cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Gizi Mikro Indonesia
ISSN : 20865198     EISSN : 23548746     DOI : -
Core Subject : Health,
Media Gizi Mikro Indonesia (Indonesian Journal of Micronutrient) is a scientific journal published periodically by the Center for Research and Development of Iodine Deficiency Disorders (BPP GAKI), regularly twice a year. A paper published in the form of text / article the results of research and development, the results of scientific analysis of secondary data, a summary of the current topics in the field of Micronutrients. Editor receives manuscripts / articles, both from researchers at BPP GAKI and outside. The journal has been accredited Indonesian Institute of Sciences (LIPI).
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020" : 9 Documents clear
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAN PREFERENSI KONSUMSI BUAH DENGAN TINGKAT KECUKUPAN VITAMIN A PADA REMAJA Terati Terati; Hana Yuniarti; Desi Marsalinda
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.839 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.570

Abstract

Latar Belakang. Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan berbagai dampak penyakit yang disebabkan oleh imunitas yang rendah. Salah satu kelompok usia yang paling rentan dalam konsumsi makanan tersebut adalah remaja yang merupakan periode yang penting pada masa pertumbuhan dan kedewasaan. Membiasakan pola makan sehat pada remaja sangat penting sebagai upaya untuk mencegah munculnya masalah kesehatan pada masa dewasa nanti. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dan preferensi konsumsi buah dengan tingkat kecukupan vitamin A pada remaja di SMAN 01 Kandis, Kabupaten Ogan Ilir. Metode. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik,desain crosssectional dengan proporsional stratified random sampling. Sampel berjumlah 49 siswa dari kelas X dan XI SMAN 01 Kandis. Data karakteristik responden (uang saku, jenis kelamin, umur dan tingkat pengetahuan gizi) didapat dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data preferensi buah diambil dengan cara wawancara menggunakan alat ukur kuesioner. Kecukupan buah dan vitamin A diambil dengan cara recall. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan responden yang menyatakan menyukai buah sebanyak 89,8 persen (44 siswa), responden dengan konsumsi buah kurang sebanyak 77,6 persen (38 siswa), dan tingkat kecukupan vitamin A kurang sebesar 83,7 persen (41 siswa). Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi buah dengan tingkat kecukupan vitamin A pada remaja (p<0,001). Sedangkan pengetahuan gizi (p<0,100), pendidikan ibu (p=0,403), dan preferensi konsumsi buah (p=1,00) menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan tingkat kecukupan vitamin A. Kesimpulan. Sebagian besar remaja menyatakan bahwa mereka suka makan buah, tetapi hanya sedikit yang mengonsumsi buah dalam jumlah yang cukup. Ada hubungan karakteristik responden (jenis kelamin dan umur), tingkat pendidikan ayah, pendapatan keluarga, dan konsumsi buah dengan tingkat kecukupan vitamin A.
HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA, TINGKAT AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN SARAPAN DAN DEPRESI PADA REMAJA PUTRI DI KOTA YOGYAKARTA Restu Amalia Hermanto; BJ Istiti Kandarina; Leny Latifah
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.708 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.597

Abstract

Latar Belakang. Depresi pada remaja merupakan pencetus beban penyakit, mengakibatkan kerugian karena kehilangan produktivitas, dan meningkatkan risiko sindrom metabolik saat dewasa. Gangguan mental emosional pada kelompok usia 15-24 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 9,5 persen. Zat besi mempunyai peran penting dalam pembentukan perilaku emosional karena perannya sebagai kofaktor sintesis serotonin dan dopamin otak. Selain itu, tingkat aktivitas fisik dan pola makan (kebiasaan sarapan) berkontribusi juga dalam menjaga keseimbangan neurotransmiter tersebut. Defisiensi zat besi merupakan faktor utama penyebab anemia pada remaja putri. Prevalensi anemia remaja putri di Kota Yogyakarta mencapai 35,2 persen pada tahun 2012. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status anemia, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan sarapan, dan depresi pada remaja putri di Kota Yogyakarta. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah 250 remaja putri SMA usia 14-18 tahun di Kota Yoyakarta. Depresi remaja diukur menggunakan Inventori Depresi Remaja (IDR) dan kadar hemoglobin untuk menentukan status anemia. Analisis data bivariat menggunakan chi square. Hasil. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan depresi pada remaja putri (RP= 1,52; CI= 1,071-2,162; p<0,05).Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia (RP= 1,7; CI= 0,969-3,034; p>0,05), tingkat aktivitas fisik rendah (RP= 0,9; CI= 0,461-1,809; p>0,05) dengan kejadian depresi pada remaja putri di Kota Yogyakarta. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan depresi. Namun, terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dan depresi pada remaja (RP= 1,52 ; CI=1,071-2,162 ; p=<0,05). Kesimpulan. Kebiasaan sarapan pagi dapat dikaitkan dengan kejadian depresi pada remaja putri. Walaupun proporsi depresi remaja cukup tinggi dalam penelitian ini, namun hubungannya dengan anemia belum dapat dibuktikan secara signifikan.
ASUPAN VITAMIN A DAN SENG (Zn) DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI KELURAHAN JOMBLANG KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Desy Amelia Ardi; Aryu Candra; Fillah Fithra Dieny
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.213 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.1212

Abstract

Latar Belakang. Kejadian dermatitis pada anak terus meningkat beberapa tahun terakhir. Defisiensi vitamin A dan seng memengaruhi kejadian dermatitis terkait fungsi dalam sistem imun. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar risiko riwayat asupan vitamin A dan asupan seng terhadap kejadian dermatitis pada anak di bawah lima tahun (balita) berusia 2-5 tahun. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan case control. Subjek yang diambil adalah balita berusia 2-5 tahun sebanyak 58 subjek terdiri dari 29 subjek kasus dan 29 subjek kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling. Data yang dikumpulkan yaitu riwayat asupan vitamin A dan asupan seng yang diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), data mengenai personal hygiene dan sanitasi lingkungan diambil dengan pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square dan uji regresi logistik ganda. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 79,3 persen subjek merupakan anak-anak berusia 2-3 tahun. Status gizi rata-rata subjek adalah normal berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB. Terdapat subjek dengan riwayat asupan vitamin A kurang (29,3%), riwayat asupan seng kurang (39,7%), personal hygiene tidak baik (46,6%), sanitasi lingkungan tidak baik (79,3%). Riwayat asupan vitamin A (p=0,0001), riwayat asupan seng (p=0,001), personal hygiene (p= 0,008), sanitasi lingkungan (p=0,021) berhubungan dengan dermatitis. Riwayat asupan vitamin A (p=0,019) dan riwayat asupan seng (p=0,043) paling berisiko terhadap kejadian dermatitis. Kesimpulan. Subjek dengan riwayat asupan vitamin A kurang dari kebutuhan berisiko 7,9 kali lebih besar mengalami dermatitis, sedangkan subjek dengan riwayat asupan seng kurang dari kebutuhan berisiko 4,3 kali lebih besar mengalami dermatitis.
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI PUSKESMAS KEBON JERUK JAKARTA BARAT Harna Harna; Jesi Arianti; Rachmanida Nuzrina
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.975 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2501

Abstract

Latar Belakang. Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami proses penuaan, termasuk otak. Otak akan mengalami perubahan fungsi, termasuk fungsi kognitif berupa sulit mengingat kembali, berkurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan dan lebih lamban bertindak. Fungsi memori merupakan salah satu komponen intelektual yang paling utama, karena sangat berkaitan dengan kualitas hidup. Banyak lansia mengeluh kemunduran daya ingat yang disebut sebagai mudah lupa. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 45 responden anggota Kelompok Lansia Bahagia di Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018. Data fungsi kognitif diperoleh dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), data asupan menggunakan food record dan data aktivitas fisik diperoleh menggunakan metode Physical Activities Scale for the Elderly (PASE). Hasil. Responden berusia 61-65 tahun dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 55,6 persen. Rata-rata asupan vitamin B6 yaitu 1,547±0,315 mg, asupan asam folat yaitu 200,99±10,26 mcg, asupan vitamin B12 yaitu 1,796±0,193 mcg, rata-rata aktivitas fisik yaitu 17,64±3,588 poin, riwayat penyakit yaitu 0,73±0,447 poin dan fungsi kognitif 25,01±3,103 poin. Terdapat hubungan signifikan antara asupan asam folat, asupan vitamin B12, dengan fungsi kognitif (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin B6, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif (p>0,05). Kesimpulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan asupan asam folat dan vitamin B12 dengan fungsi kognitif pada lansia. Tetapi tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin B6, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif.
KORELASI ASUPAN VITAMIN B KOMPLEKS DENGAN GEJALA KLINIS PENDERITA SKIZOFRENIA DI RS ERNALDI BAHAR TAHUN 2018 Mertien Sa'pang; Miftahull Hassana; Nadiyah Nadiyah
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.782 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2634

Abstract

Latar belakang. Penderita skizofrenia berisiko mengalami kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) merupakan salah satu instrumen untuk mengukur gejala pada pasien skizofrenia. Pasien jarang menunjukkan perbaikan gejala meski telah menjalani pengobatan. Dibutuhkan faktor lain seperti faktor gizi melalui asupan zat gizi yang dapat membantu memperbaiki gejala pada penderita skizofrenia. Salah satu asupan zat gizi yang berperan dalam kesehatan mental adalah vitamin B kompleks meliputi vitamin B6, B9, dan B12. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B kompleks dengan gejala klinis pada penderita skizofrenia menggunakan skor PANSS di Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Provinsi Sumatera Selatan. Metode. Penelitian kuantitatif observasional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan sampel berjumlah 63 responden. Analisis data menggunakan korelasi Spearman. Hasil. Sebagian besar responden mengonsumsi vitamin B6 dan B9 ≥77 persen dari kebutuhan dan 49,2 persen responden mengonsumsi vitamin B12 <77 persen dari kebutuhan. Hasil penilaian skor total PANSS responden menunjukkan nilai rata-rata 71,35 dengan skor terendah adalah 42 dan tertinggi adalah 129. Penelitian ini menunjukkan bahwa skor PANSS secara signifikan (p<0,05) berkorelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9 dengan koefisien korelasi r= -0,421; r= -0,366. Kesimpulan. Gejala klinis pasien skizofrenia menunjukkan korelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9, namun tidak menunjukkan korelasi dengan asupan vitamin B12. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menilai pengaruh vitamin B kompleks terhadap gejala klinis pasien skizofrenia.
POTENSI INTEGRASI PROGRAM SKRINING HIPOTIROID PADA NEONATAL DI DAERAH REPLETE DEFISIENSI IODIUM Leny Latifah; Ika Puspita Asturiningtyas; Yusi Dwi Nurcahyani; Hadi Ashar; Prihatin Broto Sukandar
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.544 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2676

Abstract

Latar Belakang. Prevalensi hipotiroid kongenital (HK) lebih tinggi di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menyebabkan deteksi dan intervensi dini hipotiroid bayi menjadi penting. Belum ditemukan penelitian pelaksanaan skrining dengan Neonatal Hypothyroid Index (NHI) serta potensi integrasi skrining hipotiroid. Tujuan. Mengidentifikasi program skrining hipotiroid bayi di daerah endemik GAKI dan menganalisis potensi integrasinya. Metode. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilaksanakan di Kabupaten Magelang. Data diambil dengan wawancara mendalam semi terstruktur pada 14 informan terdiri dari penanggung jawab program tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Magelang, puskesmas, dan pelaksana program. Dinas Kesehatan dan 4 Puskesmas di Kabupaten Magelang menjadi informan penelitian. Wawancara direkam dengan alat perekam digital, disusun dalam transkrip, dianalisis menggunakan analisis isi (content analysis). Trustworthiness data diperoleh melalui triangulasi sumber. Hasil. Terdapat dua program skrining hipotiroid kongenital di Kabupaten Magelang, yaitu Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) dan skrining dengan form NHI. Faktor pemungkin keberhasilan program bersumber kebijakan dan implementasi. Komitmen pendanaan mandiri SHK melalui APBD pada 500 bayi per tahun, skrining form NHI pada setiap bayi baru lahir, dan integrasi pelaksanaannya melalui program managemen terpadu bayi muda (MTBM). Program SHK dan NHI telah diimplementasikan bidan desa dan petugas gizi terintegrasi MTBM, pada usia lebih tinggi di posyandu. Faktor penghambatnya, dari sisi SDM adalah kurangnya supervisi/koordinasi serta bidan desa pelaksana belum mendapatkan pelatihan SHK, NHI, maupun MTBM. SOP rujukan penemuan kasus HK belum jelas.Hasil skrining berhasil menemukan kasus HK. Kesimpulan. Deteksi dini hipotiroid kongenital telah dilakukan di Kabupaten Magelang. Keterbatasan anggaran menyebabkan SHK mencakup sebagian kecil sasaran, kemudian dijangkau dengan skrining NHI semua neonatus. Integrasi MTBM dilakukan dalam pelaksanaan, pelaporan, dan melampirkan form NHI dalam pemeriksaan MTBM. Fisibilitas integrasi terbukti dalam penemuan kasus HK dengan NHI terintegrasi MTBM. Integrasi program perlu diperluas dengan mengintegrasikan pelatihan NHI, HK, dan MTBM untuk pengembangan keterampilan bidan pelaksana program.
IRON-FORTIFIED SYNBIOTIC FERMENTED MILK WITH TEMPEH EXTRACT TO ENHANCES PROPIONIC ACID, BUTYRIC ACID, AND NON-PATHOGEN MICROBIOME IN ANEMIC WISTAR RAT Mohammad Juffrie; Siti Helmyati
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.549 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2694

Abstract

Background. Anemia, as a global public health problem, needs to be solved. The previous study by the researcher found the potency of iron-fortified synbiotic fermented milk with tempeh extract as an alternative to overcome anemia. Objective. This study aims to determine the effects of iron-fortified synbiotic fermented milk with tempeh extract towards short-chain fecal fatty acids (SCFAs) and fecal microbiota. Method. The study was a randomized controlled trial with three groups, consisting of 8 anemic Wistar rats. The groups made into anemia within 17 days.The groups treated as follows: group NA: fermented milk with tempeh extract fortified by NaFeEDTA, group FE: fermented milk with tempeh extract fortified by FeSO4 , and group KO: fermented milk with tempeh extract without fortification. SCFAs and microbiota of the rat’s feces determined using the Total Plate Count method. SCFAs were measured after the intervention, while fecal microbiota was measured before and after the intervention. One-way ANOVA was used to measure the difference between NA, FE, and KO groups with post hoc test Bonferroni. Results. There was a significant mean difference between propionic and butyric acid between NA and FE groups and the KO group. The highest Lactobacilli number was in the FE group, while Bifidobacteria and Enterobacteriaceae were highest in the KO group. Meanwhile, the NA group had the highest Escherichia coli number. Conclusion. Iron fortification has positive effects on increasing the production of SCFAs in the gut. Prebiotics and probiotics have positive effects on pathogenic bacteria. Further study is needed to determine the effects of iron-fortified synbiotic fermented milk with tempeh extract in human.
FM mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.519 KB)

Abstract

BM mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.911 KB)

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 9