Articles
82 Documents
PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB
Ayu Permata
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (337.457 KB)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran Mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara random. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = p = 0,014.
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PLAY THERAPY LEBIH BAIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH.
Nova Relida
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (349.069 KB)
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Play therapy merupakan stimulasi yang dapat diberikan untuk melatih kemampuan motorik halus pada anak prasekolah. Tujuan penelitian ini untuk menigkatkan kemampuan motorik halus anak yang lebih baik, maka intervensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik ditambahkan dengan senam otak. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dengan rentang usia 5-6 tahun. Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus yang bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata motorik halus 78.15 menjadi 86.33 (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi peningkatan dari 77 dan menjadi 86 (p = 0.000). Kesimpulan pada penambahan senam otak lebih baik daripada AFR saja dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah.
PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA HANYA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA
ismaningsih ismaningsih
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (304.04 KB)
Cedera dalam berolahraga akan mengakibatkan penurunan dari kesadaran proprioceptive dan kelemahan otot. Sehingga akan ditemukan ketidakstabilan postural, yang mengarah pada rasa yang tidak terkoordinasi atau hilangnya kontrol gerakan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap nilai kelincahan. sehingga diperlukan latihan berupa proprioceptive exercise dan strengthening exercise untuk menghindari cedera saat berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan proprioceptive exercise lebih baik daripada hanya intervensi strengthening exercise untuk meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola. Metode penelitian ini bersifat uji klinis eksperimental dengan ramdomized pre and post test two group design. Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Sampel siswa SMA N 5 Pekanbaru, yang terdiri dari 44 anak laki-laki berusia antara 15-18 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari kelompok I perlakuan pada intervensi strengthening exercise berjumlah 22 orang dan kelompok II perlakuan pada penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthenng exercise berjumlah 22 orang juga. Pengukuran nilai kelincahan dengan menggunakan Illinois Agility Run Test. Hasil analisis menunjukkan peningkatan nilai waktu tempuh kelincahan secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi penurunan waktu tempuh nilai rerata (16.,58±0.80) menjadi (15,43±0,62). demikian pula kelompok II terjadi penurunan waktu tempuh yang lebih besar dari (16,61±0,85) menjadi (14,92±0,42) dengan nilai (p = 0.000). nilai rerata sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.914) kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok terdapat perbedaan signifikan dan juga didapatkan nilai (p= 0,003) yang berarti terdapat perbedaan secara signifikan pada panurunan waktu tempuh pada kelompok I lebih menurun dibandingkan dengan kelompok II sehingga kelincahannya meningkat. Simpulan : Penambahan Proprioceptive Exercise Pada Intervensi Strengthening Exercise Terbukti Lebih Baik Daripada Strengthening Exercise Tunggal Dalam Meningkatkan Kelincahan Pada Pemain Sepakbola.
PERANAN HYDROTERAPI WUDHU PADA PEMBELAJARAN ANAK CEREBRAL PALSY
dian cita sari
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (347.117 KB)
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan anak cerebralpasy di SLB Negeri Pembina Pekanbaru yang mengalami masalah pada kemampuan motorik halusnya saat pembelajaran, yang disebabkan kasus adanya spastisitas, kejang otot, refleks primitif, kontrol postural, penurunan aktivitas fungsional, gangguan sensorik. Cerebral Palsy (CP) adalah kumpulan gejala kelainan perkembangan motorik dan postur tubuh akibat gangguan perkembangan otak pada rahim atau masa depan anak - anak. Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian: prenatal, natal dan post natal.Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan hidroterapi wudhu dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran bagi anak cerebral palsy. Penelitian menggunakan metode Single Subject Research (SSR), dengan disain A-B-A dan teknik analisis datanya menggunakan analisis visual grafik. Hasil penelitian menunjukkan, kemampuan pembelajaran anak cerebral palsy meningkat
PENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL
yose rizal
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (418.804 KB)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang, salah satu upaya untuk mengurangi sesak nafas ini adalah dengan pemberian intervensi renang dan pursed lip breathing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan sesak pada penderita asma bronkial. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel penelitian terdiri dari 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari 1 kelompok perlakuan. Hasil analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi didapatkan p=0.004 hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan sesak nafas pada penderita asma.
PENGARUH METODE SENAM PARKINSON UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA PENDERITA PARKINSON DESEASE
siti muawanah
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 1 (2018): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (424.933 KB)
Parkinson Disease adalah penyakit neurodegeneratif sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat tidak adanya pengiriman dopamin dari substansia nigra ke globus palidus atau neostriatum yang ditandai dengan adanya resting tremor, bradikinesia, dan instabilitas postural yang menyebabkan gangguan keseimbangan. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan senam parkinson dapat meningkatkan keseimbangan. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel penelitian terdiri dari 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari 1 kelompok perlakuan. Hasil analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi didapatkan p=0.002 hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keseimbangan pada penderita parkinson desease.
HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY (DPN) DAN RESIKO JATUH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Dwi Rosella Komalasari
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 2 (2018): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (467.978 KB)
Latar belakang:Indonesia saat ini menduduki peringkat ke lima dunia sebagai negara yang penduduknya mendirita diabete mellitus (DM). DM adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penderita DM jangka panjang sekitar 60-70% mengalami gejala neuropati diabetik pada anggota ekstremitas bawah atau sering dikenal dengan Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN), yang akan ditandai dengan berkurangnya respon sensorik, motorik atau keduanya. Gangguan ini akan mengakibatkan resiko jatuh bagi pasien DM tipe 2 menjadi semakin tinggi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan lamanya menderita DM dengan kejadian DPN dan Resiko Jatuh Pada Penderita DM Tipe 2. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, yang disajikan dalam bentuk data statistik. Metode: Penelitian ini berjenis observasional analitik dan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah chi square test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian DPN dengan nilai p=0,0001 dan nilai OR=0,25. Hasil uji hubungan antara lama menderita DM dengan Resiko Jatuh menunjukkan p=0,0011 dan nilai OR=0,32. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara lamanya menderita diabetes mellitus dengan kejadian DPN dan resiko jauh pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Semakin lama menderita DM maka akan semakin beresiko terjadinya DPN dan resiko jatuh juga semakin tinggi.
PENGARUH PEMBERIAN PURSED LIPS BREATHING DAN SIX MINUTEWALKING TEST DENGAN INFRA RED DAN SIX MINUTE WALKING TEST DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PADA KONDISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
nova relida
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 2 (2018): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (461.061 KB)
Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya faktor resiko seperti merokok, pencemaran udara, kebakaran hutan, banyaknya radikal bebas dan sebagainya. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang ditandai adanya keterbatasan aliran udara saluran nafas karena penyakit bronchitis kronis atau emfisema paru. Tujuan. Penelitian ini untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kemampuan fungsional, maka intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dalam mengatasi penurunan kemampuan hidup dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian Infra Red, Pursed Lips Breathing dan Six Minute Walking. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan experiment dengan desain penelitian pre and post test. Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t-test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh pemberian Pursed Lips Breathing dan Six Minute Walking dengan nilai p=0.016. Pemberian intervensi Infra Red dan Six Minute Walking menunjukkan nilai p=0,178 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan pada peningkatan kapasitas fungsional. Hasil uji independent t-test menunjukkan pada kelompok 1 dan 2 nilai p= 0,371 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada pemberian intervensi kelompok 1 dan 2.
PENGARUH LATIHAN WEIGHT BEARING ACTIVITY UNTUK MEMPERBAIKI POLA JALAN PADA ANAK DENGAN KONDISI IDIOPATHIC TOE WALKING
Ayu Permata
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 2 (2018): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (827.225 KB)
Fase berjinjit pada anak merupakan proses belajar berjalan yang akan menghilang dengan sendirinya. Apabila anak berjalan berjinjit secara persisten bahkan ketika diminta untuk berjalan biasa anak tetap berjalan berjinjit maka kondisi ini disebut dengan idiophatic toe walking. Idiopathic Toe Walking (ITW) yaitu pola jalan anak dengan cara berjalan berjinjit secara terus menerus setelah berusia lebih dari 3 tahun tanpa adanya bukti kondisi medis yang mendasarinya. Pola jalan berjinjit pada anak usia diatas 3 tahun secara persisten menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa, keterampilan motorik kasar atau halus, perkembangan visuomotor, fungsi integrasi sensorik, atau permasalahan perilaku. Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas treatment fisioterapi latihan weight bearing activity pada kondisi anak dengan ITW untuk memperbaiki pola jalan. Metode penelitian menggunakan penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test membandingkan nilai Foot Posture Index (FPI) sebelum dan sesudah intervensi. Sampel dalam penelitian berjumlah 10 orang anak dengan kondisi ITW yang diberikan latihan Weight Bearing Activity selama 4 minggu dengan intensitas 3 kali seminggu. Hasil analisa uji beda Foot Posture Index (FPI) kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok sampel dengan masing-masing nilai p = 0,009 yang artinya ada perbedaan yang signifikan pada kaki kanan dan kiri setelah diberikan latihan weight bearing activity.
Gambaran Persepsi Dan Perilaku Penderita TB Paru Dalam Menjalani Pengobatannya Di Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2017
Arriy Saputra Cania
Jurnal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 No 2 (2018): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (519.899 KB)
Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur, dan adekuat. Tipe pengobatan dari penyakit ini adalah tipe pengobatan jangka panjang yang membutuhkan waktu selama 6-8 bulan dan pasien diwajibkan untuk meminum obat dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan waktu yang intensif. Pengobatan ini harus dilakukan sesuai dengan aturannya. Persepsi yang salah dalam pengobatan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi pasien penderita TB paru dan perilaku pasien dalam menjalani pengobatannya di Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data secara univariat. Hasil penelitian menujukkan sebagian responden memiliki persepsi yang baik dalam menjalani pengobatannya sebanyak 28 orang (50,0%) dan sebagian besar memiliki perilaku positif dalam menjalani pengobatannya sebanyak 30 orang (53,6%). Bagi Puskesmas diharapkan selalu berperan serta dalam program pengobatan TB Paru melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkhusus pada pasien TB mengenai tujuan pengobatan TB.