cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
UJI ANTAGONIS Aspergillus sp. DAN Trichoderma spp. TERHADAP Fusarium sp., PENYEBAB PENYAKIT REBAH KECAMBAH PADA SENGON dan_Nina_Mindawati, Neo_Endra_Lelana Illa_anggraeni
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.526 KB)

Abstract

ABSTRACTEndophytic fungi is a group of fungi that can be developed as a biological control agent. Potency of endophytic fungi for agricultural crop has been studied widely, but still rare for forest trees. The study was conducted to find out the antagonistic groups agains Fusarium sp. Fusarium is a casual agent of dumping-off on sengon tree. The highest average of inhibition after seven days incubation was shown by Trichoderma harzianum Bio1999, was 46.36%, followed by isolates of Aspergillus sp. JTB 105, Trichoderma viride Bio19232, and Aspergillus sp. STB 107 were 41.72%, 31.13% and 28.48% respectively. Inhibition of Fusarium sp. occured through the mechanism of mutual inhibition. Based on the width of inhibition zone formed, isolate of Aspergillus sp. JTB105 of 2.25mm showed the highest value, then followed by isolates of T. harzianum Bio1999, T. viride Bio19232 and Aspergillus sp. STB 107 which were 1.50 mm, 1.00 mm and 0.75 mm respectively. ABSTRAKFungi  endofit  merupakan  kelompok  fungi  yang  dapat  dikembangkan  sebagai  agen  pengendali  hayati.  Studi mengenai  potensi  fungi  endofit  sudah  banyak  dilakukan  untuk  tanaman  pertanian,  namun  masih  sedikit  untuk tanaman kehutanan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas antagonis dua isolat dari kelompok Aspergillus dan Trichoderma terhadap Fusarium sp. penyebab penyakit rebah kecambah pada sengon. Penghambatan tertinggi pada  hari  ketujuh  ditunjukkan  oleh  Trichoderma  harzianum  Bio1999,  yaitu  sebesar  46,36%  dan  selanjutnya berturut-turut diikuti isolat Aspergillus sp. JTB 105, T. viride Bio19232, dan Aspergillus sp. STB 107 masing-masing sebesar 41,72%; 31,13% dan 28,48%. Penghambatan terhadap Fusarium sp. terjadi melalui mekanisme mutual inhibisi. Berdasarkan panjang zona inhibisi yang terbentuk, isolat Aspergillus sp. JTB105 menunjukkan hasil yang tertinggi,  yaitu  sebesar  2,25  mm  dan  selanjutnya  berturut-turut  diikuti  isolat  T.  harzianum  Bio1999,  T.  viride Bio19232 dan Aspergillus sp. STB 107 masing-masing sebesar 1,50 mm; 1, 00 mm dan 0,75 mm.
ESTIMASI NILAI EKSTERNALITAS KONVERSI HUTAN MANGROVE MENJADI PERTAMBAKAN DI DELTA MAHAKAM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Setyo Pertiwi, Yunianto Setiawan Dietriech G. Bengen , Cecep Kusmana
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.386 KB)

Abstract

ABSTRACTBenefit decreation of mangrove ecosystem is directly or indirectly caused by conversion of mangrove forest intoponds. Sylvofishery system was performed to rehabilitate the ecosystem. This study aimed to estimate the externalityvalues of mangrove areas converted to ponds in the Mahakam Delta and to conduct financial analysis of traditionalextensive system as well as sylvofishery system. The study concluded that the lost benefit value was up to Rp209,688,551,071/year from 75,311 ha converted mangrove forests to ponds. Traditional extensive pond system hadnegative BCR value, whereas the sylvofishery had positive BCR value; meaning that sylvofishery system wasprofitable and feasible.ABSTRAKPenurunan manfaat dari ekosistem mangrove baik secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh konversihutan mangrove menjadi tambak. Untuk mengembalikan kondisi lingkungan, pemerintah melakukan rehabilitasitambak dengan menerapkan sistem tambak wanamina/ . Penelitian ini bertujuan mengestimasi nilai sylvofisheryeksternalitas kawasan mangrove yang dikonversi menjadi tambak di Delta Mahakam dan menghitung analisis usahabudidaya tambak dengan sistem ekstensif-tradisional serta sistem wanamina. Hasil penelitian menunjukkan nilaimanfaat yang hilang mencapai Rp 209.688.551.071 per tahun dari hutan mangrove yang telah dikonversi menjaditambak seluas 75.311 hektar. Nilai BCR tambak sistem ekstensif-tradisional menunjukan nilai negatif dan tambaksistem wanamina bernilai positif artinya bahwa pemanfaatan tambak dengan sistem wanamina akan mendatangkankeuntungan dan layak dilaksanakan pada saat ini.
INVENTARISASI DAN DESKRIPSI PENYAKIT DAUN PADA TANAMAN TEMBESU ( ) DI SUMATERA BAGIAN SELATAN Hengki Siahaan, Asmaliyah Illa Anggraeni
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1162.053 KB)

Abstract

ABSTRACTDisease is a serious problem in development of forest plantation as it the plant. Effective and efficient control shouldbe supported by information about its pathogen and ecobiology. The research aimed to inventorize the leaf diseasesand the impact of its attacks on tembesu in Southern Sumatera. The study used purposive sampling method. Theresults showed: 1) Five pathogens were founded namely yellow spot disease caused by , yellowish Diplodia mutilagreen spot disease caused by sp., brownish-yellow spot disease caused by sp., the brown Curvularia Pestalotiopsisspot disease caused by and black mildew disease caused by sp.; 2) The attack Phyllosticta capitalensis Meliolaintensity was categorized as rather heavy; 3) yellow spot disease caused by was the most widely spreading D. mutilain Southern Sumatera with attack intensity of 20,36%; 4) black mildew disease caused by had limited Meliola sp.spreading but the highest attack intensity is 22,98% and 5) could be applied plant spacing agroforestry to control leaf disease.ABSTRAK Serangn penyakit merupakan permasalahan serius dalam pembangunan hutan tanaman karena yang dapatmenyebabkan kematian tanaman. Pengendalian penyakit yang efektif dan efisien haurs didukung informasimengenai penyebab penyakit dan ekobiologinya. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penyakit daundan dampak serangannya terhadap tanaman tembesu di Provinsi Sumatera Selatan¸ Jambi dan Lampung. Metodepenelitian menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada 5 jenis penyakit danpatogen pada tegakan tembesu, yaitu penyakit bercak kuning disebabkan cendawan ; penyakit Diplodia mutilabercak hijau kekuningan disebabkan cendawan sp., penyakit bercak kuning kecokelatan disebabkan Curvulariaoleh cendawan sp., dan penyakit bercak cokelat disebabkan cendawan serta Pestalotiopsis Phyllosticta capitalensispenyakit embun hitam disebabkan cendawan sp.; 2) intensitas serangan penyakit tersebut termasuk kategori Meliolaserangan agak berat; 3) penyakit bercak daun merupakan penyakit yang paling luas sebarannya pada D. mutilategakan tembesu di Sumatera Bagian Selatan dengan intensitas serangan 20,36%; 4) penyakit embun hitam Meliolasp. merupakan penyakit paling terbatas keberadaannya, namun memiliki intensitas serangan paling tinggi, yaitu22,98%; dan 5) mengendalian serangan penyakit daun dapat diupayakan dengan penggunaan jarak tanam lebar danperlu penerapan pola tanam agroforestri.
UJI SOMATIK INKOMPATIBILITAS YANG MENYERANG Ganoderma steyaertanum KEBUN BENIH DI WONOGIRI, JAWA TENGAH dan Siti Husna Nurrohmah, Nur Hidayati,
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2759.224 KB)

Abstract

ABSTRACTGanoderma steyaertanum Acacia mangium. is a pathogen which causing root rot disease to This study aimed to thegenetic diversity of at Wonogiri, Central Java. Using somatic incompatibility. G. steyaertanum, A. mangiumGenetic material consisted of isolates collected from seed orchad. Each isolate with other and G. steyaertanum,repeated 3 times. Observations were conducted on fungal morphology characterization and scoring calculationusing modified Latifah-Ho method. Self pairing test showed compatible reactions. Otherwise incompatible reactionsoccured when different isolates were paired. Eight isolates of G. steyaertanum were different clone and not identic.Incompatible reaction was indicated by the formation of inhibition zone, barrage formation and pigmentation. ABSTRAKGanoderma steyaertanum Acacia mangium merupakan penyebab penyakit busuk akar yang menyerang . Tujuan daripenelitian ini untuk melihat keragaman genetik menggunakan uji somatik inkompatibilitas Kebun G. steyaertanumBenih F1 di Wonogiri, Jawa Tengah. Materi genetik berupa 8 isolat yang diperoleh dari A. mangium G. steyaertanumKebun Benih F1 di Wonogiri, Jawa Tengah. Setiap isolat dipasangkan dengan isolat lainnya dan diulang A. mangium3 kali. Penelitian dilakukan dengan mengamati morfologi jamur dan skoring menggunakan metode yang Latifah-Hotelah dimodifikasi. Hasil uji somatik inkompatibilitas menunjukkan bahwa semua pasangan isolat dengansesamanya ( ) memberikan reaksi kompatibel, sedangkan isolat yang berpasangan dengan bukan dirinya self-pairingmenunjukkan reaksi inkompatibel. yang menyerang kebun benih F1 di Wonogiri G. steyaertanum A. mangiummemiliki keragaman genetik yang tinggi dan tidak berasal dari klon yang sama dan identik. Reaksi inkompatibelditunjukkan dengan pembentukan zona jarang, zona bendungan dan pigmentasi berwarna cokelat oranyekemerahan.
INDEKS KUALITAS TEMPAT TUMBUH DAN PERTUMBUHAN TEGAKAN GELAM (Melaleuca leucadendron L.) PADA LAHAN RAWA DI SUMATERA SELATAN dan Agus Sumadi, Hengki _Siahaan
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.014 KB)

Abstract

ABSTRACTGelam (Melaleuca leucadendron L.) Grows well  on different type of wetland and its wood has widely been utilized in South Sumatera. Unfortunately, growth information of gelam is not yet available. This research aims to quantify its site  quality  and  growth  on  various  wetland.  Permanent  sample  plots  were  measured  periodically.  Data  were transformed into natural logarithm and analyzed by linear regression. The result showed that the site index model was ln Si = ln Ho  1.8416 (1/Ai-1/A). Site index  divided into 4 classes: class I (Si < 7 m) found in deep peat swamp forest, class II (Si = 7–10 m) in shallow peat swamp forest, class III (Si = 10–13 m) and class IV (Si > 13 m) in acid sulphate soil. The growth model of height, diameter, and stand volume was ln H =0.50-2.88/A+0.86 ln Si (R  = 96.4%), ln D = 2.29- 2.82/A - 0.23 ln N + 0.82 ln Si (R  = 96.1%), and  ln V = 5.64 – 9.15/A (R  = 96.1%). The increment on acid sulphate soil reached 9.15 m /ha/year. ABSTRAKGelam  (Melaleuca  leucadendron  L.)  tumbuh  pada  berbagai  tipe  lahan  rawa  dan  telah  lama  dimanfaatkan  di Sumatera  Selatan,  namun  informasi  pertumbuhannya  belum  tersedia.  Penelitian  bertujuan  untuk  melakukan kuantifikasi kualitas tempat tumbuh dan pertumbuhan gelam pada beberapa tipe lahan rawa. Penelitian dilakukan dengan membangun petak ukur permanen yang diukur  secara periodik. Data diambil dengan purposive sampling pada berbagai kondisi tempat tumbuh dan kelas umur tegakan. Selanjutnya data ditrans-formasikan ke dalam bentuk logaritma natural dan dianalisis dengan analisis regresi linear. Variabel penduga berupa umur, kerapatan tegakan dan indeks  kualitas  tempat  tumbuh.  Variabel  respon  berupa,  tinggi,  diameter  dan  volume  tegakan.  Hasil  analisis diperoleh model kualitas tempat tumbuh, ln Si = ln Ho -1,8416 (1/Ai-1/A). Indeks kualitas tempat tumbuh dibagi kedalam 4  kelas, yaitu kelas I (Si < 7 m) terdapat pada lahan rawa gambut dalam, kelas II (Si = 7–10 m) pada lahan rawa gambut dangkal, kelas III (Si =10–13 m) dan IV (Si >13 m) pada lahan rawa sulfat masam. Model pertumbuhan 2,82/A - 0,23 ln N + 0,82 ln Si (R  = 95,0%), dan ln V = 5,64 – 9,15/A (R  = 96,1%). Riap tegakan gelam pada lahan rawa sulfat masam mencapai 9,15 m3/ha/tahun.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAMBANG LANANG ( L.) Michelia champaca TERHADAP CEKAMAN Nina Mindawati, Yulianti Bramasto Evayusvita Rustam , Megawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.765 KB)

Abstract

ABSTRACTClimate change has caused some part of land in Indonesia become waterlogged or drought. One approach ofmitigation is to find out adaptive species in such condition. However the knowledge about growth capability ofbambang lanang in waterlogged or drought stress is very limited. The objective of this research was to know thegrowth responses of bambang lanang seedlings on waterlogged or drought stress. Research design used wasFactorial in Randomized Complete Design. The results showed that seedling of bambang lanang until four weeks oldwas sensitive to drought or waterlogged treatment, as confirmed by IS for diameter response and survival rate of1.089–1.155 and 1.318, respectively. In general tolerant mechanism for stress condition is not been visible at theseedling level until four weeks old.ABSTRAKPerubahan iklim menyebabkan sebagian lahan di Indonesia menjadi tergenang ataupun kekeringan. Salah satubentuk mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman yang mampu tumbuh pada kondisicekaman tergenang atau kekeringan. Informasi tentang kemampuan tumbuh bambang lanang pada berbagai kondisicekaman masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit bambang lanangpada kondisi cekaman tergenang dan kekeringan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorialdalam acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit bambang lanang sampai umur empat minggu, pekaterhadap perlakuan kekeringan ataupun genangan. Kematian pada bibit terlihat dari nilai indeks sensitivitas untukrespon diameter (IS = 1,089–1,155) dan persen tumbuh (IS = 1,318). Secara umum mekanisme toleran terhadapcekaman belum terlihat pada tingkat bibit sampai umur empat minggu.
HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI DALAM SISTEM PENGORGANISASIAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DI INDONESIA Erly Sukrismanto; Hadi S. Alikodra; Bambang H. Saharjo; Priyadi Kardono
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.3.169-177

Abstract

Kebakaran hutan/lahan merupakan salah satu sumber penyebab utama perubahan iklim global. Sampai sekarang kebakaran hutan/lahan di Indonesia belum dapat diatasi secara optimal, disebabkan salah satunya oleh sistem pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan yang masih lemah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antar organisasi di dalam sistem pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan.  Metode penelitian yang digunakan adalah analisis jejaring koordinasi dengan kajian terhadap tiga aspek yaitu bantuan layanan, administratif, dan perencanaan pada 42 organisasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Hasil analisis menemukan bahwa koordinasi antar organisasi pada tingkat nasional relatif baik, sedangkan koordinasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota masih lemah. Koordinasi secara horizontal pada satu tingkatan maupun secara vertikal antar tingkatan di Riau telah terjalin di antara lebih banyak organisasi dibandingkan dengan di Kalimantan Barat,di mana koordinasi secara horizontal maupun secara vertikal belum terjalin. Penelitian ini membuktikan secara empirik bahwa koordinasi antar organisasi dalam pengendalian kebakaran hu emah, sehingga kebakaran hutan/lahan belum dapat terkelola dengan baik.Kata kunci : Koordinasi, pengendalian kebakaran, institusi
PENGARUH PERIODE DAN RUANG SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BAMBANG LANANG Hengki Siahaan; Shabiliani Mareti; Nanang Herdiana; Teten Rahman S.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (774.606 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.1.13-20

Abstract

Bambang lanang (Madhuca aspera H.J. Lam.) merupakan salah satu jenis potensial di Kabupaten Labat, Sumatera Selatan, tetapi hingga saat ini, informasi  silvikultur tentang jenis ini masih sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan mengatasi  penurunan viabilitas benih bambang lanang. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui pengaruh periode dan ruang simpan terhadap perkecambahan benih bambang lanang. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor perlakuan terdiri atas lima taraf periode simpan yaitu 0, 1, 2, 3 dan 4 minggu serta dua taraf ruang simpan yaitu ruang AC dan ruang suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viabilitas benih bambang lanang mengalami penurunan yang nyata selama penyimpanan. Penyimpanan benih selama 4 minggu menurunkan daya berkecambah sebesar 42,5  % dan kecepatan berkecambah sebesar 2,77 hari. Penyimpanan benih diruang AC meningkatkan daya berkecambah sebesar 25 % dibanding penyimpanan pada ruang suhu kamar, Daya berkecambah  menurun drastis jika benih disimpan di ruang suhu kamar yaitu sebesar 64 %, sedangkan penyimpanan di ruang AC hanya terjadi penurunan sebesar 21 %.
INDEKS KUALITAS TEMPAT TUMBUH DAN PERTUMBUHAN TEGAKAN GELAM (Melaleuca leucadendron L.) PADA LAHAN RAWA DI SUMATERA SELATAN Hengki Siahaan; Agus Sumadi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.014 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.1.29-40

Abstract

Gelam  (Melaleuca  leucadendron  L.)  tumbuh  pada  berbagai  tipe  lahan  rawa  dan  telah  lama  dimanfaatkan  di Sumatera  Selatan,  namun  informasi  pertumbuhannya  belum  tersedia.  Penelitian  bertujuan  untuk  melakukan kuantifikasi kualitas tempat tumbuh dan pertumbuhan gelam pada beberapa tipe lahan rawa. Penelitian dilakukan dengan membangun petak ukur permanen yang diukur  secara periodik. Data diambil dengan purposive sampling pada berbagai kondisi tempat tumbuh dan kelas umur tegakan. Selanjutnya data ditrans-formasikan ke dalam bentuk logaritma natural dan dianalisis dengan analisis regresi linear. Variabel penduga berupa umur, kerapatan tegakan dan indeks  kualitas  tempat  tumbuh.  Variabel  respon  berupa,  tinggi,  diameter  dan  volume  tegakan.  Hasil  analisis diperoleh model kualitas tempat tumbuh, ln Si = ln Ho -1,8416 (1/Ai-1/A). Indeks kualitas tempat tumbuh dibagi kedalam 4  kelas, yaitu kelas I (Si < 7 m) terdapat pada lahan rawa gambut dalam, kelas II (Si = 7–10 m) pada lahan rawa gambut dangkal, kelas III (Si =10–13 m) dan IV (Si >13 m) pada lahan rawa sulfat masam. Model pertumbuhan 2,82/A - 0,23 ln N + 0,82 ln Si (R  = 95,0%), dan ln V = 5,64 – 9,15/A (R  = 96,1%). Riap tegakan gelam pada lahan rawa sulfat masam mencapai 9,15 m3/ha/tahun.
FAKTOR BUDIDAYA DAN KAITANNYA DENGAN KEPARAHAN PENYAKIT KARAT PURU PADA SENGON (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) Neo Endra Lelana; Suryo Wiyono; Giyanto Giyanto; Iskandar Z. Siregar
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.07 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2018.15.1.29-41

Abstract

ABSTRACTUntil now, gall rust disease is a major threat for Falcataria moluccana plantations in Indonesia. One of the  environmental factors that can influence the development of plant diseases is the cultivation practice. However, the studies related to the influence of cultivation practice to the F. moluccana gall rust disease are still limited. This study aimed to determine the correlation between cultivation practice to the incidence and severity of F. moluccana gall rust disease. The incidence and severity of F. moluccana gall rust disease were observed from 47 planting sites distributed throughout Java. Its correlation to the cultivation practice was analyzed using chi square analysis followed by coordinate analysis. The results indicated that 6 of 13 variables were significantly correlated with disease incidence. Meanwhile, only 3 of 13 variables were significantly correlated to disease severity. These factors were plant age, use of organic fertilizer, and chemical control. Based on coordinate analysis result, organic fertilizer and chemical control application showed strong association with low level disease severity.Keywords: Chemical control, Java, organic fertilizer, plant age ABSTRAKPenyakit karat puru masih menjadi permasalahan yang utama pada tanaman sengon di Indonesia. Tanaman sengon dapat diserang pada semua tingkatan umur dan telah menimbulkan kerugian yang signifikan. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit tanaman ialah faktor budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor budidaya dengan insidensi dan keparahan penyakit karat puru pada sengon. Sebanyak 47 lokasi penanaman sengon yang tersebar di seluruh Jawa diamati insidensi dan keparahan penyakitnya. Hubungannya dengan faktor budidaya dianalisis menggunakan Khikuadrat yang dilanjutkan dengan analisis korespondensi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 dari 13variabel faktor budi daya menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap insidensi penyakit. Sementara itu terhadap keparahan penyakit, sebanyak 3 dari 13 variabel faktor budidaya menunjukkan korelasi yangsignifikan. Ketiga faktor tersebut yaitu umur tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengendalian kimiawi. Hasil analisis korespondensi menunjukkan faktor penggunaan pupuk organik dan pengendalian secara kimiawi berasosiasi dengan keparahan penyakit yang rendah.Kata kunci: Jawa, pengendalian kimiawi, pupuk organik, umur tanaman

Page 10 of 43 | Total Record : 427


Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue