cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Dimensi Interior
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Artikel merupakan kajian bidang desain interior, Artikel yang dikirim ke jurnal Dimensi Interior adalah artikel yang tidak sedang dikirim ke jurnal/terbitan lain dan belum dipublikasikan dalam jurnal lain. Kategori artikel ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer (aplikasi, ulasan, opini), dan diskusi. Diterbitkan 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 155 Documents
DESAIN MEBEL DALAM PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN Wardani, Laksmi Kusuma
Dimensi Interior Vol 2, No 2 (2004): DESEMBER 2004
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.656 KB) | DOI: 10.9744/interior.2.2.pp. 134-146

Abstract

Furniture design in art and design education use the thinking model which entangling design process with various problems which its character is not static and require the creative and critical opinion in joining creating energy, technological growth, and up to standard esthetics element to be produced. Problem solving which still on is going into effect in one case of furnitur design, differing at other case. The success of efficacy teaching and learning process in the studio of furniture design influenced by external and internal (study process, quality of human resource or lecturer and students, curriculum, education management, and also supporter facility learning and teaching process) factor. Abstract in Bahasa Indonesia : Desain mebel dalam pendidikan seni dan desain menggunakan model berfikir yang melibatkan proses desain dengan berbagai permasalahan yang sifatnya tidak statis dan membutuhkan pemikiran kritis dan kreatif dalam menggabungkan daya cipta, perkembangan teknologi, dan unsur estetika yang memenuhi syarat untuk diproduksi. Pemecahan masalah yang berlaku di satu kasus dalam desain mebel, berbeda pada kasus yang lain. Keberhasilan proses belajar mengajar di studio desain mebel dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal (proses pembelajaran, kualitas sumber daya manusia atau pendidik maupun peserta didik, kurikulum, manajemen pendidikan, maupun fasilitas-fasilitas penunjang proses belajar mengajar). Kata kunci : desain mebel, pendidikan, seni dan desain.
Akulturasi Budaya Pada Interior Gereja Katolik (Studi Kasus: Gereja Gemma Galgani Ketapang, Kalimantan Barat) Oscarina, Karin; Tulistyantoro, Lintu; Kattu, Grace Setiati
Dimensi Interior Vol 17, No 1 (2019): FEBRUARY 2019
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.068 KB) | DOI: 10.9744/interior.17.1.29-34

Abstract

Gereja Gemma Galgani Ketapang adalah gereja katolik yang sangat unik. Gereja ini mencerminkan sebuah akulturasi budaya lokal yang tampak pada ornamen dan elemen yang diaplikasikan pada interiornya. Budaya lokal yang diterapkan pada elemen dan ornamen adalah budaya Dayak. Ornamen Dayak tidak hanya sekedar memenuhi estetika, elemen tersebut tentunya memiliki makna yang dalam sesuai dengan konteks masyarakatnya.  Permasalahan muncul apakah elemen dekoratif tersebut sejalan dengan kepercayaan agama Katolik? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan komparasi.  Data dicapai dengan cara melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara dengan pakar. Analisa dilakukan dengan cara membandingkan antara data lapangan, literatur dan pendapat pakar melalui pentabelan. Percampuran budaya Dayak dengan Katolik terlihat baik fisik maupun non fisik, seperti pada pola organisasi ruang yang sama dengan struktur Batang Garing yang merupakan kepercayaan agama Kaharingan. Penggunaan warna dan ornamen elemen pembentuk ruang dan perabot terdapat motif Dayak yang memiliki persamaan makna dengan kepercayaan Katolik. Kesamaan tidak hanya pada visualisasi tetapi lebih menekankan kepada makna dari ornamen tersebut.
PERGESERAN GAYA PADA DESAIN FURNITUR INDONESIA ABAD KE-20 Studi Mengenai Pemberdayaan Nilai Estetis Menghadapi Sachari, Agus
Dimensi Interior Vol 4, No 1 (2006): JUNI 2006
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.98 KB) | DOI: 10.9744/interior.4.1.pp. 9-16

Abstract

The symptom of cultural openness is generally marked by the presence of a freedom of cultural cross in various countries and this symptom has been observed for centuries. One of the influences of this cultural openness is the transition from the traditional society towards the modern society. The furniture is one of the daily artefacts that results during this transition process. Through the observation of cultural transformation, the furniture design works can be considered as the main variables to detect the synergic relationship between the aesthetic values in the design and the other aspects that acts as the key elements of the process of modernization, such as the change in the way of thinking, lifestyle, economic wisdom and the development of technology that occurred in Indonesia during the 20th century. This phenomenon in Indonesia is seen in the form of a cultural 'synthesis' that, as a whole, has been a part of the process of cultural transformation in the form of an aesthetic work that has been a significant mark in the modern design worldview, as well as the conceptual thinking that in context bases various design activities. Through observation of the movement of style in furniture design at the 20th century, the aesthetic value can, in future, act as a model for the development of aesthetic values in design works in Indonesia, especially in facing wider aspects of cultural openness. Abstract in Bahasa Indonesia : Gejala keterbukaan budaya secara umum ditandai oleh adanya kebebasan pelintasan antar budaya di berbagai negara dan hal itu telah berlangsung berabad-abad. Salah satu dampak keterbukaan yang terjadi adalah perubahan dari masyarakat tradisional ke arah masyarakat modern. Furnitur merupakan salah satu artifak sehari-hari yang dihasilkan selama proses perubahan itu berlangsung. Melalui pengkajian transformasi budaya, karya desain furnitur dapat dijadikan variabel utama untuk menditeksi hubungan sinergis antara nilai-nilai estetis pada karya desain dengan aspek lain yang menjadi unsur-unsur kunci proses modernisasi, seperti perubahan pola pikir, gaya hidup, kebijakan ekonomi dan perkembangan teknologi yang terjadi di Indonesia di abad ke-20. Fenomena tersebut di Indonesia teraga dalam bentuk 'sintesis' budaya yang telah menjadi bagian dari proses transformasi budaya bangsa secara keseluruhan, baik dalam bentuk karya estetis yang menjadi tanda penting dalam wacana desain modern, maupun pemikiran konseptual yang melandasi berbagai kegiatan desain secara kontekstual. Berdasar pengamatan terhadap pergeseran gaya desain furnitur diabad ke-20, nilai estetis dapat dijadikan model bagi pengembangan nilai-nilai estetis pada karya desain di Indonesia untuk masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi aspek keterbukaan budaya yang lebih luas. Kata kunci: pergeseran gaya, furnitur Indonesia, nilai estetis.
IMPLEMENTATION AND COMPARISON OF SERVICE LEARNING PEDAGOGY IN A SUBJECT OF INTERIOR DESIGN Santosa, Adi
Dimensi Interior Vol 5, No 1 (2007): JUNI 2007
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.253 KB) | DOI: 10.9744/interior.5.1.pp. 54-60

Abstract

Referring to the case study in the Department of Interior Design of Petra, the implementation of service learning pedagogy in a subject of design can give additional values for students. Considering aspects of psychology, social, economy, and culture, students can solve the real problems in their society. Compared to two standard systems of approach in pedagogy: teacher-centred approach and learner-centred approach, it is known that implementation of service learning in the subject of Interior Design II is compatible with both of them. The implementation of service learning is conducive for students to develop all of their potencies of domains: cognitive, affective, psychomotor; and factors of education: cognitive and metacognitive, motivational and affective, developmental and social, individual differences. Abstract in Bahasa Indonesia : Gereja Katolik memiliki peraturan-peraturan dan makna-makna tertentu, Budaya Jawa pun memiliki aturan, batasan, serta makna tersendiri baik dalam tatanan bangunan yang meliputi elemen pembentuk ruang, fasilitas, maupun pendukung lainnya. Sedangkan dalam inkulturasi kedua budaya yang saling berhubungan ini harus berjalan seiring. Oleh karena itu, akan dibandingkan kedua budaya tersebut untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian makna yang dapat dicapai apabila terjadi inkulturasi Budaya Jawa dengan Gereja Katolik. Dari hasil perbandingan tersebut diketahui bahwa wujud fisik Budaya Jawa sebagai unsur inkulturasi interior Gereja Katolik tidak semuanya dapat diterapkan karena tidak adanya kesesuaian makna dan hubungan timbal balik antara keduanya. Wujud Budaya Jawa yang dapat dijadikan unsur inkulturasi dalam interior Gereja Katolik antara lain zoning, elemen pembentuk ruang lantai dan plafon, warna, tata letak bangku umat dan perabot untuk pemimpin. Kata kunci: Interior Gereja Katolik, Liturgi, Inkulturasi Budaya, Budaya Jawa
STUDI DESAIN INTERIOR PUSAT TERAPI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH SAFIR DI SURABAYA Merry, Merry
Dimensi Interior Vol 6, No 1 (2008): JUNI 2008
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.816 KB) | DOI: 10.9744/interior.6.1.pp. 35-49

Abstract

Autism is a mental disorder faced by some children during their childhood. Generally, autistic children are secluded by their environment. Nowadays, however, they are given more concern. Schools and therapy centres for autistic children are increasing and developing. The unique behaviour of the autistic children requires special interior design needs and specifications. This research observes whether a therapy centre for austistic children that was once a residential house is appropriate to its function. Abstract in Bahasa Indonesia: Autis merupakan salah satu kelainan mental yang dialami sejak masa anak-anak. Pada umumnya para penyandang autis selalu dikucilkan dari lingkungannya, namun pada masa sekarang hak para penyandang autis sudah banyak dihargai. Sekolah dan pusat terapi untuk mendidik mereka sudah banyak didirikan. Karakteristik yang unik dari kelainan para penyandang autis ini menyebabkan adanya perlakuan khusus dalam hal interiornya. Penelitian ini meninjau sebuah pusat terapi autis yang pada awalnya menggunakan layout sebuah rumah tinggal, apakah sudah sesuai untuk pusat terapi pendidikan anak autis. Kata kunci: desain interior, pusat terapi, anak berkebutuhan khusus, sekolah Safir.
STUDI PERSYARATAN TANGGA DARURAT PADA RUMAH TOKO DI SURABAYA Mariska, Imanto E.; Indrani, Hedy C.
Dimensi Interior Vol 8, No 1 (2010): JUNI 2010
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1383.101 KB) | DOI: 10.9744/interior.8.1.15-28

Abstract

A shop-house is a simple and practical alternative residential space that can accommodate various activities from small economic scale to the combination of living and working functions. This triggers the uncontrolled development of shop-house construction so as to meet the increasing demands of users. The demand of short-time construction has caused the shop-houses to be constructed poorly with low considerations to safety, adding to misuse. This has caused fire cases in the shop-houses sacrificing many lives who were unable to evacuate from the building. Using the qualitative and descriptive method of research, this research aims to provide solutions and alternative emergency staircase designs appropriate for shop-houses in Surabaya to increase the safety of the users
STUDI IKONOLOGI PANOFSKY PADA ARSITEKTUR DAN INTERIOR GEREJA KATOLIK INKULTURATIF PANGURURAN Sitindjak, Ronald Hasudungan Irianto
Dimensi Interior Vol 9, No 2 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1450.653 KB) | DOI: 10.9744/interior.9.2.119-136

Abstract

The Inkulturasi Pangururan Catholic church (GKIP) is a place of worship for Catholics in Pangururan City, Samosir, North Sumatera. The architectural and interior forms are results of inculturation of Catholic traditions with Batak Toba cultures and hence the meaning behind the building elements becomes a very interesting issue of study. This research uses the iconological study method proposed by Panofsky which aims to uncover the meaning contained in an object through a set of desciptional stages that concists of pre-iconography, analysis of iconography and iconological intepretation, in which all of the three stages are inter-connected. Pre-iconography aims to acquire the prime or natural meaning (factual and expressional meaning), analysis of iconography is to obtain the secondary/conventional meaning while iconology is to uncover the intrinsic meaning (symbolical meaning). The prime meaning that was discovered in the stage of pre-iconography reveals that the architectural and interior form of GKIP has simililarities to tradtional houses of Batak Toba, displaying the vernacular Batak Toba style. Meanwhile, the secondary meaning resulted from the iconography stage shows that the spatial and ornamental arragnement inside has undergone transformations, adaptations and even tiggered new meanings that do not exist in Batak Toba traditional houses. And last but not the least, the intrinsic meaning yielded from the iconology stage shows that the meeting of Catholic culture and Batak Toba tradition produced mutual enrichment through the process of inculturation. On one hand for the preservation of Batak Toba culture, and on the other hand for the expression of faith and trust of Pangururan Catholics in Batak Toba culture. Disclosure of this faith will bring changes to the Catholic church, from the Catholic church in the land of Batak Toba to the process of "Batak Toba-nisation" of a Catholic church. In this case, inculturation is the method or tool while evangelism to the Batak Toba people is the symbolic value.
Perancangan Mebel Repetisi Garis Dengan Sistem Lipat Dari Kayu Kelapa Wijayanti, Rarhas
Dimensi Interior Vol 12, No 2 (2014): DESEMBER 2014
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.71 KB) | DOI: 10.9744/interior.12.2.65-71

Abstract

Perkembangan industri kreatif menciptakan beragam inovasi desain. Keragaman desain untuk mengurangi dampak pemanasan global telah banyak dilakukan. Hal yang membuat usaha-usaha ini tampak baru dalam inovasi adalah ide dasar dalam ranah  produk, desain interior, maupun arsitektur. Salah satu upaya untuk merespon hal tersebut adalah dengan memilih material yang ekologis yang terbarukan. Eksplorasi material yang jarang digunakan tetapi masih mempertimbangkan efisiensi energi, tidak mencemari lingkungan, dan berasal dari sumber yang terbarukan masih sangat mungkin dilakukan. Kayu kelapa diklasifikasikan sebagai tanaman berbiji tunggal. Saat ini, telah banyak material kayu yang digunakan untuk membuat furnitur namun tidak dengan kayu kelapa. Kayu kelapa masih jarang digunakan dalam produksi furnitur, walaupun memiliki karakteristik yang unik. Pendekatan desain tertentu telah digunakan dan dengan metode analitis, desainer memberi solusi desain untuk meterial ini sehingga dapat digunakan pada pasar global. Implementasi desain dengan repetisi garis digunakan untuk menciptakan furnitur yang lebih ringan. Sistem tekuk dan bongkar pasang dipertimbangkan dan membuat furnitur ini mudah untuk dikemas dan dikirm.
Makna Simbolik pada Rumah Betang Toyoi Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah Widjaja, Marselina Utami; Wardani, Laksmi K.
Dimensi Interior Vol 14, No 2 (2016): DECEMBER 2016
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1417.672 KB) | DOI: 10.9744/interior.14.2.90-99

Abstract

Suku  Dayak  Ngaju  merupakan  suku  terbesar  yang  ada  di  provinsi  Kalimantan  Tengah.  Warisan  budaya  suku  Dayak  Ngaju  salah satunya adalah rumah Betang, pusat aktivitas kebudayaan masyarakatnya. Rumah Betang mengandung simbol yang bermakna dan menarik untuk diteliti. Metode penelitian menggunakan landasan teori simbol Suzanne K.Langer. Metode analisis data menggunakan metode  deskriptif,  yaitu  memaparkan  simbol  presentatif  dan  simbol  diskursif,  dikaji  dengan  referen  lokal  Dayak  Ngaju,  untuk menemukan  makna  simboliknya.  Simbol  adalah  tanda  dan  perantara  yang  dihadirkan  oleh  pencipta  simbol  untuk  menyampaikan suatu  konsep  atau  gagasan  mengenai  referensi,  realitas,  objek,  fakta,  pengalaman,  peristiwa,  dan  sebagainya.  Hasil  penelitian  ini ditemukan  bahwa  rumah  Betang  merupakan  simbol  pandangan  masyarakat  Dayak  Ngaju  tentang  kehidupan,  kesejahteraan, makrokosmos, dan mikrokosmos. Hidup akan seimbang jika hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam  semesta  dijaga  dengan  baik.  Rumah  Betang  juga  mengandung  nilai-nilai  arif  yang  dijunjung  tinggi  oleh  masyarakat  Dayak Ngaju, yaitu harmoni, keselarasan, dan persatuan.
PENGARUH ELEMEN INTERIOR TERHADAP KARAKTER AKUSTIK AUDITORIUM C. Indrani, Hedy
Dimensi Interior Vol 2, No 1 (2004): JUNI 2004
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.945 KB) | DOI: 10.9744/interior.2.1.pp. 66-79

Abstract

Auditorium is a place to perform theatre, opera and music. Kinds of show that can be enjoyed comfortably or otherwise depend on the quality of room acoustic. Interior designers also contribute in successful or unsuccessful of a performance, which is in creating acoustic character quality. When designing auditorium interior, a designer should consider sound esthetic elements of acoustic. The best acoustic criteria in an auditorium are influenced by shape of the room and space dimension, where both can create acoustic parameter either objectively or subjectively. The arrangement and the finishing materials of the audience seats, opening view, shape and finishing of the surfaces (reflective or absorptive) that covered the auditorium are important elements which need attention. Abstract in Bahasa Indonesia : Auditorium merupakan tempat untuk menampilkan pertunjukan pentas seni seperti teater, opera, dan musik. Pertunjukan yang bisa dinikmati dengan nyaman, atau sebaliknya antara lain tergantung atas kualitas akustik ruang. Perancang interior ikut berperan dalam mempengaruhi sukses tidaknya suatu pertunjukan yaitu dalam menciptakan kualitas karakter akustik. Ketika mendesain auditorium, perancang perlu memikirkan faktor-faktor estetika bunyi pada akustik. Kriteria akustik yang baik dalam suatu auditorium utamanya dipengaruhi oleh bentuk denah dan dimensi ruang, di mana keduanya dapat menciptakan parameter akustik yang bersifat objektif dan subjektif. Pengaturan tata letak dan bahan dari tempat duduk penonton, jalur pandang yang bebas, serta bentuk dan sifat bahan finishing pada bidang (reflektif atau absorbtif) yang melingkupi auditorium merupakan elemen penting yang perlu mendapat perhatian. Kata kunci : elemen interior, karakter akustik, dan auditorium.

Page 6 of 16 | Total Record : 155