cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
PENGEMBANGAN INDEKS BAHAYA KEBAKARAN DI HTI SBAWI SUMATRA SELATAN Muh. Taufik; B.I. Setiawan; L.B. Prasetyo; N.H. Pandjaitan; Soewarso Soewarso
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.4.215-223

Abstract

Sistem peringkat bahaya kebakaran sangat penting pada kondisi pengelolaan hutan tanaman industri untuk mendeteksi potensi kebakaran. Keetch Byram Drought Index (KBDI) merupakan satuan indeks kebakaran yang dapat digunakan untuk menilai bahaya kebakaran hutan secara dini karena hanya memerlukan data curah hujan dan suhu udara maksimum harian saja. Makalah ini akan mengurai penggunaan KBDI untuk deteksi dini bahaya kebakaran hutan di SBA Wood Industries. Penelitian dilakukan di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan dengan melakukan perbaikan terhadap nilai parameter KBDI agar sesuai dengan kondisi setempat. Metode yang digunakan adalah: (i) pengamatan terhadap curah hujan, suhu udara, dan kedalaman muka air tanah untuk periode 1 April 2009 sampai 11 Mei 2010 digunakan untuk penghitungan model KBDI pada lahan basah, (ii) proses optimisasi untuk memperoleh nilai parameter baru dalam perhitungan faktor kekeringan dan faktor muka air tanah. KBDI  yang dikembangkan memiliki kinerja yang baik dalam mendeteksi bahaya kebakaranhutanyaitukejadian kebakaran hanya terjadi pada level ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman muka air tanah kritis untuk mempertahankan KBDI pada level yang aman yaitu pada kedalaman 0,659 m, dan jika kedalaman melebihi nilai kritis tersebut maka potensi bahaya kebakaran di lokasi SBAWI akan meningkat.
MODEL PENDUGA VOLUME POHON KAYU BAWANG (Disoxylum molliscimum Burm F.) DI PROVINSI BENGKULU Agus Sumadi; Hengki Siahaan
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.569 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.5.227-231

Abstract

Model penduga volume pohon jenis kayu bawang (Disoxylum molliscimum) pada hutan rakyat di Bengkulu Utara disusun berdasarkan data dari 96 pohon sampel, 66 pohon sampel digunakan dalam penyusunan model dan 30 sampel pohon lainnya digunakan dalam validasi model. Penyusunan model bertujuan untuk pendugaan hasil hutan tanaman yang lebih baik dalam upaya mencapai pengelolaan hutan yang efektif. Model penduga volume disusun dalam 5 bentuk persamaan regresi dengan diameter dan tinggi pohon sebagai peubah bebas. Model terbaik diperoleh berdasarkan kriteria uji statistik dalam penyusunan dan validasi model, yaitu koefisien determinasi (R 2), akar rata-rata kuadrat simpangan (RMSE), simpangan rata-rata (SR), dan simpangan agregat (SA). Berdasarkan criteria tersebut, model penduga volume kayu bawang terbaik adalah V = 0,0001027 D2,317 H0,239 dengan nilai R 2 = 95,58%, RMSE = 0,0386, SR = 9,16% dan SA= 0.09%.
RIAP DAN DUGAAN VOLUME TEGAKAN AMPUPU (Eucalyptus urophylla S.T. Blake) DI KAWASAN HUTAN WOLOLOBO, BAJAWA FLORES I Wayan Widhana Susila; Darwo Darwo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.455 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.2.105-113

Abstract

Ampupu ( S.T. Blake) merupakan salah satu produk kayu unggulan di Kabupaten Ngada, yang Eucalyptus urophylla dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Akan tetapi, Informasi kuantitatif tegakan ampupu di Ngada masih relatif kurang. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi riap tegakan dan model penduga volume pohon ampupu. Data riap dikumpulkan melalui pengamatan petak ukur permanen 50 x 50 m selama dua tahun dan pemilihan 52 pohon contoh untuk pengamatan volume pohon di kawasan Hutan Wolobo, Bajawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riap tegakan ampupu pada umur 21 tahun adalah riap diameter 1,2 cm/tahun, riap tinggi 0,8 m/tahun, dan riap volume tegakan 3,51 m /ha/tahun; angka bentuk batang rata-rata (f) adalah adalah 0,40; dan model penduga volume  3 pohon sampai tinggi pangkal tajuk adalah V = 0,00004 D , dengan kesalahan baku 6,33%, R square 96,1%, 2,661 pt dimana D (cm) adalah diameter pohon setinggi dada.
HUBUNGAN UMUR POHON DENGAN PRODUKSI DAN MUTU BENIH Acacia mangium Willd., Gmelina arborea Linn., DAN Eucalyptus deglupta Blume Dede J .Sudrajat; Nurhasybi Nurhasybi; Muhammad Zanzibar
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.5.267-277

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kecenderungan hubungan antara umur pohon dengan potensi produksi dan mutu benih , dan . Benih diunduh di Subanjeriji, Sumatera Selatan, sedangkan untuk and diunduh di Kenangan, Kalimantan Timur. Jarak tanam tegakan pada semua tingkat umur adalah 3 x 3 m. Pada setiap umur di ambil 10 pohon yang dipilih secara acak. Parameter mutu benih adalah berat 1.000 butir, daya berkecambah, dan kadar air. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan umur pohon sebagai faktor.Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur pohon dengan produksi dan mutu benih. Hasil penelitian menunjukkan umur pohon tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan daya berkecambah, namun berpengaruh nyata terhadap kadar air dan berat 1.000 butir benih. Pada umur pohon berpengaruh nyata terhadap produksi dan mutu benih. Kecenderungan produksi benih meningkat setelah umur 9tahun danmencapai maksimal pada umur 10 tahun kemudian menurun setelah umur 13 tahun, sedangkan daya berkecambah tertingginya terjadi pada umur pohon 11 dan13 tahun.Untuk umur pohon berpengaruh terhadap produksi dan daya berkecambah benih. Produksi benih meningkat pada umur pohon 8 tahun dan mencapai maksimal pada umur pohon 9 tahun kemudian produksinya menurun lagi sejalan dengan bertambahnya umur pohon. Daya berkecambah benih cenderung meningkat dengan meningkatnya umur pohon. Dengan demikian pengunduhan benih optimal dapat dilakukan padategakanberumur 5-12 tahun untuk umur 9-13 tahun dan untuk umur 8-16 tahun.
POTENSI Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. SEBAGAI JAMUR ANTAGONIS TERHADAP Cylindrocladium sp. PENYEBAB PENYAKIT LODOH PADA PERSEMAIAN SECARA IN-VITRO Rezeka Amalia; Elis Nina Herliyana; Illa Anggraeni
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3585.84 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.1.63-75

Abstract

Salah satu penyakit yang umum menyerang tanaman di persemaian adalah penyakit lodoh (damping off) yang disebabkan oleh jamur    patogen Cylindrocladium sp. Pengendalian biologi dengan menggunakan jamur antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium  sp. merupakan altematif yang diharapkan dapat mengurangi resiko pencemaran dengan meminimalkan gangguan terhadap keseimbangan biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jamur antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam pengendalian hayati terhadap patogen Cylindroc/adium sp. penyebab penyakit  lodoh pada persemaian tanaman hutan secara in-vitro.Pengujian dilakukan di dalam cawan petri dengan metode biakan ganda (Dual Culture) menggunakan media PDA (agar kentang). Rancangan yang digunakan adalah Split Plot dengan lima perlakuan yaitu perlakuan A untuk satu koloni jamur patogenik Cylindrocladium sp. dengan satu koloni jamur antagonis Trichoderma sp (CT 1:1), B untuk satu koloni jamur patogenik Cylindrocladium sp. dengan dua koloni jamur antagonis Trichoderma sp. (CT 1:2), C untuk satu koloni jamur patogenik Cylindrocladium sp. dengan satu koloni jamur antagonis Gliocladiumsp. (CG 1 :1 ), D untuk satu koloni jamur patogenik Cylindrocladium sp. dengan dua koloni jamur antagonis Giocladium sp. (CG 1:2) dan E untuk Cylindrocladium sp. (kontrol), setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Parameter yang diukur   adalah pertumbuhan diameter koloni Cylindrocladium  sp. dan persentase penghambatan jamur antagonis terhadap Cylindrocladium sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  persentase  penghambatan jamur antagonis Trichoderma  sp. terhadap patogen Cylindrocladium sp.  pada perlakuan A (CT 1 : 1) dan perlakuan B (CT 1:2) hari ke-6 masing-masing  sebesar   24,2% dan  22,4%, sedangkan persentase penghambatan pada jamur antagonis Gliocladium  sp. terhadap patogen Cylindrocladium sp. pada perlakuan  C (CG 1:1) dan perlakuan D (CG  1:2)  hari  ke-6  masing-masing  sebesar  19,3%  dan 15,2%. Penghambatan ini disebabkan oleh adanya aktivitas  antibiosis dan lisis serta persaingan  tumbuh dari Trichoderma sp. dan Gliocladium  sp. terhadap Cylindrocladium  sp. 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT MATI PUCUK PADA BIBIT JABON Ai Rosah Aisah; Bonny P.W. Soekarno; Achmad Achmad
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3847.029 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.153-163

Abstract

Penyakit yang sering ditemui menyerang bibit jabon di areal persemaian dan berpotensi menyebabkan kematian terhadap bibit adalah mati pucuk. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi isolat cendawan yang berasosiasi dengan penyakit mati pucuk pada bibit jabon serta menentukan patogen penyebab mati pucuktersebut. Jumlah isolat yang diperoleh dari isolasi tanaman sakit yaitu sebanyak 25 isolat cendawan, terdiri dari Botryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., dan miselium steril. Cendawan yang diduga sebagai penyebab mati pucuk pada bibit jabon adalah Botryodiplodia spp.
PENGGUNAAN ZAT PENGATUR TUMBUH ROOTONE-F PADA STEK PUCUK MANGLID (Manglietia glauca BI) Aris Sudomo; Asep Rohandi; Nina Mindawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.2.57-63

Abstract

Manglid (Manglietia glauca BI) merupakan tanaman andalan Jawa Barat, Indonesia, karena cepat tumbuh dan banyak kegunaannya, namun teknik pembibitannya khususnya secara vegetatif belum dikuasai. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh 6 dosis hormon Rootone-F terhadap kemampuan hidup dan pertumbuhan stek pucuk manglid. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Completely Random Design (CRD) dengan 6 perlakuan yaitu kontrol (tanpa hormon), Rootone-F 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm dan dioles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Rootone-F 100 ppm menghasilkan jumlah tunas tertinggi dibanding perlakuan lain (peningkatan 55% terhadap kontrol), panjang akar tertinggi sebesar 8,85 cm (peningkatan 34,46% dibanding kontrol) dan jumlah akar terbanyak sebesar 6,75 buah (peningkatan 40,74% dibanding kontrol). Pada parameter persentase hidup pemberian Rootone-F dioles menghasilkan nilai tertinggi yaitu 22,68% dan tidak berbeda nyata dengan pemberian Rootone-F 100 ppm (20,68%).
KAJIAN PENETAPAN DAUR OPTIMAL HUTAN TANAMAN Acacia mangium DITINJAU DARI KESUBURAN TANAH Nina Mindawati; Pratiwi Pratiwi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2372.681 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.2.109-118

Abstract

Acacia mangium Willd. merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang dikembangkan secara besar-besaran dalam pembangunan hutan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu serat. Sampai saat ini daur tebang yang ditetapkan adalah 8 - 9 tahun, dan dianggap cukup aman dari segi ekologis. Di lapangan, penebangan mulai diturunkan menjadi 5 - 6 tahun karena kebutuhan bahan baku yang mendesak, sehingga diduga akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Kajian ini bertujuan untuk menentukan daur optimal A. mangium yang aman terhadap kesuburan tanah melalui perhitungan ketersediaan hara, kehilangan hara melalui panen, aliran permukaan dan erosi pada areal tegakan berbagai umur di PT Arara Abadi, Riau dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daur optimal jenis A. mangium tetap 8 tahun, tetapi dapat diturunkan menjadi 6-7 tahun dengan penambahan unsur hara kalsium dan phosphat serta penerapan teknik silvikutur intensif. Diharapkan hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan dalam pengelolaan hutan tanaman A. mangium  khususnya dalam menentukan daur tebang.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAMBANG LANANG ( L.) Michelia champaca TERHADAP CEKAMAN Yulianti Bramasto; Evayusvita Rustam; Megawati Megawati; Nina Mindawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.765 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.211-221

Abstract

Perubahan iklim menyebabkan sebagian lahan di Indonesia menjadi tergenang ataupun kekeringan. Salah satu bentuk mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman yang mampu tumbuh pada kondisi cekaman tergenang atau kekeringan. Informasi tentang kemampuan tumbuh bambang lanang pada berbagai kondisi cekaman masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit bambang lanang pada kondisi cekaman tergenang dan kekeringan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit bambang lanang sampai umur empat minggu, peka terhadap perlakuan kekeringan ataupun genangan. Kematian pada bibit terlihat dari nilai indeks sensitivitas untuk respon diameter (IS = 1,089–1,155) dan persen tumbuh (IS = 1,318). Secara umum mekanisme toleran terhadap cekaman belum terlihat pada tingkat bibit sampai umur empat minggu.
PEMODELAN PENDUGA VOLUME POHON PULAI DARAT Agus Sumadi; Fatahul Azwar; Joni Muara
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.761 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2006.3.2.73-81

Abstract

Model penduga volume pohonjenis pulai darat (Alstonia angustiloba) yang dikembangkan PT. Xylo Indah Pratama yang berlokasi di Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan disusun berdasarkan satu peubah  bebas· diameter serta  dengan dua peubah  bebas diameter dan tinggi po hon. Pemilihan model terbaik berdasarkan  pemberian peringkat terhadap nilai koefisien determinasi (determination coeficient  = R2),   galat baku (standard error = Se), simpangan rata-rata  (mean  deviation = SR)  dan simpangan agregatif (agregatifdeviation= SA). Model penduga pohon terbaik berdasarkan satu peubah bebas diameter adalah persamaan V = 0.0795 - 0.0127 D + 0.000751 D2 dengan nilai R2 (94.80%), Se (3.11 %), SR (1.91 %) dan nilai SA (0.02%). Model penduga volume pohon terbaik berdasarkan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon adalah persamaan V = - 0.0769 + 0.0093 H + 0.00885 D -0.000102 D2 + 0.000045 D2H - 0.00100 DH dengan nilai R2 (96.30%), Se (2.69%), SR (1.49%) dan nilai SA (0, 33%). Model penduga volume pohon dengan dua peubah bebas memiliki ketelitian lebih tinggi dengan meningkatkan nilai R2 sebesar 1.5%, menurunkan nilai Se (0.42%), menurunkan nilai SR (0.43 %), tetapi menaikkan nilai SA (0.31 %).

Page 11 of 43 | Total Record : 427


Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue