cover
Contact Name
Siti Nurul Rofiqo Irwan
Contact Email
rofiqoirwan@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
vegetalika.faperta@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Vegetalika
ISSN : 23024054     EISSN : 26227452     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Vegetalika ISSN (Cetak): 2302-4054 dan ISSN (Online): 2622-7452 adalah open access jurnal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah berupa gagasan dan hasil penelitian. Topik publikasi berkaitan dengan disiplin ilmu Agronomi mencakup Manajemen dan Produksi Tanaman, Hortikultura, Ekologi Tanaman, Fisiologi Tanaman, Genetika dan Pemuliaan, Teknologi Benih, Bioteknologi Tanaman, dan Biostatistika.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
KERAGAMAN MOLEKULER PURING (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A. Juss) DENGAN PENANDA RAPD Monika Andreastuti Kusumaningrum; Aziz Purwantoro; Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.545 KB) | DOI: 10.22146/veg.9279

Abstract

Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A. Juss) adalah tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman puring juga memiliki manfaat sebagai tanaman berkhasiat obat dan dapat menyerap unsur timah hitam yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor (2,05 mg/lt). Bentuk, warna, dan corak daun tanaman puring sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keragaman genetik, menghitung jarak genetik, dan menduga adanya alel spesifik pada tanaman puring. Sampel DNA diektraksi dari daun 20 kultivar tanaman puring. Metode PCR menggunakan 10 primer yaitu OPA-02, OPA-03, OPA-14, OPA-16, OPA-18, OPA-20, OPB-08, OPB-19, OPD-05, dan OPH-18. Hasil amplifikasi menunjukkan tingkat polimorfisme yang cukup tinggi. Persentase lokus polimorfik dan nilai heterosigositas harapan (He) paling tinggi ditunjukkan oleh kultivar tanaman puring dengan daun yang berwarna kombinasi hijau-merah yaitu 56,60% dan 0,190. Kultivar yang berlabel H1 dengan HK1 memiliki hubungan kekerabatan paling dekat diantara kultivar lain, sedangkan kultivar  yang  berlabel HK3 dengan HKM5 dan kultivar berlabel HK5 dengan HKM4 memiliki hubungan kekerabatan paling jauh diantara kultivar lain. Hasil dari dendogram UPGMA dan PCoA (Principal Coordinates Analysis) menempatkan 20 kultivar kedalam 2 klaster dan salah satu klaster ditempati oleh kultivar dengan daun yang berwarna kombinasi hijau-kuning-merah. Dari seluruh kelompok warna pada sampel, alel spesifik yang dapat terdeteksi pada satu kelompok/populasi warna hanya terdapat pada kelompok HKM yaitu pada OPD 05-1400 dan OPH 18-300.
PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) Rivandi Pranandita Putra; Prapto Yudono; Endang Sulistyaningsih
Vegetalika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.853 KB) | DOI: 10.22146/veg.9280

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi perlakuan takaran kompos blotong dan umur simpanmatatunas tunggal (budchip) terhadap pertumbuhan bibit tebu. Penelitian ini merupakan penelitian pot, dilaksanakan di Kebun Percobaan  Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Yogyakarta pada tanggal 6 Februari hingga 1 Mei 2014. Penelitian ini merupakan rancangan percobaan faktorial 4x4, dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) 3 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan umur simpan budchip, yaitu 0 (kontrol); 1; 2; dan 3 hari. Faktor kedua adalah takaran kompos blotong, yaitu 0 (kontrol); 1,67; 3,33; dan 5 kg.Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tumbuh tanaman menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan budchip. Persentase daya tumbuh budchip yang disimpan 0, 1, 2, dan 3 hari berturut-turut sebesar 100%, 100%, 44,44%, dan 0%. Budchip memiliki cadangan makanan yang sedikit dan jaringan terbuka yang luas pada bekas pemotongan sehingga persentase perkecambahannya cepat menurun.  Tidak  terdapat  interaksi  antara  perlakuan umur  simpan  budchip  dengan  takaran kompos blotong pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah ruas batang, panjang ruas batang, dan jumlah anakan pada semua umur pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tanaman korban 12 mst, terdapat interaksi antara perlakuan umur simpan budchip dengan takaran kompos blotong pada parameter berat segar tajuk dan berat kering tajuk, namun tidak terdapat interaksi pada parameter panjang akar, jumlah akar, berat segar akar, berat segar total, luas daun, berat kering akar,  berat  kering total,  klorofil a,  klorofil b,  dan  klorofil total.  Analisis regresi pada  beberapa parameter pengamatan menghasilkan persamaan linier yang berarti kenaikan takaran kompos blotong diikuti kenaikan pertumbuhan bibit tebu. Peningkatan takaran kompos blotong yang diberikan memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan bibit tebu. Umur simpan budchip yang menghasilkan bibit tebu dengan pertumbuhan bibit tebu terbaik adalah perlakuan penyimpanan satu hari.
HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN HASIL DAN HASIL WIJEN (Sesamum Indicum L.) Siska Permata; Taryono Taryono; Suyadi Mitrowihardjo
Vegetalika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.878 KB) | DOI: 10.22146/veg.9281

Abstract

Dalam rangkaian program pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produktivitas wijen, informasi keragaman dan hubungan antar sifat sangat penting untuk menentukan keberhasilan seleksi. Oleh karena itu, penelitian untuk mengetahui besarnya keragaman genetik pada komponen hasil dan hasil wijen, serta mengetahui komponen hasil yang berpengaruh langsung terhadap hasil wijen merupakan kajian yang sangat penting. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 di Padangan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan bahan tanam adalah benih tetua SBR3, SBR2, Turki DT36, F1 dan F2 hasil persilangan antara SBR3 x SBR2, SBR3 x Turki DT36, SBR2 x Turki DT36 dan resiproknya. Benih ditanam secara rapat pada petak-petak sesuai dengan galurnya. Hasil penelitian menunjukkan komponen yang memiliki keragaman besar secara berturut-turut yaitu berat biji per tanaman (68,43%), berat polong (40,532%), jumlah cabang (33,251%), jumlah polong (30,269%), tinggi tanaman (21,256%), dan jumlah ruas (15,511%). Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada tinggi tanaman (65,52%) dan umur panen (55,00%). Nilai heritabilitas sedang terdapat pada jumlah ruas (21,91%), umur berbunga (44,68%), berat biji per tanaman (27,05%). Komponen hasil yang berkorelasi positif nyata terhadap hasil adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat polong, jumlah ruas, dan umur berbunga. Komponen hasil yang memiliki pengaruh langsung terhadap hasil adalah tinggi tanaman, jumlah polong, berat polong, umur berbunga, dan berat 1000 biji. Kelima komponen hasil tersebut dapat dijadikan indek seleksi terhadap hasil.
PENGARUH JARAK TANAM DAN TAKARAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) Tri Marsiwi; Setyastuti Purwanti; Djoko Prajitno
Vegetalika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.331 KB) | DOI: 10.22146/veg.9282

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui   pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil benih kacang hijau 2) mengetahui pengaruh takaran pupuk NPK  terhadap  pertumbuhan  dan  hasil  benih  kacang  hijau  serta  3)  mengetahui interaksi antara jarak tanam dan takaran pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil benih kacang hijau. Penelitian di lahan petani Karangasem, Palbapang, Bantul,  Yogyakarta pada bulan Mei-Agustus 2012. Sedangkan pengujian kualitas benih di lakukan dilaboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian UGM. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi dengan menggunakan tiga ulangan. Petak utama adalah jarak tanam terdiri atas  J0= 15 cm x 30 cm (populasi 216.667 tanaman/ha), J1= 30 cm x 30 cm (populasi 108.300 tanaman/ha), J2= 20 cm x 40 cm (populasi 125.000 tanaman/ha), sedangkan anak petak adalah takaran pupuk, terdiri atas   P0= 0 kg Urea, 0 kg SP36, 0 kg KCl, P1= 50 kg Urea, 50 kg SP36, 50 kg KC1, P2= 75 kg Urea, 75 kg SP36, 75 kg KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara parameter jarak tanam dengan parameter takaran pupuk NPK. Jarak tanam mampu memberikan hasil yang sama dengan hasil tertinggi pada jarak 15 cm x 30 cm sebesar 0,85 ton/ha. Takaran pupuk NPK 75 kg/ha mampu memberikan hasil sebesar 0,84 ton/ha.
EVALUASI KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN CABAI HIAS FISH PEPPER (Capsicum annuum L.) DENGAN CABAI RAWIT (C. frutescens L.) Achmad Syarif Sirojuddin; Aziz Purwantoro; Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.056 KB) | DOI: 10.22146/veg.10473

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif generasi F1 hasil persilangan cabai hias fish pepper (C. annuum L.) dengan cabai rawit (C. frutescens L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Tridarma Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan greenhouse di desa Sambilegi Lor, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dari bulan September 2014 sampai Maret 2015. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih cabai rawit (C. frutescens L.) dan cabai hias fish pepper (C. annuum L.) sebagai tetua, serta F1 dan F1R sebagai hasil persilangan keduanya. Pada karakter kualitatif, F1 menampilkan beberapa sifat dominan tetua FP, yaitu bentuk segitiga pada buah dan adanya antosianin pada buku batang, daun, bunga, dan buah. Adapun sifat dominan pada tetua A yang terekspresi pada F1 adalah warna hijau pada daun. Selain itu, beberapa karakter pada F1 merupakan sifat kodominan, di antaranya bentuk oval pada daun serta orientasi mendatar pada bunga dan buah. Tidak ditemukan maternal inheritance pada karakter-karakter kualitatif antara F1 dan F1R. Pada karakter kuantitatif, F1 memiliki nilai yang lebih tinggi atas rerata kedua tetuanya, yaitu terlihat dalam nilai heterosis pada karakter umur mulai berbunga, umur mulai berbuah, panjang dan lebar daun, panjang buah, diameter buah, bobot buah, serta jumlah buah per tanamann. Beberapa karakter harapan yang terekspresi pada cabai hias F1 yaitu warna  putih-ungu  pada  mahkota  bunga,  bentuk segitiga  pada  buah,  umur berbunga yang cepat, dan jumlah buah per tanaman yang banyak.
HUBUNGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL TIGA BELAS KULTIVAR KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) Aditya Herwin Dwiputra; Didik Indradewa; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.397 KB) | DOI: 10.22146/veg.10474

Abstract

Penelitian bertujuan untuk 1) untuk mencari hubungan antara hasil dan komponen hasil berbagai kultivar kedelai, 2) untuk menentukan variabel komponen hasil yang memiliki hubungan paling erat dengan hasil beberapa kultivar kedelai, dan 3) untuk mendapatkan kultivar kedelai dengan hasil yang tinggi. Penelitian lapangan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor tunggal yang diuji adalah tiga belas kultivar kedelai yaitu Anjasmoro, Kaba, Argomulyo, Mahameru, Baluran, Muria, Burangang, Sinabung, Gema, Tanggamus, Gepak Kuning, Wilis dan Ijen. Hasil penelitian menunjukkan kultivar tanggamus merupakan kultivar yang memiliki hasil terbaik jika dibandingkan dengan kedua belas kultivar yang diuji hal ini terlihat dari data statistik yang menunjukkan hasil biji per tanaman yang paling tinggi. Variabel jumlah jumlah cabang, jumlah biji dan berat 100 biji adalah komponen hasil yang memilki hubungan erat terhadap hasil kedelai.
KARAKTERISASI DUA PULUH PADI (Oryza sativa. L.) LOKAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Adik Supriyanti; Supriyanta Supriyanta; Kristamtini Kristamtini
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.314 KB) | DOI: 10.22146/veg.10475

Abstract

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman penting karena merupakan sumber makanan pokok untuk sebagian besar manusia. Kualitas dan kuantitas hasil tanaman padi penting untuk terus ditingkatkan demi memenuhi kebutuhan pangan. Proses pemuliaan tanaman memerlukan informasi dari tetua yang akan digunakan. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui deskripsi atau karakter yang dimiliki oleh suatu tanaman. Informasi keragaman genetik diperlukan dalam proses pemuliaan tanaman. Informasi tentang karakter suatu tanaman sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki serta menghilangkan karakter yang tidak diinginkan dengan tujuan perbaikan varietas. Di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak kultivar padi lokal yang perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui karakter dan potensi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter morfologi dua puluh kultivar padi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kultivar- kultivar tersebut diidentifikasi berdasar sifat morfologinya. Karakter yang diamati yaitu tinggi tanaman, warna telinga daun, bentuk dan warna lidah daun, warna helaian daun, warna pelepah daun, warna ruas dan buku batang, sudut batang, tinggi batang, tipe malai, keluarnya malai, cabang malai sekunder, warna kepala putik, jumlah dan berat gabah isi per malai, fertilitas gabah, kerontokan, bentuk dan warna gabah, bobot 100 butir dan bentuk dan warna beras. Data hasil pengamatan karakter morfologi dianalisis gerombol meggunakan SAS sehingga diperoleh dendogram. Berdasarkan hasil analisis, umur tanaman dapat dibagi menjadi 3 kelompok.  Kelompok pertama (116-120 hari) yaitu Andel hitam 1, Sentani, Cempo merah, Mariti merah, Hitam mujiono, Merah pepen, Segreng, da Andel merah.  Kelompok kedua (121-130 hari) yaitu Rojolele, Mandala, Rojolele Gebyok, Jepang, Padi hitam batul da Mentik wangi. Kelompok ketiga (131-140 hari) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Mutiara, Ho-ing batag biru, Sedani dan Cempo kenaga. Dari hasil analisis Bobot gabah isi per rumpun didapatkan 4 kelompok. Kelompok pertama yaitu (≤ 50 gram per rumpun) yaitu Hitam Mujiono, Mandala, Sentani, Cempo kenanga, Mariti merah, Andel Hitam 1, dan Sedani.  Kelompok kedua (51-60 gram per rumpun) yaitu Merah pepen, Rojolele gebyok, Padi hitam Bantul, Andel merah, Jepang, Mentik Wangi dan Ho-ing batang biru.  Kelompok ketiga (61-90 gram per rumpun) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Rojolele, Segreng dan Cempo merah. Kelompok keempat (> 90 gram per rumpun) yaitu Mutiara.
KUANTITAS DAN KUALITAS HASIL PUCUK ENAM KLON TEH SINENSIS (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze var Sinensis) DI BAGIAN KEBUN KAYULANDAK, PT. PAGILARAN Aryo Wijayanto; Didik Indradewa; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.5 KB) | DOI: 10.22146/veg.10476

Abstract

Penelitian bertujuan untuk (1) membandingkan hasil pucuk beberapa klon teh sinensis dengan teh asamika, (2) mendapatkan klon teh sinensis dengan hasil dan kualitas hasil yang relatif tinggi, dan (3) mempelajari hubungan sifat fisiologis, pertumbuhan dan komponen hasil dengan hasil pucuk. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan klon bertindak sebagai faktornya. Klon teh yang digunakan terdiri dari enam klon teh sinensis Oero 1, Oero 2, Oero 3, Oero 4, Oero 5, dan Oero 6 serta sebuah klon asamika yang diwakili Gambung 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi hasil klon teh sinensis lebih rendah dibandingkan klon asamika, namun beberapa klon sinensis memiliki kualitas pucuk yang lebih baik dibanding klon asamika. Klon Oero 6 memiliki potensi hasil pucuk tinggi diantara klon-klon sinensis yang diteliti, sedangkan klon Oero 1, Oero 2, dan Oero 3 memiliki kualitas pucuk paling baik. Jumlah pucuk dan bobot per pucuk mempengaruhi potensi hasil pucuk secara langsung, sedangkan jumlah pucuk peko, bobot per pucuk peko, dan panjang trikoma berpengaruh langsung pada kualitas teh.
PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL Epraim Theopilus Sitepu; Taryono Taryono; Djoko Prajitno
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.722 KB) | DOI: 10.22146/veg.10477

Abstract

Bibit tebu mata tunas tunggal memiliki umur simpan yang relatif pendek. Apabila tanpa perlakuan, daya kecambah mata tunas tunggal sudah menurun pada umur  simpan  2  hari.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  bahan  media simpan dan bahan klon tebu terbaik untuk mempertahankan kualitas bibit tebu mata tunas tunggal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan perlakuan  faktorial  3  ×  3  dalam  rancangan  lingkungan  acak  lengkap  (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media simpan yang terdiri dari media simpan arang kayu, serbuk gergaji, dan sekam padi. Faktor kedua adalah klon tebu yang terdiri dari klon Bululawang, klon Kidang Kencana, dan klon VMC. Pengamatan dilakukan pada umur simpan 0, 4, 8, 12, dan 16 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara media simpan dan klon yang digunakan pada jumlah bibit yang berjamur selama penyimpanan, jumlah bibit yang mati selama penyimpanan, gaya berkecambah (GB), dan indeks vigor (IV) bibit mata tunas tebu. Media simpan arang kayu mampu menyimpan mata tunas tunggal terbaik yakni sampai dengan umur simpan 12 hari. Klon Kidang Kencana memiki kualitas bibit yang baik sampai dengan umur simpan 12 hari pada media simpan arang kayu.
TANGGAPAN BUAH SAWO (Manilkara zapota (L.) van Royen) TERHADAP KADAR DAN LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN CaCl2 Muchammad Ambar Huda; Sri Trisnowati; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.112 KB) | DOI: 10.22146/veg.10478

Abstract

Setelah dipanen, buah sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) biasanya hanya bertahan selama 2-3 hari. Penelitian ini mencoba mengetahui pengaruh kadar dan lama perendaman buah sawo dalam larutan CaCl2 pada umur simpan dan mutu buah. Penelitian ini dilaksanakan di Temanggung, Jawa  Tengah pada Bulan Januari sampai Maret 2015 dengan menggunakan rancangan faktorial 4 x 3 + 1 yang diatur dalam RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kadar larutan CaCl2  yang terdiri atas 0%, 2%, 4%, dan 6% dan faktor kedua adalah lama perendaman yang terdiri atas 60, 90, dan 120 menit. Penelitian ini menunjukkan ketika sawo setiap perlakuan matang, didapatkan hasil bahwa perendaman buah sawo dalam larutan 4% CaCl2 selama 60 menit dapat memperpanjang umur simpan buah selama satu setengah hari dibanding buah sawo yang tidak diberi perlakuan tanpa mengubah mutu penampilan buah. Buah sawo yang direndam dalam larutan 6% CaCl2 selama 90 menit mempunyai umur simpan paling pendek dan ketika buah sawo pada perlakuan kontrol matang, mutu penampilan buah perlakuan tersebut paling buruk, sehingga sudah tidak dapat dikonsumsi.

Page 8 of 43 | Total Record : 430