Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Lebar Bedengan untuk Genangan dalam Parit pada Tanaman Kedelai Didik Indradewa; Soemartono Sastrowinoto; Supriyanto Notohadisuwarno
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 30 No. 3 (2002): Buletin Agronomi
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.384 KB) | DOI: 10.24831/jai.v30i3.1418

Abstract

saturated soil culture the width of the beds were recommended between I m and 2 m, which require more labor to dig the furrows. An experiment was done to study the effect of the width of beds and to determine the optimal bed's width. The experiment was done on Regosol soil in Sleman Regency, Yogyakarta using Randomized Complete Blocked Design with three blocks. The treatments were flood irrigation as control and saturated soil culture with I, 2, 3 and 4 m . wide of beds. Observations were done on soil moisture, physiological processes, growth and yield of soybean. The result of the experiment showed that saturated soil culture stabilized the soil moisture around field capacity, increased physiological processes, growth of the plant and increased the seed yield 81 %from 1.17 t ha-1 up to 2.12 t ha-l. There was no significant different on the effect of width of the beds, therefore 3-4 m bed's width was recommended. Keywords: Saturated soil culture, Soybean, Bed's width.
KAJIAN PEMETAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN (LP2B) DI KABUPATEN PURWOREJO Melulosa Andhytya Sakti; Bambang Hendro Sunarminto; Azwar Maas; Didik Indradewa; Bambang Djadmo Kertonegoro
Sains Tanah - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15608/stjssa.v10i1.141

Abstract

Title : Mapping of  Food Agricultural Land Sustainability (LP2B) in Purworejo District. Implementation of Act 41 of 2009 on sustainable agricultural land still needs to be improved. Purworejo has a total area of 103,481.75 hectares consisting of rice, dry land and mixed garden. Increased development of a high enough lead Purworejo prone land conversion primarily agricultural to non-agricultural land. Determination of sustainable agricultural land is expected to control the pace of the transfer function. This study aims to determine the parameters for mapping LP2B and LCP2B, determine the basis for assessing inter-parameter calculation and LCP2B LP2B, determine the characteristics of the grouping criteria as LP2B agricultural land and agricultural land mapping LCP2B and sustainable food (LP2B) Purworejo. The data used in this study include spatial data and spatial data tabulated data consists of the Present landuse map the results of high-resolution satellite image interpretation purworejo district scale 1:25,000, topographic maps, maps of land suitability, administration district map boundaries, and maps of raw paddy fields. Tabulation of data consists of the need and availability of food, food balance, wetland conversion, the rate of population growth, and land area requirements. The survey results revealed that the total population, wetland production, planted area, harvested area, conversion rate and balance of food can be used as a parameter to specify the grouping criteria LP2B while land based on the irrigation system and the productivity of more than 5.5 tonnes / ha with IP is more than 1.75. Based on the analysis Purworedjo county has a total area of 38,562 ha area of agri-food consisting of 27,850.18 ha of wetlands and 10,712 ha of dry land. Of the area that became wet LP2B area of 25,826 ha and 5,243 ha of dry LP2B. Sustainable food agriculture land reserve wet (wet LCP2B) 2,024 ha and sustainable agri-food reserves dry (dry LCP2B) 5,469 ha.
HUBUNGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL TIGA BELAS KULTIVAR KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) Aditya Herwin Dwiputra; Didik Indradewa; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.397 KB) | DOI: 10.22146/veg.10474

Abstract

Penelitian bertujuan untuk 1) untuk mencari hubungan antara hasil dan komponen hasil berbagai kultivar kedelai, 2) untuk menentukan variabel komponen hasil yang memiliki hubungan paling erat dengan hasil beberapa kultivar kedelai, dan 3) untuk mendapatkan kultivar kedelai dengan hasil yang tinggi. Penelitian lapangan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor tunggal yang diuji adalah tiga belas kultivar kedelai yaitu Anjasmoro, Kaba, Argomulyo, Mahameru, Baluran, Muria, Burangang, Sinabung, Gema, Tanggamus, Gepak Kuning, Wilis dan Ijen. Hasil penelitian menunjukkan kultivar tanggamus merupakan kultivar yang memiliki hasil terbaik jika dibandingkan dengan kedua belas kultivar yang diuji hal ini terlihat dari data statistik yang menunjukkan hasil biji per tanaman yang paling tinggi. Variabel jumlah jumlah cabang, jumlah biji dan berat 100 biji adalah komponen hasil yang memilki hubungan erat terhadap hasil kedelai.
KUANTITAS DAN KUALITAS HASIL PUCUK ENAM KLON TEH SINENSIS (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze var Sinensis) DI BAGIAN KEBUN KAYULANDAK, PT. PAGILARAN Aryo Wijayanto; Didik Indradewa; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.5 KB) | DOI: 10.22146/veg.10476

Abstract

Penelitian bertujuan untuk (1) membandingkan hasil pucuk beberapa klon teh sinensis dengan teh asamika, (2) mendapatkan klon teh sinensis dengan hasil dan kualitas hasil yang relatif tinggi, dan (3) mempelajari hubungan sifat fisiologis, pertumbuhan dan komponen hasil dengan hasil pucuk. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan klon bertindak sebagai faktornya. Klon teh yang digunakan terdiri dari enam klon teh sinensis Oero 1, Oero 2, Oero 3, Oero 4, Oero 5, dan Oero 6 serta sebuah klon asamika yang diwakili Gambung 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi hasil klon teh sinensis lebih rendah dibandingkan klon asamika, namun beberapa klon sinensis memiliki kualitas pucuk yang lebih baik dibanding klon asamika. Klon Oero 6 memiliki potensi hasil pucuk tinggi diantara klon-klon sinensis yang diteliti, sedangkan klon Oero 1, Oero 2, dan Oero 3 memiliki kualitas pucuk paling baik. Jumlah pucuk dan bobot per pucuk mempengaruhi potensi hasil pucuk secara langsung, sedangkan jumlah pucuk peko, bobot per pucuk peko, dan panjang trikoma berpengaruh langsung pada kualitas teh.
Pengaruh Dosis Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr.) Kultivar Anjasmoro Dhimas Ikhsan Prakoso; Didik Indradewa; Endang Sulistyaningsih
Vegetalika Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.609 KB) | DOI: 10.22146/veg.35931

Abstract

Kedelai diketahui memiliki kemampuan untuk mengikat N dari udara, namun pada budidayanya di lapangan, pemupukan N masih dilakukan untuk mendukung pertumbuhan awal tanaman. Kultivar Anjasmoro banyak ditanam petani karena memiliki morfologi biji yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis  urea pada tanaman kedelai kultivar Anjasmoro serta menentukan takaran optimum untuk pertumbuhan dan hasil. Penelitian lapangan dilakukan dengan rancangan acak kelompok lengkap dengan perlakuan takaran pupuk urea yang terdiri dari 5 aras : 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, dan 200 kg/ha. Tata letak acak kelompok dengan empat blok sebagai ulangan. Data yang diperolah dianalisis menggunakan sidik ragam, bila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan dengan taraf kesalahan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan Urea menurunkan kadar N daun. Tidak terdapat perbedaan takaran namun memberikan laju asimilasi bersih dengan takaran optimal 205 kg/ha. Pemupukan Urea tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai kultivar Anjasmoro.
Perbandingan Perakaran Beberapa Kultivar Kedelai (Glycine max L.) yang Mengalami Kekeringan dengan Metode Pengamatan Berbeda Yudha Pratiwi; Dody Kastono; Didik Indradewa
Vegetalika Vol 8, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.913 KB) | DOI: 10.22146/veg.42714

Abstract

Penelitian mengenai ”Perbandingan hasil pengukuran perakaran lima kultivar kedelai (Glycine max L.) dengan metode berbeda” dilakukan di rumah plastik di Kebun Tridharma Banguntapan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sedangkan analisis pertumbuhan tanaman dilakukan di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman Sub Laboratorium Ilmu Tanaman dan Ekologi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian berlangsung dari bulan Maret-Agustus 2018. Penelitian dilakukan dengan tujuan mempelajari sifat perakaran pada kondisi berbeda (cukup air dan kekeringan) dan membandingkan hasil pengukuran parameter perakaran dengan metode berbeda (manual dan area meter). Rancangan lingkungan yang dipakai berupa split plot dengan dua faktor yang diuji coba yaitu perlakuan kekeringan sebagai faktor pertama dan kultivar sebagai faktor kedua. Perlakuan kekeringan terdiri dari 2 aras yaitu cukup air dengan disiram 1 hari sekali dan kekeringan dengan disiram 3 hari sekali. Kultivar yang digunakan terdiri dari 5 macam kultivar kedelai, yaitu kultivar Anjasmoro, Burangrang, Demas 1, Dering 1, dan Devon 1. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis varians (ANNOVA) dan apabila terdapat beda nyata, dilakukan uji lanjut Honest Significant Difference (Beda Nyata Jujur) Tukey 5 %. Pada metode penelitian ini sifat perakaran dalam kondisi kekeringan cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Pengukuran perakaran kedelai dengan metode berbeda menunjukkan bahwa pengukuran secara manual memberikan nilai panjang akar total, volume akar, dan luas permukaan akar yang lebih besar.
Pengaruh Suhu Zona Perakaran terhadap Pertumbuhan dan Status Klorofil Tanaman Selada Sistem Hidroponik Candra Ginting; Tohari Tohari; Dja'far Shiddieq; Didik Indradewa
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 13, No 1 (2006): Maret
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.60032

Abstract

-
ISOLASI DAN SELEKSI PSEUDOMONAD FLUORESCENS PADA RISOSFER PENYAMBUNGAN TOMAT Suhartiningsih Dwi Nurcahyanti; Triwidodo Arwiyanto; Didik Indradewa; Jaka Widada
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1 No 1 (2013): AGUSTUS
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.592 KB)

Abstract

[ENGLISH] Fluorescen pseudomonad had been isolated from the rhizosphere of grafting tomato with resisten rootstock (H 7996 and EG 203 from Asian Vegetable Research Development Center). Tomato varieties Permata and Fortuna were used as scion in grafting. Fluorescen pseudomonad was isolated on King’S B medium and used phosphate buffer 0,1 M + 0,1 % pepton. About 230 isolates of P. fluorescens were isolated from tomato rhizosphere at 14 HST and about 454 isolates at 28 HST. All isolates were tested for their capability to suppress the growth Ralstonia solanacearum in vitro. All isolates inhibited the growth of R. solanacearum with an inhibition zone of 1 mm to 7 mm or more. The mechanism growth of inhibition was bacteriostatic. About Ten isolates of P. fluorescens which had large inhibition zone, were not inhibit each other and inhibition against R. solanacearum due to nutrient competition. Keywords : tomato; grafting; Fluorescens pseudomonad [INDONESIAN] Pseudomonad fluorescens diisolasi dari risosfer tomat hasil penyambungan dengan batang bawah tahan yaitu tomat H 7996 dan terung EG 203 dari Asian vegetebles Research Development Center (Taiwan). Sebagai batang atas digunakan varietas Permata dan Fortuna. Isolasi dilakukan pada media King’s B dan menggunakan buffer phospat 0,1 M + pepton 0,1 %. Sejumlah 230 isolat P. fluorescens berhasil diisolasi dari risosfer pada 14 HST dan 454 isolat pada 28 HST. Semua isolat diuji kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum secara in vitro. Semua isolat P. fluorescens mampu menghambat R. solanacearum dengan zona hambatan antara 1 mm sampai dengan lebih dari 7 mm. Semua isolat mempunyai mekanisme penghambatan bakteriostatik. Sebanyak sepuluh isolat P. fluorescens yang mempunyai daya hambat besar, tidak saling menghambat satu dengan yang lain dan penghambatan terhadap R solanacearum yang terjadi karena adanya kompetisi nutrisi. Kata kunci: Tomat; Penyambungan; Pseudomonad fluorescens  How to citate: Nurcahyanti SD, T Arwiyanto, D Indradewa, J Widada. 2013. Isolasi dan seleksi pseudomonad fluorescens pada risosfer penyambungan tomat. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 15-18
Kekerabatan Jagung (Zea mays L.) Lokal Madura Berdasarkan Karakter Morfologi dan Penanda RAPD Achmad Amzeri; Didik Indradewa; Budi Setiadi Daryono; Diah Rachmawati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v16i2.104

Abstract

Perbandingan metode yang berbeda pada perhitungan keragaman genetik dapat bermanfaat dalam program pemuliaan dan konservasi tanaman. Pada penelitian ini digunakan 16 jagung lokal yang dikoleksi dari pulau Madura. Sebanyak 57 sifat morfologi dan 10 primer RAPD digunakan untuk menilai hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi dan penanda RAPD, dan menentukan genotip jagung lokal Madura yang mempunyai sifat untuk dikembangkan dalam program pemuliaan dan konservasi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakter morfologi dan penanda RAPD, 16 kultivar jagung lokal di pulau Madura diklasifikasikan dalam 2 grup. Rata-rata kemiripan morfologi (0,74) lebih tinggi dibanding kemiripan berdasarkan penanda RAPD (0,63). Koefisien kemiripan berdasarkan karakter morfologi adalah 0,510,91, sedangkan koefedien kemiripan berdasarkan penanda RAPD adalah 0,390,92. Lima kultivar (Tambin, Delima, Tambin-2, Krajekan dan Duko) mempunyai produksi tinggi, umur genjah dan hubungan kekerabatan agak jauh, sehingga digunakan untuk program pemuliaan dan pengembangan budidaya.
The Roots and Leaves Character of Drought Tomato on Application of ZnSO4 Amalia T Sakya; Endang Sulistyaningsih; Didik Indradewa; Benito Heri Purwanto
Sains Tanah - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15608/stjssa.v13i2.542

Abstract

Application of Zn, beside as an essential nutrient for plants, is known to increase the resistance of plants during drought condition. The purpose of the research was to study the effect of ZnSO4 application on root and leaf character of tomato plants in drought conditions. Research was arranged in factorial randomized completely block design. The treatment consists of ZnSO4 application methods (soil and foliar), ZnS04 dosage (0, 40 and 60 mg Zn kg-1 and cultivars ('Permata’ F1 and 'Tyrana’ F1). Watering intervals of every two and eight days were applied, representing non-stress and drought stress conditions during the growth period of the plant. The results showed that the all response of character roots and leaves of the tomato did not show interaction among the three factors. Root biomass, root length and root surface area of tomato plants depend on the method of application and ZnSO4 dosage. Soil application increased root biomass and root surface area. Root biomass of ‘Permata’ and ‘Tyrana’ showed differences in responses to dosage of ZnSO4. Leaf area responses in both cultivars ‘Permata’ and ‘Tyrana’ showed the same pattern of the ZnSO4 dosage. Response of leaf area ratio at each stage of tomato growth on ZnSO4 application was different.