cover
Contact Name
Fauziah Astrid
Contact Email
fauziah.astrid@uin-alauddin.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtabligh@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Dakwah Tabligh
ISSN : 14127172     EISSN : 2549662X     DOI : -
Tabligh Journal is a scientific publication for research topics and studies on communication and da'wah. The form of publiation that we receive will be reviewed by reviewers who have a concentration in the field of Communication, specifically Da'wah and Communication.We publish this journal twice a year, in June and December. The Tabligh Journal first appeared in the printed version in 2011. This journal is managed by the Tabligh journal team under the Da'wah and Communication Faculty of Alauddin Islamic University in Makassar.
Arjuna Subject : -
Articles 315 Documents
PERAN DAKWAH DALAM MENGATASI KONFLIK-KONFLIK SOSIAL MASA KINI Muthmainnah, Sitti
Tabligh Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Dalam sejarah penciptaan manusia, sejak awal para malaikat telah "protes" Tuhan. Malaikat menilai penciptaan manusia, yang akan dilakukan oleh Khalifah Allah, hanya akan membuat pertumpahan darah di bumi. Namun malaikat itu kemudian ditolak oleh Allah dengan pernyataan bahwa ia (Allah) tahu apa yang tidak diketahui oleh para malaikat. Konflik sosial di karenakan sifat yang dimiliki oleh ego manusia. Sifat ego yang mendorong orang untuk mengendalikan orang lain atau kelompok orang di berbagai bidang yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa keinginan setiap kelompok menjadi untukn manusia tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis (makanan, minuman dan pakaian) , tapi pada saat yang sama untuk menyalurkan sifat ego-nya. ia unsur yang dapat menjadi penyebab konflik sosial adalah perempuan, harta (ekonomi), politik, sosial dan budaya. Untuk yang disebut, wanita pertama adalah faktor, lebih penyebab konflik individu, walaupun biasanya dapat dirasakan dalam kehidupan. Dalam kehidupan sosial yang lebih luas Anda melihat perkembangan saat ini, konflik sosial yang terjadi, disebabkan oleh faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya. Naluri manusia yang kemudian menjadi kelompok naluri untuk mencapai posisi dan peran tertentu dalam masyarakat, menjadi pemicu konflik. Untuk mengantisipasi konflik sosial, Quran berangkat dari konsep persaudaraan. Konsep persaudaraan ini dapat dipahami sebagai kunci untuk pencegahan konflik sosial. Oleh karena itu, orang-orang percaya saudara-saudara, maka sebaiknya tidak timbul kontradiksi antara mereka. Untuk orang percaya yang adalah saudara dari orang-orang percaya lainnya. jika konflik tersebut tidak bisa dihindari maka petunjuk Al-Quran adalah berdamai keduanya. Mulai dari konsep ini juga, Al-Quran itu kemudian menegaskan bahwa tidak ada seorangpun di antara meremehkan satu sama lain, apalagi memalukan. Hal ini dapat dilihat dalam surat al-Hujurat: 11. Kata Kunci: Peran, Konflik, Sosial In the history of the creation of man, since the beginning of the angels had "protested" God. Angel of assessing the creation of man, which will be made by the Caliph of Allah, will only make the bloodshed on earth. But the angel was later denied by God with a statement that he (God) knows what is not known by the angels. Social conflicts in because of the nature of which is owned by the human ego. The nature of the ego that encourages people to take control of other people or groups of people in various fields mentioned above this is proof that the desire of every human being untukn groups are not solely to meet the biological needs (food, drink and clothing), but at the same time to channel properties of its ego. he elements that can be the cause of social conflict are women, treasure (economics), political, social and cultural. For the so-called, first lady is factor, more cause conflicts individuals, although usually can be felt in the wider social life.When you look at todays development, social conflicts occurring, is caused by political factors, economic, social and cultural. Human instinct which later became instinct group to achieve a certain position and role in society, be a trigger of conflict. In anticipation of social conflict, Koran departed from the concept of brotherhood. This brotherhood concept can be understood as the key to prevention of social conflict. Therefore, the believers brothers, then should not arise contradictions between them. For the believer who is the brother of the other believers. if such a conflict is inevitable then the instructions of the Qur’an is make peace both. Starting from this concept as well, the Quran was later confirmed that no man among belittle each other, much less humiliating. It can be seen in surah al-Hujurat: 11 Keywords: Role, Conflict, Social
TANTANGAN DAKWAH DALAM PERSPEKTIF KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Setiawati, Nur
Tabligh Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Negara Indonesia adalah termasuk negara yang penduduknya majemuk dalam suku, adat, budaya dan agama. Islam diyakini pemeluknya sebagai agama sempurna. Ajarannya mencakup semua tuntunan kehidupan manusia di muka bumi agar selamat dan bahagia menuju kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi. Berkaitan dengan relasi antar manusia. Agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju pada tujuan (the ultimate) yang sama. Pluralisme adalah bentuk kelembagaan dimana penerimaan terhadap keragaman melingkupi masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan. Maknanya lebih dari sekedar toleransi moral atau konksistensi pasif. Tolernasi adalah persoalan kebiasaan dan perasaan pribadi, sementara koeksitensi adalah semata-mata penerimaan terhadap pihak lain, yang tidak melampaui ketiadaan konflik. Pluralisme, di satu sisi, mensyaratkan ukuran-ukuran kelembagaan dan legal yang melindungi dan mensyahkan kesetaraan dan mengembangkan rasa persaudaraan di antara manusia sebagai pribadi atau kelompok, baik ukuran-ukuran itu bersifat bawaan ataupun perolehan. Tidak ada agama yang dapat menghindari dakwah jika ia memiliki suatu kekuatan intelektual Menolak dakwah berarti menolak kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan orang lain terhadap apa yang diklaim sebagai kebenaran agama. Interpretasi yang semacam ini bisa melahirkan.sikap-sikap beragama yang toleran dalam mewujudkan kerukunan antar agama dan perkembangan multikulturalisme. Di dalam masyarakat multikultural, keanekaragaman dan budaya menjadi modal sosial yang paling berharga bagi terciptanya harmonisasi sosial. Karena itulah, di dalam multikulturalisme, semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama dihadapan hukum. Kata Kunci: Tantangan, Dakwah, Perspektif, Kerukunan Indonesia is a country where its people are compound in a tribal population, customs, culture and religion. Islam is believed as a perfect religion for its followers. Its teachings include of all the guidance of human life on earth in order to safely and happily head to an afterlife which is eternal and immutable. In accordance with human relations, religion is different paths toward to the same destination (the ultimate). Pluralism is an institutional form in which the acceptance of diversity encompasses of a particular community or the world as a whole. Its meaning is more than just a moral tolerance or passive consistence. Tolerance is a matter of habit and personal feelings, while co-existence is merely the acceptance of the other people, which does not exceed the conflict. On the other hands, Pluralism requires an institutional and legal measures framework to protect and validate equality and develop a sense of brotherhood among people as individuals or groups, whether such measures are innate or acquisition. No one religion can avoid Dakwah, if it has an intellectual force to refuse Dakwah means it resists the need to obtain the approval of others to what is claimed as religious truth. This interpretation can establish tolerant religious attitudes in creating harmony among religions and the development of multiculturalism. In a multicultural society, cultural diversity and social capital are the most valuable things for the creation of social harmony. Therefore, everyone has the right to be treated equally before the law in multiculturalism. Keywords: Challenge, Da’wa, Perspective, Harmony
TUGAS DAN FUNGSI DAKWAH DALAM PEMIKIRAN SAYYID QUTHUB Ali, H. Baharuddin
Tabligh Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Islam adalah agama yang sempurna dan diturunkan oleh Allah untuk mengatur kehidupan. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang sempurna itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam ajaran Islam. Menurut Sayyid Quthub, tabligh berarti menyampaikan dan menyeru manusia kepada kebenaran agama, terutama kebenaran aqidah tauhid, karena itu bagi para nabi dan rasul Allah tentang kewajiban tabligh menurut Sayyid Quthub, dikaitkan dengan dua kepentingan ,pertama,tabligh dilakukan untuk member informasi kepada manusia tentang adanya kebenaran dari Allah Swt, lalu mereka diharapkan menerima dan beriman kepada kebenaran yang dibawa para Nabi dan Rasul Allah agar mereka terbebas dari azab Allah. Selanjutnya,kedua tabligh dilakukan sebagai argument (Hajjah) Allah atas manusia, maksudnya dengan tabligh berarti kebenaran telah disampaikan oleh Allah Swt kepada manusia melalui Nabi dan Rasulnya,sehingga tidak ada alas an bagi mereka untuk tidak mengetahui kebenaran itu, Atas dasar itu, Allah Swt berhak untuk member ganjaran kepada orang yang menerima atau menolak kebenaran tersebut, dan inilah makna tabligh sebagai argument tuhan (Hajjah) atas umat manusia. Dakwah sebagai ikhtiar mewujudkan system Islam dalam semua segi kehidupan manusia, dan untuk menjaga dan memelihara kehidupan masyarakat dari keburukan dan kejahatan, maka kegiatan tabligh harus dibarengi dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kata Kunci: Tugas dan Fungsi, Dakwah, Sayyid Quthub Islam is the perfect religion and lowered by God to organize life. However, the perfection of Islam is only an idea and a delusion if it is not perfect teachings delivered to humans. The more so if teaching is not practiced in the human life. Therefore, the call is an activity that is very important in Islam. According to Sayyid Quthub, means delivering sermons and call people to religious truth, especially the truth Aqeedah of Tawheed, because it is for the prophets and messengers of Gods sermons by Sayyid Quthub obligations, associated with the two interests, first, sermons done for member information to people about their the truth of Allah, then they are expected to accept and believe in the truth that brought the Prophet and Messenger of Allah so that they are free from the punishment of God. Furthermore, the two sermons done as an argument (Hajjah) God over man, his point by means of truth has sermons delivered by Allah to mankind through Prophet and His Messenger, so there is no reason for them not to know the truth, On that basis, Allah members are entitled to a reward to the person who accepts or rejects the truth, and this is the meaning of sermons as an argument god (Hajjah) upon mankind. Dawa as a means to realize the system of Islam in all aspects of human life, and to maintain and preserve the lives of the people of malice and wickedness, the Tabligh activities should be coupled with commanding the good and forbidding the munkar. Keywords: Duties and functions, Da’wa, Sayyid Quthub
Code switching and mixing (Communication in Learning Language) Waris, Ahmad Mustamir
Tabligh Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak;Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bahasa dengan kita. Dan bisa jadi perbedaan bahasa tersebut menjadi salah satu penghambat dalam proses komunikasi dalam masyakarat. Komunikasi dalam sebuah komunitas kelompok, begitupun dalam sebuah kelas,  merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam penyampaian maksud atau tujuan. Dalam hal ini bahasa yang merupakan alat komunikasi adalah elemen pokok untuk penyampaian hal-hal tersebut.  Dalam keseharian Seringkali dalam penyampaian tersebut dibutuhkan code switching (pengalihan bahasa) atau code mixing (penggabungan bahasa) yang bertujuan untuk membuat lawan bicara segera mengerti apa yang kita ucapkan, begitu pula dalam sebuah pembelajaran terkhusus pada pembelajaran bahasa asing. code switching  merupakan sebuah alternatif untuk melakukan percakapan dengan dua bahasa yang berbeda. Dimana saat ini code swtching menjadi sebuag fenomena luas dalam pengajaran bahasa Asing. Dalam sebuah pembelajaran, komunikasi merupakan salah satu unsur utama dan paling penting. Pengalihan dan penggabungan bahasa dalam pembelajaran, khususnya bahasa asing, merupakan salah satu trik agar si pembelajar secara tidak langsung dapat memahami bahasa yang mereka sedang pelajari. Guru membuat code swtiching di kelas untuk membuat makna yang jelas dan untuk mentransfer pengetahuan kepada siswa dalam cara yang efisien. Namun, harus diingat bahwa dalam jangka panjang, ketika siswa mengalami interaksi dengan penutur asli suatu bahasa; code switching dapat menjadi penghalang yang mencegah saling dimengerti.Kata kunci:Pengalihan bahasa, Penggabungan bahasa, dan Pembelajaran In everyday life, we sometimes communicate with other people of different languages with us. And it could be the difference in language became one of the obstacles in the process of communication in society. Communication in a community group, as well as in a classroom, is the most important and fundamental in the delivery of intent or purpose. In this case the language is a means of communication is a fundamental element for the delivery of these things. In everyday Often in the delivery of the required code switching (transfer language) or code mixing (incorporation language) which aims to make the other person immediately understand what we say, as well as in a learning especially those in foreign language learning. code switching is an alternative to have a conversation with two different languages. Where the current code swtching be sebuag widespread phenomenon in foreign language teaching. In a study, communication is one of the main and most important element. The transfer and incorporation of language in learning, especially foreign language, is one of the tricks that the learner can indirectly understand the language they are learning. Teachers make swtiching code in the class to make the meaning clear and to transfer knowledge to students in an efficient way. However, it should be remembered that in the long term, when students have interaction with native speakers of the language; code switching can be a barrier that prevents mutually intelligible.Keywords:Code switching, Code mixing and Learning
AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER INSPIRASI ETOS KERJA ISLAMI Thaib, Erwin Jusuf
Tabligh Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan, selain mencari rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT. Etos kerja yang sehat akan mendorong seseorang bekerja keras, menambah wawasan, mempertajam skill serta mewarnai etos kerjanya dengan nilai-nilai Islam. Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan menggerakkan seluruh aset, pikiran dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Etos kerja seseorang terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja. Pembentukan etos kerja Islami terpancar dari sistem keimanan atau aqidah Islami berkenaan dengan kerja yang bertolak dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal. Etos kerja ini secara dinamis selalu mendapat pengaruh dari beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk psikofisik yang tidak kebal dari berbagai rangsang, baik langsung maupun tidak langsung. Kata Kunci: Etos, Kerja, Islam Islam that is based on the Quran and al-Hadith as guidance and guidance for the Muslims have a function not only set in terms of worship but also organize people into giving demands on matters relating to employment. Work is doing an activity in order to achieve the goal, in addition to searching for sustenance but also ideals. In the work required to choose a good job and kosher, because not all of the work that God approves. Healthy work ethic will encourage someone to work hard, broaden, refine skills and work ethic coloring with Islamic values. Working for a Muslim is an earnest effort, by moving the entire asset, mind and zikirnya to actualize or reveal the meaning of himself as a servant of God who must subjugate the world and established itself as the best part of the community (umma khairul) or in other words can also be said that only the working man to humanize him. Ones work ethic is formed by the motivation that emanated from a fundamental attitude towards working life. Establishment of Islamic work ethics emanating from Islamic Aqeedah belief system or with respect to the work which is based on the teachings of revelation cooperate with any sense. This work ethic dynamically always under the influence of several factors, both internal and external, in accordance with human nature as psychophysical beings are not immune from a variety of stimuli, either directly or indirectly. Keywords: Ethos, Work, Islam
MEMBUMIKAN TEOLOGI ISLAM DALAM KEHIDUPAN MODERN (Berkaca dari Mohammed Arkoun) Latif, Muhaemin
Tabligh Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Titik kelemahan pemikiran teologi Islam klasik akan tampak dalam ranah realitas jika alur pemikiran tersebut dihadapkan pada kenyataan atau realitas sosial empiric kehidupan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mohammed Arkoun adalah intelektual Aljazair yang mencoba membaca ulang bangunan pemikiran Islam secara konfrehensif baik yang menyangkut pemikiran kalam (teologi), tasawuf, fiqih, etika maupun tafsir. Dalam konteks Indonesia, pemikiran Arkoun pertama kali dikenal pada tahun 1987 dalam sebuah diskusi di Yayasan Empati. Adalah Muhammad Nasir Tamara yang memperkenalkannya pertama kali dengan menulis artikel yang berjudul Mohammed Arkoun dan Islamologi Terapan. Dalam beberapa tulisannya tentang modernitas, Arkoun tidak secara tegas merumuskan batasan modernitas, apalagi tantangan yang dibawah olehnya. Menurut Arkoun, modernitas dapat dibagi dua kelompok, yaitu, modernitas “material“ dan modernitas “ intelektual “ atau “ kultural “. Yang pertama berarti berbagai kemajuan yang terjadi pada bingkai luar dari wujud manusia, sedangkan yang kedua mencakup metode, alat analisis, dan siakp intelektual yang memberi kemampuan untuk lebih memahami realitas. Salah satu kegelisahan Arkoun terhadap pemikiran teologi Islam adalah terjadinya pemisahan antara Islam konseptual dengan Islam actual atau pemisahan antara teori dan praktek yang menurutnya adalah warisan Descartes. Membumikan teologi Islam dalam konteks kehidupan modern memang memerlukan strategi dan metodologi yang akurat. Usaha Arkoun dalam konteks rekonstruksi bangunan pemikiran teologi Islam adalah salah satu strateginya. Kata Kunci: Membumikan, Hidup Point inertia classical Islamic theology thought would appear in the realm of reality if the thought process faced with the reality or the reality of empirical social human life is always growing and developing in line with the growth of science and technology. Mohammed Arkoun is Algerian intellectuals who tried to reread the building of Islamic thought in comprehensive both involving thought kalam (theology), Sufism, jurisprudence, ethics and interpretation. In the Indonesian context, Arkoun thought first recognized in 1987 in a discussion on Empathy Foundation. Muhammad Nasir Tamara, who introduced first by writing an article entitled Mohammed Arkoun and Applied Islamology. In some writings about modernity, Arkoun does not explicitly formulate the constraints of modernity, let alone challenge under him. According to Arkoun, modernity can be divided into two groups, namely, modernity "material" and modernity "intellectual" or "cultural". The former means that much progress has occurred in the outer frame of the human form, while the latter includes the methods, analysis tools, and intellectual siakp which gives the ability to better understand the reality. One anxiety Arkoun against Islamic theological thought is the separation between Islam and Islam actual or conceptual separation between theory and practice which he said is the legacy of Descartes. Grounding Islamic theology in the context of modern life does require accurate strategies and methodologies. Arkoun effort in the context of building reconstruction of Islamic theological thought is one of the strategies Keywords: Grounding, Life
WAWASAN BARU DALAM PEMBACAAN AYAT-AYAT MEDIA DAKWAH Jafar, Iftitah
Tabligh Vol 14, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Media dakwah adalah satu elemen penting dalam dakwah. Media ini menentukan keberhasilan pelaksanaan dakwah, karena medialah yang membuat pesan-pesan dakwah sampai ke masyarakat. Fungsi dakwah ini terbagi dua, yaitu bersifat universal dan yang bersifat khusus. Fungsi pertama secara inheren melekat pada kode etiknya dan konsisten dalam membina dan menjaga moral dan etika masyarakat. Fungsi kedua, yang berisi pesan islami pada media massa, dapat dilakukan dengan mendirikan media massa: pers, film, radio dan televisi. Fungsi dan peranan media dakwah Islam sangat penting bagi suatu komunitas. Mereka harus menyiapkan kepada khalayak pengetahuan tentang Islam melalui program penyampaian informasi mengenai Islam. Mereka dapat mendidik masyarakat di samping dapat menghilangkan semua kesalahfahaman berkenaan dengan Islam. Peranan media dakwah yang paling penting adalah untuk mempromosikan harmonisasi sekte-sekte keagamaan di tengah-tengah masyarakat dengan menunjukkan berbagai program dan mengajak ulama untuk mendidik masyarakat. Ayat-ayat media dakwah dalam Al-Qur’an memang senantiasa memerlukan pengkajian dan penafsiran ulang untuk mendapatkan wawasan baru. Pemahaman akan ayat-ayat alam berdasarkan temuan-temuan baru dari para ahli akan lebih memaksimalkan peran alam sebagai media dakwah. Hasil-hasil temuan baru ini pertama-tama harus diujicobakan dalam memahami terma-terma sains tentang alam dalam Al-Qur’an. Karenanya para dai seyogyanya juga terdorog untuk menggunakan media dakwah aktual. Pembacaan media dakwah para Rasul tidak dimaksudkan hanya untuk mengenang peristiwa historis di masa lalu melainkan hendaknya menghasilkan suatu gagasan baru untuk lebih memahami dan menyadari perlunya penggunaan media terbaru dalam aktivitas dakwah di berbagai lini. Kata Kunci: Wawasan, Pembacaan, Media dakwah Media of da’wa is an important element in the da’wa. This media determines the success of da’wa, because the media that make da’wa messages to the public. Da’wa function is divided into two, namely the universal and the particular nature. The first function is inherently attached to their code of ethics and consistent in fostering and maintaining moral and ethical society. The second function, which contains the Islamic message to the mass media, can be done by setting the mass media: press, films, radio and television. The function and role of media da’wa that Islam is very important for a community. They must be prepared to public knowledge about Islam through the delivery of information about Islam. They can educate the public on the side can eliminate all misunderstanding with regard to Islam. The role of the media propaganda of the most important is to promote the harmonization of religious sects in the midst of society by showing a variety of programs and invites scholars to educate the public. Media of da’wa verses in the Quran is always require review and reinterpretation to gain new insights. Understanding of the verses of nature based on new findings of the experts will be to maximize the natural role as a medium of da’wa. The results of these new findings should first be tested in understanding these terms of natural science in the Quran. Therefore preachers should also pushed to use actual media of da’wa. Reading of da’wa media the Apostles is not intended only to commemorate historical events in the past, but should generate a new idea to better understand and realize the need to use the latest media in da’wa activity in the various lines. Key Words: Insight, Recitation, Media da’wa
KONFLIK SOSIAL DALAM HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA BM, St. Aisyah
Tabligh Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Konflik, terutama yang mengambil bentuk kekerasan telah menjadi kajian banyak psikolog terutama dalam kaitannya dengan aspek-aspek internal manusia. Sigmund Freud misalnya memandang konflik atau kekerasan sebagai wujud frustasi dari suatu dorongan libidinal yang bersifat dasariyah. Dalam perspektif negatif, konflik antara umat beragama dan antara agama orang di Indonesia tampaknya terus menjadi ancaman. Tampaknya, hidup harmoni atau salam ke arah kehidupan masih sulit untuk membuat. Mengapa manusia Indonesia yang agamanya, berpancasila, yang terus membangun jiwa, dan tubuh masih rentan untuk menyakiti satu sama lain, tidak hanya secara fisik tetapi juga fsikis. Mengapa agak sulit untuk membangun hubungan sosial yang sopan, toleran, egaliter? Apakah karena konstruksi sosial bangsa ini tidak benar? Apakah pandangan keagamaan juga berperan dalam memicu konflik-konflik ini? Atau jangan biarkan manusia yang secara naluriah membawa potensi konflik? Ketidakmampuan untuk menerjemahkan pesan wahyu, yang mengakibatkan hilangnya orientasi atau ketidakpastian dan bahkan putus asa. Ini adalah salah satu masalah agama, yaitu masalah makna. Masalah ini menjadi salah satu yang bisa menjadi salah satu alasan bagi keselarasan hidup sulit untuk membuat dalam bentuk sebenarnya. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengurai dan mencari sebab agresifitas masyarakat Indonesia yang dahulu dianggap sebagai bangsa yang beragama, santun dan lain-lain. Penyebab konflik dapat berupa faktor politik, kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, sentimen etnis dan agama. Hanya saja, faktor ekonomi dan politik sering ditunjuk berperan paling dominan dibanding dua faktor yang disebut terakhir. Kata Kunci: Konflik, Hubungan Sosial Conflict, particularly those taking the form of violence has been the study of many psychologists, especially in relation to the internal aspects of human. Sigmund Freud for example looking at violence as a form of conflict or frustration of a libidinal impulse that is dasariyah. In a negative perspective, the conflict between religious communities and between religions in Indonesia seems to continue to be a threat. Apparently, living in harmony or greeting towards life is still difficult to make. Why Indonesian man whose religion, berpancasila, which continues to build up the soul, and the body is still vulnerable to hurt each other, not only physically but also fsikis. Why is rather difficult to establish social relationships polite, tolerant, egalitarian? Is it because of the social construction of race is not true? Is religious views also play a role in triggering these conflicts? Or do not let the man who instinctively bring potential conflict? Inability to translate the message of revelation, which resulted in the loss of orientation or uncertainty and even despair. It is one of the religious problem, namely the problem of meaning. This issue is one that could be one reason for the harmony of life is difficult to make in its true form. Many attempts have been made to break down and look for the Indonesian people because aggressiveness formerly regarded as a religious nation, polite and others. The cause of the conflict may be political, economic disparities, gaps cultural, ethnic and religious sentiments. However, economic and political factors are often assigned the role of the most dominant than the latter two factors. Keywords: Conflict, Social Relations
PERSPEKTIF DAKWAH MELALUI FILM Alamsyah, Alamsyah
Tabligh Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dakwah pada era saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan dan problematika yang semakin kompleks. Film merupakan media yang begitu pas dalam memberikan influence bagi masyarakat umum. Sejarah mencatat, media dakwah melalui seni dan budaya sangat efektif dan terasa signifikan dalam hal penerapan ideologi Islam. Penonton film seringkali terpengaruh dan cenderung mengikuti seperti halnya peran yang ada pada film tersebut. Hal ini dapat menjadi peluang yang baik bagi pelaku dakwah ketika efek dari film tersebut bisa diisi dengan konten-konten keislaman. Film sebagai media komunikasi bisa menjadi suatu tontonan yang menghibur, dan dengan sedikit kreatifitas bisa memasukan pesan-pesan dakwah pada tontonan tersebut sehingga menjadi tuntunan. Sebelum membuat cerita film, harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Di awal millenium baru ini tampaknya mulai ada gairah baru dalam industri film Indonesia terutama film yang mengusung tema dakwah. Seperti halnya film Kiamat Sudah Dekat, Kun Fa Yakun, Perempuan Berkalung Sorban, Ketika Cinta Bertasbih, film Ayat-ayat Cinta yang begitu fenomenal akhir-akhir ini. Dakwah melalui film memang akan lebih efektif dibandingkan dengan media lainnya. Sebab penyajiannya dapat diatur dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga kesannya tidak seperti menggurui. Kata Kunci: Perspektif, Dakwah, Film In the current era, Dakwah is faced with various challenges and problems that are increasingly complex. Movie is a great medium to influence general public. It is recorded media through art and culture is very effective and significant in terms of the application of Islam’s ideology. Movie lovers are often affected and tend to follow as well as to what exist in the movie. This can be a good opportunity for Dakwah doers when the effect of the movie that can be filled with Islam’s contents. Movie as a medium of communication can be an entertaining, and can put messages on the Dakwah in it with a little creativity that becomes guidance. Before making the movie, it should define the purpose of making it whether as an entertaiment, phenomenon, education, documentary or a moral one. It is very necessary for the making of the movie is more focused, targeted and appropriate. At the beginning of this new millennium seems to be a new passion for Indonesian movie industry, especially the theme of Dakwah movies such as Kiamat Sudah Dekat, Kun Fa Yakun, Perempuan Berkalung Sorban, Ketika Cinta Bertasbih, and Ayat-Ayat Cinta that is so phenomenal lately. Dawah through the movies will be more effective than other media because the presentation can be arranged in a variety of shapes and variations, so that the impression does not look like to teach. Keywords: Perspectives, Da’wa, Film
DAKWAH DAN TANTANGANNYA DALAM MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI Rajab, Muhammad
Tabligh Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Perkembangan teknologi informasi mengalami kemjauan sangat pesat. Kemajuan tersebut telah mengantarkan umat manusia semakin mudah untuk berhubungan satu dengan lainnya. Berbagai infomasi dan peristiwa yang terjadi dibelahan dunia dengan secara cepat dapat diketahui oleh manusia pada benua yang lain. Era globalisasi yang ditandai oleh semakin majunya teknologi komunikasi juga disebut dengan era informasi. Masyarakat dunia termasuk umat Islam dewasa ini dapat menikmati acara televisi dengan berbagai tayangan. Siaran televisi tersebut bukan hanya terpancar dari jaringan yang bersifat nasional, tetapi juga dapat mengikuti jaringan internasional berkat adanya satelit yang dihubungkan dengan adanya parabola di rumah-rumah penduduk. Komunikasi di satu sisi menyampaikan informasi kepada orang lain terhadap gagasan atau ide kepada orang lain baik menggunakan media maupun tidak menggunakan media sedangkan disisi lain ingin mengubah pola pikir dan tingkah laku masyarakat. Fungsi komunikasi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan Komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka agar apayang ingin disampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang dilaksanakan dapat tercapai. Suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan akan komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses tersebut. Dengan perkataan lain, informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan adalah situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila terdapat etos pada diri komunikator. Keywords: Challenges, Technology, Communications The development of information technology has kemjauan very rapidly. The advancement has led mankind easier to relate to one another. Various information and events happening parts of the world with rapidly can be known by human beings on other continents. The era of globalization characterized by the rapid advancement of communication technology is also called information age. The world community, including Muslims today can enjoy television programs with a variety of impressions. The television broadcasts emanating not only from a national network, but also can follow the international network thanks to the satellite which is connected with the parabola in peoples homes. Communication on one side convey information to others for ideas or ideas to others either use or not use the media while the media on the other hand want to change the mindset and behavior of the people. Communication function is the potential that can be used to meet certain goals. Communication as a science, art and employment is certainly a function that can be used by humans in meeting their needs. Communication goal is to convey information and search for information to be conveyed them to apayang understandable so that communication can be achieved implemented. An information or message conveyed communicator to the communicant to be communicative event of the same psychological process between beings who are involved in the process. In other words, the information conveyed communicator to the communicant is a communicative situation like that would happen if there is a communicator yourself ethos. Keywords: Challenges, Technology, Communications

Page 2 of 32 | Total Record : 315