cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 380 Documents
PENGARUH VARIAN DISTRIBUSI ZEOLIT TERHADAP ABU TERBANG PADA KUAT TEKAN BENDA UJI GEOPOLYMER DENGAN KONDISI 12 MOLAR, 14 MOLAR, DAN W/S 0.30 RADHAM HIDAYAT, BAGUS; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pengaruh Varian Distribusi Zeolit Terhadap Abu Terbang pada Kuat Tekan Benda Uji Geopolymer dengan Kondisi 12 Molar, 14 Molar dan W/S 0,30 Geopolymer dapat didefinisikan sebagai material yang dihasilkan dari geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali-silikat yang menghasilkan kerangka polimer SiO dan AlO yang terikat secara tetrahedral. Geopolymer memiliki komposisi kimia menyerupai zeolit tetapi memiliki amorphous microstructure. Tujuan dari skripsi ini untuk untuk mengetahui campuran zeolit dan abu terbang (fly ash) kelas C pada W/S 0,30 yang mempunyai nilai kuat tekan tertinggi untuk mortar geopolymer. Penelitian ini membahas pengaruh variasi fly ash dan zeolit pada kuat tekan optimum pada umur 28 hari yang didapat pada 12 Molar dan 14 Molar. Kemudian membandingkan perbedaan kuat tekan antara mortar geopolymer dengan mortar konvensional pada umur 28 hari. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium dengan pengujian benda uji terhadap waktu pengikatan awal (initial setting time), dan kuat tekan mortar. Untuk pengujian waktu ikat awal menggunakan alat vicat yang sesuai dengan standar ASTM C 191-08. Pada pengujian kuat tekan standar yang dipakai adalah ASTM C 109, untuk pengujian dilakukan sesuai umur yang direncanakan yaitu pada saat beton mencapai umur 7, 14, dan 28 hari dengan benda uji mortar yang berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh fly ash dan zeolit pada benda uji mortar geopolymer adalah dapat meningkatkan kekuatan tekan dengan penggunaan zeolit optimal dengan variasi 5% pada 12 molar yaitu mampu mencapai kekuatan tekan rata-rata 39,78 MPa dengan waktu pengikatan awal pada menit ke 40, dan berat pervolume sebesar 2,30 gram/cm³. Pada 14 molar yaitu mampu mencapai kekuatan tekan rata-rata 40,39 MPa dengan waktu pengikatan awal pada menit ke 25, dan berat per volume sebesar 2,22 gram/cm³. Kata Kunci: Fly Ash, Zeolit, Geopolymer, dan Kuat Tekan ABSTRACT Effect of Variant Distribution of Zeolite on Fly Ash on Compressive Strength of Geopolymer Test Objects with 12 Molar, 14 Molar and W / S 0.30 Conditions Geopolymer can be defined as a material produced from polymeric and alkali-silicate aluminosilicate which produces a tetrahedral bound SiO and AlO polymer framework. Geopolymer has a chemical composition resembling zeolite but has an amorphous microstructure. The purpose of this research is to find out class C fly ash and zeolite mixture at W / S 0.30 which has the highest compressive strength value for geopolymer mortar. This study discusses the effect of fly ash and zeolite variation on optimum compressive strength at the age of 28 days obtained at 12 Molar and 14 Molar. Then compare the difference in compressive strength between geopolymer mortar and conventional mortar at 28 days. This research is a type of experimental research carried out in the laboratory by testing specimens against the initial setting time, and mortar compressive strength. For testing the initial binding time using a vicat device that complies with ASTM C 191-08 standards. In testing the standard compressive strength used is ASTM C 109, for testing carried out according to the planned age, namely when the concrete reaches the age of 7, 14, and 28 days with a mortar specimen measuring 5 cm x 5 cm x 5 cm. The results showed that the effect of fly ash and zeolite on geopolymer mortar specimens was able to increase compressive strength with the use of optimal zeolite with a variation of 5% at 12 molar which was able to achieve an average compressive strength of 39.78 MPa with an initial binding time of 40 minutes, and weight pervolume of 2.30 grams / cm³. At 14 molar, it was able to achieve an average compressive strength of 40.39 MPa with an initial binding time of 25 minutes, and a weight per volume of 2.22 grams / cm³. Key words: Fly Ash, Zeolite, Geopolymer, and Compressive Strength.
PENGARUH VARIASI NAOH DAN NA2SIO3 TERHADAP KUAT TEKAN DRY GEOPOLYMER MORTAR PADA KONDISI RASIO FLY ASH TERHADAP AKTIFATOR 2,5 : 1 PRASETYO LOEKITO, IRFAN; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam dunia konstuksi. Penggunaan semen sebagai material utama dalam pembuatan beton pun ikut meningkat dan akibatnya adalah kondisi lingkungan yang semakin tercemar. Berbagai inovasi terus dikembangkan untuk mengurangi dampak ini, salah satunya adalah dengan metode dry geopolymer. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kuat tekan tertinggi dry geopolymer mortar menggunakan bahan fly ash, sodium hidroksida dan sodium silikat dengan komposisi tertentu. Rasio fly ash terhadap aktivator yang digunakan sebesar 2.5:1. Perbandingan komposisi aktivator kering yang terdiri dari sodium hidroksida (NaOH) padat dan sodium silikat (Na2SiO3) padat yang digunakan adalah 1:1, 1:1,5, 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5, kemudian aktivator ini digiling bersama dengan fly ash tipe C menghasilkan semen geopolimer. Kemudian semen ini dicampur dengan air sebesar 0,4 dan juga pasir. Setelah mortar homogen, mortar tersebut disimpan pada suhu ruangan dengan metode polyethene curing. Hasil yang didapatkan bahwa kuat tekan tertinggi berada pada variasi NaOH terhadap Na2SiO3 sebesar 1:3,5 dengan nilai kuat tekan 23,21 MPa. Hasil uji waktu pengikatan tercepat didapatkan pada variasi NaOH terhadap Na2SiO3 sebesar 1:3,5. Kandungan sodium silikat berpengaruh besar terhadap nilai kuat tekan dan waktu pengikatan mortar. Kata Kunci: Dry geopolymer mortar, dry mixing, kuat tekan, uji vicat, aktivator kering. Abstract Concrete is one of the most widely used construction materials in the world of construction. The use of cement as the main material in making concrete also increases and the result is increasingly polluted environmental conditions. Various innovations continue to be developed to reduce this impact, one of which is the dry geopolymer method. This study aims to find the highest compressive strength of dry geopolymer mortar using materials of fly ash, sodium hydroxide and sodium silicate with certain compositions. The fly ash ratio of activators used is 2.5:1. Comparison of dry activator composition consisting of solid sodium hydroxide (NaOH) and solid sodium silicate (Na2SiO3) used is 1:1, 1:1.5, 1:2, 1:2.5, 1:3, 1:3.5, then this activator is milled together with type C fly ash to produce geopolymer cement. Then the cement is mixed with water of 0.4 and also sand. After the homogenous mortar, the mortar is stored at room temperature using the polyethene curing method. The results showed that the highest compressive strength was in the variation of NaOH to Na2SiO3 1:3.5 with a compressive strength of 23.21 MPa. The fastest binding time test results obtained in the variation of NaOH to Na2SiO3 1:3.5. The content of sodium silicate has a big effect on the value of compressive strength and binding time of mortar. Keywords: Dry geopolymer mortar, dry mixing, compressive strength, vicat test, dry activator.
PENGARUH RASIO PERBANDINGAN SH/SS TERHADAP NILAI KUAT TEKAN DRY GEOPOLYMER MORTAR PADA KONDISI RASIO FA/AKTIFATOR SEBESAR 4,5 : 1 SAVERO PUTRA, BINTANG; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penggunaan bahan kosntruksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan harus mulai diterapkan, salah satunya dengan memanfaatkan mortar geopolimer sebagai pengganti Portland semen. Portland semen dalam pembuatannya menyumbang emisi gas CO2 ke udara sehingga berdampak buruk bagi lingkungan. Dengan pemakaian mortar geopolimer berbahan dasar fly ash ini, kebutuhan portland semen dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini yaitu mencari komposisi campuran paling optimal dari sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3) agar mortar geopolimer metode kering dapat menghasilkan kekuatan maksimum. Rasio fly ash dengan aktifator yang digunakan adalah 4,5 : 1. Dengan perbandingan komposisi antara NaOH dan Na2SiO3 sebagai berikut = 1:1, 1:1,5, 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5. Hasil penelitian menunjukkan komposisi yang memiliki kuat tekan tertinggi adalah perbandingan 1:2 dengan kuat tekan sebesar 23,33 MPa. Hasil uji waktu pengikatan didapatkan pengikatan tercepat ada pada perbandingan 1:3,5 dan pengikatan terlama ada pada perbandingan 1:1. Maka dapat disimpulkan bahwa Na2SiO3 berpengaruh besar terhadap kekuatan dan waktu ikat namum belum tentu jika Na2SiO3 dengan kadar besar bisa menghasilkan kekuatan paling tinggi, kuat tekan tertinggi dapat dicapai jika perbaduan antara NaOH dan Na2SiO3 pada kadar yang sama-sama optimal contonya pada perbandingan komposisi 1:2.Kata kunci : Mortar Geopolimer Kering, Fly Ash, SH/SS, Kuat Tekan, Waktu Ikat.Abstract The use of environmentally friendly and sustainable construction materials must begin to be applied, one of them is by utilizing geopolymer mortar as a substitute for Portland cement. Portland cement in its manufacture contributes CO2 gas emissions to the air which has a negative impact on the environment. With the use of geopolymer mortar based on fly ash, portland cement needs can be reduced. The purpose of this study is to find the most optimal mixture composition of sodium hydroxide (NaOH) and sodium silicate (Na2SiO3) so that the dry method geopolymer mortar can produce maximum strength. The fly ash ratio with the activator used is 4,5: 1. With the comparison of the composition between NaOH and Na2SiO3 as follows = 1:1, 1:1.5, 1:2, 1:2.5, 1:3, 1:3.5. The results showed that the composition with the highest compressive strength was a ratio of 1: 2 with compressive strength of 23,33 MPa. The binding time test results obtained the fastest binding is in the ratio 1:3,5 and the longest binding is in the ratio 1:1. Then it can be concluded that Na2SiO3 has a large effect on binding strength and time but not necessarily if the large amount of Na2SiO3 can produce the highest strength, the highest compressive strength can be achieved if the mixture of NaOH and Na2SiO3 at the optimum content together in the composition ratio 1:2.Keywords : Dry Geopolymer Mortar, Fly Ash, SH/SS, Compressive Strength, Setting Time.
PENGARUH RATIO PERBANDINGAN SH/SS TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLYMER KERING DENGAN PERBANDINGAN FLY ASH/AKTIVATOR 3,5:1 SETYA HERMAWAN, FELDY; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Geopolymer dijadikan sebagai pengganti porland semen sebagai komponen beton, sehingga dapat mengurangi emisi gas di udara. Selama ini, metode yang umum digunakan dalam pembuatan geopolymer yaitu metode basah, dan metode ini sebagai dijadikan alternatif dalam pembuatan geopolymer. Material dasar geopolymer kering adalah fly ash dan aktivator (NaOH dan Na2SiO3) yang dicampurkan secara kering. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan rasio SH/SS pada kondisi fly ash/aktivator 1:3,5 sehingga menghasilkan kuat tekan yang optimum. Adapun rasio SH/SS yang digunakan adalah 1:1; 1:1,5; 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan mortar pada rasio SH/SS=1:1 terus meningkat hingga rasio SH/SS=1:3 dan kuat tekan menurun pada rasio SH/SS=1:3,5. Sedangkan untuk waktuk ikat paling lambat pada rasio SH/SS=1:1 yaitu 84 jam dan terus meningkat hingga rasio 1:3,5 yaitu 39 jam. Maka diperoleh rasio SH/SS yang optimum pada kondisi fly ash/aktivator 1:3,5 adalah SH/SS=1:3 dengan nilai kuat tekan 29,58 MPa. Kata kunci : mortar geopolymer, metode pencampuran kering, kuat tekan Abstract Geopolymer is used as a substitute for porland cement as a concrete component, so it can reduce gas emissions in the air. So far, the method commonly used in geopolymer manufacturing is the wet method, and this method is used as an alternative in the manufacture of geopolymer. Dry geopolymer base material is fly ash and activators (NaOH and Na2SiO3) which are mixed dry. This study aims to find the ratio of SH/SS in the condition of fly ash/activator 1:3,5 so as to produce optimum compressive strength. The ratio of SH/SS used is 1:1; 1:1,5; 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5. The results showed that the mortar compressive strength at the SH/SS= 1:1 ratio continued to increase until the SH/SS= 1:3 ratio and compressive strength decreased at the SH/SS= 1:3,5 ratio. As for the tie time, the SH/SS= 1:1 ratio is 84 hours at the latest and continues to increase to a ratio of 1:3,5, which is 39 hours. Then the optimum ratio of SH/SS obtained in the condition of fly ash/activator 1:3,5 is SH/SS= 1:3 with a value of compressive strength 29.58 Mpa.Keywords: geopolymer mortar, dry mixing method, compressive strength
PERBANDINGAN PENGGUNAAN GELAGAR PRATEKAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK BENTUK I DAN U BAGUS HANAN TRISNO, TU; RISDIANTO, YOGIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Desain jembatan di Indonesia pada umumnya didominasi oleh penggunaan gelagar pratekan bentuk I. Hal tersebut dikarenakan bentuk penampang gelagar pratekan bentuk I yang relatif langsing dibandingkan gelagar bentuk lain sehingga dianggap lebih ekonomis. Akibatnya, jarang ditemukan pekerjaan jembatan bentang menengah yang menggunakan gelagar pratekan bentuk lain. Namun demikian, selain tingkat ekonomis, faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah dalam perencanaan jembatan kekuatan struktur gelagar dalam menerima dan menahan beban layan yang ada. Oleh karena itu muncul alternatif gelagar pratekan bentuk U yang memiliki sifat lebih kaku dan memiliki kapasitas menahan beban yang lebih besar dibandingkan gelagar pratekan bentuk I. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sebuah studi penggunaan gelagar pratekan bentuk U apabila dijadikan pembanding gelagar bentuk I pada jembatan Saekan tersebut. Gelagar pratekan yang digunakan baik bentuk I dan U adalah produk dari Wika Beton (2017) dengan mutu beton 60 MPa. Perencanaan mengacu pada SNI 1725:2016 tentang Standar Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-12-2004 tentang Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, dan buku teks akademisi terkait. Jembatan Saekan dengan bentang 38,8 meter dibebani oleh beban permanen, beban lalu lintas, dan beban aksi lingkungan. Elemen pendukung yang dihitung meliputi kehilangan prategang baik jangka pendek dan jangka panjang serta nilai tegangan yang pada akhirnya mengarah pada nilai lendutan pada gelagar. Hasil analisis menunjukkan bahwa gelagar bentuk I memiliki efektifitas tegangan yang lebih baik karena tidak timbul tegangan tarik dibandingkan gelagar bentuk U yang terdapat tegangan tarik pada serat atas kondisi awal walaupun masih sama-sama dibawah batas ijin yang disyaratkan dalam RSNI T-12-2004. Sementara untuk lendutan akhir gelagar bentuk I dan bentuk U memiliki selisih yang kecil, dimana gelagar bentuk U lebih baik dengan nilai lendutan yang lebih kecil 0,1% atau 0,3 milimeter dibandingkan dengan gelagar bentuk I. Kata kunci : gelagar bentuk I, gelagar bentuk U, beton prategang, post tension. Abstract The design of bridges in Indonesia is generally dominated by the use of prestressed concrete I girders. It is used because the cross section of the prestressed concrete I girder is slimmer compared to other forms, so it is considered more economical. As a result, it is rare to find intermediate span bridge work that uses other forms of prestressed girder. However, besides the economic level, another factor that needs to be taken in the planning of the bridge is the strength of the girder structure in accepting and holding the existing service load. Therefore a prestressed concrete U girder has came out as an alternative that can be chosen with some advantadges such as more rigid and has a greater capacity to be loaded than the prestressed concrete I girder. The purpose of this research is to make a study about the use of prestressed concrete U girder when used as a comparison of the prestressed concrete I girder on the Saekan bridge. Both prestressed concrete I dan U girders are products of Wika Beton (2017) which has 60 quality of concrete. The planning refers to SNI 1725: 2016 concerning Standar Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-12-2004 concerning Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, and other related textbooks. The Saekan bridge has 38.8 meters is loaded with permanent loads, traffic loads and environmental action loads. The supporting elements calculated include short-term and long-term prestressing losses and stress values ??which ultimately lead to deflection values ??in the girder. The results of the analysis shows that prestressed concrete I girder has a better stress effectiveness because no tensile stress occurs compared to the prestressed concrete U girder which has tensile stress on the limit required in the RSNI T-12-2004. While for the final deflection of the fiber for the initial conditions even though it is still below the permitted prestressed concrete I and U girder has a small difference, where the prestressed concrete U girder is better with a smaller deflection value of 0.1% or 0.3 millimeters compared to the prestressed concrete I girder. Key words : prestressed concrete I girder, prestressed concrete U girder, prestressed concrete, post tension.
PERBANDINGAN SUBSTITUSI AGREGAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC PEN 60/70 DENGAN ASPAL DAUR ULANG (ADU) RIZQI MIRANDASARI, MARISSA; RISDIANTO, YOGIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PERBANDINGAN SUBSTITUSI AGREGAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC PEN 60/70 DENGAN ASPAL DAUR ULANG (ADU) Marissa Rizqi Mirandasari 1 , Yogie Risdianto, S.T.,M.T. 2 1 Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya 2 Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya S1 Teknik Sipil, Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email:Marisarizqimirandasari@gmail.com Abstrak Teknologi daur ulang merupakan salah satu alternative pemecahan karena efektif dan efisien untuk pembuatan material baru. RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) adalah campuran perkerasan jalan (yang terdiri dari material aspal dan agregat) yang diambil dari perkerasan lama untuk kemudian diproses kembali untuk menjadi material perkerasan aspal untuk keperluan pekerjaan rekonstruksi atau pelapisan ulang (overlay). Pada awalnya, material RAP hanya dibuang menjadi limbah yang menumpuk dan mengganggu lingkungan, namun semakin berkembangnya teknologi baru untuk memanfaatkan bahan limbah tersebut dengan menambah bahan semen/aspal emulsi/ foamed bitumen untuk kemudian dijadikan material perkerasan yang baru sebagai bahan perkerasan jalan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui mengetahui nilai kadar aspal optimum pada campuran aspal beton AC-WC (Asphalt Concrete ? Wearing Course) dan campuran Aspal 60/70 dengan Aspal Daur Ulang (ADU). (2) mengetahui kinerja campuran aspal beton AC-WC (Asphalt Concrete ? Wearing Course) dan campuran aspal 60/70 dengan Aspal Daur Ulang (ADU) yang ditinjau dari karateristik marshall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) campuran beraspal panas AC-WC+RAP yang memiliki Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar berkisar antara 4,5% hingga 6%. Penggunaan Kadar Aspal Optimum (KAO) pada campuran beraspal panas AC-WC+RAP.V.I.M 4,8% , V.M.A 15,8% dan marshall quotient 375,3 kg/mm. Kata Kunci : Aspal Daur Ulang, Lapis Aspal Beton, Kadar Aspal Optimal, Karakteristik Marshall Abstact Recycling technology is an alternative solution to make new materials because it is effective and efficient for making new materials. RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) is a mixture of road pavement (consisting of asphalt and aggregate material) taken from old pavement and then reprocessed to become asphalt pavement material for reconstruction or overlaying. In the beginning, RAP material was only disposed of into waste which accumulated and disrupted the environment, but new technology was developed to utilize the waste material by adding cement / emulsion asphalt / foamed bitumen material to be used as new pavement material as pavement material.The purpose of this study was (1) to find out the optimum value of asphalt content in the mixture of AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) asphalt and Asphalt 60/70 mixture with Recycled Asphalt (ADU). (2) find out the performance of a mixture of AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) asphalt and 60/70 asphalt mixture with Recycled Asphalt (ADU) in terms of Marshall characteristics.The results showed that the value of Optimum Asphalt Levels (KAO) of hot-asphalt mixture AC-WC + RAP which had Optimum Asphalt Levels (KAO) amounted to between 4.5% and 6%. Use of Optimum Asphalt Levels (KAO) in AC-WC hot paved mixtures + RAP.V.I.M 4.8%, V.M.A 15.8% and Marshall quotient 375.3 kg / mm. Keywords: Recycled Asphalt, Concrete Asphalt Layer, Optimum Asphalt Content, Marshall Characteristics PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UUNo.38 Tahun 2004). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya. Pemeliharaan jalan tersebut merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan. Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi. Jalan dengan perkerasan lentur / aspal sering kita jumpai di berbagai tempat. Namun kondisi jalan tersebut banyak yang mengalami kerusakan dikarenakan banyak faktor seperti volume lalu lintas yang meningkat, cuaca dan lain-lain. Penanganan untuk memperbaiki kerusakan jalan tersebut sering terkendala dengan biaya yang cukup besar. Untuk menanggulangi kerusakan jalan dengan keterbatasan dana maka diperlukan suatu metode perbaikan jalan yang efektif. Perbaikan jalan perkerasan aspal dengan cara lapis ulang (overlay) yang terus menerus akan mengakibatkan tebal lapis perkerasan semakin tebal sehingga elevasi jalan akan menjadi lebih tinggi bahkan bisa lebih tinggi dari pemukiman disekitarnya. Teknologi daur ulang merupakan salah satu alternative pemecahan karena efektif dan efisien. Penggunaan kembali (daur ulang) aspal dan agregat eks perkerasan selain ekonomis juga menunjang kebutuhan akan konservasi sumber daya alam. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan). Pengupasan tanpa Cold Milling Machine dapat Mmenggunakan asphalt cutter, jack hammer, dan Iain-lain (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010). Hasil galian atau pengerukan perkerasan beraspal inilah yang disebut dengan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) (NAPA, 1996). Di dalam RAP ini masih terdapat agregat, baik kasar maupun halus, dan aspal. Hal ini tentu saja memungkinkan RAP ini untuk bisa digunakan kembali. Jika hal ini dapat dilakukan, tentu saja akan mendukung program Green Construction (konstruksi yang berwawasan lingkungan) yang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini. Penggunaan Material RAP ini sangat potensial untuk diterapkan pada pemeliharaan perkerasan jalan seperti untuk kegiatan patching (tambal sulam), perbaikan bentuk permukaan, dan pelapisan kembali jalan dengan volume lalu lintas rendah. Selain itu material RAP ini juga sangat memungkinkan untuk dipakai sebagai bahan untuk perkerasan bahu jalan berpenutup aspal. Umumnya sebagian besar jalan yang ada di Indonesia, khususnya Sumatera Selatan, menggunakan Agregat S sebagai bahu jalan tanpa penutup aspal. Tetapi, dengan curah hujan yang cukup tinggi dan kondisi tanah yang tidak cukup stabil, pemakaian Agregat S untuk bahu jalan ini juga belum bisa memberikan kondisi pelayanan optimal bagi pengguna jalan. Permasalahan pada penelitian berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut: (1) Berapakah nilai kadar aspal optimum pada campuran aspal beton AC-WC (Asphalt Concrete ? Wearing Course) dan campuran Aspal 60/70 dengan Aspal Daur Ulang (ADU)?; (2) Bagaimana kinerja campuran aspal beton AC-WC (Asphalt Concrete ? Wearing Course) dan campuran aspal 60/70 dengan Aspal Daur Ulang (ADU) yang ditinjau dari karateristik marshall ? Penelitian ini memiliki manfaat adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan jenis penanganan dengan lapis tambah pada perkerasan lentur.. Dalam penelitian ini berikut batasan-batasan yang perlu diperhatikan adalah : (1) Penelitian ini akan dilakukan pada Aspal beton AC-WC dengan pen 60/70 menggunakan campuran ADU dan fly ash sebagai filler; (2) Penelitian ini akan melakukan beberapa uji seperti marshall test, dan Uji Fisis pada Aspal AC-WC pen 60/70 dengan campuran ADU dan fly ash sebagai filler; (3) Filler yang digunakan adalah limbah pembakaran batu bara yaitu fly ash. METODE Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif, karena penelitian dilakukan secara sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Dari data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui ketebalan lapis tambah yang diperlukan untuk penanganan kerusakan di lokasi penelitian serta kebutuhan biaya untuk penanganan kerusakan dengan lapis tambah. Penelitian ini dilakukan secara bertahap yang ditunjukkan pada diagram alir pelaksanaan penelitian sebagai berikut : MULAI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA PERSIAPAN BAHAN PEN 60/70 + ADU + AGREGAT MERAK PERENCANAAN CAMPURAN PENGUJIAN CAMPURAN (MARSHALL TEST) YA TIDAK SELESAI ANALISIS HASIL/KONTROL STUDI LITERATUR Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium AMP PT. Merak Indo Mix Jl. Raya Krikilan Driyorejo KM.27 dan Laboratorium Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang, Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur 60231. Adapun waktu dari kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada tanggal 01 Januari 2018 ? 07 September 2018. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Aspal Beton Ac-Wc Pen 60/70. Pada penelitian ini akan dilakukan komparisasi Aspal AC-WC pen 60/70 yang diharapkan mampu memberikan alternatif/solusi dalam penggunaan material Aspal daur ulang pada kontruksi perkerasan jalan. Langkah - langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan pengujian benda uji dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data dan bahan Pengumpulan data dan bahan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi observasi untuk mendapatkan bahan/ material pengujian. 2. Studi Literatur Literatur adalah bahan atau sumber ilmiah yang digunakan untuk membuat suatu karya tulis atau kegiatan ilmiah lainnya. Sumber teori yang digunakan untuk penelitian ini meliputi jurnal ilmiah, buku pengantar kuliah, buku teknik sipil serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Pembuatan Benda Uji Membuat benda uji atau briket beton aspal. Terlebih dahulu disiapkan agregat dan aspal sesuai jumlah benda uji yang akan dibuat dan menyiapkan campuran sesuai perhitungan gradasi dari substitusi agregat pada campuran aspal beton ac-wc pen 60/70 dengan aspal daur ulang (adu) dan aspal alam. Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 10 buah benda uji dengan 5 variasi kadar aspal yang masing masing berbeda 0,5%. Kadar aspal yang dipilih haruslah sedemekian rupa, sehingga dua kadar aspal kurang dari nilai kadar aspal tengah, dan dua kadar aspal lagi lebih besar dari nilai kadar aspal tengah. Jika kadar aspal tengah adalah a% , maka benda uji dibuat untuk kadar aspal (a-1) %, (a-0,5) %, a %, (a+0,5) %, dan (a+1) %. Masing-masing kadar aspal dibuat 2 buah benda uji. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan benda uji: a.) Campuran disiapkan untuk satu benda uji. Agregat ditimbang sesuai fraksi ukurannya berdasarkan gradasi yang diinginkan. Berat total agregat campuran adalah berat agregat yang dapat menghasilkan satu benda uji padat setinggi 6,35cm dengan diameter 10,2cm. Umumnya berat agregat campuran adalah ± 1200 gram.(Sukirman.S.2003) b.) Agregat dipanaskan sampai mencapai temperatur ± 20 °C di atas suhu pencampuran. Agregat panas dan aspal panas dimasukan kedalam tempat pencampuran untuk dicampur merata pada suhu pencampuran ± 150 °C sesuai dengan ketentuan beton aspal campuran panas (hotmix). c.) Campuran beton aspal panas dituangkan ke dalam mold yang telah disiapkan, ditusuk-tusuk, dan dipadatkan dengan mempergunakan penumbuk (hammer) seberat 10 pon (=4,356 kg) dengan tinggi jatuh 18 inch (=45,7 cm) dan jumlah tumbukan masing-masing sisi benda uji sebanyak 75 kali. Tabel 3.1 memberikan batasan tentang jumlah tumbukan yang dilakukan untuk setiap sisi benda uji, berdasarkan beban lalu lintas yang akan dilayani oleh perkerasan ini. Setelah pemadatan selesai dilakukan, maka benda uji dibiarkan dingin dan dikeluarkan dari mold. 4. Pengujian Material Pengujian dilakukan untuk mengukur atau mengetahui sesuatu dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian material dan benda uji sesuai kebutuhan penelitian. Rekapitulasi hasil pengujian material akan dimasukan kedalam grafik dan tabel yang akan dideskripsikan. Teknik Analisis Data Pada pelaksanaan penelitian ini, analisa data yang digunakan yaitu berupa deskriptif kualitatif. Data-data yang hasilkan dari praktik laboratorium akan diolah menjadi tabel dan grafik dengan bantuan software Microsoft Excel. Data tersebut kemudian akan dianalisa sebagai berikut: 1. Kelayakan Data Analisis untuk kelayakan data mengacu pada peraturan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 35/PRT/M/2006 untuk mengetahui data memenuhi persyaratan atau tidak. 2. Korelasi dan Regresi Analisis korelasi dan regresi dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk memperoleh hasil perhitungan yang baik. 3. Analisa Deskriptif Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi beberapa populasi yang selanjutnya diolah sehingga mendapatkan parameternya. Parameter adalah nilai yang menjadi ciri ? ciri dari sebuah populasi. Dengan bantuan parameter ini diharapkan nantinya bisa diambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. a. Mengidentifikasi Parameter-parameter Marshall b. Melakukan Studi Komparisasi kualitas kinerja antara Asbuton dan Aspal AC-WC pen 60/70. c. Melakukan Analisa dari hasil pengujian sifat fisis aspal d. Melakukan Analisa dari hasil pengujian Kuat Tekan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. KAO AC-WC + RAP Hasil pangujian marshall dengan meggunakan kadar aspal rencana (3%, 3,5%, 4%, 4,5%, 5%, 5,5%, 6%) untuk campuran AC-WC dan RAP diperoleh Kadar Aspal Optimum (KAO) yang ditentukan dari menggabungkan nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Flow dan Marshall Quotient (MQ) yang mendapatkan suatu selang kadar aspal yang memenuhi syarat tersebut yaitu berkisar 5,0%. Penentuan kadar aspal optimum (KAO) ditentukan dari hubungan beberapa parameter pengujian mix design aspal AC-WC dan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) dengan standar yang disyaratkan, seperti pada Gambar diatas. a. Analisis Terhadap Nilai VIM Gambar 4.2. Grafik Analisis Nilai V.I.M Menunjukkan hasil pengujian pada VIM sudah memenuhi spesifikasi pada penambahan kadar aspal 5%-6% karena berada dalam batasan spsesifikasi yang diberikan oleh Bina Marga 2010 (Revisi I Divisi 6) yaitu dengan nilai VIM diantara 3.5%-5%. Sedangkan pada hasil Marshall Test untuk kadar aspal 3%- 4.5% hasil uji yang didapat kurang memuaskan karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga dapat diambil kesimpulan untuk analisis terhadap nilai VIM kadar aspal yang paling baik yaitu antara 5%-6%. b. Analisi Terhadap Nilai VMA Gambar 4.3. Grafik Analisis Nilai V.M.A. Persentase yang didapat pada setiap kadar aspal mengalami peningkatan. Hasil tabel menunjukkan semakin banyak kadar aspal yang disubstitusikan semakin tinggi pula nilai VMA yang didapat. Namun hanya kadar aspal 4,5%-6% yang memenuhi spesifikasi 15%. PENUTUP Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai bahan substitusi agregat terhadap karakteristik Marshall dengan tambahan fly ash sebagai filler , maka pada penelitian ini berhasil diperoleh kesimpulan antara lain adalah (1) nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) pada campuran beraspal panas AC-WC+RAP yang memiliki Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar antara 4,5% hingga 6%; (2) berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai stabilitas tertinggi pada campuran beraspal panas Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang memiliki stabilitas Marshall 1208,64 kg. DAFTAR PUSTAKA Sukirman Silvia, April 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta Sukirman Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung. PutrowijoyoRian, 2006. Kajian Laboratorium Sifat Marshall dan Durabilitas AC-WC dengan Membandingkan Penggunaan Semen Portland dengan Abu Batu sebagai Filler. Tesis. Semarang: PPs Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Anonim, 2010. Spesifikasi Umum. Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Republik Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum, Revisi 2010. Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi VI Perkerasan Beraspal. Edisi November 2010. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta Hendarsin, Shirley L. 2000.PerencanaanTeknikJalan Raya, JurusanTeknikSipil ? PoliteknikNegeri Bandung. Bandung. Sugiyono. 2004. Statitika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RND. Alfabeta : Bandung. Tenriajeng, Andi Tenrissuki. 2002. Rekayasa Jalan Raya-2. Penerbit Gunadarma : Jakarta.
PENGGUNAAN SERAT AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SERAT FIBERGLASS PADA PEMBUATAN CAMPUARAN PLAFON GRC (GLASSFIBER REFORCED CEMENT) TERHADAP UJI KUAT LENTUR, UJI KUAT TEKAN, DAN UJI RESAPAN AIR ALIFIANTI, JENY; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jeny Alifianti Mahasiswa S1 Teknik Sipil, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail : jeny_alifianti@yahoo.co.id Arie Wardhono Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail : ariewardhono@unesa.ac.id Abstract Sugar cane fiber is one of the alternative natural fiber materials in making composites. Scientifically, its use is still being developed. The development of sugar cane fiber as a composite material is very understandable considering in terms of the availability of natural fiber raw materials in Indonesia which will be used as a substitute for glass fiber in the manufacture of GRC ceilings. This study studied the effect of variations in bagasse fiber as a substitute material on the GRC ceiling to the value of compressive strength, flexural strength and water infiltration values with a ceiling age of 7 days, 14 days and 28 days. The materials used are bagasse fiber, fiberglass, type I Portland cement, sand and water. Using a ceiling mold with a size of 60 cm x 30 cm x 0,5 cm. The results of the study of bagasse fiber as a substitute for fiberglass on the GRC ceiling showed that in the study the bending test had the highest value of 11,86 MPa composed of 30% with the age of the test material 28 days, for the best water absorption value of 7,15% in 10% with the age of the test material 28 days, the best compressive strength test value of 19,2 MPa is composed of 30% with the age of the test material 28 days. Keywords: Sugar Cane Fiber, fiberglass, GRC Ceiling, Bending Test, Compressive Test, The Water Absorption Abstrak Serat tebu merupakan salah satu material natural fibre alternative dalam pembuatan komposit secara ilmiah pemanfaatannya masih dikembangkan. Pengembangan serat tebu sebagai material komposit sangat dimaklumi mengingat dari segi ketersediaan bahan baku serat alam di Indonesia yang akan digunakan sebagai pengganti serat kaca pada pembuatan plafon GRC. Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi serat ampas tebu sebagai bahan pengganti pada plafon GRC terhadap nilai kuat tekan, nilai kuat lentur dan nilai resapan air dengan usia plafon 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Material yang digunakan adalah serat ampas tebu, fiberglass, semen Portland type I, pasir, dan air. Menggunakan cetakan plafon dengan ukuran 60 cm x 30 cm x 0,5 cm . Hasil peneletian serat ampas tebu sebagai bahan pengganti fiberglass pada plafon GRC menunjukkan bahwa pada penelitian uji kuat lentur memiliki nilai tertinggi sebesar 11,86 MPa dikomposisi 30% hari dengan umur benda uji 28 hari, untuk nilai resapan terbaik sebesar 7,15% dikomposisi 10% dengan umur benda uji 28 hari, untuk nilai uji kuat tekan terbaik sebesar 19,2 MPa dikomposisi 30% dengan umur benda uji 28 hari. Kata kunci: Serat Tebu, fiberglass, Plafon GRC, Kuat Lentur, Kuat Tekan, Resapan air
STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN MITRA WONOKOYO DI DESA WONOKOYO KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL APRILIA YOLANDA, LOLA; SURYANTO HS, MAS
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah atau hunian adalah salah satu kebutuhan primer yang dibutuhkan manusia. Pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya diiringi juga dengan meningkatnya jumlah hunian yang dibutuhkan. Banyak dijumpai pembangunan perumahan yang menawarkan kemudahan bagi calon pembelinya. Dalam membangun perumahan perlu dihitung kelayakan investasi untuk mengetahui apakah proyek akan layak dilaksanakan dan mendapat keuntungan di masa yang akan datang atau tidak. PT. Buana Mitra Sakti selaku developer membangun perumahan Mitra Wonokoyo di Desa Wonokoyo Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. . Untuk mengetahui kelayakan investasi perumahan Mitra Wonokoyo dilakukan perhitungan dengan metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan analisa sensitivitas sebagai analisa pelengkap. Hasil penelitian menunjukkan proyek perumahan Mitra Wonokoyo layak diterima dengan menghasilkan PP selama 11,5 tahun, lebih cepat dari umur ekonomis yang direncanakan, NPV sebesar Rp3.189.399.802,1421 > 0, dan IRR sebesar 18,2% > suku bunga bank yang diinginkan. Dari analisa sensitivitas diperoleh sensitiv apabila suku bunga bank mengalami peningkatan sebesar 17% dari i awal yang ditentukan yaitu 15%, biaya investasi awal meningkat sebesar 12% menjadi Rp27.179.459.706,57 dari biaya investasi awal yaitu Rp24.258.080.500,00, pendapatan rata-rata proyek turun sebesar 9% menjadi Rp4.011.482.658,12 dari pendapatam rata-rata proyek awal yaitu Rp4.494.581.971,15, dan pengeluaran rata-rata proyek meningkat sebesar 29% menjadi Rp3.732.727.971,38 dari pengeluaran rata-rata proyek awal yaitu Rp2.808.907.569,18. Kata Kunci: Perumahan, Kelayakan Investasi, Analisa Sensitivitas Abstract Home or residence is one of the primary needed by humans. Population growth is accompained by an increase of occmpained by an increase of occupations needed. There many residence construction that given an convenience for prospective buyers. In residence buildings, is it needed to calculate the feasibility of investment to find out whether the project will be feasible and gain profits in the future or not. PT. Buana Mitra Sakti as the developer of Mitra Wonokoyo residence in Wonokoyo Menganti, Gresik. Yo find out the investment feasibility of Mitra Wonokoyo residence is calculated using method of Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and sensitivity analysis as a complementary analysis. The result showed that Mitra Wonokoyo residence deserved to be received by generating PP for 11.5 years faster than the olanned economic age of 17 years, NPV of Rp 3.893.399.802,14 > 0, and IRR of 18,2% bank interest rates. From sensitivity analysis obtained sensitivelt in the bank interest rate increase by 17% from the bank rates 15%, initial investment cost increases by 12% to Rp 27.179459.706,57 from the investment cost of Rp 24.258.080.500,00, income average decrease by 9% to Rp 4.119.482.658,12 from the income average of Rp 4.494.581.971,15, and outcome average increased by 29% to Rp 3.732.727.971,38 from outcome average of Rp 2.808.907.569,18. KeyWords: Residence, Investment Feasibility, Sensitivity Analysis.
PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN PENGURUKAN DAN PEMADATAN JALAN DI PROYEK PEMBANGUNAN TOL SURABAYA-MOJOKERTO (LOKASI PEMBANGUNAN JALAN RAYA TENARU STA 19+425 - JALAN RAYA SUMPUT STA 24+150) ADRIAN FERDINAL, LUDY; PURWADI, DIDIEK
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pembangunan jalan tol memiliki banyak aspek pekerjaan, namun dalam penelitian ini dititik beratkan pada pekerjaan pengurukan dan pemadatan dengan menggunakan perhitungan produktivitas, biaya operasional dan optimalisasi alat berat. Proyek pembangunan jalan tol memiliki banyak aspek pekerjaan, namun dalam penelitian ini di titik beratkan pada pekerjaan pengurukan dan pemadatan dengan menggunakan perhitungan produktivitas, biaya operasional alat berat dan optimalisasi alat berat supaya bisa diketahui berapa unit alat yang digunakan dan besar biaya yang harus dikeluarkan. Pekerjaan ini menghasilkan perhitungan kebutuhan alat berat yakni, alat berat Excavator 320 D berjumlah 2 Unit dengan produktivitas 95,167 m3/jam dan dikenakan biaya sebesar Rp 5.214656/ hari, Bulldozer 65 PX berjumlah 3 unit dengan produktivitas 66,524 m3/ jam dan dikenakan biaya sebesar Rp 4.728.128/ hari, Vibrator Roller XG 6121 berjumlah 1 unit dengan produktivitas 177,034 m3/ jam dan dikenakan biaya sebesar Rp 3.639.072/ hari, dan Dump Truck Lambung 049 berjumlah 81 unit dengan produktivitas 2,197 m3/ jam dan dikenakan biaya sebesar Rp 8.992.632/ hari. Pada pekerjaan tersebut dapat ditarik kesimpulan yakni produktivitas alat berat Excavator 320 D 95,167 m3/ jam, Bulldozer 65 PX 66,524 m3/ jam, Vibrator Roller 6121 XG 177,034 m3/ jam, Dump Truck Lambung 049 2,197 m3/ jam. Biaya operasional alat berat yang dibayarkan Excavator 320 D Rp 5.214.656/ hari, Bulldozer 65 PX Rp 4.728.128/ hari, Vibrator Roller 6121 XG Rp 3.639.072/ hari, Dump Truck Lambung 049 Rp 8.992.632/ hari. Dan selanjutnya yaitu optimalisasi alat berat yaitu Excavator 320 D berjumlah 2 unit, Bulldozer 65 PX berjumlah 3 unit, Vibrator Roller 6121 XG berjumlah 1 unit, Dump Truck Lambung 049 berjumlah 81 unit. Kata Kunci : Produktivitas, Biaya Operasional, Optimalisasi Alat Berat Abstract Construction of Surabaya toll road to Mojokerto on the location of Tenaru road to the Sumput road with a length of 4 km is one effort in growing the economy of the region. This toll road development project has many aspects of the work, but in this reseach is centered on soil dredging and compaction work using productivity calculation, heavy equipment operating cost and machine optimization in order to know how many units of equipment used and the cost to be incurred. The dumping and compacting of this toll road resulted in the calculation of heavy equipment needs, heavy equipment Excavator 320 D 2 unit with productivity 95,167 m3/hour and charged Rp 5.214.656/day, Bulldozer 65 PX 3 unit with productivity 66,524 m3/hour and charged Rp 4.728.128/day, Vibrator roller XG 6121 1 unit with productivity 177,034 m3/hour and charged Rp 3.639.072/day, and Dump Truck 049 total 81 units with productivity 2,197 m3/hour and charged Rp 8.992.632/day. In this work, conclusions can be drawn on the productivity of the machine Excavator 320 D 95,167 m3/hour, Bulldozer 65 PX 66,524 m3/hour, Vibrator roller XG 6121 177,034 m3/hour, Dump Truck 049 2,197 m3/hour. Operational costs of heavy equipment paid Excavator 320 D Rp 5.214.656/day, Bulldozer 65 PX Rp 4.728.128/day, Vibrator roller XG 6121 Rp 3.639.072/day, Dump Truck 049 Rp 8.992.632/day. And next is the optimization of heavy equipment Excavator 320 D 2 units, Bulldozer 65 PX 3 units, Vibrator roller XG 6121 1 unit, and Dump Truck 049 total 81 units. Keywords : productivity, operation cost, optimization of heavy equipment
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA PADA PEMBUATAN BETON RINGAN CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE MARFRANKLIN, MUHAMMAD; RISDIANTO, YOGIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di era globalisasi, pertumbuhan sumber daya manusia yang semakin tinggi meningkatkan kebutuhan di bidang pembangunan dan hal ini menimbulkan kebutuhan akan material untuk pembangunan tersebut salah satunya adalah penggunaan beton. Penggunaan beton sangat diminati karena keunggulannya yaitu kuat akan gaya tekan, ketersediaan material dasar, dan tahan akan cuaca , namun beton juga memiliki kelemahan yaitu berat sendiri beton yang menambah beban berat pada gedung, dan lemah akan gaya tarik.Penelitian ini dilakukan penambahan serat sabut kelapa dengan tujuan untuk solusi kelemahan beton ringan terhadap tarik serta membuat beton ringan lebih padat dikarenakan pori-pori beton ringan terisi oleh serat sabut kelapa sehingga kuat tekan dan kuat tariknya meningkat serta mengurangi resapan airnya. Penambahan serat ini memiliki variasi penambahan sebesar 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5% dan 0.7% terhadap volume benda uji. Hasil penelitian dari penambahan variasi tersebut diperoleh bahwa kuat tekan beton tertinggi pada variasi 0.3% sebesar 5.06 MPa dengan berat volume 0.99 gr/cm3 dan resapan air 24.31%, sedangkan variasi tanpa serat atau 0% diperoleh sebesar 4.19 MPa dengan berat volume 1.05 gr/cm3 dan resapan air 23.07% pada umur 28 hari. Kuat lentur tertinggi diperoleh pada variasi 0.3% sebesar 0.92 MPa dengan berat volume 0.828 gr/cm3 pada umur 28 hari. Kata Kunci: Beton Ringan, Serat Sabut Kelapa.In this globalization era, the growing of human resources leads the needs of development and its material, one of them is concrete. The use of concrete is very desirable because of its advantages, it has strong compressive force, availability of basic materials, and wheather resistance, but concrete also has disadvantages, its weight adds heavy loads to the building, and weak of pulling force.This research was carried out with the addition of coconut fiber with the aim of solution to the weakness of lightweight concrete to tensile strength and to make lightweight concrete denser because the pores of lightweight concrete were filled with coconut fiber so that the compressive strength and tensile strenght increased it can reduce water absorption. The variation of fiber addition were 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5% and 0.7% with respect to the volume of test object.The result of addition of the variation showed that the highest concrete compressive strenght in the variation of 0.3% by 5.06 MPa with a volume weight of 0.99 gr/cm3 and water absorption of 24.31%, while the variation without fiber or 0% was obtained at 4.19 MPa with volume weigth 1.05 gr/cm3 and 23.07% water absorption at the age oft 28 days. The highest flexural strength was obtained the highest at 0.3% variation of 0.92 MPa with a volume weight of 0.828 gr/cm3 at the age of 28 days. Keywords: Lightweight concrete, Coconut Fiber.