cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Reproduksi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 195 Documents
PENGARUH PEMBERIAN ASAM TRANEKSAMAT TERHADAP JUMLAH PERDARAHAN PASCASALIN PADA KELAHIRAN VAGINAL Chilmawati, Laili; Pradjatmo, Heru; Siswosudarmo, H.R.
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.604 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5342

Abstract

PENGARUH PEMBERIAN ASAM TRANEKSAMAT TERHADAP JUMLAH PERDARAHAN PASCASALIN PADA KELAHIRAN VAGINALLaili Chilmawati1 , Heru Pradjatmo2, H.R. Siswosudarmo3 ABSTRACT Background: Maternal mortality is the great problem in developing countries and postpartum hemorrhage is the main cause. Obstetrics intervention and uterotonics agents have been used to control postpartum hemorrhage, but the use of hemostatic agent is still in the study.Objective: To compare the effect of tranexamic acid on postpartum hemorrhage and its potential side effects compared with placebo in vaginal deliveryMethods: A Double blindrandomized controlled Trial (RCT). We conducted a total of 198 subjects who met the inclusion criteria were recruited. The treatment group was those who got one gram tranexamic injection and the the control group those who got placebo. Independent sample t-test, chi-square and linear regression were used for statistical in treatment group analysis.Results and Discussion: A total of 198 subjects met the inclusion criteria, consisting of 99 subjects and 99 in the control group. No significant difference was found on the amount of postpartum hemorrhage (102.13±67.34 ml vs.110.58±73.57 ml;p=0.40), nor on the difference of hemoglobin level (0.99±1.13 g/dLvs.1.05 ± 0.93 g/dLp=0.66), and of hematocrit level (4.06 ± 3.73 vs.4.58±4.18%;p=0.36). The use of other uterotonics gave the significant difference at the decrease of hemoglobin level (p=0,02). Side effect of nausea and vomiting at tranexamic acid group didn’t differ from placebo (p=1,00).Conclusion: There was no difference between the use of tranexamic acid and placebo in terms of number of bleeding the decrease of haemoglobin and hematocrit. Keywords: tranexamic acid; postpartum hemorrhage; hemoglobin and hematocryte level, vaginal delivery. ABSTRAK Latar belakang: Kematian ibu merupakan masalah yang besar di negara sedang berkembang. Perdarahan pascasalin merupakan penyebab paling utama kematian ibu. Intervensi obstetrik dan obat-obat uterotonika telah digunakan secara optimal untuk mengatasi perdarahan pascasalin, tetapi obat hemostatik masih dalam kajian.Tujuan: Mengetahui pengaruh asam traneksamat terhadap jumlah perdarahan pascasalin pada persalinan vaginal dan efek samping yang mungkin terjadi.Metode Penelitian: Metode penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial (RCT). Subyek penelitian adalah pasien dengan persalinan vaginal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok penelitian adalah mereka yang mendapat injeksi asam traneksamat 1 gram intravena sedang kelompok control adalah mereka yang mendapat plasebo. Independent t-test, chi-square dan regresi linier digunakan untuk analisis statistika.Hasil dan Pembahasan: Sebanyak 198 subyek memenuhi memenuhi kriteria kelayakan, terdiri atas 99 subyek masuk ke dalam kelompok perlakuan dan 99 subyek yang masuk dalam kelompok kontrol. Tidak didapatkan perbedaan secara bermakna pada jumlah perdarahan kala IV (102,13±67,34 ml vs 110,58±73,57 ml, p=0,40), penurunan kadar hemoglobin (0,99±1,13 g/dLvs.1,05±0,93 g/dL, p=0,66) dan penurunan kadar hematokrit (4,06±3,73 vs.4,58±4,18%, p=0,36). Penggunaan uterotonika lain memberikan perbedaan secara signifikan terhadap penurunan kadar hemoglobin (p=0,02). Kadar hemoglobin awal dan kadar hematokrit awal memberikan perbedaan secara signifikan terhadap penurunan kadar hematokrit (p=0,006 dan 0,01). Kejadian efek samping mual dan muntah pada pemberian asam traneksamat tidak berbeda dibandingkan dengan plasebo (p=1,00).Kesimpulan: Jumlah perdarahan kala IV, penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kadar hematokrit tidak berbeda antara kelompok yang mendapat asam traneksamat dibanding yang mendapat placebo. Kata kunci: asam traneksamat, perdarahan pascasalin, kadar hemoglobin, hematokrit. 1 PPDS 1 Obstetri dan Ginekologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM
KEMATIAN IBU SEBELUM DAN SELAMA PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 - 2013 Sunaryo, Rustam; Hakimi, Mohammad; Suhadi, Agung
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.609 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5345

Abstract

KEMATIAN IBU SEBELUM DAN SELAMA PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 - 2013 Rustam Sunaryo1, Mohammad Hakimi2, Agung Suhadi3  ABSTRACT Background: Maternal mortality rate in Indonesia is considered to be one of the highest among South East Asia Countries. One of the main reason is access for health services cost, which leads to massive numbers of birth outside health facility. Some programs are initiated to address these issues in order to achieve Millenium Development Goals (MDG’s) with maternal mortality target of 102/100.000 live births on 2015. Jaminan Persalinan “JAMPERSAL” is one of government policy to reduce cost barrier.Objectives: To analyze the effect of Jampersal on reducing maternal mortality rate in Moewardi General Hospital, Surakarta.Methods: This was an observational Analysis with cross sectional design. Data were collected from all maternal mortality cases at Moewardi General Hospital from 1 st of January 2009 until 31stDecember 2013. Maternal mortality rate before and during Jampersal was taken into account for statistical analysis using Chi square Test.Results: Total number of births were significantly increasing, for about 3.5 times. Maternal mortality percentage was decreasing significantly during Jampersal, from 1.45% to 0.53% (p=0.000). The most frequent etiology of maternal death was preeclampsia/eclampsia (53.33% - 72.40%). For this cause, Jampersal also had a potential role on lowering case fatality rate from 5.95% to 3.64% (p=0.025, p<0.05)Conclusions: Jampersal has significantly reduce maternal mortality rate but on the other side increase number of birth in me hospital. The policy would be considerd as supportive for achieving MDG’s. Keywords: Jampersal, Maternal Mortality, cause of death  ABSTRAK Latar belakang: Angka kematian ibu di Indonesia masih menduduki tempat tertinggi di antara negara Asia Tenggara. Salah satu penyebabnya adalah biaya persalinan sehingga sebagian ibu melahirkan tidak di fasilitas kesehatan. Beberapa program dilakukan untuk mengatasi masalah ini agar dapat mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s) dengan AKI 102/100.000 lahir hidup di 2015. Jaminan Persalinan “JAMPERSAL” merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mengurangi hambatan biayaTujuan: Mengananlisis pengaruh Jampersal untuk menurunkan kematian ibu di RS Moewardi, Surakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari semua kasus kematian ibu di RS Moewardi dari 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2013. Kematian ibu sebelum dan setelah dilaksanakannya Jampersal dihitung dan dianalisis dengan Chi square Test.Hasil: Jumlah total persalinan meningkat signifikan, sekitar 3,5 kali. Persentase kematian ibu menurun signifikan selama program Jampersal dilaksanakan, yaitu 1.45% hingga 0.53% (p=0.000). Penyebab kematian tersering adalah preeklampsia/eklampsia (53.33% - 72.40%). Jampersal menurunkan angka fatalitas kasus preeklamsia secara signifikan dari 5.95% menjadi 3.64% (p=0.025, p<0.05)Kesimpulan: Jampersal dapat menurunkan kematian ibu di rumah sakit secara signifikan tetapi di sisi lain meningkatkan jumlah persalinan. Kebijakan ini dianggap dapat mendukung tercapainya target MDGs. Kata kunci: Jampersal, Maternal Mortality, cause of death1 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UNS2 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM3 RSUD Wonosobo  
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEMBALINYA MENSTRUASI PADA IBU MENYUSUI DI RS ST. CAROLUS JAKARTA Irawati, Popy; Hakimi, Mohammad; Emilia, Ova
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.626 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5346

Abstract

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEMBALINYA MENSTRUASI PADA IBU MENYUSUI DI RS ST. CAROLUS JAKARTA Popy Irawati1, Mohammad Hakimi2, Ova Emilia3  ABSTRACT Background: Exclusive breastfeeding has benefit for both the baby and mother. The breastfeeding patterns have a close relation with return of menses. Breastfeeding practice in Indonesia is rare (27-40%) and 37,4% babies received a weaned food, and only 10% babies received six months exclusive breastfeeding. In Jakarta, most mothers realized benefit of breastfeeding for their babies and family themselves. This research is located at St. Carolus Hospital because St. Carolus is a centre of lactation in JakartaObjective: To identify the impact of exclusive breastfeeding on median time of return of menses on breastfeeding mother in St. Carolus hospital.Method: An observational study with retrospective cohort study design. Samples are a year breastfeeding’s mother in St. Carolus Hospital. The total samples are 129 respondents. The samples are available with consecutive sampling. The data were analyzed using univariable, bivariable and multivariable methods. Bivariable statistic tests were chi square, log rank and Kaplan Meier’s survival analyzed methods. The multivariable statistic test was cox regression Hazard model.Result and Discussion: Median time of the return of menses on exclusive breastfeeding group was 20 weeks, and an unexclusive breastfeeding is 12 weeks. The breastfeeding pattern and the return of menses on breastfeeding mother are significant related (HR=2,4; CI 95%=1,65-3,55 ;P<0,05). The return menses an exclusive breastfeeding mother was 2,4 times longer than unexclusive breastfeeding mother at a certain survival point. The variables of ages, parity, education, occupation, family economic status and health status are not significantly associated with the return of menses.Conclusion: There is a significant different median time of the return of menses between exclusive and unexclusive breastfeeding mothers. Keywords: exclusive breastfeeding, the return of menses, breastfeeding. ABSTRAK Latar Belakang: Menyusui secara eksklusif memiliki manfaat baik untuk ibu maupun bayinya. Pola menyusui berhubungan erat dengan kembalinya menstruasi. Praktek menyusui di Indonesia relatif jarang (27-40%) dan sebanyak 37,4% bayi menerima makanan tambahan, serta hanya 10% saja yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Di Jakarta, sebagian besar ibu sebenarnya menyadari manfaat menyusui untuk bayi dan keluarganya. Penelitian ini mengambil lokasi di RS St. Carolus karena St. Carolus merupakan pusat laktasi di Jakarta.Tujuan: Mengidentifikasi pengaruh menyusui eksklusif dengan nilai median kembalinya menstruasi pada ibu menyusui di RS St. Carolus.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan disain kohort retrospektif. Subyek penelitian adalah ibu menyusui di RS St. Carolus dalam periode 1 tahun. Jumlah total subyek sebanyak 129 responden. Subyek penelitian diambil dengan metode consecutive sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis statistik untuk data bivariat menggunakan chi square, log rank dan Kaplan Meier. Analisis multivariat menggunakan metode cox regression hazard.Hasil dan Pembahasan: Nilai median untuk kembalinya menstruasi pada ibu yang menyusui eksklusif adalah 20 minggu sedangkan pada ibu yang menyusui tidak eksklusif adalah 12 minggu. Pola menyusui dan kembalinya menstruasi berhubungan secara bermakna (HR=2,4; CI 95%=1,65-3,55 ;P<0,05). Risiko untuk kembali menstruasi pada ibu yang menyusui eksklusif sebesar 2,4 kali lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui eksklusif. Variabel usia, paritas, pendidikan, pekerjaan, status sosial ekonomi dan status kesehatan tidak berhubungan secara bermakna dengan kembalinya menstruasi. Kata Kunci: pemberian ASI eksklusif, kembalinya menstruasi, pemberian ASI1    Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional Pusat2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, UGM          
PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II TAMBAK, PUSKESMAS BANYUMAS DAN PUSKESMAS I KEMRANJEN Sumiyati, Sumiyati; Emilia, Ova; Dasuki, Djaswadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.897 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5347

Abstract

PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II TAMBAK, PUSKESMAS BANYUMAS DAN PUSKESMAS I KEMRANJEN Sumiyati1, Ova Emilia2, Djaswadi Dasuki3 ABSTRACT Background: Early Initiation of Breastfeeding (EIB) is important because it can increase the success of exclusive breastfeeding and infant survival. However, the implementation of the EIB is still not optimal in Banyumas. One of the factors that support the success of EIB is the support of health workers, especially midwives. Central Bureau of Statistics of Banyumas regency in 2012 said that most of deliveries in Banyumas 78.52% in 2011 attended by midwives.Objective: To determine the behavior of midwives in the implementation of Early Initiation of Breastfeeding at Work Area of Tambak Public Health Center Banyumas. Public Health Center and Kemranjen Public Center.Methods: The study was cross sectional complemented with qualitative data. The experiment was conducted at the Working Area of Tambak II, Banyumas and Kemranjen I public healh centers with 38 midwives as subjects. In-depth interviews conducted to 6 midwives and 4 postpartum mothers.Results and Discussion: There were a significant association between knowledge and attitudes of midwives to practice implementation of EIB, knowledgeable midwife tent to practice E.I.B 1.79 times higher than less knowledgeable midwife. Good attitude midwives 1.62 times more likely to support EIB practice.Conclusion: The behavior of midwife in the implementation of the EIB practices is influenced by a good knowledge and attitudes that support the EIB. Factors that inhibit the EIB, included flat nipples exhaustment of postpartum mothers and lack of rest among health professionals when encountered prolong labor. Keywords: knowledge, attitude, practice, midwife, early initiation of breastfeeding  ABSTRAK Latar Belakang: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) penting karena dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan kelangsungan hidup bayi. Namun pelaksanaan IMD masih belum optimal di Kabupaten Banyumas. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan IMD adalah dukungan tenaga kesehatan terutama bidan. Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Banyumas tahun 2012 menyatakan sebagian besar penduduk Kabupaten Banyumas sekitar 78,52% pada tahun 2011 menggunakan tenaga kesehatan bidan untuk menolong persalinan.Tujuan: Untuk mengetahui perilaku bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas II Tambak, Puskesmas Banyumas dan Puskesmas I Kemranjen.Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas II Tambak, Puskesmas Banyumas dan Puskesmas I Kemranjen dengan subjek penelitian 38 bidan dan wawancara mendalam dengan 6 bidan serta 4 ibu postpartum.Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis bivariabel terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan dengan pelaksanaan praktik IMD, bidan yang berpengetahuan baik 1,79 kali lebih besar untuk melakukan praktik IMD dengan baik dibandingkan dengan bidan yang berpengetahuan kurang. Sikap bidan yang mendukung IMD 1,62 kali lebih besar untuk melakukan praktik IMD dengan baik dibandingkan dengan sikap bidan yang tidak mendukung IMD.Kesimpulan: Perilaku bidan dalam pelaksanaan praktik IMD dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung terhadap IMD. Faktor yang menghambat IMD antara lain bentuk puting yang mendatar sehingga bayi kesulitan untuk menghisap, ibu postpartum merasa capai dan lelah karena kurang istirahat serta faktor tenaga kesehatan, apabila menolong persalinan dengan kala II lama sehingga pelaksanaan IMD kurang dari satu jam. Kata kunci: pengetahuan, sikap, praktik, bidan, inisiasi menyusu dini1    Poltekkes Kemenkes Semarang2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM
PEMBERIAN MAKANAN PRALAKTASI DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2007) Dewi, Utami; Agus Wilopo, Siswanto; Wibowo, Tunjung
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.805 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5348

Abstract

PEMBERIAN MAKANAN PRALAKTASI DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2007) Utami Dewi1, Siswanto Agus Wilopo2, Tunjung Wibowo3  ABSTRACT Background: It is recommended for a mother to initiate and give early breastfeeding for a newborn as the first breast milk is known to be nutritious and contains antibody. The delay of breastfeeding may stimulate non breast milk-supplementary food to be given. Based on BPS and Macro International data 65% of infants received pre-lacteal feeds besides breast milk in their three days of life.Objective: the known relationship between pre-lacteal feeds and infants’ survival in Indonesia.Method: This was an observational study with a cohort retrospective study design by using IDHS data year 2007. Samples were all infants (0-12 months, breastfed after birth) from mothers aged 15-49 years old as many as 2,886 mothers. The independent variable was pre-lacteal feeds after birth and the dependent variable was infants’ survival. The analyses used univariable, bivariable, and survival analysis with Kaplan-Meier, Log regression and Cox regression.Result and Discussion: Bivariable analysis using survival Kaplan-Meier showed that there was a significant relationship between pre-lacteal feeds after birth and infants’ survival. The survival of infants who received pre-lacteal feeds was greater than that of infants who did not receive pre-lacteal feeds (92%:89%). Multivariable analysis using Cox regression showed that the survival chance in infants who did not receive pre-lacteal feeds was 0.63 times lower than that in infants who received pre-lacteal feeds (HR 0.63; CI 95%=0.42-0.95). Conclusion: Pre-lacteal feeds shows relationship with infant survival. Other factors affecting infant’s survival were mother’s age < 20 and < 35 years, low economic status, and birth assistant with non professional. Keyword: infant’s survival, pre-lacteal feeds, infant  ANSTRAK Latar Belakang : Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak dini sangat dianjurkan karena ASI yang keluar pertama kali sangat bergizi dan mengandung antibodi. Keterlambatan memulai pemberian ASI menunjukkan bahwa adanya pemberian makanan dan minuman selain ASI. Menurut Data BPS dan Macro International sebesar 65% bayi yang dilahirkan mendapatkan makanan pralaktasi selain ASI pada tiga hari pertama kehidupan.Tujuan : Diketahuinya hubungan pemberian makanan pralaktasi terhadap kelangsungan hidup bayi di Indonesia. Metode : Jenis penelitian observasional dengan rancangan cohort retrospectif menggunakan data SDKI 2007. Sampel penelitian adalah semua bayi (berumur 0-12 bulan, menyusu setelah lahir) dari ibu yang berumur 15-49 tahun berjumlah 2.886. Variabel bebas adalah pemberian makanan pralaktasi setelah lahir, variabel terikat kelangsungan hidup bayi. Analisis yang digunakan adalah univariabel, bivariabel dan analisis survival dengan Kaplan- Meier, Log regression dan Cox regression.Hasil dan Pembahasan: Analisis bivariabel dengan survival Kaplan-Meir didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian makanan pralaktasi setelah lahir dengan kelangsungan hidup bayi, namun kelangsungan hidup lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan makanan pralaktasi dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan makanan pralaktasi (92%:89%). Analisis multivariabel dengan Cox regresion menunjukkan peluang kelangsungan hidup pada bayi yang tidak mendapatkan makanan pralaktasi sebesar 0,63 kali lebih rendah dibandingkan dengan yang mendapatkan makanan pralaktasi (HR 0,63; CI 95%=0,42-0,95).Kesimpulan : Pemberian makanan pralaktasi berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi adalah umur ibu < 20 dan < 35 tahun, sosial ekonomi rendah dan penolong persalinan oleh non nakes Kata kunci: kelangsungan hidup bayi, pemberian makanan pralaktasi, bayi 1 Sekolah Tinggi Kesehatan Hangtuah, Pekanbaru2 Magister Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi, FK UGM3 Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UGM  
DENSITAS MASSA TULANG PADA PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLAN LEVONORGESTREL Kumala Dewi, Andriana; Dasuki, Djaswadi; Rumekti Hadiati, Diah
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.123 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5349

Abstract

DENSITAS MASSA TULANG PADA PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLAN LEVONORGESTREL Andriana Kumala Dewi1 , Djaswadi Dasuki2, Diah Rumekti Hadiati3  ABSTRACT Background: BKKBN reported that implant as a long term method of contraception was the most widely used among new users in 2012. The contraceptive action is mainly by inhibition of ovulation and production of estrogen is supressed. Estrogen is one of the most important factors related to bone remodelling. Thus, it has raised concerns regarding the adverse effect of long term use of this contraceptive method on the bone status of women who use them. So, it is necessary to study the effects of long term use of progestogens on bone mineral density.Objective: Comparing bone mass density in contraceptive implant users and non-hormonal users.Methods: Cross sectional study. This study was conducted in Kontap, outpatient department, Sardjito Hospital in August-December 2013. The participants’ age were 20-50 years who met the inclusion criteria and regardless of the exclusion criteria. Total of 110 women were divided into 2 groups, contraceptive implant users and non-hormonal contraceptive users. Bone mass density was measured using ultrasound densitometry on the calcaneus bone.Results: Bivariate Chi-square analysis showed that there was no significant association between the use of the contraceptive implant with incidence of abnormal bone density (RP 1.75; 95% CI (0.80-3.83), p = 0.23). BMI as confounding variable provide a significant relationship with bone density with OR 23.24; 95% CI (4.26 to 126.86), p <0.001Conclusion: In this study, there was no significant difference of bone mass density between contraceptive implant group and non hormonal group. BMI were significantly related to bone mass density. Keyword: Bone mineral density, contraceptive implant, contraceptive progestin-only, levonorgestrel  ABSTRAK Latar belakang: Data BKKBN menunjukkan bahwa implan merupakan metode kontrasepsi jangka panjang terbanyak dipakai oleh peserta baru KB tahun 2012. Cara kerja utama implan levonorgestrel dengan inhibisi ovulasi sehingga terjadi supresi produksi estrogen. Estrogen adalah salah satu faktor penting dalam remodelling tulang. Hal inilah yang memunculkan kekhawatiran tentang pengaruh penggunaan implan terhadap status kesehatan tulang pemakainya.Tujuan: Membandingkan densitas massa tulang pada pengguna kontrasepsi implan levonorgetrel dan non hormonal.Metode penelitian: Studi potong lintang. Penelitian dilakukan di Poliklinik Kontap, RSUP Dr. Sardjito. Jumlah peserta penelitian 110 wanita berusia 20-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria eksklusi, terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pengguna kontrasepsi implan dan pengguna kontrasepsi non hormonal. Densitas massa tulang diukur dengan menggunakan alat densitometri ultrasonografi pada tulang kalkaneus.Hasil: Analisis bivariat Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penggunaan kontrasepsi implan dengan kejadian densitas tulang yang tidak normal (RP 1,75; IK 95% (0,80-3,83), p=0,23). BMI sebagai variabel luar memberikan hasil analisis yang bermakna terhadap kejadian densitas tulang tidak normal dengan nilai OR 23,24; IK 95% (4,26-126,86), p<0,001.Kesimpulan: Tidak ada perbedaan densitas massa tulang yang bermakna antara kelompok pengguna kontrasepsi implan dan non hormonal. BMI kategori underweight secara signifikan memiliki hubungan dengan kejadian densitas tulang tidak normal. Kata kunci: densitas massa tulang, kontrasepsi implan, kontrasepsi progestin-only, levonorgestrel 1,2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UGM/RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
DEVELOPING A NEW FORMULA FOR ESTIMATING BIRTH WEIGHT AT TERM PREGNANCY Siswosudarmo, Risanto; Titisari, Intan
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.104 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5350

Abstract

DEVELOPING A NEW FORMULA FOR ESTIMATING BIRTH WEIGHT AT TERM PREGNANCY Risanto Siswosudarmo1, Intan Titisari2  ABSTRAK Latar belakang: Taksiran berat janin (TBJ) dipakai untuk panduan melakukan manajemen persalinan. Beberapa cara telah dipakai untuk mengukur taksiran berat lahir bayi misalnya dengan palpasi abdomen, pengukuran tinggi fundus uterus ibu (TFU) dan pemeriksaan ultrasonografi. Pengukuran tinggi fundus uterus ibu nampaknya merupakan cara yang paling sederhana dan murah dan dapat dikerjakan oleh semua tenaga kesehatan.Tujuan penelitian: Membuat rumus baru berdasarkan pengukuran tinggi fundus uterus ibu.Rancangan dan cara penelitian: Rancangan penelitian ini adalah studi cross sectional dengan mengukur TFU pada kehamilan 37-42 minggu di kamar bersalin RS Sardjito dan RS Jejaring. Sebanyak 655 ibu hamil yang memenuhi kriteria kelayakan dimasukkan dalam penelitian ini. Tinggi fundus diukur dengan pita non elastik flksibel dari simfisis pubis sampai puncak tinggi uterus pada saat pasien dalam persalinan kala satu. Berat lahir bayi (BLB) ditimbang dengan timbangan bayi yang sama setelah semua dikalibrasi. Analisis regresi linear digunakan untuk menghitung korelasi dan menentukan rumus TBJ berdasar TFU.Hasil: Sejumlah 655 ibu hamil yang memenuhi kriteria kelayakan dengan umur kehamilan antara 37 sampai 42 minggu masuk dalam penelitian ini. Sebagian besar mereka berumur antara 20 to 30 tahun, sedang paritasnya berimbang. Rata-rata TFU adalah 31,25 ± 2,35 cm (bervariasi dari 24 sampai 38 cm) dan rata-rata BBL adalah 3021,60 ± 341,14 gram (bervariasi dari 2050 to 4250 gram). Koefisien korelasi Pearson adalah 0.93 ( R square 0.86), yang menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara TFU dengan BBL. Rumus TBJ berdasar TFU adalah adalah Y (BBL dalam gram) = 125 X (TFU dalam cm) – 880.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang kuat anatara TFU dengan BBL, di mana rumus untuk mengestimasi BBL adalah BBL = 125 TFU – 880. Kata kunci: Estimasi berat lahir, Tinggi fundus uterus, Berat bay lahir, Rumus Risanto ABSTRACT Background: Estimated birth weight (EFW) is used as a guidence for management of labor. Several methods are used from abdominal palpation, measurement of fundal height and ultrasound examination. For the shake of simplicity fundal height measurement to be the simplest and cheapest way that can be done by all medical personnels.Objective of study: To develop a new formula in determining estimated birth weight based on maternal symphisis fundal height (FH).Material and method: A cross sectional study was used, consisting of 655 pregnant women from Sardjito and affiliated hospitals at 37-42 weeks of gestation. Fundal height was measured from the symphisis to the top of uterine fundus, using inverted unelastic flexible tape. Infant birth weight (IBW) was determined by the same baby scale after calibrated. Linear regression analysis was used to calculate the correlation and develop the formula.Result: A total of 655 pregnant mothers meeting the inclusion criteria from 37 to 42 weeks of gestation were recruited. Most of them were between 20 to 30 years old and their parity were almost comparable. The mean FH was 31.25 ± 2.35 cm (ranged between 24 to 38 cm) and the mean IBW was 3021.60 ± 341.14 grams (ranged between 2050 to 4250 grams). The Pearson correlation was 0.93 (R square 0.86), signifying that there was a strong correlation between FH and IBW. The formula for estimating IBW based on FH was Y (IBW in gram) = 125 X (FH in cm) – 880.Conclusion: There was a strong correlation between FH and IBW. The formula for estimating IBW was IBW = 125 FH – 880. Key words: Estimating birth weight, Fundal height, Fetal birth weight, Risanto’s formula. 1,2 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM
EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBON Nurcahyani, Lia; Hakimi, Mohammad; Sudargo, Toto
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.522 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5745

Abstract

EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBONLia Nurcahyani 1, Mohammad Hakimi 2, Toto Sudargo 3ABSTRACT Background: Undernourishment is the main cause of mortality in underfives, one of which is the lack of growth monitoring and promotion program utilization. Cases of undernourishment at Cirebon Municipality exceed the provincial and national figures. In 2008, community participation in growth monitoring and promotion program increased 19% from the previous year, however cases of undernourishment also increased 0.23%.Objective: To study the effect of growth monitoring and promotion program utilization toward nutritional status of underfive.Method: The study was observational with retrospective cohort design. Subject consisted of 246 underfives of 17-59 months and mothers that met inclusion and exclusion criteria. Sampling used three stage combined with purposive and random sampling technique. Data consisted of primary and secondary data obtained from questionnaire, growth chart, nutrition registry, monthly report of underfive weighing at Cirebon Municipality in 2008, digital scale, measurement board/microtoise and 2006 is WHO anthropometric software. Data analysis used univariate, bivariate with chi square, and multivariate with logistic regression. The study was supported with qualitative data obtained from observation and indepth interview with 6 cadres and 2 nutrition staff to identify input and process indicators and constraints in the utilization of growth monitoring and promotion program.Result and Discussion: The utilization of growth monitoring and promotion program affected nutritional status of underfive significantly p<0,05. Incidence of undernourished underfives that did not utilize the program regularly was 2.7 times greater than in those utilizing the program regularly after considering the contribution of knowledge and attitude of mothers and age of underfives. Input indicator especially role of cadres in the process of growth monitoring and promotion program at Cirebon Municipality was not optimum. Constraints in program utilization consisted of individual (health reason), provider (social reason) and community (geographical reason).Conclusion: Monthly growth monitoring should be prioritized on underfives for the first 24 month. Target of growth monitoring and promotion program could be achieved when there is comprehensive support from people that received the service, service providers and policy makers.Keywords:  nutritional status, underfives, growth monitoring, promotion program, program utilization ABSTRAK Latar Belakang: Kurang gizi adalah penyebab utama mortalitas balita, salah satunya karena kurangnya penggunaan pemantau pertumbuhan dan promosi program. Kasus kurang gizi di Kotamadya Cirebon melebih angka provinsi dan nasional. Di tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan program promosi meningkat 19% dibanding tahun sebelumnya, namun kasus kurang gizi tetap meningkat 0,23%.Tujuan: Untuk meneliti efek pemanfaatan pemantauan pertumbuhan dan program promosi terhadap status gizi balita.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan retrospective cohort. Subyek terdiri dari 246 balita usia 17-59 bulan dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampling memakai tiga tahap dikombinasikan dengan teknik sampling purposif dan acak. Data berasal dari data primer kuesioner dan sekunder, grafik pertumbuhan, register gizi, laporan bulanan berat badan balita di Kotamadya Cirebon tahun 2008, timbangan berat badan, papan pengukur/microtoise dan WHO anthropometric software 2006. Analisis data memakai univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Penelitian ini juga didukung data kualitatif dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan 6 kader dan 2 staf gizi untuk mengidentifikasi indikator input dan proses serta hambatan dalam penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi.Hasil dan Pembahasan: Penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi mempengaruhi status gizi balita secara signifikan p<0,05. Insidensi kurang gizi balita yang tidak memanfaatkan program secara reguler 2,7 kali lebih tinggi dibanding yang memanfaatkan. Kemungkinan kontribusi pengetahuan dan sikap ibu serta usia balita juga mempengaruhi. Indikator input terutama peran kader dalam proses pemantauan pertumbuhan dan program promosi di Kotamadya Cirebon belum optimal. Hambatan penggunaan meliputi faktor individu (alasan kesehatan), petugas kesehatan (alasan sosial) dan komunitas (alasan geografis).Kesimpulan: Pemantauan pertumbuhan balita bulanan harus diprioritaskan untuk 24 bulan pertama. Target pemantauan pertumbuhan dan promosi dapat dicapai bila ada dukungan dari sisi kebutuhan masyarakat yang menerima layanan, dukungan tenaga kesehatan dan kebijakan pengambil kebijakan.Kata kunci: status gizi, balita, pemantau pertumbuhan, program promosi, pemanfaatan program 1 Politeknik Kesehatan Cirebon, Program Kebidanan, Tasikmalaya2 Magister Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi, Fakultas   Kedokteran Universitas Gadjah Mada3 Magister Kesehatan dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Mukhoirotin, Mukhoirotin; Rahmat, Ibrahim; Siswosudarmo, Risanto
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.997 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5747

Abstract

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINANMukhoirotin1, Ibrahim Rahmat2, Risanto Siswosudarmo3ABSTRACTBackground: During a process of labor and delivery a primigravida mother tends to have increased fear and anxiety, because of pain and discomfort. She is worry about her safety and her baby. Unless it is well managed it might cause same complication such us premature labor, prolonged labor, and fetal death. Health education is one effort that can be done by health workers to decrease anxiety and prepare mother in facing the process of labor and delivery.Objective: To find out the influence of health education to primigravida anxiety in facing the process of labor and delivery.Method: The study was a quasy experiment by pretest-postest control group design. Subjects were all primigravidas at Peterongan Public Health Centre (Puskesmas) area of Jombang Regency. A total of sixty six respondents meeting the inclusion and exclusion criteria were recruited. They were devided into two groups, the treated group received health education and booklet (n=33) and the control group received health education only (n=33). The sampling tehnique were using consecutive sampling and cluster randomized trial. The instrument used to measure anxiety was Zung Self-Rating Anxiety Scale. Data were processed using computer program. Paired and independent sample t-tests were used for statistical analysis .Results and Discussion: The anxiety scores before treatment was comparable between the two groups (p>0.05). This scores decreased significantly after treatment from 36.79 to 29.79 in the treated group, and from 36.85 to 32.03 in the control group (p<0.05). The post treatment score was significanly different between the treated and the control groups (29.79±4.14 vs. 32.03±4.01; p<0.05).Conclution: Health education with booklet was more effective to decrease anxiety in the primigravida in facing labor compared to health education only.Keywords: health education, booklet, anxiety, primigravida. ABSTRAKLatar Belakang: Selama proses persalinan dan melahirkan seorang ibu primigravida cenderung mengalami peningkatan ketakutan dan kecemasan, karena rasa sakit dan ketidaknyamanan. Ibu khawatir tentang keselamatan dirinya dan bayinya. Apabila hal ini tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti persalinan prematur, partus lama, dan kematian janin. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menurunkan kecemasan dan mempersiapkan ibu dalam menghadapi proses persalinan dan melahirkan.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan.Metode: Penelitian ini adalah quasi experiment dengan pendekatan pretest-postest control group design. Subyek penelitian adalah semua primigravida di wilayah Puskesmas Peterongan kabupaten Jombang. Sebanyak 66 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi direkrut.Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan yang mendapatkan pendidikan kesehatan dan booklet (n=33) dan kelompok kontrol yang mendapatkan pendidikan kesehatan (n=33). Tehnik sampling menggunakan consecutive sampling dan cluster randomized trial. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale. Data diolah dengan menggunakan program komputer. Paired sample t-test dan independent sample t-test digunakan untuk analisis statistik.Hasil dan Pembahasan: Skor kecemasan sebelum perlakuan adalah sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). Skor ini menurun secara signifikan setelah perlakuan dari 36,79-29,79 pada kelompok perlakuan, dan dari 36,85-32,03 pada kelompok kontrol (p<0,05). Skor setelah perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol (29,79±4,14 vs. 32,03±4,01, p<0,05).Kesimpulan: Pendidikan kesehatan dengan booklet lebih efektif untuk menurunkan kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan dibandingkan dengan pendidikan kesehatan saja.Kata Kunci: pendidikan kesehatan, booklet, kecemasan, primigravida. 1,2 Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 
PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATE Lilie Fransiska; Edi Patmini; Abdul Wahab; Ova Emilia
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.717 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5748

Abstract

PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATELilie Fransiska1, Edi Patmini2, Abdul Wahab3, Ova Emilia4 ABSTRACTBackground: Preeclampsia is one of leading cause of maternals and infants morbidity and mortality that can be prevented by an early detection in pregnant woman who have risk factors to preeclampsia. Early detection and management have a significant role in decreasing maternal and infant mortality rate.Objective: To determine the proportion of pregnancy with risk to preeclampsia and related risk factors. Method: This research is an observational study with cross sectional design. The independent variables are level of maternal education, and occupation. The dependent variable is increased risk of preeclampsia during pregnancy. Data collected by direct interview, physical examination and laboratory examination. Data analysis was done with SPSS programme.Results and Discussion: The result showed that there was no significant difference in maternal educational level with the risk of preeclampsia (p= 0,919), and there is no significant difference between maternal working status with risk of preeclampsia (p= 0,435).Conclusions: This research showed that maternal level of education and working status didn’t have a significant influence to the risk of preeclampsia (p> 0,05).Keywords : maternal occupation, level of maternal education, risk of preeclampsia ABSTRAKLatar Belakang: Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi yang dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang memiliki risiko terhadap terjadinya preeklampsia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proporsi ibu hamil dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate dan faktor-faktor risiko yang terkait. Hasil penelitian ini diharapkan supaya dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Kota Ternate. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain studi potong lintang. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan ibu. Variabel terikat adalah peningkatan risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selanjutnya analisis deskriptif pada data penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok berpendidikan tinggi dan kelompok berpendidikan rendah (p= 0,919), serta antara kelompok bekerja dan tidak bekerja (p= 0,435).Kesimpulan: Faktor pendidikan dan pekerjaan maternal tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap risiko terjadinya preeklampsia (p> 0,05).Kata kunci : pekerjaan ibu, pendidikan ibu, risiko preeklampsia 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM3 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, Yogyakarta4 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM