cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN MURBEI HIBRID HASIL PERSILANGAN TERKENDALI Sugeng Pudjiono
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1342.775 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2005.2.2.74-79

Abstract

Tujuan penelitian  ini adalah  untuk mengevaluasi  penumbuhan  murbei hibrid hasil persilangan  terkendali di  persemaian.  Waktu  penelitian  selama 2.5 bulan  mulai Desember 2003  sampai  dengan Pebruari 2004. Dahan tanaman  yangdigunalan  sebanyak l5 jenis semai murbei  hibrid.  Penelitian  menggunakan rancangan  acak  lengkap   berblok   (RCBD)   dengan   4  ulangan   masing-rnasing    JO  unit.  Karakter perturnbuhan  yang  diukur  adalah  perseruase   hidup  semai.  tinggi.  diameter  dan  jumlah   daun  pada semai.  Hasil  penelitian   menunjukkan  bahwa  persentase   hidup  semai,  tinggi.  diameter dan  jurnlah daun dipengaruhi    oleh   induk   betina  dan  interaksi induk  betina  dan jantan.  Persentase   hidup,   tinggi dan jumlah  daun dipengaruhi  oleh induk jaman.  Murbei hibrid M. alba"   Tosawasc  mcrnpakan  hihrid terbaik  dalam  hal  penumbuhannya.
KAJIAN DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN Acacia crassicarpa A. Cunn TERHADAP NILAI PRODUKSI DAN SOSIAL Suhartati Suhartati; Yeni Aprianis; Avri Pribadi; Yanto Rochmayanto
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.2.109-117

Abstract

A. crassicarpa A. Cunn adalah salah satu jenis tanaman pokok yang dikembangkan pada Hutan Tanaman Industri Pulp (HTI) sebagai bahan baku pulp dan kertas. Permasalahan pada jenis tanaman ini, produktivitasnya masih rendah serta daurnya masih panjang. Untuk kesinambungan suplai kayu, maka perusahaan HTI menurunkan daur tanaman dari umur 6 tahun menjadi umur 4–5 tahun agar bahan baku kayu tetap tersedia sesuai kebutuhan Industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak penurunan A. crassicarpa  daur terhadap nilai produksi dan sifat kayunya, kondisi ekologis serta aspek sosial. Metode penelitian dilakukan dengan membuat plot samping pada areal HTI untuk mengamati aspek produksi dan sifat kayunya yang meliputi parameter volume pohon, sifat kayu dan nilai financial sedangkan aspek sosial difokuskan pada serapan tenaga kerja terhadap pengelolaan HTI. Hasil kajian menunjukkan bahwa produksi tertinggi pada umur antara 4 – 5 tahun, diindikasikan dengan tercapainya daur teknis dan ekonomis pada umur tersebut. Sedangkan sifat kimia dan dimensi serat kayunya tergolong kualitas I dan II dari umur 4–6 tahun, dengan rendamen tertinggi pada kayu umur 4 tahun. Aspek sosial khususnya penyerapan tenaga kerja menunjukkan nilai terbesar pada daur umur 4 tahun. Berdasakan hasil kajian ini diperoleh bahwa penurunan daur HTI A.crassicarpa  tidak berdampak negatif terhadap pengelolaan hutan lestari.
VARIASI PERTUMBUHAN EMPAT PROVENANS ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) KALIMANTAN Lukman Hakim
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.214 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.2.91-97

Abstract

Eksploitasi kayu ulin semakin tidak terkendali seiring dengan meningkatnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun tidak diiringi dengan upaya konservasi dan budidaya. Penelitian ini merupakan upaya konservasi ulin dengan kegiatan eksplorasi, penanganan materi genetik berupa biji di persemaian, dan penanaman plot konservasi ex-situ. Kegiatan penelitian evaluasi awal variasi pertumbuhan empat provenans Ulin asal Kalimantan di Bondowoso melingkupi pengamatan dan pengukuran tanaman ulin di  tingkat  lapangan. Analisis data dengan metode statistik parametrik Randomized Completely Block  Design. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan dan daya hidup tanaman dari 4 provenans Kalimantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat provenans memiliki variasi pertumbuhan yang berbeda sangat nyata pada pengukuran umur 6 bulan, 12 bulan, maupun 18 bulan untuk rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman ulin. Hasil pertumbuhan tinggi pada umur 18 bulan setelah penanaman Ulin di lapangan yaitu 94,31 cm( Provenans Seruyan Hulu Kalteng), 74,82 cm (Nanga Tayap Kalbar), 73,75 cm (Sumber Barito Kalteng), dan 66,78 cm (Sepaku Kaltim). Diameter batang, provenans Seruyan Hulu Kalteng 1,12 cm, Nanga Tayap Kalbar 0,96 cm, Sumber Barito Kalteng 0,93 cm, dan Sepaku Kaltim 0,87 cm.
PENENTUAN KARAKTERISTIK FISIOLOGIS BENIH KRANJI (BERDASARKAN NILAI KADAR AIR Pongamia pinnata) Aam Aminah; Dida Syamsuwida
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.685 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.1.1-6

Abstract

Kranji (Pongamia pinnata) adalah salah satu jenis tanaman yang berperan dalam menyediakan dua sumber energi yaitu biomassa kayu untuk kayu bakar dan biji mengandung minyak nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter fisiologis dan biokimia setelah terjadinya penurunan kadar air dalam rangka penyediaan bahan tanaman dan bahan baku biodiesel. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar air benih awal adalah pengeringan dengan oven pada suhu 1030C ± 20C selama 24 jam. Perlakuan penurunan kadar air benih dilakukan dengan metode penyimpanan dalam inkubator untuk P1 = 0 jam (kontrol); P2 = 24 jam; P3 = 48 jam dan P4 = 72 jam. Parameter yang diamati meliputi kadar air, daya kecambah, kandungan biokimia benih (protein, pati dan Daya Hantar Listrik/DHL) serta rendemen minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan yang tepat untuk bibit kranji adalah 48 jam. Perlakuan ini menghasilkan benih dengan kadar air 46,39%, protein 14,84%, pati 15,01% dan DHL 815 millimho dan daya kecambah 92%. Perubahan biokimia benih kranji selama penurunan kadar air memperlihatkan adanya peningkatan protein dan daya hantar listrik seiring dengan lamanya pengeringan serta penurunan kandungan lemak dan kandungan pati. Berdasarkan perubahan fisiologis dan biokimia yang terjadi, benih kranji memiliki kecenderungan bersifat rekalsitran. Kadar air benih untuk bibit tanaman adalah 48,6% sedangkan untuk produksi biodiesel 51,37% dengan rendemen 11,47%. Kandungan minyak terus menurun selama penurunan kadar air.
PENGARUH PENYIANGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN PULAI ( Alstonia scholaris R. Br.) Abdul Hakim Lukman; Agus Sofyan; Imam Muslimin
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.57 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.1.1-8

Abstract

Penanaman pulai (Alstonia scholaris R. Br.) pada tanah yang kurang subur (podzolik merah kuning) perlu didukung silvikultur intensif seperti teknik pemeliharaan, antara lain cara penyiangan dan pemberian pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara penyiangan yang terbaik dan dosis pupuk yang efektif untuk pertumbuhan tanaman yang optimal di lapangan. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur 12 bulan setelah tanam. Penelitian dirancang dengan pola Split-Split Plot dengan petak utama adalah cara penyiangan dan anak petak adalah dosis (takaran) pupuk kandang (kotoran ayam) serta anak-anak petak adalah dosis pupuk NPK 15:15:15. Petak utama terdiri atas dua bentuk penyiangan, yaitu tebas jalur dan tebas total plus penyemprotan herbisida. Anak petak terdiri dari tiga dosis pupuk kandang, yaitu 0,3 dan 6 kg/lubang tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebulan sebelum penanaman dilaksanakan. Sedangkan anak-anak petak terdiri atas tiga dosis pupuk NPK, yaitu 0,25 dan 75 g/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara penyiangan tebas total plus penyemprotan herbisida secara nyata lebih baik dibanding dengan penyiangan tebas jalur, dengan menghasilkan nilai pertumbuhan tinggi 123,76 cm dan diameter 47,82 mm. Aplikasi dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman pulai umur 12 bulan dengan pola respon berbentuk linier, dimana dosis 6 kg/lubang tanam menghasilkan pertumbuhan tertinggi. Aplikasi pupuk NPK sampai dosis 75 g/tanaman tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman pulai umur 12 bulan. 
TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN GAMBUT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN (Peat Fire Susceptibility in Musi Banyuasin District, South Sumatra) Made Hesti Lestari Tata; Budi Hadi Narendra; Mawazin Mawazin
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8729.82 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.51-71

Abstract

 ABSTRACTForest and land fire in 2015 was a catastrophe in Indonesia, as it did not only cause damage on forest ecosystem and environments, but also impacted human health and economic loss. This research aimed to identify hotspots distribution in 2014-2015 as an indicator of forest and land fire, and to analyze fire susceptibility in Musi Banyuasin district, South Sumatra. Data used for fire prone analysis consisted of land cover map, forest status, hotspots data derived from NOAA18, soil types, topography and moratorium map. Results showed that based on land function, hotspots were mostly found in production forest with hotspots density of 0.049 hotspots km-2. Based on land cover type, hotspots were mostly found in the open land (88 hotspots). Based on soil types, hotspots were mostly occurred on peat soils (180 hotspots and hotspot density 0.048 hotspot km-2). Soil type was mostly associated with hotspot occurrence. Sub-district of Bayung Lencir has the highest fire susceptibility among others. Low precipitation and El-Ninö phenomenon in 2015 were not the only drivers of peat fire. However two main current problems in the Forest Management Unit of Lalan Mangsang Mendis (e.g. illegal logging and open access) were driver factors of peat fire in the district. Key words: Fire prevention, fire risk map, forest management unit (FMU), peatland, spatial analysisABSTRAKKebakaran lahan dan hutan tahun 2015 telah menjadi bencana karena tidak hanya menyebabkan kerusakan pada kerusakan ekosistem hutan dan lingkungan, tetapi juga kerugian ekonomi dan kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran titik panas tahun 2014-2015 sebagai indikator kebakaran dan menganalisis tingkat kerawanan kebakaran gambut di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Data yang digunakan sebagai faktor penyusunan tingkat kerawanan adalah data spasial tutupan lahan, status kawasan, data titik panas hasil olahan dari citra NOAA18, peta tipe tanah, peta rupa bumi Indonesia dan peta moratorium gambut. Hasil analisis tahun 2015 menunjukkan bahwa berdasarkan fungsi kawasan, jumlah hotspot terbanyak dijumpai di hutan produksi (HP), yaitu 196 hotspot dengan kepadatan hotspot sebesar 0.049 hotspot km2 . Berdasarkan tipe tutupan lahan, jumlah hotspot terbesar dijumpai pada lahan terbuka sebanyak 83 hotspot. Berdasarkan tipe tanah, hotspot yang dijumpai pada lahan gambut sebanyak 180 titik, dengan kepadatan 0.048 hotspot km2 . Dengan menggunakan empat faktor penyebab yang paling berpengaruh terhadap kebakaran hutan dan lahan, maka faktor lahan gambut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kebakaran. Tingkat kerawanan kebakaran paling tinggi terjadi di Kecamatan Bayung Lencir. Fenomena El-Nino tahun 2015 bukan penyebab utama kejadian kebakaran gambut, tetapi masih maraknya illegal logging dan ‘open access’ area yang menjadi masalah utama pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lalan Mangsang Mendis menjadi faktor pemicu terjadinya kebakaran gambut di kabupaten ini. Kata kunci: Gambut, kesatuan pengelolaan hutan, pencegahan kebakaran, rawan kebakaran, spasial
Pengaruh Tinggi Pangkasan lnduk Terhadap Kemampuan Bertunas Tanaman Sukun Pada Kebun Pangkas Dedi Setiadi; Hamdan A. Adinugraha
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (870.823 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2005.2.3.109-116

Abstract

Tanaman sukun merupakan tanaman yang bersifat partenocarphy sehingga tidak dapat menghasilkan biji, maka pembiakan tanaman sukun dilakukan secara vegetatif. Penelitian pengaruh tinggi pangkasan terhadap  produktivitas  stek pucuk  sukun pada kebun pangkas  dilakukan  dengan menggunakan rancangan acak lengkap (CRD) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan di mana masing-masing perlakuan 5 bibit sehinggajumlah bibit seluruhnya 60 bibit. Perlakuan yang digunakan dengan tinggi pangkasan masing-masing, yaitu Tl=   50 cm, T2 = 40 cm, T3 = 30 cm dan T4 = 20 cm. Parameter yang diukur adalah tinggi tunas,  diameter tunas, jumlah tunas, jumlah tunas siap stek dan persen hidup 1   bulan. Perlakuan tinggi menyebabkan respon pertumbuhan panjang dan diameter tunas yang berbeda nyata. Pada respon pertumbuhan jumlah tunas, jumlah tunas siap stek dan persentase hidup tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi pangkasan 50 cm merupakan perlakuan tinggi pangkasan terbaik terhadap pertumbuhan jumlah tunas dengan menghasilkan tunas sebanyak 29,4  tunas dan jumlah tunas siap stek dengan menghasilkan tunas siap stek sebanyak 22,73 stek.
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER POHON AKASIA ( Acacia auriculiformis) SEBAGAI PENGHASIL KAYU ENERGI DI KABUPATEN PURWOKERTO PROVINSI JAWATENGAH Sofwan Bustomi; Mira Yulianti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.3.155-160

Abstract

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui model terbaik dari hubungan tinggi dan diameter pada tanaman penghasil kayu energi. Penelitian ini dilakukan pada enam lokasi Kabupaten Banyumas. Pengambilan dipilih secara sistematis dengan jarak sama pada masing-masing lokasi. Dengan 215 pohon model yang diukur, dan 36 pohon validasi yang dapat digunakan dalam penyusunan persamaan regresi hubungan diameter tinggi pohon dengan sebaran diameter antara 2,9–27,2 cm dengan tinggi antara 5,5–26,5 m. Hasil analisis terhadap 3 model linear yang dicoba, bahwa berdasarkan kriteria besarnya koefisien determinasi (r2), model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi maksimum mempunyai nilai r2 yang lebih besar dibandingkan dengan model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi seluruh pohon sehingga penduga model yang digunakan adalah model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi total maksimum. Berdasarkan pemeringkatan dengan pendekatan scoring, persamaan terpilih yaitu H = 1.3 + 0,606 D0,748, Dengan besarnya bias rata-rata, penduga kuadrat tengah galat (MSEP) dan indeks galat (EI), berturut- turut sebesar 0,02873; 38,51; dan 80,9073.
PENGARUH PENURUNAN KADAR AIR TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGI DAN KAND UNGAN BIOKIMIA BENIH EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Naning Yuniarti; Dida Syamsuwida; Aam Aminah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.495 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.3.191-198

Abstract

Eboni  (Diospyros celebica Bakh.) merupakan jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan pada pembangunan hutan tanaman. Secara alami benih eboni mengalami kemunduran dengan bertambahnya waktu.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada benih eboni selama pengeringan (penurunan kadar air). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perubahan fisiologi benih eboni selama penurunan kadar air mengakibatkan adanya penurunan daya berkecambah dan kadar air benih, (2) Perubahan biokimia benih eboni selama penurunan kadar air menunjukkan adanya 'peningkatan kandungan lemak dan protein serta penurunan kandungan karbohidrat seiring dengan lamanya pengeringan, dan (3) Berdasarkan reaksi fisiologi dan biokimia yang terjadi, yaitu dari kadar air awal, dan kandungan biokimia maka benih eboni dapat dikategorikan sebagai benih rekalsitran.
KAJIAN EVALUASI LAHAN HUTAN JATI SISTEM BONITA DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) CEPU Heru Dwi Riyanto; Uchu Waluya Pahlana
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.449 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.1.43-50

Abstract

Evaluasi lahan dengan menggunakan metode inventarisasi tegakan dilakukan untuk mempelajari karakteristik lahan hutan jati dalam keterkaitannya dengan produktivitas tegakan jati dan kemungkinan terjadinya degradasi sumber daya lahan hutan jati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika perubahan bonita pada hutan tanaman jati di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pasar sore dan Cabak, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. KPH Cepu. Metode yang digunakan adalah pendekatan bonita dengan parameter peninggi dan umur tanaman. Data hasil inventarisasi tegakan akan diuji korelasi untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara faktor lahan dan faktor potensi tegakan. Pemilihan lokasi kajian dipertimbangkan dalam suatu wilayah tangkapan air dengan tingkatan. Sub-Sub DAS sedangkan titik pengamatan ditentukan berdasarkan kelas umur (KU) hutan jati dan bonita. Data sekunder untuk penentuan lokasi diperoleh dari RPKH Bagian Hutan, KPH Perum Perhutani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areal hutan jati yang mengalami peningkatan bonita sebesar 12,5%, yang mengalami penurunan sebesar 42,5% dan yang tetap sebesar 45%.

Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue