Articles
18 Documents
Search results for
, issue
"2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT"
:
18 Documents
clear
REPOTNYA MEMANDIRIKAN PTN
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (100.197 KB)
      Dalam beberapa hari yang terakhir ini berbagai media massa gencar memberitakan aktivitas demonstrasi mahasiswa yang terjadi di berbagai PTN; antara lain di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kali ini pangkal persoalannya bukan masalah politik atau hukum yang ada di luar kampus sebagaimana yang terjadi selama ini; tetapi menyangkut masalah "rumah tangga" para pemrotes dan demonstran tersebut.      Demonstrasi mahasiswa UI yang melibatkan ratusan personal menuntut pimpinan perguruan tingginya untuk membatalkan iuran atau pungutan Dana Peningkatan Kualitas Pendidikan (DPKP). Mes-kipun pimpinan UI sudah menjelaskan bahwa dana tersebut dipakai untuk kepentingan mahasiswa sendiri, dan di dalam penggunaannya pun siap diaudit, akan tetapi para mahasiswa yang melakukan aksi itu sepertinya tidak mau mengerti. Seperti diketahui UI memungut DPKP di luar SPP sebesar satu juta rupiah bagi mahasiswa eksakta dan 750 ribu rupiah bagi mahasiswa sosial.     Demonstrasi mahasiswa UNS dan UPI tidak jauh berbeda per-masalahannya. Mereka menuntut supaya pimpinan perguruan tinggi mencabut kebijakannya dalam menaikkan SPP mahasiswa; sekalipun kebijakan ini hanya dilakukan bagi mahasiswa baru.      Aksi mahasiswa baik di UI, UPI, maupun di UNS tidak lagi sebatas mempengaruhi, tetapi sudah menghalangi mahasiswa lainnya untuk membayar DPKP maupun SPP. Mungkin kita tidak mengerti, apakah fenomena ini menunjukkan meningkatnya iklim demokrasi di kampus atau justru mengindikasikan kampus yang sedang sakit.
MENJUAL GELAR, SIAPA TAKUT ?
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (116.982 KB)
      Hasil jajak pendapat Pikiran Rakyat tentang praktik jual beli gelar (akademik) yang menyatakan ketidaksetujuan masyarakat kita tidak mengejutkan, bahkan sudah dapat diduga sebelumnya. Begitu pula dengan langkah-langkah penertiban lembaga yang telah mem-perjualbelikan gelar baik dalam bentuk pencabutan ijin, penutupan, pelarangan, atau apa pun bentuknya.      Seperti dikomunikasikan oleh Pikiran Rakyat edisi 13 Maret 2000 yang lalu; menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan hanya 2,8 persen anggota masyarakat yang menyatakan setuju atas kebe-radaan lembaga yang melakukan praktik jual beli gelar, 6,6 persen tidak mengambil sikap, dan selebihnya 90,6 persen tidak sependapat dengan keberadaan lembaga tersebut. Di sisi lainnya sebanyak 29,8 persen menyatakan setuju untuk menertibkan lembaga yang melakukan praktik jual beli gelar, 22,6 persen berpendapat perlu-nya penutupan lembaga, 7,2 persen setuju penggabungan lembaga dengan perguruan tinggi, dan 40,4 persen yang lain menyatakan perlunya pelarangan secara tegas terhadap praktik jual beli gelar.      Masyarakat sekarang ini memang sudah jenuh dengan praktik "kriminologis" yang amat memalukan tersebut; apa lagi serenta mengetahui di balik kegiatan tersebut ada tokoh-tokoh yang menu-rut ukuran intelektual cukup terpandang.      Anehnya pemerintah kita, dalam hal ini utamanya Depdiknas, sepertinya kurang peka terhadap fenomena disktruktif tersebut. Pemerintah kurang memiliki kesungguhan untuk mengakhiri praktik jual beli gelar. Depdiknas sepertinya tidak sanggup menumbuhkan tradisi profesional dan cekatan untuk menyelesaikan masalah. Meski makin lama semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut ternyata Depdiknas masih terkesan "slow down".
MASALAH BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (121.823 KB)
      Kabar pendidikan yang sangat aktual yang sekarang menjadi topik pembicaraan di kalangan guru dan orang tua siswa, juga ma-syarakat luas pada umumnya, ialah tentang rencana pengembangan kurikulum sekolah kita. Adapun inti pengembangannya ialah dengan menambah jam mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah; khususnya di sekolah menengah.      Beberapa waktu yang lalu pimpinan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menginformasikan adanya rencana mengembangkan kurikulum sekolah, khususnya sekolah menengah, dengan menambahkan jam mata pelajaran Bahasa Inggris di dalamnya. Ada-pun harapan dari penambahan jam mata pelajaran ini adalah supaya para lulusan sekolah kita dapat berbahasa Inggris secara baik agar nantinya memiliki daya kompetisi yang lebih handal. Apabila lulusan sekolah kita dapat berbahasa Inggris secara lancar mereka sanggup berkompetisi dengan kompetitor-kompetitor dari manca negara dalam memperebutkan oportunitas di lapangan.      Rencana tersebut semakin menghangat dengan berakhirnya konferensi para menteri pendidikan di negara-negara ASEAN yang tergabung dalam South East Asia Minister of Education Organization (SEAMEO) beberapa hari yang lalu. Pasalnya, di dalam konferensi yang berlangsung di Denpasar tanggal 15 s/d 17 Februari 2000 itu, Teo Chee Hean selaku Presiden SEAMEO mengemukakan perlunya negara-negara ASEAN melakukan evaluasi terhadap kurikulum seko-lahnya masing-masing.      Lebih lanjut Teo menyatakan bahwa dalam menghadapi era di Milenium III ini negara-negara ASEAN perlu meninjau kembali kuri-kulum sekolah untuk disesuaikan dengan tuntutan kemajuan yang sangat pesat, khususnya dalam hal ini menyangkut tantangan globalisasi dan terjadinya revolusi informasi yang telah berdampak besar terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
INDONESIA 2000 LAWAN AMERICA 2000
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (107.62 KB)
      Sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 1990, meluncurlah buku yang menarik kita baca dan mampu menumbuhkan optimisme kepada bangsa Indonesia dalam menyongsong masa depan; adapun judulnya ialah Indonesia 2000 : The Industrial and Technological Challenge yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut I-2000. Setahun kemudi-an, tepatnya tahun 1991, meluncur lagi buku yang tak kalah mena-riknya untuk kita baca dan mampu menumbuhkan optimisme kepada bangsa Amerika Serikat (AS) dalam menyongsong masa depan; ada-pun judulnya adalah America 2000 : An Educational Strategy yang selanjutnya di dalam tulisan ini disebut dengan A-2000.      Di antara I-2000 dengan A-2000 ada beberapa kesamaan dan sekaligus perbedaannya. Orientasi futuristik karya tulis yang lebih difokuskan pada kehidupan sosial masyarakat pada tahun 2000 (saat ini) merupakan satu dari sekian kesamaan yang terdapat dalam dua buku tersebut. Relatif banyaknya pakar dan praktisi pendidikan serta kaum intelektual lainnya yang mau meluangkan waktu untuk membaca buku merupakan sisi kesamaan yang lainnya.      Perbedaan yang utama antara I-2000 dengan A-2000 terletak pada pendekatannya. Pendekatan I-2000 adalah menampilkan hasil evaluasi terhadap kinerja pembangunan (di Indonesia) dalam bebe-rapa tahun terakhir menjelang diluncurkannya buku tersebut untuk memprediksi apa yang bakal terjadi pada masyarakat di tahun 2000. Sementara itu pendekatan A-2000 adalah menggambarkan dahsyatnya persaingan yang akan dihadapi oleh bangsa-bangsa di dunia, ter-masuk AS, untuk kemudian meletakkan dasar-dasar pendidikan bagi bangsa AS mulai saat itu (awal tahun 90-an).      Perbedaan lain terdapat pada penulisnya. I-2000 ditulis oleh "outsider" yang dalam hal ini ialah Francois Raillon berkebangsaan Perancis; sedangkan A-2000 ditulis oleh "insider" yang dalam hal ini adalah George Bush bersama timnya berkebangsaan AS.
MENYANTUNI ANAK CERDAS INDONESIA
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (98.46 KB)
Pada beberapa hari yang lalu Subordinates Courts Singapura sempat menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya di tempat itu ada seorang anak cerdas dari Indonesia berusia 15 tahun, yang berinisial HC, tengah diadili berdasarkan hukum yang berlaku di negara setempat. Anak malang dari Kota Malang, Jawa Timur lulusan SLTP tersebut dituduh "usil" dengan melakukan hacking yang dikategori sebagai kejahatan maha canggih (cyber crime).      Kombinasi kecerdasan dan kenakalan anak tersebut ternyata telah mengakibatkan rusaknya salah satu sistem teknologi informasi di Singapura. Akibat tindakan HC tersebut maka Data Storage Ins-titute (DTI) serta MTL Instruments Pte. Ltd. Singapura mengalami kerugian dan kehilangan layanan jaringan komputer. Secara ekonomis kerugian yang harus ditanggung lembaga ini teramat besar; di samping lembaga ini konon sempat mengalami penurunan kepercaya-an publik dalam soal manajemen informatika.      Atas perbuatannya yang merugikan itu, HC diancam pidana penjara selama 16 tahun dan ditambah harus membayar denda sebe-sar 800.000 dolar Singapura atau sekitar 400 juta rupiah.       Berbeda dengan peraturan kita di Indonesia, rupanya pera-turan peradilan anak di Singapura memang sangat ketat. Barangkali hal ini justru dimaksudkan untuk memproteksi anak-anak Singapura supaya tidak melakukan kejahatan atau tindakan kriminalitas yang merugikan pihak lain maupun dirinya sendiri. Nyatanya anak-anak Singapura sendiri memang relatif sedikit yang terlibat dalam berbagai kasus kejahatan, baik di negeri sendiri maupun di negara lain; sebagaimana dengan yang dilakukan oleh HC dari Indonesia.
KOMPLIKASI PERGURUAN TINGGI KITA
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (100.687 KB)
AsiaWeek edisi 5 Mei 2000 mempublikasi laporan pendidikan mengenai kualitas lembaga pendidikan penyelenggara program Mas-ters of Business Administration (MBA) di Asia dan Australia, dalam hal ini termasuk New Zealand dan negara-negara rumpun Polinesia. Ratusan lembaga yang dianggap bermutu dimasukkan menjadi sampel dari studi ini.      Hasilnya? Dari sebanyak 50 perguruan tinggi yang memiliki reputasi internasional ternyata tidak satu pun berasal dari Indonesia. Ranking pertama adalah Indian Institute of Management (India) dan ranking kedua adalah National University of Singapore (NUS) Business School (Singapura). Kemudian Asian Institute of Manage-ment (Philippina) menduduki ranking ketiga; dan seterusnya tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk didalamnya. Tidak juga program Magister Manajemen (MM) UI Jakarta, UGM Yogyakarta dan program serupa pada PTN dan PTS di Indonesia lainnya.      Dalam klasifikasi Full-Time Programs, ternyata dari 46 per-guruan tinggi terbaik di Asia dan Australia itu tidak terdapat satu pun perguruan tinggi Indonesia. Untuk kelas ini, ranking yang pertama ditempati oleh Melbourne Business School (Australia); se-mentara itu ranking kedua dan ketiga masing-masing ditempati oleh Indian Institute of Management (India) dan Asian Institute of Mana-gement (Philippina).      Selanjutnya untuk klasifikasi Part-Time Programs, Executive Programs dan Distance Programs lagi-lagi tidak satu pun perguruan tinggi kita berhasil masuk dalam perankingan. Untuk kelas ini yang masuk perankingan ialah perguruan tinggi dari Jepang, Singapura, Korea, India, Thailand, Philippina, Malaysia, dan sebagainya.
KRISIS PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (118.166 KB)
      Ketika oleh Bank Dunia diminta untuk membahas draft akhir laporan yang mengambil judul "Education in Indonesia : From Crisis to Recovery" di akhir tahun 1999 yang lalu (saat itu belum menjadi buku) secara berkelakar saya menyatakan apakah sebaiknya judul naskah laporan itu diganti menjadi "Education in Indonesia : From Crisis to Crisis". Pasalnya, argumentasi saya saat itu, kalau semua berlaku jujur sebenarnya pendidikan nasional Indonesia masih ada dalam keadaan krisis; belum pulih dan belum mampu bangkit seperti yang diharapkan banyak orang.      Kelakar saya tersebut ternyata memang merupakan realitas yang tidak bisa dipungkiri, bukan saja berlaku pada saat itu akan tetapi sampai sekarang pun hal itu masih terjadi. Pendidikan nasio-nal kita sampai sekarang belum pulih dari "cedera akademis" yang dialaminya, di samping juga belum mampu bangkit seperti keadaan sediakala.      Kebelumpulihan tersebut nampaknya akan berlangsung terus setidak-tidaknya sampai akhir tahun 2000 ini. Di sisi yang lainnya ketidakmampuan bangkit tersebut akan berlangsung sampai tahun depan. Mengapa? Sebab kita tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli obat, untuk merealisasi program, untuk menjalankan kegi-atan dan untuk melaksanakan proyek-proyek pendidikan di dalam skala yang wajar. Dana pendidikan yang dialokasi dari RAPBN 2000 ternyata sangat kecil dan hampir tidak berarti kalau dibandingkan dengan aktivitas untuk melakukan pemulihan.      Dari total belanja negara dalam RAPBN 2000 yang jumlahnya mencapai 183.069,2 miliar rupiah ternyata sektor pendidikan nasional hanya mendapatkan jatah sebesar 4.257,0 miliar rupiah. Secara statistik sektor pendidikan nasional hanya memperoleh alokasi dana sebesar 2,32 persen dari RAPBN.
REPOTNYA MEMANDIRIKAN PTN
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (100.438 KB)
Dalam beberapa hari yang terakhir ini berbagai media massa gencar memberitakan aktivitas demonstrasi mahasiswa yang terjadi di berbagai PTN; antara lain di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kali ini pangkal persoalannya bukan masalah politik atau hukum yang ada di luar kampus sebagaimana yang terjadi selama ini; tetapi menyangkut masalah "rumah tangga" para pemrotes dan demonstran tersebut.      Demonstrasi mahasiswa UI yang melibatkan ratusan personal menuntut pimpinan perguruan tingginya untuk membatalkan iuran atau pungutan Dana Peningkatan Kualitas Pendidikan (DPKP). Mes-kipun pimpinan UI sudah menjelaskan bahwa dana tersebut dipakai untuk kepentingan mahasiswa sendiri, dan di dalam penggunaannya pun siap diaudit, akan tetapi para mahasiswa yang melakukan aksi itu sepertinya tidak mau mengerti. Seperti diketahui UI memungut DPKP di luar SPP sebesar satu juta rupiah bagi mahasiswa eksakta dan 750 ribu rupiah bagi mahasiswa sosial.     Demonstrasi mahasiswa UNS dan UPI tidak jauh berbeda per-masalahannya. Mereka menuntut supaya pimpinan perguruan tinggi mencabut kebijakannya dalam menaikkan SPP mahasiswa; sekalipun kebijakan ini hanya dilakukan bagi mahasiswa baru.      Aksi mahasiswa baik di UI, UPI, maupun di UNS tidak lagi sebatas mempengaruhi, tetapi sudah menghalangi mahasiswa lainnya untuk membayar DPKP maupun SPP. Mungkin kita tidak mengerti, apakah fenomena ini menunjukkan meningkatnya iklim demokrasi di kampus atau justru mengindikasikan kampus yang sedang sakit.
BENARKAH PENDIDIKAN ITU PENTING?
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (91.91 KB)
Terjadinya penurunan anggaran sektor pendidikan di dalam RAPBN 2001 mendapat tanggapan yang bervariasi, khususnya dari para pengamat dan praktisi pendidikan. Meski ada yang bernada positif, tetapi sebagian besar tanggapan cenderung negatif; misal dengan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mau mengalokasi dana pendidikan dalam porsi yang cukup, mengapa pemerintah jus-tru menurunkan anggaran pendidikan, mengapa pemerintah kurang peka terhadap keinginan untuk membangun bangsa ini dalam jangka panjang, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang senada.     Pertanyaan yang paling mendasar ialah, benarkah pendidikan itu penting? Sudah barang tentu "ekor" dari pertanyaan ini ialah, kalau memang pendidikan itu penting mengapa anggaran pendidikan kita tidak ditingkatkan secara proporsional tetapi justru diturunkan nilainya oleh pengambil kebijakan.      Seperti kita ketahui, kalau dibandingkan dengan APBN 2000 yang masih berjalan sekarang ini maka anggaran pendidikan dalam RAPBN 2001 tidak mengalami kenaikan akan tetapi justru mengalami penurunan yang cukup signifikan.      Di dalam konstruksi APBN 2000, sektor pendidikan menerima anggaran sebesar 12,850 triliun rupiah, baik untuk anggaran rutin maupun anggaran pengembangan; sementara itu di dalam konstruksi RAPBN 2001, sektor pendidikan hanya memperoleh alokasi anggaran sebesar 11,310 triliun rupiah, baik untuk anggaran rutin maupun anggaran pengembangan. Dengan demikian penurunannya mencapai 1,540 triliun rupiah, atau apabila dipersentase nilai penurunannya mencapai 12 persen.
REPOPULARISASI SEKOLAH KEJURUAN
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (98.247 KB)
Tanggal 23 Oktober 2000 yang lalu saya diminta memberikan presentasi di dalam seminar sehari mengenai pengkajian pendidikan kejuruan dan teknologi yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta. Tujuan seminar ini ialah untuk memformulasi upaya-upaya melakukan pembaruan atau inovasi terhadap penyelenggaraan Seko-lah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia.      Sebagaimana yang telah dialami oleh satuan pendidikan yang lainnya maka perkembangan SMK di Indonesia selama ini mengalami pasang dan surut. Suatu ketika jenis sekolah yang mempersiapkan lulusannya untuk terjun langsung ke pos-pos kerja di masyarakat ini mengalami keadaan pasang; dalam arti kehadirannya didambakan oleh masyarakat dan lulusannya pun banyak yang langsung diserap dunia kerja. Di waktu lain sekolah yang mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja terampil menengah (middle skilled worker) ini kehadirannya diremehkan oleh masyarakat dan para lulusannya pun banyak yang menjadi penganggur.      Sekolah kejuruan di negara kita pernah mengalami masa-masa keemasan ketika departemen pendidikan dipimpin oleh Pak Wardiman Djojonegoro. Di antara 30-an menteri pendidikan yang pernah kita miliki rasanya sangat sedikit yang menaruh perhatian secara mema-dai terhadap sekolah kejuruan. Di bawah kendali Pak Wardiman, tanpa bermaksud mengkultuskan seseorang, pamor sekolah kejuruan memang bersinar terang. SMK yang semula dianggap sekolah "kelas dua" mulai diakui sejajar dengan SMU dan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Jumlah siswanya pun secara nasional mengalami kemajuan secara sangat signifikan.      Sayangnya, ketika Pak Wardiman pergi dari departemen pen-didikan maka pamor sekolah kejuruan pun mulai redup. Pengakuan kesepadanan di antara SMK dengan SMU sepertinya mulai terkikis; indikasinya di berbagai kesempatan masyarakat lebih sering membi-carakan SMU daripada SMK. Jumlah siswa SMK pun pada beberapa tempat mulai menurun; sementara itu program-program kreatif yang dahulunya sangat populer seperti Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sepertinya mulai dilupakan orang. Sekarang bahkan banyak orang yang melupakan keberadaan sekolah kejuruan.