman; 2,5 g/tanaman; dan 5 g/tanaman. Faktor kedua adalah variasi umur panen, yaitu 3 MSP; 6 MSP; dan 9 MSP, dimana MSP adalah Minggu Setelah Perlakuan. Data dianalisis dengan sidik ragam α = 5%. Hasil pada analisis yang memiliki beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh takaran pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman stevia. Takaran 5 g/tanaman memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman, luas daun, dan bobot kering (tajuk dan akar) pada tanaman stevia. Umur panen dan takaran pupuk urea optimum tidak didapatkan, namun kombinasi perlakuan terbaik adalah 5 g/tanaman pupuk urea pada umur panen 9 MSP.Kata kunci: Stevia, urea, umur panen, steviosida, dataran rendah
Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Tenti Okta Vika, Aziz Purwantoro, dan Rani Agustina Wulandari
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.8 KB) | DOI: 10.22146/veg.6424

Abstract

Identifikasi molekuler dengan menggunakan penanda RAPD pada tanaman lili hujan yang tumbuh di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi keragaman genetik dari tanaman lili hujan yang tumbuh di Indonesia sebagai penelitian awal untuk program pemuliaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung keragaman genetik dari tiga jenis tanaman lili hujan dengan teknik RAPD dan menghitung jarak genetik tanaman lili hujan berdasarkan informasi keragaman penanda genetik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2014 di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tanaman lili hujan yang memiliki warna bunga pink, putih, dan kuning yang diambil dari tiga lokasi berbeda untuk masing-masing warna. Setiap lokasi diambil tiga tanaman sampel untuk masing-masing warna. Penanda genetik yang digunakan adalah analisis RAPD dengan menggunakan 11 primer terpilih yaitu OPA2, OPA 9, OPA 11, OPA 16, OPA 18, OPB 10, OPB 19, OPC 5, OPC 7, OPC 10, dan OPD 5. Hasil analisis keragaman genetik dengan menggunakan 11 primer menunjukkan bahwa persentase keragaman dalam populasi lebih tinggi dibandingkan dengan keragaman antar populasi pada 27 individu tanaman lili hujan. Nilai keragaman genetik tanaman lili hujan yang berwarna kuning adalah 0,1388; tanaman lili hujan yang berwarna pink adalah 0,1291; dan tanaman lili hujan yang berwarna putih adalah 0,1231. Rentang jarak genetik pada 27 individu tanaman lili hujan berkisar antara 0,59 hingga 0,03. Jarak genetik antara tanaman berwarna pink dan putih adalah 0,3 dan jarak genetik antara tanaman berwarna kuning dengan tanaman berwarna pink dan putih adalah 0,03. Berdasarkan analisis jarak genetik dan PCoA jenis tanaman lili hujan yang berwarna kuning memiliki keragaman yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lili hujan yang berwarna pink dan putih.Kata kunci : keragaman, lili hujan, jarak genetik, RAPD

Page 6 of 43 | Total Record : 430