Articles
179 Documents
Highly Oriented Cubic Crystalline Perovskite Thin Film of Methylammonium Lead Bromide
Ayi Bahtiar
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (339.327 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v4i2.28054
Organic-inorganic lead halide perovskite materials have been intensively developed for variety optoelectronic applications including solar cells, light-emitting diode and photodetection due to their excellent properties including bandgap tunability, long charge carrier diffusion length, and outstanding optoelectronic merits. Recently, perovskite methylammonium lead bromide (CH3NH3PbBr3 or MAPbBr3) has intensively studied for X-Ray detectors due to high stability against temperature and humidity and also has high X-Ray coefficient attenuation. Most of the perovskite-based optoelectronic devices are using thin films, whose their stability are highly depending on thin film morphology, including grain boundaries and crystal orientation. Morphological control, therefore, plays a significant role to produce high quality perovskite thin films. Thin films perovskite MAPbBr3 were prepared using spin-coating technique at room tempperature with 70% relative humidity. Its absorption spectra was measured using UV-Vis spectroscopy, its crystal structure using X-Ray Diffraction and morphology of thin films using Scanning Electron Microscopy (SEM). The optical bandgap of MAPbBr3 thin film is 2.23 eV derived from its absorption spectrum. The film is very stable against humidity confirmed by unchange of its absorption spectrum after 24 hours stored at room temperature with 70% relative humidity. The film shows cubic crystal structure with lattice constant 5.99 Å and high highly oriented in x-axis. The SEM images show cubic crystallites with size larger than 2 micrometer. The morphology of thin film and crystallite size are influenced by adding ethylammonium iodide additive or anti-solvent chlorobenzene treatment.
Penentuan Kurva Kalibrasi untuk Estimasi Viskositas Polydimethyl Siloxane (PDMS)
Anna Niska Fauza;
Atikah Ardi;
Ressa Muhripah Novianti;
Arif Kartasasmita;
Wasaludin, Norman Syakir,;
Risdiana, Fitrilawati
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (192.21 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v3i1.16519
Polydimethylsiloxane (PDMS) (CH3)3SiO-[Si(CH3)2O]n-Si(CH3) yang dikenal juga sebagai silicone oil merupakan salah satu cairan pengganti vitreous humour pada bedah vitreoretinal yang banyak dipakai. Dalam aplikasinya dibutuhkan PDMS dengan berbagai tingkat viskositas agar tidak terjadi emulsifikasi pada vitreous humour. Viskositas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tegangan permukaan yang berperan untuk menjaga bentuk PDMS ketika diinjeksikan pada mata. Semakin besar nilai viskositas maka akan semakin besar pula tegangan permukaan yang dihasilkan. Pada PDMS dengan viskositas tinggi lebih sulit terjadi emulsifikasi dibandingkan dengan PDMS dengan viskositas rendah. Ketika terdapat substansi lain yang tercampur kedalam PDMS setelah diinjeksikan kemata, maka dapat terjadi penurunan tegangan permukaan PDMS dan terjadi emulsifikasi. Oleh karena itu diperlukan teknik pengukuran viskositas dalam rentang yang cukup lebar agar PDMS dapat disintesis dengan berbagai tingkat kekentalan. Salah satu cara penentuan viskositas adalah melalui kurva kalibrasi yang didapat melalui metode ekstrapolasi. Dalam penelitian ini akan dilaporkan hasil eksperimen pembuatan kurva kalibrasi untuk penentuan nilai viskositas Polydimethylsiloxane (PDMS) dengan teknik pengenceran. Gel PDMS masing-masing dilarutkan dengan pelarut kloroform dan pelarut toluene dengan berbagai konsentrasi. Pengenceran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan beberapa titik ekstrapolasi guna menghasilkan kurva kalibrasi. Hasil kurva kalibrasi yang didapat dipakai untuk menentukan nilai viskositas dari beberapa PDMS hasil sintesis.
Identifikasi Material dengan Tomografi Muon Kosmik Menggunakan Detektor Berbasis CMOS Memanfaatkan Webcam
Muhammad Rizky Nurawan;
Dhio Alfafian;
Akhmad Saufi;
Rafif Tri Adi Baihaqi;
Cukup Mulyana;
Nowo Riveli
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (417.233 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v2i2.19710
Partikel muon (μ) adalah partikel elementer yang dihasilkan oleh sinar kosmik ketika menembus ke permukaan bumi dan dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Muon memiliki muatan negatif seperti halnya elektron dengan massa 207 kali dari massa elektron atau 105,7 MeV/c2. Waktu hidup muon sekitar 1.5 μs (proper time) bergerak dengan kecepatan 0.994c. Sekitar 10.000 muon mencapai setiap meter persegi permukaan bumi setiap menit. Keberadaan muon dapat dimanfaatkan dalam kehidupan, untuk mendiagnosa lokasi keberadaan sebuah objek ditempat yang tersembunyi. Prinsipnya sama seperti halnya sinar X, dengan prinsip mengolah citra dapat dimanfaatkan untuk diagnosa kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain. Permasalahannya untuk memanfaatkan muon di berbagai macam sektor kehidupan adalah alat detektornya memerlukan teknologi yang canggih, biaya yang besar. Untuk mengatasi permasalahan ini, kami memiliki gagasan untuk membuat alat pendeteksi muon dengan prinsip dan teknologi yang relatif sederhana sehingga dengan mudah dapat dilakukan oleh siapapun. Prinsip kerjanya Muon ditangkap oleh sensor CMOS, interaksi antara sensor CMOS dengan muon mengeksitasi energi elektron yang menghasilkan arus listrik kemudian di konversi ke tegangan , dengan menggunakan perangkat lunak Python hasil tangkapan citra muon oleh CMOS diolah sehingga memberikan informasi tentang intensitas, dan frekuensi (jumlah muon yang menumbuk per satuan luas/per satuan waktutertentu).
Physical and Thermal Properties of Briquettes from Empty Fruit Bunches and Palm Kernel Shell by Mixing Tapioca Flour and Molasses
Tintan Rostina;
Sri Suryaningsih
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (252.418 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v5i2.35014
West Java has the potential of palm oil wastes such as empty fruit bunches (EFB) and palm kernel shell (PKS) that can be used for fabrication of briquettes as raw materials. Briquette as a solid fuel and as a substitute for fossil fuel must have a good quality to be accepted in the market, such as having a good thermal and good physical properties. This research, reviewing the effect of particle size parameter and the effect of adding adhesive on briquette to heating value, thermal properties and physical properties. Briquettes were determined by using varying EFB and PKS biomass ratios of 50:50 and by adding 7% adhesive from tapioca flour or molasses of the total mass of the briquette. Particle size variations are set for 20 mesh and 40 mesh. The best heating value was found at 5,898 cal/g in the sample briquette by using 40 mesh particle and tapioca flour adhesive. The thermal properties test shown the combustion rate of 0.34 g/minutes and combustion lenght of 111 minutes found in 40 mesh briquette sample by using tapioca flour adhesive. The physical properties test shown the best density value of 0.215 g/cm3 and shattering resistance of 66,23% found in the 40 mesh briquette sample by using tapioca flour adhesive. The best durable value found in sample briquette with 20 mesh particle with tapioca flour adhesive which is 54.35%. The result was indicated that briquette with 40 mesh particle size and tapioca flour adhesive gives the best result of heating value, thermal properties and physical properties.Keywords: briquette, palm oil, thermal properties, physical properties, tapioca, molasses.
Pengaruh Penambahan Material Spiro-TAD dan Spiro-TPD Sebagai Hole Transport Material Pada Karakteristik DSSC
Lusi Safriani;
Winna Prasita Primawati;
Euis Siti Nurazizah;
Cukup Mulyana;
Annisa Aprilia
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1090.146 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v4i1.26349
Dye sensitized solar cells atau DSSC merupakan sel surya yang sedang dikembangkan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu biaya fabrikasi yang murah, proses fabrikasi sederhana dan dapat dioperasikan pada intensitas cahaya yang rendah. Akan tetapi, efisiensi DSSC masih jauh lebih rendah dibandingkan sel surya berbasis silikon. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi DSSC adalah dengan menambahkan lapisan Hole Transport Material (HTM) untuk membantu proses difusi dan transport muatan sehingga didapatkan efisiensi yang lebih baik. Material spiro merupakan material yang memiliki stabilitas yang baik sehingga cocok untuk dijadikan sebagai HTM pada divais sel surya. Dua di antara contoh material spiro adalah Spiro-TAD dan Spiro-TPD. Keduanya memiliki nilai mobilitas hole yang cukup baik. Dalam penelitian ini, DSSC dengan struktur FTO/TiO2/dye-Ru/HTM/mosalyte/Pt/FTO telah berhasil difabrikasi. Selain itu dilakukan pula proses pemanasan sebelum proses perendaman dye-Ru dilakukan dengan tujuan menghilangkan molekul oksigen yang terperangkap pada lapisan mesopori TiO2. Hasil pengukuran rapat arus dan tegangan (J-V) menunjukkan bahwa Power Conversion Efficiency (PCE) tertinggi didapatkan dari DSSC dengan HTM Spiro-TPD yaitu sebesar 2,94%.
Penentuan Daerah Rawan Bencana Sambaran Petir di Wilayah Kabupaten dan Kota Bandung Jawa Barat
Erwan Susanto
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (511.5 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v2i2.19728
Petir merupakan salah satu fenomena alam yang sangat berbahaya karena besarnya energi yang dikeluarkan setiap kali petir menyambar bisa mencapai jutaan volt. Besarnya energi tersebut dapat menghancurkan apa saja yang disambarnya. Kejadian petir, khususnya petir tipe CGselalu bersinggungan dengan aktivitas manusia sehingga tidak jarang petir menyebabkan kerugian material atau bahkan menyebabkan kematian. Kabupaten dan Kota Bandung merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk yang sangat padat sehingga harus mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan data petir tipe CG (Cloud to Ground) tahun 2017 hasil rekaman sensor Lightning Detector BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah yang rawan terhadap bencana sambaran petir di Kabupaten dan Kota Bandung. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi bagi pemerintah dan masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung untuk mengantisipasi bencana sambaran petir. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dengan metode classtering. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada 4 kecamatan yang rawan bencanaa sambaran petir yaitu Kecamataan Lembang, Cisarua, Cipeundeuy dan Cikalong Wetan.
Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Gas CO berbasis Nirkabel RF untuk Pemantauan Kondisi Pencemaran Udara
Sri Suryaningsih;
Jajat Yuda Mindara;
Sahrul Hidayat;
Irmha Chaerunnisa
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (297.676 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v1i01.10905
Pencemaran gas karbon monoksida sebagai gas buang menigkat setiap tahun seiring dengan penigkatan jumlah pengguna kendaraan bermotor. Karbon monoksida memberi dampak yang membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia bahkan berujung kematian. Pada penelitian ini telah diciptakan sebuah alat ukur gas CO dengan menggunakan sensor gas CO MQ-9 guna mendeteksi dan mengukur konsentrasi gas CO di udara. Perangkat ini menggunakan teknologi nirkabel RF sehingga dapat digunakan dari jarak jauh dan tidak membahayakan peneliti dari menghirup gas. Pengujian awal dilakukan dengan membandingkan besaran nilai yang dihasilkan alat ini dengan gas CO berkonsentrasi 0 – 1000 ppm. Dari hasil pengujian tersebut didapat tingkat kesalahan kalibrasi sebesar 22,83%. Perangkat yang telah dikalibrasi kemudian diuji di lokasi yang berbeda untuk mendeteksi dan mengukur jumlah gas CO di lokasi tersebut. Hasil pengujian di beberapa lokasi, didapat data konsentrasi gas CO sebesar 1,89 ppm pada daerah yang tidak berpotensi adanya polusi dan 103,35 ppm pada daerah yang berpotensi adanya polusi.
Trend Curah Hujan Ekstrem Harian Berdasarkan Data PERSIANN-CCS di Kepulauan Bangka Belitung
akhmad fadholi
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (870.62 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v4i1.24731
Curah hujan ekstrem di Kepulauan Bangka Belitung memiliki dampak banjir sehingga perlu adanya kajian terkait trend kejadian curah hujan ekstrem. Namun, belum cukupnya data observasi lapangan membuat pemanfaatan data curah hujan berbasis satelit perlu dilakukan. Data curah hujan satelit dari Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Networks (PERSIANN) - Cloud Classification System (CCS) yang merupakan data curah hujan berbasis satelit dengan resolusi spasialterbaik saat ini yaitu 0.04o. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi trend kejadian curah hujan ekstrem di Kepulauan Bangka Belitung menggunakan data PERSIAN-CCS dan analisisnya. Metode penentuan threshold ekstrem dengan Persentil 95, 98, dan 99, serta threshold 50 mm dan 100 mm seperti yang digunakan oleh BMKG. Beberapa threshold tersebut digunakan untuk menentukan jumlah kejadian curah hujan ekstrem tiap tahunnya. Regresi linear digunakan untuk menentukan slope sebagai trend naik atau turun. Mann-Kendal Test digunakan dalam penentuan signifikansi laju trend dari nilai slope. Hasil pengolahan data pada menunjukkan trend kenaikan signifikan kejadian curah hujan ekstrem Persentil 95 berkisar antara 3 - 11 kali perdekade, Persentil 98 dengan kisaran 2 - 6 kali, dan Persentil 99 dengan kisaran 1 - 4 kali. Kejadian curah hujan ≥ 50 mm naik signifikan antara 3 - 14 kali perdekade dan curah hujan ≥ 100 mm naik signifikan antara 1 - 3 kali. Kejadian mendominasi hampir seluruh Pulau Bangka dan sebagian Pulau Belitung. Pemetaan trend kenaikan signifikan untuk kejadian curah hujan ≥ 50 mm hampir sama dengan Persentil 95, sedangkan ≥ 100 mm memiliki pola yang hampir sama dengan Persentil 99.Kata kunci: Trend, Curah Hujan Ekstrem, PERSIANN-CCS, Kepulauan Bangka Belitung
Karakteristik Optik dan Kristal Nanopartikel Magnetit
Togar Saragi;
B Permana;
M Saputri;
L Safriani;
Iman Rahayu, Risdiana
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (449.12 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v2i1.15438
Oksida besi, nanopartikel magnetit (Fe3O4), memiliki sifat yang berbeda dan lebih menarik daripada material bulk-nya. Selain itu, material ini dapat diaplikasikan secara lebih luas dan efektif pada ukuran nanometernya seperti ferrofluids, media penyimpanan data, pigmen warna, dan katalis. Pada penelitian ini telah berhasil dikarakterisasi sifat optik dan struktur kristal dari nanopartikel magnetit dengan menggunakan teknik Spektroskopi UV-Vis dan teknik difraksi sinar-X. Karakterisasi material nanopartikel magnetit berdasarkan variasi suhu sintering, 80°C dan 1100°C. Berdasarkan hasil karakterisasi UV-Vis diperoleh bahwa energi-gap dari nanopartikel Fe3O4 ini berada pada rentang energi-gap semikonduktor, 0-3 eV. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD diperoleh bahwa Variasi suhu sintering menyebabkan berubahan struktur kristal oksida besi yang diperoleh, yaitu magnetit (Fe3O4) dengan struktur kubik pada suhu 80oC, dan hematit (α-Fe2O3) dengan struktur hexagonal pada suhu 1100°C, sesuai dengan data JCPDS
Characteristics of Graphene Like Material Synthesized from Coconut Shell Charcoal Powder using Solid State Method
Baiq Lisna Najati;
Norman Syakir, Fitrilawati
JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika) Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (572.604 KB)
|
DOI: 10.24198/jiif.v7i1.40655
We synthesized graphene like material from coconut shell charcoal powder (CSP) using solid-state method followed by exfoliation using H2SO4. In the synthesis, CSP was mixed with KOH in a ratio of 1:5 followed by heating at a temperature of 850ºC for 1 hour to obtain Coconut Shell Graphitization (CSG). The synthesized CSG was then exfoliated for 1 hour using ultrasonication in H2SO4 which was referred as Coconut Shell Graphitization_Exfoliated (CSG_E). The infrared spectra results of the two products showed the presence of C-C, C=C, C-O-C, C-O-OH groups which are characteristics of reduced graphene oxide (rGO). The Raman spectroscopy results show that the synthesized materials have D and G bands with ID/IG ratio of 0.98-0.96, that indicates the presence of impurities in the form of an oxide group on the graphene surface. Decomposition analysis using the help of the Lorentz Function show that the XRD pattern of the synthesized material have graphene structure at 2θ = 26.59º, and the rGO structure at 13.88º, and 19.09º with its 2nd order at 42.89º. The measurement results indicate that the synthesized materials are rGO. The data analysis shows that CSG consists of 83.09% rGO and 16.91% graphene, after exfoliation the rGO content of CSG_E rises to 87.27%