cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Tata Boga
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 184 Documents
KONSUMSIMAKANAN DAN PEMENUHAN GIZI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDN SIDOKUMPUL 7 GRESIK ERINTA W, DINDA
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 nomor 1, yudisium Februari 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Anak berkebutuhan khusus (ABK) terutama ADHD dan Autus memiliki kendala produk pangan yang Anak berkebutuhan khusus (ABK) terutama ADHD dan Autus memiliki kendala produk pangan yang memberi dampak (reaktif) tertentu yaitu pangan yang berbahan gula, gluten, kasein, Msg, zat pewarna buatan dan zat aditif lainnya. Tujuan Penelitian ini adalah ingin mengetahui 1) konsumsi makanan anak berkebutuhan khusus; 2) pemenuhan kecukupan gizi anak berkebutuhan khusus di SDN Sidokumpul 7 Gresik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Tempat penelitian di SDNSidokumpul 7 Gresik Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. subjek penelitian purposifsebanyak empatanak. Analisis data secara kualitatif yang meliputi reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil  penelitian ini adalah: Responden I: anak penyandang ADHD tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan dari bahan pangan gula, tetapi responden I tetap mengkonsumsi segala pangan apapun tanpa terkecuali pangan reaktif seperti gula mempengaruhi tindakan adaptif anak 1.  makanan yang dikonsumsi Makanan yang dikonsumsi ABK adalah jenis bahan; sumber karbohidrat berupa nasi dan singkong; protein berupa ikan lele, bandeng nuggat ayam, daging sapi, telur, tempe, dan ayam; sayuran berupa bayam, kangkung, sawi, dan kembang kol, dan wortel; buah berupa jeruk, apel, papaya, pisang  dan terdapat makanan yang seharusnya dihindari namun tetap dikonsumsi yaitu berupa wafer, minuman instan, gula, garam, dan MSG, dengan jumlah porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan anak, dan frekuensi makan anak tiga kali dalam satu hari. 2. Tingkat kecukupan gizi anak berkebutuhan khusus di SDN Sidokumpul 7 Gresik terpenuhi karena makanan yang dikonsumsi anak telah memenuhi kebutuhan gizi mikro dan makro, namun diantaranya ada beberapa anak yang kecukupan gizinya tidak terpenuhi pada kecukupan gizi makro; energi, protein, kerbohidrat dan lemak Kata Kunci: Adhd, Autis, Konsumsi Makanan, Kecukupan Gizi   Abstrac                     Children with special needs (ABK) especially Attention Deficit And Hyperanctivity Disorder (ADHD) and autism have problems of food products that children with special needs (ABK) especially ADHD and Autism has constraints that impact the food product (reactive) certain food that is made from sugar, gluten, casein, MSG, artificial food dyes and other food additives. Purpose of this study was to determine 1) the consumption of foods children with special needs; 2) the fulfillment of the nutritional adequacy of children with special needs in SDN Sidokumpul 7 Gresik.                     This type of research is descriptive exploratory. Place of research on SDN Sidokumpul 7 Gresik Data were collected by means of in-depth interviews, observation, and documentation. purposive research subject as many as four children. The qualitative data analysis include data reduction, presentation, and drawing conclusions.                     Results of this study are: Respondents I: children with ADHD were not allowed to consume food from food sugar, but the respondents I still consume any foods without exception all reactive foods such as sugar affects the child adaptive actions 1. The food consumed food consumed ABK is the type of material ; sources of carbohydrates such as rice and cassava; proteins such as catfish, milkfish nuggat chicken, beef, eggs, tempeh, and chicken; vegetables such as spinach, kale, mustard greens, and cauliflower, and carrots; fruits such as oranges, apples, papaya, banana and there are foods that should be avoided while still consumed in the form of biscuits, instant drinks, sugar, salt and MSG, the number of portions in accordance with the needs of children, and the frequency of feeding children three times in one day. 2. The level of nutritional adequacy of children with special needs in SDN Sidokumpul 7 Gresik fulfilled because of the food consumed by children already meet the nutritional needs of micro and macro, but among them there are some children who are not being met on the nutritional adequacy of macro nutrient adequacy; energy, protein, carbohydrate and fat     Keyword: Adhd, Autis, The Comsumtion of Food, Nutrisional Adequacy
PENGARUH SUBTITUSI PUREE UMBI GANYONG (CANNA EDULIS KERR) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK NASI KUNING INSTAN ARIFIANI, RIZKY
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 nomor 1, yudisium Februari 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Nasi kuning instan umbi ganyong merupakan produk olahan nasi kuning yang disubtitusi dengan puree umbi ganyong kemudian dikeringkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh subtitusi puree umbi ganyong 2) pengaruh lama pengeringan 3) pengaruh interaksi keduanya terhadap sifat organoleptik meliputi bentuk dan warna mentah nasi kuning instan, serta bentuk, warna, aroma, rasa, tekstur, dan kesukaan matang nasi kuning instan 4) produk terbaik nasi kuning instan 5) kandungan kimia dari produk terbaik meliputi air, abu, lemak, protein, serat, inulin dan karbohidrat 6) harga jual nasi kuning instan terbaik.                 Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Dengan desain faktorian 3x3. Variabel bebas adalah subtitusi puree umbi ganyong (20%, 30% dan 40%) dan lama pengeringan (3 jam, 4 jam, dan 5 jam). Pengumpulan data menggunakan metode observasi melalui uji organoleptik yang diperoleh dari30 panelis dengan instrumen berupa lembar observasi dalam bentuk check list.Analisis data menggunakan analisis varian ganda (anava) dan uji lanjut Duncan dengan SPSS 17.0. Uji kimia laboratorium dan harga jual menggunakan metode konvensional.                 Hasil penelitian menunjukkan 1) subtitusi puree umbi ganyong sangat berpengaruh terhadap bentuk dan warna dengan (sig:0,000) nasi kuning instan mentah, serta sangat berpengaruh terhadap bentuk, warna, aroma, rasa, tekstur, dan kesukaan dengan (sig:0,000) nasi kuning instan matang 2) lama pengeringan sangat berpengaruh terhadap bentuk (sig:0,005) dan warna (sig:0,000) nasi kuning mentah serta sangat berpengaruh terhadap warna, bentuk, rasa, tekstur, dan kesukaan dengan (sig:0,000) nasi kuning matang tetapi tidak berpengaruh terhadap aroma (sig:0,247) nasi kuning matang 3) interaksi keduanya sangat berpengaruh terhadap warna (sig:0,000) tetapi tidak bentuk (sig:0,211) nasi kuning mentah dan sangat berpengaruh terhadap bentuk (sig:0,035), rasa (sig:0,054), tekstur (sig:0,000) dan kesukaan (sig0,020) nasi kuning matang tetapi tidak berpengaruh terhadap warna (sig:0,760) dan aroma (sig:0,968) nasi kuning instan matang 4) produk terbaik adalah subtitusi puree umbi ganyong 20% dan lama pengeringan 3 jam 5) kandungan gizi dari produk terbaik yaitu air 11,05%, protein 9,86%, lemak 5,84%, serat 4,18%, abu 2,01%, inulin 6,18%, karbohidrat 60,88% 5) harga jual nasi kuning instan adalah Rp. 11.000,- per 500 g. Kata Kunci: Nasi Kuning Instan, Puree Umbi Ganyong, Lama Pengeringan   Abstrack Canna bulb instant yellow rice are yellow rice processed product substituted withcanna bulb puree and dried This research aims to know 1) substitution effect of canna bulb puree 2) drying time effect 3) interaction effect of both thing to the instant yellow rice organoleptic properties include shape and color of the raw, and shape, color, aroma, taste, texture and preference of the cooked 4) the best product 5) chemical content of the best result include water, ash, fat, protein, fiber, inulin and carbohydrate 6) the selling price of the best instant yellow rice.                 Type of the research was experimental study. With factorial design 3x3. The independent variable were substitution of canna bulb (20%, 30% dan 40%) and drying time (3 hours, 4 hours, and 5 hours). Data collected by observation methodthrough organoleptic test obtained from 30 panelistwith check list observation sheet instrument. Data analysis usedmultiple variance test (anava) and further test Duncan with SPSS 17.0. chemical test by laboratory and selling price used conventional method.                 The research result showed 1) substitution of canna bulb puree affected the shape (sig:0,000) and the color of the raw, and affected the shape, color, aroma, taste, texture, and preference (sig:0,000) of the cooked instant yellow rice 2) drying time affected the shape (sig:0,005) and color (sig:0,000) of the raw and affectedthe color, shape, taste, texture, and preference (sig:0,000) of the cookedbut not affected aroma (sig:0,247) of the cooked instant yellow rice 3) both interactionvery affected color (sig:0,000) but not the shape (sig:0,211) of the rawand very affected the shape (sig:0,035), taste (sig:0,054), texture (sig:0,000) and preference (sig0,020) of the cookedbut not affected the color (sig:0,760) and aroma (sig:0,968) of the cooked instant yellow rice 4) the best product was the substitution of 20% canna bulb pureeand 3 hours drying time 5) nutrient content from the best product werewater 11,05%, protein 9,86%, fat 5,84%, fiber 4,18%, ash 2,01%, inulin 6,18%, carbohydrates 60,88% 5) the selling price of instant yellow rice was Rp. 11.000,- per 500 g. Keyword: Yellow Rice, Canna Bulb, Drying Time
PENGARUH KONSENTRASI ANGKAK TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK KORNET IKAN GABUS (OPHIOCEPHALUS STRIATUS) Yanuarendra L, Sherly
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 nomor 1, yudisium Februari 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Kornet ikan gabus adalah olahan ikan yang diawetkan dengan proses kuring dan dimasak menggunakan teknik steaming dengan suhu 70 0C. Ikan gabus tidak memiliki myoglobin tergolong sebagai daging putih. Oleh karena itu untuk memperbaiki warna daging ikan gabus, perlu dilakukan penambahan angkak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi angkak terhadap mutu organoleptik kornet ikan gabus dan kandungan gizi kornet ikan gabus dari hasil uji organoleptik terbaik meliputi kadar protein, lemak, karbohidrat, albumin, dan natrium nitrat yang tertinggal. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Pola Faktor Tunggal, dimana variabel bebas adalah konsentrasi angkak 0,7%, angkak 0,9% dan angkak 1,1%. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan instrument lembar observasi jenis check list. Uji organoleptik  dilakukan oleh 30 panelis terlatih dan panelis semi terlatih. Data hasil uji organoleptik dianalisis dengan Uji Friedman dengan bantuan SPSS, serta untuk uji lanjutan menggunakan Multiple Comparison Test. Penentuan perlakuan kornet ikan gabus terbaik ditentukan berdasarkan Uji Indek Efektivitas. Setelah diketahui produk terbaik dilakukan uji kimia yang dilakukan di Balai Besar Laboraturium Kesehatan Surabaya (BBLK). Hasil analisis meyatakan bahwa konsentrasi angkak berpengaruh terhadap mutu organoleptik ikan gabus meliputi warna, rasa dan kesukaan namun tidak berpengaruh terhadap aroma dan keempukan. Hasil uji kimia kornet ikan gabus terbaik dari konsentrasi angkak 1,1% mengandung protein 25,78%, karbohidrat 2,86%, lemak 1,94%, Nitrat tertinggal 38,07 ppm dan albumin 5,2%. Kata kunci : Kornet Ikan Gabus, Angkak Abstract Corned snakehead fish is processed preserved by curing process and cooked using steaming techniques with a temperature of 70 0C. Snakehead meat does not have myoglobin categorized as white meat. Therefore, to improve flesh color snakehead, necessary to add red yeast rice. The purpose of this research is to determine the effect of concentration of red yeast rice to snakehead fish corned organoleptic quality and nutritional value snakehead corned of the best organoleptic test results include levels of protein, fat, carbohydrates, albumin, and sodium nitrate were left behind. Type of this research is experiment research using Single Variable Design, where independent variable is 0.7%, 0.9% and 1.1% concentration of red yeast rice. Data collection technique used observation method with instrument observation sheet type of check list. Organoleptic tests carried out by 30 panelists trained and semi-trained panelists. Organoleptic test result data analyzed by Friedman test with SPSS, as well as for advanced testing using the Multiple Comparison Test. Determination of snakehead fish corned best treatment is determined based Test Effectiveness Index. The best products performed chemical tests performed at Central Laboratory of Health Surabaya (BBLK). Results of the analysis showed the concentration of red yeast rice affect the organoleptic quality of snakehead corned include color, flavor and preferences but does not affect the flavor and tenderness. Chemical test results the best snakehead corned of 1.1% concentration of red yeast rice contains protein 25.78%, 2.86% carbohydrates, fat 1.94%, 38.07 ppm Nitrate lagging and 5.2% albumin.  Keywords: Snakehead Fish Corned, Red Yeast Rice. 
PENGARUH PENGGUNAAN JUMLAH TAPIOKA DAN SODA KUE TERHADAP HASIL JADI AMPLANG IKAN LELE (CLARIAS SP.) QOSTHARI, SHABRINA
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 nomor 1, yudisium Februari 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Amplang ikan lele merupakan salah satu jajanan atau makanan ringan berupa kerupuk yang terbuat dari ikan lele dicampur dengan tepung tapioka, telur, soda kue, baking powder dan bumbu lainnya seperti bawang putih, gula pasir serta garam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jumlah tapioka dan soda kue terhadap hasil jadi amplang ikan lele yang meliputi (warna, aroma, rasa, kerenyahan, kemekaran dan kesukaan), mengetahui kandungan gizi amplang ikan lele dari hasil uji organoleptik terbaik yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, fosfor, kadar air, abu dan serat kasar serta harga jual dan BEP dari produk amplang ikan lele terbaik. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial 3x2, variabel bebasnya adalah jumlah tapioka (100 g, 120 g dan 140 g) dan jumlah soda kue (0,5 g dan 0,7 g). Metode pengambilan data dengan observasi berupa uji organoleptik dilakukan oleh 30 panelis. Analisis data menggunakan uji Friedman dan uji lanjut Multiple Comparison Test. Kandungan gizi diteliti berdasarkan uji lab yang dilakukan di BBLK Surabaya. Penentuan harga jual dan BEP menggunakan metode konvensional. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan jumlah tapioka dan soda kue berpengaruh nyata pada warna, rasa, kerenyahan , kemekaran dan kesukaan ikan lele, namun tidak berpengaruh nyata terhadap aroma amplang ikan lele. Produk terbaik yaitu X1Y1 dengan jumlah tapioka sebanyak 100 g dan soda kue 0,5 g. Kandungan gizi amplang ikan lele yaitu karbohidrat 4,86%; protein 7,78%; lemak 1,08%; fosfor 0,028 ppm; kadar air 8,91%; abu 22,74% dan serat kasar 4,62%. Harga jual amplang ikan lele yaitu Rp 12.500,00 per 200 gram dan BEP atas dasar unit amplang ikan lele ialah 64 bungkus, sedangkan BEP atas dasar rupiah amplang ikan lele sebesar Rp 800.000,00. Kata Kunci : Amplang Ikan Lele, Tapioka, Soda Kue          Abstract Amplang catfish is one kind of snack made from catfish mixed with tapioca, eggs, baking soda, baking powder and other spices such as garlic, sugar and salt. The purpose of study was to determine (1) the effect of use amount tapioca and baking soda on the results amplang catfish, (2) the nutrient content of amplang catfish of the best organoleptic test results and (3) selling price and break even point of the best product amplang catfish. This research is an experimental study with factorial design 3x2, where the independent variable is amount of tapioca: 100 g, 120 g and 140 g and amount of baking soda: 0,5 g and 0,7 g. The research method used observation. Observation made by organoleptic tests and using research instruments checklist. Organoleptic test conducted by 15 trained panelists and 15 semi-trained panelists at the Department of PKK-FT-UNESA. Analysis of data using friedman test with SPSS and further test Multiple Comparison Test. The Nutritional content was known by chemical test which includes carbohydrates, fats, protein, phosphorus, crude fiber, ash and water content. The results showed that 1) amount of tapioca and baking soda have a very real effect on the results so amplang catfish include: color, taste, crispness, efflorescence and the level of preference, but has no effect on flavor; 2) the best amplang catfish is to use the amount tapioca 100 g and baking soda 0,5 g. The nutrient content of amplang best catfish form: carbohydrate 4,86%; protein 7,78%; fat 1,08%; phosphorus 0,028 ppm; water content 8,91%; ash 22,74% and crude fiber 4,62%; 3) selling price of the best amplang catfish is Rp 12.500,00 per 200 gram and BEP results on the basis amplang unit catfish is 64 pcs, while on the basis rupiah BEP amplang catfish Rp 800.000,00.   Keywords : Catfish Amplang, Tapioca, Baking Soda
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING DENGAN KEBIASAAN SARAPAN ANAK SEKOLAH DASAR (KASUS DI SDN WARU 2, SIDOARJO) RACHMITHA, INDIRA
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 nomor 1, yudisium Februari 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum di pagi hari untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat. Anak sekolah dasar sebagai generasi penerus bangsa perlu dibiasakan pola hidup sehat salah satunya yaitu membiasakan sarapan pagi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di SDN Waru 2 dan melihat hubungan antara faktor predisposing, faktor reinforcing dan faktor enabling dengan kebiasaan sarapan. Faktor predisposing meliputi karakteristik siswa (usia dan jenis kelamin), pengetahuan gizi anak tentang sarapan dan sikap anak terhadap kebiasaan sarapan, Faktor enabling meliputi ketersediaan sarapan, kebiasaan membawa bekal, jarak dari rumah ke sekolah, besar uang jajan, dan kebiasaan jajan. Faktor reinforcing meliputi pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan ibu dan penghasilan orang tua.                 Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sumber data adalah anak sekolah dasar SDN Waru 2 kelas 4 dan 5. Kegiatan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh subjek penelitian serta metode wawancara menggunakan lembar food recall untuk mengumpulkan data frekuensi sarapan, jenis, dan kuantitas menu sarapan. Analisa data menggunakan uji chi-square untuk mencari hubungan antara faktor predisposing, enabling dan reinforcing dengan kebiasaan sarapan anak SDN Waru 2, Sidoarjo.                 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 90,5% responden memiliki frekuensi sarapan yang sering dan 20,3% memiliki konsumsi sarapan yang memenuhi 25 persen kebutuhan energi sehari. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor predisposing, yaitu jenis kelamin (p-value=0,410) dan pengetahuan gizi (p-value=0,284) dengan kebiasaan sarapan anak (p-value > 0,005). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor reinforcing, yaitu pendidikan ibu (p-value=0,506) dan penghasilan (p-value=0,699) dengan kebiasaan sarapan anak (p-value>0,005). Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarapan (p-value = 0,002) dengan kebiasaan sarapan anak (p-value<0,005) tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor enabling lainnya yaitu kebiasaan jajan (p-value=0,483) dengan kebiasaan sarapan anak.   Kata kunci: kebiasaan sarapan, anak sekolah dasar   Abstract   Breakfast is an activity of eating and drinking in the morning to meet most of the daily nutritional requirements to create a healthy life. Primary school children as the future generation needs to be accustomed to a healthy lifestyle and one of them is habituate breakfast. This study aims to know the breakfast habits of primary school children in SDN Waru 2 and find the relationship between predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors with breakfast habits. Predisposing factors include student characteristics (age and sex), child nutrition knowledge about the breakfast and the child's attitude towards breakfast habits, enabling factors include the availability of breakfast, bring lunch habits, the distance from home to school, pocket money, and the habit of eating snacks. Reinforcing factors include parents job, mother's education level and parents income. This research was a correlational study with cross-sectional approach. The data source were children of primary school SDN Waru 2 grade 4 and 5. The data collected by questionnaires filled out by the subject of research and interviews used food recall sheet to know frequency, type, and quantity of the breakfast menu. Data were analyzed using chi-square test to find the relationship between predisposing factors, enabling and reinforcing the breakfast habits of children SDN 2 Waru, Sidoarjo The results showed that as many as 90.5% of respondents had a frequency of breakfast often and 20.3% had breakfast consumption that meets 25 percent of the daily energy requirement. There was no significant relationship between predisposing factors, include gender (p-value=0,410) and nutrition knowledge (p-value=0,284) with breakfast habits of children (p-value>0,005). There was no significant correlation between the reinforcing factors, include mother's education level (p-value=0,506) and parents income (p-value=0,699) with breakfast habits of children (p-value>0,005). There was a significant correlation between the availability of breakfast (p-value=0,002) with breakfast habits of children (p-value<0.005) but there was no significant relationship between other enabling factors, habit of eating snacks (p-value=0.483) with breakfast habits of children.   Keywords: breakfast habit, primary school children
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIGIENE PENJAMAH MAKANAN DI KANTIN SMA MUHAMMADIYAH 2 SURABAYA MONICA A, SELLA
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 nomor 2, yudisium Mei 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  ABSTRAK Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan lain-lain), faktor pemungkin, dan faktor pedukung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, perilaku penjamah makan, pengaruh pengetahuan terhadap perilaku higienis penjamah makanan, pengaruh sikap terhadap perilaku higienis penjamah makanan di Kantin SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.                 Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan data yang digunakan dengan metode tes dan observasi. Subjek penelitian ini adalah penjamah makanan di Kantin SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dengan jumlah 20 penjamah makanan. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Tingkat pengetahuan penjamah makanan di Kantin SMA Muhammadiyah 2 Surabaya menunjukkan nilai yang dicapai yaitu 54,25 untuk sikap penjamah makanan menunjukkan nilai yang dicapai yaitu 3,3 untuk perilaku penjamah makanan menujukan nilai yang dicapai 63, untuk pengaruh pengetahuan terhadap perilaku higienis penjamah makanan menunjukkan nilai 0,043 dan untuk pengaruh sikap terhadap perilaku higiene penjamah makanan menunjukkan nilai 0,524.                 Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku higienis penjamah makanan di Kantin SMA Muhammadiyah 2 Surabaya terdapat pengaruh positif antara pengetahuan terhadap perilaku higienis, pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal sja tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal, sedangkan untuk sikap tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku higienis karena sikap merupakan bentuk respon dari suatu stimulus, dimana sikap manusia akan menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam suatu kegiatan dimana dipelukan adanya niat yang dapat membentuk perilaku seseorang dalam situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.                 Respon setiap orang tidak sama karena memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap meliputi pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang dianggap penting dan media masa, faktor tersebut dapat memberikan stimulus yang sama akan tetapi belum tentu memunculkan sikap yang sama sehingga perilaku yang ditampilkan juga bisa tidak sama, sehingga sikap tidak selalu berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, karena sikap memiliki komponen yang kompleks menyangkut kepribadian personal, lingkungan, sosial ekonomi, ras, jenis kelamin, pendidikan dan keturunan.   Kata kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, penjamah makanan, higienis
PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG KACANG MERAH (PHASEOLUS VULGARIS L.) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KULIT SIOMAY S. Nila Nastiti, Dhini
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 nomor 2, yudisium Mei 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kulit siomay umumnya terbuat dari tepung tangmien, tepung tapioka, tepung terigu, minyak dan air. Pada penelitian ini, peran tepung terigu digantikan oleh tepung kacang merah.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian tepung terigu dengan tepung kacang merah terhadap hasil jadi kulit siomay  yang meliputi sifat organoleptik kulit siomay (warna, aroma, tekstur, kenampakan, testur setelah diisi, dan kesukaan) dan kandungan gizi (karbohidrat, protein, dan serat) kulit siomay terbaik.                 Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Komposisi penggantian tepung terigu dengan tepung kacang merah adalah 6%, 9%, 12%, 15% dan 18%. Pengumpulan data menggunakan observasi melalui uji organoleptik kepada 30 panelis yang terdiri oleh 15 panelis terlatih dan 15 panelis agak telatih. Data hasil uji organoleptik dianalisis dengan uji friedman dengan uji lanjut multiple comparison test. Uji kandungan gizi meliputi protein, karbohidrat, dan serat.                 Hasil penelitian  menunjukkan penggantian tepung terigu dengan tepung kacang merah berpengaruh terhadap sifat organoleptik yang meliputi warna, tekstur, kenampakan setelah diisi, tekstur setelah diisi, dan kesukaan tetapi tidak berpengaruh terhadap aroma. Hasil  terbaik penggantian tepung terigu dengan tepung kacang merah terhadap sifat organoleptik kulit siomay yaitu 15% dengan nilai rata-rata warna 2.08 aroma 2.92, tekstur 3.78, kenampakan 3.52, tekstur setelah diisi 3.22, dan kesukaan 3.68. Hasil uji kandungan gizi dari produk kulit siomay terbaik dengan penggantian 15% tepung kacang merah  kandungan protein 9.02%, karbohidrat 33.18% dan serat 3.82%.   Kata kunci : kulit siomay, tepung kacang merah, tepung terigu.   Abstract Dumpling’s skin generally made of tangmien flour, tapioca flour, wheat flour, oil, and water. In this research,, the role of wheat flour was replaced by red bean flour. The purpose of research was to determine replacing effect of red bean flour to the results dumpling’s skin included (color, aroma, texture, appearance, texture after filling, and preferences) and nutrient content (carbohydrate, protein, and fiber) of dumpling’s skin.                 This research was an experimental study. The composition of replaced wheat flour with red bean flour (phaseolus vulgaris L.) were 6%, 9%, 12%, 15%, and 18%. Data was collecting by organoleptic test. The samples were judged by 30 panelists consisting of 15 trained panelists and 15 semi-trained panelists. The samples were analyzed with friedman test and multiple comparison test. Chemical used for nutrient content ( protein, carbohydrate, and fiber).                 Result Showed that replacing wheat flour with red bean flour was influenced to organoleptic characteristic, included colour, textur, appearance after filling, textur after filling, and preferences, but was not influecend to aroma. The best result from replacing wheat flour with red bean flour (Phaseolus vulgaris L.) to organoleptic characteristic of dumpling’s skin is 15% with average score of color is 2.08, aroma is 2.92, texture is 3.78, appearance is 3.52, textur after filling is 3.22 and preferences is 3.68. Result test of nutrient content from product of the best dumpling’s skin with replacing is 15% of protein content is 9.02%, carbohydrate is 33.18%, and fiber is 3.82%.   Keywords : dumpling skin, red bean flour, wheat flour.
PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KELOR DAN BUBUK DAUN KELOR TERHADAP HASIL JADI MIE KERING MOCAF MEGA MAULIDA, HILDA
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 nomor 2, yudisium Mei 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Mie adalah salah satu bentuk olahan pangan sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai alternatif makanan pokok. Mie dibuat dari tepung gandum atau tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, bentuknya khas dan siap dihidangkan setelah dimasak. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh penambahan daun kelor terhadap sifat organoleptik mie kering subtitusi mocaf yang meliputi warna, bentuk, aroma, tekstur, rasa, kekenyalan, elastisitas,  dan tingkat kesukaan. 2) mengetahui kandungan gizi mie terbaik berdasarkan hasil uji organoleptik yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serat pangan dan kadar air. 3) mengetahui harga jual mie terbaik per 100 gram/per bungkus.                                Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan 4 perlakuan penambahan bubuk daun kelor sebanyak 2% dan 4% dan puree daun kelor sebanyak 25% dan 45%. Pengambilan data menggunakan lembar observasi dengan jumlah panelis sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 panelis terlatih dan 15 panelis agak terlatih. Analisa data menggunakan uji analisis varian satu jalur dan uji lanjut Duncan untuk mencari hasil terbaik dari uji organoleptik mie kering mocaf.                 Hasil penelitian menunjukkan: 1) Ada pengaruh penambahan puree daun kelor dan bubuk daun kelor terhadap warna, aroma dan bentuk mie kering mocaf, tetapi tidak berpengaruh terhadap tekstur dan kesukaan mie kering mocaf, dan ada pengaruh puree daun kelor dan bubuk daun kelor terhadap warna, kekenyalan dan elastisitas mie matang mocaf, tetapi tidak berpengaruh terhadap aroma, bentuk, rasa, dan kesukaan mie matang mocaf. 2) Kandungan gizi produk terbaik hasil uji organoleptik (25% puree daun kelor) adalah karbohidrat 73,80%, protein 6,29%, lemak 1,86%, kalsium 1.248,85 ppm, Phospor 3,864 ppm, Besi 12,832 ppm, serat 32,70%, kadar air 4,75% 3) harga jual produk mie kering mocaf terbaik per 100 gram yaitu Rp. 2.500.   Kata kunci : Mie kering mocaf, puree daun kelor, bubuk daun kelor.   Abstract   Noodles is one of the processed food of carbohydrates source that can be used as an alternative staple food. Noodles made from wheat flour with or without addition of other foods and permitted food additives, it has typical shape and ready to served after cook. This study aims to know 1) addition effect of moringa leaf to the organoleptic properties of dry noodle mocaf include color, shape, aroma, texture, taste, elasticity, and preferences 2) nutrient content of the best noodle based on organoleptic test include carbohydrate, protein, fat, calcium, phosphor, iron, dietary fiber and water content 3) selling price of the best noodle per 100 gram/ per pack.                 Type of the research is experimental study with four treatment moringa leaf powder addition 2% and 4% and moringa leaf puree 25% and 45%. Data collection using observation sheets with 30 panelist consist of 15 trained panelist and 15 semi-trained. Data analysis using variance analysis test one way and Duncan test to find the best result of organoleptic test dry noodle mocaf. Results of the analysis are 1) the addition of moringa leaf puree and moringa leaf powder affect to color, aroma and shape of dry noodle mocaf, but did not affect texture and preference, and the addition of moringa leaf puree and moringa leaf powder affect to color and elasticity cooked noodle mocaf, but did not affect to aroma, shape, taste and preferences. 2) Nutrient content of the best result organoleptic test (25% moringa leaf puree) are carbohydrate 73,80%, protein 6,29%, fat 1,86%, calsium 1.248,85 ppm, phospor 3,864 ppm, iron 12,832 ppm, fiber 32,70%, water content 4,75% 3) selling price of the best dry noodle mocaf product per 100 gram are Rp 2.500.   Keywords: Mocaf dry noodle, moringa leaf puree, moringa leaf powder.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS LIFE SKILL BAGI SANTRI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH V CUKIR JOMBANG AFIFATUS SAIDAH, SITI
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 3 (2016): Volume 5 nomor 3, yudisium September 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Santri belum bisa hidup mandiri karena belum memaksimalkan potensi yang dimiliki dan pondok pesantren belum memberikan bekal bekerja. Menyikapi hal tersebut santri diberikan pelatihan kewirausahaan berbasis life skill dengan menggunakan perangkat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kelayakan perangkat pelatihan kewirausahaan berbasis life skill, mendeskripsikan keterlaksanaan dan hasil pelatihan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan perangkat pelatihan kewirausahaan berbasis life skill. Model pengembangan perangkat mengacu pada model Plomp. Subjek penelitian adalah 20 santri pondok pesantren Darul Falah V yang berminat untuk berwirausaha. Instrument penelitian adalah pedoman wawancara, lembar angket, daftar cek, lembar validasi, lembar tes, dan lembar keterlaksanaan pelatihan. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, angket, dokumentasi, telaah perangkat, dan penugasan. Teknik analisis data meliputi analisis hasil validasi perangkat dengan mencari skor rata-rata kemudian dideskripsikan dengan rentang 1 sampai 4 (tidak layak, kurang layak, cukup layak, layak). Hasil telaah perangkat pelatihan kewirausahanaan berbasis life skill berupa silabus, power point, dan modul oleh ahli telah memenuhi kategori valid sehingga perangkat tersebut layak digunakan. Hasil uji coba terlihat bahwa persentase keterlaksanaan pelatihan adalah 92% dengan kategori sangat baik. Hasil penilaian aspek afektif peserta pelatihan kewirausahaan rata-rata sebesar 86,7 dengan kategori baik sekali. Hasil penilaian aspek kognitif peserta sebesar 83 dengan kategori baik sekali. Hasil penilaian psikomotor peserta sebesar 90,2 dengan kategori baik sekali. Kata Kunci: Pengembangan, Pelatihan Kewirausahaan, Life skill.   Abstract   Students could not live on their own because they had not been maximize potentials and boarding school not give the provision work. To comment on this students  given entrepreneurship training based life skill by the use of devices. The purpose of this research is device can describe the worthiness of the entrepreneurship training based on life skill, describe of its implementation and the results of training. The research were development was produced a device entrepreneurship training based life skill. The subject of study were 20 students of Darul Falah V boarding school which were  interested in entrepreneurship. Instrument research were  interview guidelines, questionnaire, a register of checks , sheets of validation , sheets of tests , and an implementation sheet. Data collection technique were interview, questionnaire, documentation, review of device, and task. Data analysis technique covering an analysis of validation device by seeking the average score then described by the span of 1 to 4 (improper, less proper, quite proper, proper). The review of device training entrepreneurship based on life skill in the form of a syllabus, power point, and module by the expert, already complied valid category so device were suitable to be used. The results of the tryouts it can be seen that the training implementation percentage is 92% to a category very good. The assessment results of the aspects affective participants entrepreneurship training an average of 86,7 to a category good. The assessment results of the aspects cognitive participants reached 83 to a category good. The assessment results of the psychomotor participants of 90,2  to a excellent category. Key word: Development, Entrepreneurship training, Life skill.
PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK SOSIS TEMPE KEDELAI sahrani,
Jurnal Tata Boga Vol 5, No 3 (2016): Volume 5 nomor 3, yudisium September 2016
Publisher : Jurnal Tata Boga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang kemudian dihaluskan dan diberi bumbu-bumbu, dimasukan kedalam wadah yang berupa selongsong. Pada awalnya sosis dibuat dari daging sapi berkembanganya waktu sosis juga bisa dibuat dengan menggunakan ikan, unggas dan danging yang lainya. Sosis dari daging merupakan tinggi protein juga tinggi kolesterol. Tuntutan hidup sehat adalah konsumsi makanan yang tinggi protein namun rendah kolesterol. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut peneliti mencoba menciptakan salah satu jenis sosis nabati yang mengandung protein tinggi namun rendah kolesterol, yang berbahan dasar tempe dan jamur tiram putih. Penambahan tempe dan jamur tiram putih disamping tinggi protein teryata jamur tiram putih juga mengandung kalsium yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini untuk 1) Mengetahui pengaruh jumlah jamur tiram putih terhadap sifat organoleptik sosis tempe kedelai  yang meliputi kekenyalan, tekstur, warna, aroma, rasa dan tingkat kesukaan. 2) Mengetahui kandungan gizi protein dan kalsium pada produk sosis tempe kedelai terbaik berdasarkan sifat organoleptik. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan variabel bebas penambahan jumlah jamur tiram putih terhadap sosis tempe, dimana tempe 100 gr (100%) penambahan jamur tiram 70%, 80%, 90%. Variabel terikat adalah sifat organoleptik sosis tempe kedelai yang meliputi kekenyalan, tekstur warna, aroma, rasa dan tingkat kesukaan. Pengumpulan data dilakukan dengan uji organoleptik dari panelis terlatih sejumlah 15 orang dosen Prodi Tata Boga dan 20 orang panelis semi terlatih mahasiswa Prodi Tata Boga dengan instrumen dari lembar observasi. Analisis data hasil uji organoleptik menggunakan anava tunggal (one way anava) bantuan SPSS dan uji Lanjut Jarak Berganda Duncan. Hasil sosis terbaik dianalisis kandungan protein dengan metode kjedahl dan kandungan kalsium (Ca) menggunakan metode AAS. Hasil penelitian menunjukan 1) penambahan jumlah jamur tiram putih  berpengaruh terhadap sifat organoleptik sosis tempe kedelai meliputi kekenyalan, tekstur, rasa,aroma dan tingkat kesukaan, tetapi tidak berpengaruh terhadap sifat organoleptik warna. 2) sosis tempe kedelai terbaik diperoleh perlakuan penambahan jumlah jamur tiram putih 90%, dengan kandungan protein 17.84% dan kalsium (Ca) 107,66 mg/kg. Kata Kunci : Tempe, Jamur Tiram Putih, Sosis Tempe Kedelai. Abstrak Sausage is food made of meat which chopped up then grinded and flavored then insert into sleeve-like casing. Formerly sausage made of beef, along the progress sausage can be made using meat of fish, poultry, and other meat sausage is high protein and also high cholesterol. The need healthy life is consumption of food which is high protein but low cholesterol. To meet that need, researcher tried to create one of vegetable sausage that contains high protein but low cholesterol, with main ingredients of tempe and white oyster mushroom. Beside that, tempe and white oyster mushroom also contains high calcium enough. The aim of this research were 1) determine the effect of white oyster mushroom quantity toward the organoleptic properties of soybean tempe sausage including elasticity, texture, color, aroma, taste, and preference level. 2) Determine the containing nutrition of protein and calcium on the best soybean tempe sausage based on the organoleptic properties. Type of this research is experimental with independent variable is the addition of white oyster mushroom toward soybean tempe sausage where 100gr tempe (100%) added with mushroom 70%, 80%, and 90%. The dependent variable is the organoleptic properties of soybean tempe sausage which including elasticity, texture, color, aroma, taste, and preference level. Data collection conducted through organoleptic test by trained panelist as many as 15 lecturers of Gastronomy and 20 semi-trained panelists who are student of Gastronomy with instrument in form of observation sheet. Data of the organoleptic test result analyzed using One Way Anava assisted with SPSS and Duncan’s New Multiple Range Test. The best sausage product then analyzed it protein with Kjedahl method and it calcium (Ca) using AAS method. Result of this research shows 1) the addition of white oyster mushroom affected on the organoleptic properties of soybean tempe sausage including elasticity, texture, taste, aroma, and preference level, but not affected on color. 2) the best soybean tempe sausage obtained by adding 90% white oyster mushroom, with protein 17,84% and calcium (Ca) 107.66mg/kg.   Keywords: tempe, white oyster mushroom, soybean tempe sausage. 

Page 4 of 19 | Total Record : 184