cover
Contact Name
Haeruddin
Contact Email
haeruddin@unej.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jeneral.sipil@unej.ac.id
Editorial Address
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto, Jember
Location
Kab. jember,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral
Published by Universitas Jember
ISSN : -     EISSN : 27984850     DOI : https://doi.org/10.19184/jeneral
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral (JENERAL) is a national peer-reviewed and open-access journal that publishes research paper. The aim of this journal is to expand knowledge and advance development in the related study including mineral exploration, mining engineering, mineral processing, and geology.
Articles 51 Documents
Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi di Gunung Raung, Provinsi Jawa Timur Firman Sauqi Nur Sabila; Mirzam Abdurrachman
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.21558

Abstract

Gunung Raung di Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi Jawa Timur merupakan salah satu gunungapi aktif di Busur Sunda. Keberadaan gunungapi ini menghasilkan keragaman potensi sumber daya alam yang ada seperti panasbumi, bahan galian vulkanik, dan endapan mineral. Perlunya penambahan data geologi pada gunungapi aktif melatarbelakangi peneliti untuk menelaah dan mengkaji lebih lanjut untuk mengidentifikasi tatanan geologi yang secara tidak langsung menjadi acuan pada tahap eksplorasi awal sumber daya geologi di dalamnya. Keberadaan struktur geologi dinilai turut memengaruhi aktivitas vulkanisme di gunungapi ini. Model struktur di batuan vulkanik juga kemudian dapat dijadikan analog pada reservoir panasbumi ataupun migas. Belum adanya penelitian yang menjelaskan mengenai tatanan struktur geologi dan tektonik Gunung Raung mendasari penelitian ini dengan tujuan untuk mempelajari aspek tersebut menggunakan analisis penginderaan jauh dan survei lapangan. Metode yang digunakan yaitu analisis penginderaan jauh menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dan observasi lapangan untuk mengidentifikasi keberadaan struktur geologi dan mekanismenya. Data yang didapatkan dari analisis penginderaan jauh akan divalidasi dengan keberadaan bukti-bukti struktur di lapangan. Penamaan struktur geologi akan didasarkan pada mekanisme serta lokasi geografisnya. Vulkanisme Gunung Raung menghasilkan produk berupa basalt, andesit, dan breksi piroklastik. Struktur geologi yang berkembang di Gunung Raung terdiri dari struktur primer berupa kekar berlembar dan autobreksi serta struktur sekunder yaitu Sesar Normal Kaldera Gadung, Sesar Normal Kaldera Raung, Sesar Normal Kali Slincak dan Sesar Mendatar Menganan Kali Pace.
Potensi Bahan Galian C Kabupaten Gresik Berdasarkan Kajian Geologi Januar Fery Irawan
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.21559

Abstract

Era Otonomi, yang diperluas pada saat ini untuk pembangunan daerah perlu didukung dengan adanya sumber daya alam daerah. Oleh karena itu maka posisi dan penyebaran kekayaan daerah perlu diketahui secara pasti, sehingga langkah-langkah dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut dapat direncanakan secara berkesinambungan dan lestari. Sumber daya alam suatu daerah adalah aset pembangunan dan merupakan salah satu modal dasar pembangunan serta sebagai sumber atau potensi kekayaan yang ada di daerah. Oleh karena itu, potensi sumberdaya mineral yang bisa dijadikan sebagai bahan galian industri penting untuk dilakukan. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengethui potensi sumber daya mineral di Kabuapaten Gresik berdasrkan kajian Geologi. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan Survey dan Kajian Geologi. Berdasarkan uji petrologi pada beberapa sampel diketahui bahwa potensi sumbe daya mineral di lokasi penelitian terdiri dari batugamping, batulempung, dolomit, batupasir kwarsa dan endapan fosfat.
Pemodelan 1D Resistivitas Semu Lapisan Tanah Di Wilayah Durjo, Kabupaten Jember Nur Faizin; Januar Fery Irawan
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.21560

Abstract

Karakteristik dari suatu material yang dapat membedakan setiap material salah satunya adalah Resistivitas. Resistivitas dari suatu material dapat diperoleh yaitu dengan mengetahui dimensi dan hambatan listrik material tersebut. Resistivitas semu dapat dimodelkan dalam 1 -Dimensi (1-D). Pemodelan resistivitas semu 1-D merupakan landasan dasar untuk pemodelan dua dimensi dan tiga dimensi. Konfigurasi Schlumberger merupakan konfigurasi yang sering dipakai dalam survey geolistrik. Hal ini dikarenakan konfigurasi Schlumberger mudah dalam operasinya yaitu cukup dengan mengubah jarak antar elektroda arusnya saja tanpa mengubah jarak elektroda potensialnya. Pengubahan jarak antar elektroda arus harus tetap memperhatikan jarak antar elektroda potensial. Konfigurasi Schlumberger dilakukan dalam bentuk lintasan atau line. Dari line tersebut diperoleh beda potensial (ΔV) dan resistansi bumi (R). Jarak antar elektroda potensialnya (P) diset 5 meter dan jarak antar elektroda arusnya (C) diubah seperti deret aritmatik dengan beda 5 meter untuk masing-masing C dalam satu line. Arus yang digunakan untuk injeksi berupa arus DC dengan besar arus 20,582 mA. Setelah dibandingkan nilai resistivitas semu antara hasil analisa data dengan referensi diketahui bahwa lapisan 3 memiliki resistivitas semu 16,2 Ωm pada kedalaman 5,85 m. Nilai resistivitas tersebut menunjukkan bahwa adanya tanah lempung. Dimana tanah lempung tersebut berperan sebagai bidang gelincir. Ketebalan bidang gelincir ini adalah 1,11 m. Dengan adanya bidang gelincir ini maka dapat memungkinkan terjadinya tanah longsor.
Uji Mineragrafi Batuan Bijih Emas dari Banyuwangi, Jawa Timur Siti Aminah
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.21561

Abstract

Emas termasuk ke dalam golongan logam mulia karena keterdapatannya di bumi yang langka dan memiliki sifat spesifik tertentu. Emas dapat ditemukan dalam bentuk mineral dimana emas sebagai logam yang dominan, misalnya emas native, elektrum, calaverite, sylvanite dan dalam mineral dimana emas sebagai unsur minor, misalnya arsenopirit, pirit dan kalkopirit. Uji karakterisasi dari batuan emas yang terkandung di suatu daerah, dalam hal ini daerah Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur sangat penting karena melalui proses ini dapat diketahui struktur dan komposisi suatu mineral, sifat-sifat fisika dan kimia dari mineral yang terkandung dalam batuan sampel, klasifikasi (termasuk jenis mineral apa yang terkandung dalam batuan emas) dan keberadaan mineral asosiasinya. Berdasarkan hasil pengujian karakterisasi sampel, komponen mineral didominasi oleh kuarsa dan kalkopirit, adapun mineral bijih sulfida lainnya seperti sfalerit, pirit, digenit kalkosit dan kovelit hanya sedikit dijumpai. Keterdapatan emas berada dalam bentuk elektrum.
Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja Akibat Blindspot pada Disposal Area Menggunakan Analisis HIRARC Fanteri Aji Dharma Suparno; Ika Fabriana Kuswardani; Yensi Ina Anggraini; Sapna Rizqi Febriany
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.22136

Abstract

Pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki risiko kerja tinggi. Meskipun industri pertambangan menawarkan banyak keuntungan, sektor ini tidak luput dari banyaknya risiko yang kemungkinan terjadi. Risiko yang ditimbulkan baik berupa risiko terhadap lingkungan maupun risiko terhadap para pekerja selama melakukan aktivitas penambangan. Faktor risiko yang biasa ditemui diantaranya ledakan, longsoran, kebakaran. Risiko lain dari aktivitas penambangan adalah terjadinya kecelakaan kerja yang melibatkan alat berat dengan kendaraan kecil. Pada studi kasus ini telah terjadi kecelakaan kerja antara Rigid Dump Truck dengan mobil patroli/LV di area penimbunan overburden atau disposal area dan menewaskan empat orang pekerja. Kejadian ini dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kerusakan alat, maupun kondisi lingkungan. Kesalahan manusia merupakan faktor yang paling mendominasi terjadinya kecelakaan kerja, seperti tidak mematuhi SOP, tidak memakai alat pelindung diri, dan mengabaikan area blindspot pada alat besar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja atau biasa disebut K3 sangat penting untuk diaplikasikan pada industri pertambangan. Manajemen K3 pada suatu perusahaan berfungsi untuk mengatur segala aktivitas pertambangan dengan cara mengidentifikasi risiko dan melakukan pengendalian sebagai upaya pencegahan terhadap kejadian yang tidak diinginkan. Pada studi kasus ini terdapat beberapa cara yang digunakan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang kemungkinan terjadi terkait dengan K3. Tahap pertama adalah menggambarkan dan menguraikan area yang menjadi titik buta atau blindspot pada alat berat dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan antar unit. Tahap kedua adalah melakukan analisis K3 menggunakan metode HIRARC dan membuat JSA dengan tujuan supaya dapat mengenali secara dini risiko-risiko yang kemungkinan terjadi pada aktivitas Rigid Dump Truck dan mobil patroli/LV yang sedang beroperasi di area penimbunan. Tahap terakhir adalah penjelasan solusi-solusi yang mengacu pada Undang-Undang dan Kepmen 1827K tahun 2018 tentang manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di industri pertambangan. Ketiga langkah tersebut diharapkan dapat menjadi solusi atas kasus yang sering terjadi di perusahaan pertambangan utamanya terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja di industri pertambangan.
Revisi UU Minerba Sebagai Tonggak Baru Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Ika Febriana Kuswardani; Yensy Ika Anggraini
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i1.25880

Abstract

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Sumberdaya minerba memiliki peranan penting untuk mendorong kemajuan sektor perekonomian negara karena menjadi salah satu sumber devisa terbesar di Indonesia. Regulasi yang dibuat harus tetap memperhatikan tujuan pembangunan berkelanjutan supaya dapat dinikmati oleh generasi anak bangsa ke depannya. Salah satu upaya yang sudah dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk dan mengesahkan Undang-Undang yang secara khusus mengatur kegiatan pengelolaan minerba yakni UU Nomor 3 Tahun 2020. Terdapat beberapa perubahan dari hasil revisi UU Minerba, diantaranya penambahan 2 bab dan 36 pasal, perubahan 85 pasal, dan penghapusan 18 pasal sehingga jumlah total sebanyak 121 pasal atau setara dengan 69% dari jumlah keseluruhan pasal UU Minerba yang direvisi. Aturan baru termuat dalam revisi UU Minerba yang mana kandungan isinya telah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi negara. Penurunan investasi dapat berimbas terhadap harga komoditi seperti batubara sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan kondisi ini salah satunya adalah dengan memperbaiki regulasi atau kebijakan. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan minat investasi di industri pertambangan berkurang adalah lemahnya jaminan kepastian hukum bagi pelaku usaha. Revisi UU Minerba mengatur tentang pemberian perpanjangan izin usaha pertambangan khusus kepada pelaku usaha selain BUMN dan BUMD sebagai upaya untuk menjamin kepastian hukum bagi pemangku usaha. Perpanjangan izin usaha pertambangan merupakan wujud dari kepastian hukum Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan minat investasi di sektor pertambangan. Minat investasi sub sektor minerba yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan pajak dan bukan pajak, meningkatkan nilai sumber daya serta dapat membuka kesempatan kerja.
Tinjauan Terhadap Pengembangan Potensi Panas Bumi Blawan-Ijen, Jawa Timur Riska Laksmita Sari; Haeruddin Haeruddin
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i1.25882

Abstract

Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka kebutuhan akan energi listrik juga semakin meningkat. Untuk itu, usaha dalam meningkatkan pasokan energi listrik harus dilakukan secara serius melalui peningkatan kapasitas pembangkit atau penemuan cadangan energi baru. Sehubungan dengan itu, Indonesia mempunyai 40% potensi energi panas bumi di dunia, namun sampai saat ini hanya 5,8% yang dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Wilayah jawa timur mempunyai potensi panas bumi yang tersebar di 13 lokasi, salah satunya adalah daerah Blawan-Ijen yang ditandai dengan adanya mata air panas dan solfatara. Potensi yang terdapat di Blawan-Ijen memiliki sumber daya 92 MW (hipotetik) dan cadangan 185 MW (terduga). Dari hasil eksplorasi diperkirakan bahwa puncak reservoir berada di kedalaman 1200-1400 m dengan temperatur reservoir sebesar 250-300ºC. Adapun kapasitas terpasang untuk PLTP direncanakan pada tahun 2021 dan 2022 dengan kapasitas masing-masing adalah 55 MW. Untuk merealisasikan rencana tersebut, maka diperlukan kajian komprehensif agar pemanfaatan panas bumi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan. Di sisi lain, pengembangan panas bumi ini harus memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan daerah khususnya di kabupaten Bondowoso dan sekitarnya
Optimasi Jumlah Bola Baja Terhadap Proses Penghancuran Material Dalam Silinder Berputar Nur Faizin
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i1.25921

Abstract

Bola baja yang menumbuk material dimanfaatkan untuk proses penghancuran material. Material yang dihancurkan merupakan material yang terbuat dari bahan setengah jadi semen yang dibentuk menjadi butiran. Material yang berbentuk butiran tersebut dihancurkan di dalam silinder yang berputar. Ukuran silinder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdiameter dalam 400 mm dan diameter luar 440 mm serta memiliki ketebalan 3 cm yang terbuat dari akrilik. Dinding dalam silinder dibentuk bergerigi, gerigi tersebut memiliki ketinggian 4,2 mm. Material yang dimasukkan ke dalam silinder dicampur dengan bola baja berdiameter 6,35 mm. Mode gerak cataracting dan cascading merupakan mode gerak yang khusus diamati dalam penelitian ini. Proses penghancuran dan penghalusan material sangat didukung oleh kedua mode gerak tersebut. Data yang diambil yaitu massa material yang lolos dari ayakan 24 mesh atau 0,75 mm. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah variasi jumlah bola baja yang dimasukkan ke dalam silinder dengan massa material yang tetap, variasi kecepatan putaran silinder, dan lama putaran silinder. Hasil yang diperoleh yaitu massa material maksimum yang lolos dari ayakan 24 mesh diperoleh pada massa bola baja 500 gram dan kecepatan putar 56,52 rad/detik.
Analisis Statistik Pada Ekstraksi Kelurusan Morfologi Untuk Mendukung Pemetaan Sumberdaya Mineral Haeruddin Haeruddin; Riska Laksmita Sari
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i1.25949

Abstract

Kelurusan merupakan fitur linier yang muncul akibat proses geologi berupa adanya rekahan, struktur geologi, dan dapat diindentifikasi melalui teknologi penginderaan jauh. Kelurusan dapat diperoleh dengan menggunakan data DEM SRTM yang diekstrak menggunakan metode mSTA. Proses diawali dengan membuat multishaded relief DEM SRTM, kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi dan grouping kelurusan. Dalam hal ini, proses akhir menggunakan perhitungan statistik untuk mendapatkan kelurusan yang akurat sangat diperlukan. Hasil akhir kelurusan menunjukkan panjang 1-2 km, dengan rata-rata 1,36 km. Adapun arah umum kelurusan yang diperoleh yaitu NW-SE dan SE-NW. Dengan demikian, hasil ekstraksi kelurusan ini dapat digunakan lebih lanjut untuk mendukung pemetaan sumberdaya mineral
Extracting the Topographic Features as a Pragmatic Survey for Landslide Susceptibility Analysis Tutur Afdol Marifa; Arif Setio Wibowo; Dzaky Alfaiz Halza; Linda Permata
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i1.26398

Abstract

Landslide susceptibility mapping in the mountainous area has become crucial for taking any precautions and imperative for any disaster management. As safety factor is currently widely used to indicate the ratio of strength to stress in a unit column, it lacks what matters to the disaster response unit – the probability in which a landslide can occur in a place. A value of safety factor shows whether a unit column will fail (SF >1) but does not lead to which unit column will be prioritized for monitoring and prevention measures. Therefore, unit slopes are generated based on the watersheds to part the study area. Before evaluating the landslide movement, and types, slope analyses is required. Several references of slope classification are chosen to gain the descriptive characteristics of a certain unit column and its correlation to other topography parameters. This research paper is a step before limit equilibrium analysis where the ratio of strength-to-stress calculation cannot disregard the slope behavior and soil thickness.