cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
KARAKTERISTIK PETANI DAN PRAKTEK SILVIKULTUR AGROFORESTRI KAYU BAWANG (Azadirachta excelsa (jack) M. Jacobs) DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Premono, Bambang Tejo; Lestari, Sri
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.297 KB)

Abstract

ABSTRACTThis research was aiming at determining farmer characteristics, the influence of individual characteristics on kayu bawang cultivation in private land and the silvicultural aspect, and planting pattern of kayu bawang. The research was conducted at Talang Empat and Lubuk Sini village, Central Bengkulu Regency. The data were analyzed by using descriptive quantitative and Pearson Correlation methods. The research results showed that individual charac- teristics, in term of age, occupation, and education, in Lubuk Sini and Talang Empat village was almost the same. Age, number of family members, and income were factors affecting farmers decision to plant kayu bawang. The silvicultural practices of kayu bawang and annual plants by the community were traditional technique  so that the productivity was not optimal. Kayu bawang cultivation on private land was done by mixed pattern with perenial crops such as rubber, oil palm and coffee.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik masyarakat penanam kayu bawang, pengaruh karakteristik individu terhadap minat menanam kayu bawang pada lahan milik, serta aspek silvikultur penanaman kayu bawang. Penelitian dilakukan di Desa Talang Empat dan Desa Lubuk Sini Kabupaten Bengkulu Tengah dengan metode survei pada rumah tangga penanam kayu bawang. Analisis data dilakukan dengan deskriptif kuantitatif dan selanjutnya dilakukan analisis Pearson Correlation untuk mengetahui faktor-faktor penting dari karakter petani yang menen- tukan keputusan menanam kayu bawang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik petani kayu bawang sebagai berikut: umur rata-rata petani 45 tahun, pendidikan rata-rata setingkat SMP, dan petani sebagai pekerjaan utama mereka. Karakteristik tersebut sama untuk dua desa yang menjadi lokasi penelitian yaitu Talang Empat dan Lubuk Sini.  Umur,  jumlah anggota keluarga  yang  bekerja dan  pendapatan merupakan faktor  yang  mempengaruhi keputusan untuk menanam kayu bawang. Praktek silvikultur kayu bawang dan tanaman tahunan yang dilakukan masyarakat masih sangat sederhana (tradisional) sehingga produktifitasnya belum optimal. Penanaman kayu bawang pada lahan milik dilakukan dengan pola campuran dengan tanaman semusim dan tahunan seperti karet, sawit, kopi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka upaya pengembangan kayu bawang pada lahan milik sebaiknya didorong pada pola-pola campuran. Disamping itu, diperlukan insentif berupa bantuan bibit berkualitas, serta bimbingan teknis dan penyuluhan tentang aspek silvikultur intensif kepada masyarakat.
PENGARUH UMUR BAHAN STEK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP KEBERHASILAN STEK KEMENYAN (Styrax benzoin Dryand) Putri, Kurniawati P.; Danu, Danu
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.629 KB)

Abstract

ABSTRACTCutting propagation is one of techniques which can be used for plant multiplication, especially the Styrax benzoin Dryand tree that produces qualified resin. This study aimed to determine the effect of age of materials cuttings and plant growth regulators on the success of the S. benzoin cuttings. A completely randomized with factorial design was employed, incorporating the factors age of stock planting (1 month, 2 months, 4 months, mature shoots) and concentration of IBA growth regulator hormone (0 ppm, 750 ppm, 1,500 ppm). The results showed that age of stock planting and concentration of IBA growth regulator hormone significantly affected the percentage of rooted cutting, root number and shoots length of the cuttings. The highest rooted cutting (83.54 %) was achieved by materials from 4 months old seedling without IBA. The highest root number (14.7) was achieved by material from 2 months old seedling without IBA.ABSTRAKKemenyan  (Styrax  benzoin Dryand)  merupakan  tanaman penghasil  getah  yang  bernilai  ekonomis. Teknik perbanyakan vegetatif stek merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman yang dapat dipilih terutama untuk tanaman penghasil getah berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur  bahan stek dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan stek jenis kemenyan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah ran- cangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu umur bahan stek dan konsentrasi IBA. Bahan stek terdiri dari anakan umur 1 bulan, 2 bulan, 4 bulan dan tunas pohon dewasa. Konsentrasi ZPT IBA meliputi kontrol (0 ppm, 750 ppm, 1.500 ppm). Setiap perlakuan terdiri dari 45 stek yang diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi bahan stek dan pemberian ZPT IBA berpengaruh nyata terhadap persentase stek berakar, jumlah akar dan panjang tunas. Teknik penyetekan kemenyan yang terbaik adalah dengan menggunakan bahan stek dari tunas juvenil tanpa penambahan ZPT IBA. Bahan stek dari bibit umur 4 bulan dan 2 bulan tanpa ZPT IBA masing- masing menghasilkan persentase berakar dan jumlah akar terbesar (83,54 %; 14,7 buah).
EFEKTIVITAS JENIS DAN DOSIS FUNGISIDA SERTA PEMANGKASAN DALAM MENEKAN PERTUMBUHAN PENYAKIT KARAT TUMOR Lelana, Neo Endra; Anggraeni, Illa; Dendang, Benyamin
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.392 KB)

Abstract

ABSTRACT Efforts to develop control techniques of gall rust disease caused by fungi,Uromycladium tepperianum still need to be continued. This study aims to examine the effectiveness of different types and doses of copper-based and boron-based fungicide formulations in suppressing gall rust disease on sengon. The results showed that both fungicides tested showed different effectiveness. Treatment of CC fungicide at a dose of 10% with both pruning and non pruning within two months were able to suppress gall rust as many as 4.2 pieces. Meanwhile, treatment of PG fungicide at a dose of 10% with pruningwere able to suppress gall as many as of 4.8 pieces, treatment without pruning was only able to suppress tumor about 1.6 pieces. CC fungicide apparently could be applied to suppress gall rust without pruning treatment while PG fungicide combined with pruning treatment was more effective.ABSTRAKSerangan penyakit karat tumor pada sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) yang disebab- kan oleh fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) Mc. Alpin. masih terjadi di hampir semua wilayah pertanaman sengon di Jawa. Upaya pengembangan teknik pengendalian penyakit ini, seperti pengembangan fungisida alternatif masih perlu dilakukan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui efektivitas jenis dan dosis fungisida hasil formulasi berbasis tembaga dan boron serta pemangkasan yang dilakukan dalam menekan pertumbuhan penyakit karat tumor pada tanaman sengon. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan tiga faktor, yaitu pemangkasan, jenis fungisida dan dosis yang digunakan. Fungisida sebanyak 10 ml diaplikasikan pada tanaman sengon dengan metode injeksi batang setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan kedua fungisida yang diuji menunjukkan efektivitas yang berbeda. Perlakuan fungisida CC dosis 10% pada tanaman sengon yang dipangkas dan tidak dipangkas dalam waktu dua bulan mampu menekan karat tumor sebesar 4,2 buah. Pada perlakuan fungisida PG dosis 10% pada tanaman yang dipangkas mampu menekan karat tumor sebesar 4,8 buah, tetapi pada sengon yang tidak dipangkas mampu menekan karat tumor sebesar 1,6 buah. Fungisida CC lebih efektif menekan karat tumor pada sengon yang tidak dipangkas sedangkan pada sengon yang dipangkas lebih efektif menggunakan fundisida PG.
EVALUASI AWAL KOMBINASI UJI SPESIES-PROVENAN JENIS-JENIS SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG DI GUNUNG DAHU, BOGOR, JAWA BARAT Setiadi, Dedi; Leksono, Budi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.707 KB)

Abstract

ABSTRACT Combination of species-provenance test of tengkawang-producing Shorea species was established in 2011 in Gunung Dahu Research Station (West Java). Evaluation was conducted periodically every each six months for 18 months. The genetic materials used S. macrophylla, S. gybertsiana, S. stenoptera, S. pinanga derived   from 4 provenances (Gunung Bunga-West Kalimantan, Sungai Runtin-West Kalimantan, Bukit Baka-Central Kalimantan, and Haurbentes-West Java). The experiments were arranged in a Randomized Complete Blok Design (RCBD) with 11 plots, 4 replicated, 25 trees per plot (5 x 5 trees) and spacing of 5 x 5 meters. The traits observed were survival percentage and height at the age of 6, 12 and 18 months. The analysis showed that the survival percentage was not significantly different, while the growth height showed significant differences. Species of Shorea (S. macrophylla, S. stenoptera, and S. pinanga) from Haurbentes (West Java) land race had the best performance in growth until the age at 18 months.ABSTRAKKombinasi uji spesies-provenan jenis-jenis shorea penghasil tengkawang dibangun pada tahun 2011 di Stasiun Penelitian Meranti di Gunung Dahu, Bogor, Jawa Barat. Evaluasi dilakukan secara periodik setiap enam bulan selama 18 bulan untuk mengetahui kemampuan adaptasi dari jenis dan provenan yang diuji. Materi genetik yang digunakan adalah jenis-jenis shorea penghasil tengkawang (S. macrophylla, S. gybertsiana, S. stenoptera, S. pinanga) yang berasal dari 4 provenan (Gunung Bunga-Kalimantan Barat, Sungai Runtin-Kalimantan Barat, Bukit Baka-Kalimantan Tengah,  dan  Haurbentes-Jawa  Barat).  Penelitian  menggunakan  Rancangan Acak  Lengkap Berblok (RCBD) dengan 11 plot, 4 ulangan, 25 pohon per plot (5 x 5 pohon) dan jarak tanam 5 x 5 meter. Sifat yang diukur adalah persen hidup dan tinggi tanaman pada umur 6,12 dan 18 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa persen hidup tidak berbeda nyata, dan pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata. Jenis-jenis shorea pengasil tengkawang (S. macrophylla, S. pinanga dan S. stenoptera) dari ras lahan Haurbentes (Jawa Barat) menunjukkan pertumbuhan terbaik sampai dengan umur 18 bulan. 
UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN DAN BIJI DARI TANAMAN SUREN, MIMBA DAN SIRSAK TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GAHARU Lestari, Fajar; Darwiati, Wida
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.737 KB)

Abstract

ABSTRACTThe use of chemical pesticide has been limited considering its negative impact for the environment. Information about biological insecticide as worm Heortia vitessoides pest of agarwood is still limited. This research aimed to determine biological insecticide effectiveness of leaves and seed of suren, neem, and soursop as H. vitessoides worm controler. The research has been conducted in Forest Protection Laboratory of Forestry Research Institute of Banjarbaru. Researh used complete random design with 6 treatments and 3 replications. Research result showed that seed extract indicated high effect of insecticide compared to leaves. The highest mortality occurred on neem seed extract with concentration of 3% and 4%, and soursop seed extract of 4% concentration caused mortality of H. vitessoides larva as 100%, while on suren seed extract of 4% concentration mortality occurred as 53.33%. Type and concentration of insecticide had a significant effect on H. vitessoides larva mortality.ABSTRAKPenggunaan pestisida kimia dewasa ini mulai dibatasi, mengingat dampak negatif yang ditimbulkan terutama bagi lingkungan. Informasi tentang insektisida nabati sebagai pengendali hama ulat daun gaharu Heortia vitessoides masih terbatas. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas insektisida nabati ekstrak daun dan biji tanaman suren, mimba dan sirsak sebagai pengendali ulat H. vitessoides. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perlindungan Hutan, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji memberikan efek insektisidal tinggi dibandingkan dengan daun. Mortalitas paling tinggi terjadi pada perlakuan ekstrak biji mimba konsentrasi 3% dan 4% serta ekstrak biji sirsak konsentrasi 4% yang menyebabkan mortalitas larva H. vitessoides sebesar 100%, sedangkan ekstrak biji suren konsentrasi 4% memberikan efek mortalitas sebesar 53,33%. Jenis insektisida dan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H. vitessoides.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT MATI PUCUK PADA BIBIT JABON Aisah, Ai Rosah; Soekarno, Bonny P.W.; Achmad, Achmad
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3847.029 KB)

Abstract

ABSTRACTDieback diseases are often found attacking jabon seedlings in the nursery and potentially lead to seedling deaths. This study was aimed to obtain and identify the fungal isolates associated with dieback disease of jabon seedlingsand determine the causative pathogens of dieback diseases. 25 fungal were isolated from diseased seedlings,consisted of Botryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., and sterilemycelia. The suspected fungus as the cause of dieback diseases on jabon seedlings were Botryodiplodia spp.ABSTRAKPenyakit yang sering ditemui menyerang bibit jabon di areal persemaian dan berpotensi menyebabkan kematian terhadap bibit adalah mati pucuk. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi isolat cendawanyang berasosiasi dengan penyakit mati pucuk pada bibit jabon serta menentukan patogen penyebab mati pucuktersebut. Jumlah isolat yang diperoleh dari isolasi tanaman sakit yaitu sebanyak 25 isolat cendawan, terdiri dariBotryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., dan miselium steril.Cendawan yang diduga sebagai penyebab mati pucuk pada bibit jabon adalah Botryodiplodia spp.
RIAP DAN DUGAAN VOLUME TEGAKAN AMPUPU ( S.T. Blake) DI KAWASAN HUTAN Eucalyptus urophylla WOLOLOBO, BAJAWA FLORES dan Darwo, I Wayan Widhana Susila
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.455 KB)

Abstract

ABSTRACTEucalipt ( S.T. Blake) is one of excellent timber product for Ngada District. The wood product Eucalyptus urophylla can be used as building material. However, quantitative information of its stand is limited. The aim of this researchwas to obtain information of stand growth and estimation model of eucalipt tree volume. The increment data werecollected through the observation of 50 x 50 m permanent sample plot and the selection of 52 sample trees for treevolume estimation. The growth of eucalipt stand on age 21 years were 1.2 cm year for diameter increment, 0.8 m -1year for tree height increment, and 3.51 m hectare year for volume increment. The form factor of stem (f) was 0.40. -1 3 -1 -1 The volume estimation model on crown base height was with standard error square 96.1% , where D (cm) is diameter at breast height.ABSTRAKAmpupu ( S.T. Blake) merupakan salah satu produk kayu unggulan di Kabupaten Ngada, yang Eucalyptus urophylladimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Akan tetapi, Informasi kuantitatif tegakan ampupu di Ngada masih relatifkurang. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi riap tegakan dan model penduga volume pohon ampupu.Data riap dikumpulkan melalui pengamatan petak ukur permanen 50 x 50 m selama dua tahun dan pemilihan 52pohon contoh untuk pengamatan volume pohon di kawasan Hutan Wolobo, Bajawa. Hasil penelitian menunjukkanbahwa riap tegakan ampupu pada umur 21 tahun adalah riap diameter 1,2 cm/tahun, riap tinggi 0,8 m/tahun, dan riapvolume tegakan 3,51 m /ha/tahun; angka bentuk batang rata-rata (f) adalah adalah 0,40; dan model penduga volume 3pohon sampai tinggi pangkal tajuk adalah V = 0,00004 D , dengan kesalahan baku 6,33%, R square 96,1%, 2,661ptdimana D (cm) adalah diameter pohon setinggi dada.
PENGARUH PENGATURAN JARAK TANAM TERHADAP PERKEMBANGAN SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PULAI DARAT (Alstonia angustiloba) dan Tati Rostiwati, Asmaliyah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.904 KB)

Abstract

ABSTRACTAlstonia angustiloba, one of Pulai species, is a fast growing wich has been developed at Province of South Sumatera. This research was to study the effect  of planting spaces on development of pests and diseaseson pulai darat (Alstonia angustiloba)  in Kemampo expesimental forest, South Sumatera. The used method was Random Completely Block Design with 6 (six) treatments of planting spacing (2 x 2 m;  2 x 4 m; 3 x 2 m; 3 x 2,5 m;  3 x 3 m;  3 x 4 m) with 3 replicates. Parameters used were injury symptom, number of attacked  plant and score of plant injury severity. The results showed that planting spacing of 3   x 4 m is effective spacing to suppress attack Cycnotrachelus sp. and Cephaleuros sp. in the third year after planting. The decreasing of attack percentage, beetle pest attack intensity and pathogens were 0.57%, 2.48% and 8.44% respectively. ABSTRAKAlstonia  angustiloba  (pulai  darat)  adalah  salah  satu  jenis  pulai  di  antara  beberapa  jenis  Pulai  yang  banyak dikembangkan di Provinsi Sumatra Selatan. Oleh karena jenis ini termasuk ke dalam jenis cepat tumbuh maka pengembangan jenis berskala besar akan rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah  untuk  mempelajari  perkembangan  hama  dan  penyakit  pada  tanaman  pulai  darat  A.  angustiloba  dengan berbagai perlakuan jarak tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo, Sumatera Selatan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 (enam) perlakuan jarak tanam (2 x 2 m;  2 x 4 m; 3 x 2 m; 3 x 2,5 m;  3 x 3 m;  3 x 4 m)  dan masing perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan secara sensus, dengan variabel pengamatan berupa gejala kerusakan, jumlah tanaman yang terserang dan skore tingkat kerusakan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 3 x 4 m merupakan jarak tanam yang efektif dalam menekan perkembangan hama kumbang Cycnotrachelus sp. dan patogen Cephaleuros sp. pada tanaman pulai darat pada tahun ke tiga setelah penanaman. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh terjadinya penurunan persentase serangan sebesar 0,57% dan penekanan intensitas serangan hama kumbang sebesar 2,48% serta penyakit patogen sebesar 8,44%.
TINGKAT PEMANFAATAN TUMBUHAN PENGHASIL WARNA PADA USAHA TENUN IKAT DI KABUPATEN SUMBA TIMUR Mariana Takandjandji, Murniati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2956.206 KB)

Abstract

ABSTRACTEast Sumba cloth woven is colored using natural dye from plants. This study aimed to (1) identify plant producingnatural dye in East Sumba, (2) its utilization level, and (3) its availability in nature. The research was conducted atfour villages in 2013 and 2014 by using interview and focused group discussion with cloth woven handcrafter andalso field observation. Five plant species namely Indigofera tinctoria L., Morinda citrifolia L., Symplocos sp.,Aleurites moluccana (L.) Willd. and Erythrina sp. were used as dye material, binder, color preservatives and fabricsoftener. All plants were collected directly from nature, therefore the potency of these species were not yet available.Utilization level of I. tinctoria and M. citrifolia biomass as primary dye source were 49.3 and 246.7 ton per year,respectively. Whereas, utilization level of Symplocos sp. and A. moluccana as binder, color preservatives and fabricsoftener were each 246.7 and 49.3 ton per year. Cultivation of dye-producing plant and introduction of alternativedyes should be carried to meet the increasing demand of dyes.ABSTRAKPembuatan kain tenun ikat Sumba Timur sampai saat ini menggunakan pewarna alam yang dihasilkan daritumbuhan. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan pewarna yang digunakan di SumbaTimur, (2) tingkat pemanfaatan, serta (3) ketersediaan di alam dan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang terusmeningkat. Penelitian dilakukan di empat kelurahan/desa pada tahun 2013 dan 2014 melalui metode wawancara dandiskusi kelompok terarah dengan pengrajin serta pengamatan di lapangan. Terdapat lima jenis tumbuhan yangdigunakan pengrajin sebagai sumber, pengikat dan pengawet warna serta pelembut kain yaitu nila (Indigoferatinctoria L.), mengkudu (Morinda citrifolia L.), loba (Symplocos sp.), kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) dandadap (Erytrina sp.). Kelima jenis tumbuhan tersebut dipungut langsung dari alam, tetapi data potensi jenis-jenistersebut tidak tersedia. Tingkat pemanfaatan biomassa nila dan mengkudu sebagai sumber pewarna utama adalah49,3 dan 246,7 ton per tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatan loba dan kemiri sebagai bahan pengikat dan pengawetwarna serta pelembut kain adalah 246,7 dan 49,3 ton per tahun. Kebutuhan biomassa tumbuhan penghasil warnayang terus meningkat perlu diimbangi dengan upaya budidaya jenis-jenis tersebut dan pengenalan serta penggunaanjenis-jenis pewarna alternatif.
IRADIASI SINAR GAMMA ( Co) UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN 60 DAN PERTUMBUHAN BIBIT TEMBESU ( Roxb.)Fagraea fragran Zanzibar, Muhammad; Megawati, Megawati; Pujiastuti, Endang; Sudrajat, Dede J.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1998.301 KB)

Abstract

ABSTRACTLow dose gamma irradiation has been applied to improve seed germination and seedling growth for many agricultural crops, but the technique is still limited to be used on tree species. The purposes of this research was (1) tostudy the effect of seed irradiation and storage periods on the germination of tembesu seed, and (2) to determine theeffect of seed irradiation to the seedlings growth. The first experiment was designed in Completely RandomizedDesign (CRD) in a factorial with two factors, i.e. irradiation doses and storage periods. The second experiment usedthe Completely Randomized Design with the treatment of irradiation doses. The results showed that for increasingseed storability, the fresh seeds can be radiated by dose maximum 120 Gy. The best height and diameter seedlinggrowth obtained at dose 30 Gy, it was confirmed by seedling growth enhancement up to 205.84% of height and133.33% of diameter. The irradiation at doses 30 Gy can improve seedling quality of tembesu. ABSTRAKIradiasi sinar gamma dengan dosis rendah telah banyak digunakan untuk memperbaiki perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit untuk banyak tanaman pertanian, namun teknik ini masih terbatas untuk diaplikasikan pada jenis- jenis tanaman hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mempelajari pengaruh iradiasi benih dan periode simpan terhadap perkecambahan benih tembesu, serta (2) mengetahui pengaruh iradiasi benih segar terhadap pertumbuhan bibit tembesu. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor iradiasi dan faktor periode simpan. Percobaan kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan dosis iradiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan daya simpan, benih segar dapat diradiasi dengan dosis maksimal 120 Gy. Hasil iradiasi terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit jenis tembesu dicapai pada dosis 30 Gy, dimana perlakuan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar205,84% dan diameter sebesar 133,33%. Iradiasi sinar gamma 30 Gy dapat meningkatkan kualitas bibit jenis tembesu.

Page 8 of 43 | Total Record : 427


Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue