cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bengkulu,
Bengkulu
INDONESIA
Naturalis : Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Published by Universitas Bengkulu
ISSN : 23026715     EISSN : 26547732     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 207 Documents
ANALISIS PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, KESADARAN LINGKUNGAN DAN MODAL SOSIAL TERHADAP KINERJA NELAYAN LOBSTER DI KECAMATAN BUNGO MAS KABUPATEN BENGKULU SELATAN Oktarina Asmara; Irnad Irnad; Dede Hartono
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6019

Abstract

Lobster adalah salah satu komoditi yang memiliki nilai jual tinggi begitu pula dengan jumlah permintaan semakin meningkat. Disamping itu kinerja nelayan lobster juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sumber daya yang dimiliki, lingkungan dan modal sosial. Oleh Karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sumberdaya manusia, kesadaran terhadap lingkungan dan modal sosial terhadap kinerja nelayan lobster. Responden dalam penelitian ini adalah nelayan lobster yang berada di Kecamatan Bungo Mas Kabupaten Bengkulu Selatan dengan dengan jumlah sampel sebanyak 112 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) WarpPLS5.0 yang digunakan untuk melihat hubungan kausalar variabel yang diteliti. Hasil yang diperoleh adalah Variabel sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kinerja nelayan lobster di kecamatan Bungo Mas Kabupaten Bengkulu Selatan Pada tingkat signifikansi 95% dengan nilai P-Value 0.01 dan ?=0.20. Kemudian, Variabel kesadaran lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja nelayan lobster Pada tingkat signifikansi 95% dengan nilai P-Value 0.01 dan ?=0.20. Terakhir, Variabel modal sosial berpengaruh positif terhadap kinerja nelayan lobster  Pada tingkat signifikansi 95% dengan nilai P-Value 0.01 dan ?=0.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik sumber daya manusia, kesadaran lingkungan dan modal sosial yang dimiliki nelayan maka kinerja nelayan dalam penangkapan lobster pun akan semakin baik.Kata Kunci: Sumber Daya Manusia, Kesadaran Lingkungan, Modal Sosial, Kinerja Nelayan
HUBUNGAN FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SEGINIM KABUPATEN BENGKULU SELATAN Etmon Juliansyah; Agus Martono; Puji Harsono
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 1 No. 1 (2012)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.1.1.5926

Abstract

Telah dilakukan penelitian ini dengan judul Hubungan Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor  kesehatan lingkungan rumah dengan risiko tuberkulosis paru di wilayah Puskesmas Seginim Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol (case kontrol) yaitu penelitian survei analitik yang mengkaji hubungan kasus dengan faktor  risiko. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di Wilayah Puskesmas Seginim Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan dengan  kriteria inklusi telah berumur 15 tahun pada tahun 2011 yang terjangkit TB-Paru sebanyak 64. Berdasarkan perhitungan regresi linear berganda, didapatkan model hubungan antara faktor kesehatan lingkungan rumah  dengan risiko kejadian tuberkulosis paru : Y = -0,066 + 0,330X1 + 0,330X2 + 0,405X3. Tingkat hubungan antara variabel kesehatan lingkungan rumah dapat dilihat dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel, dimana variabel intensitas pencahayaan dan  variabel  kelembapan  0,330 dan untuk kepadatan hunian 0,405.Hasil Uji F dari model yang digunakan diperoleh nilai F hitung > F Tabel, yaitu 423,736 > 4,78.  Ini berarti ke tiga variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada taraf signifikan ? 1%. Berdasarkan hasil perhitungan regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,911. Ini menunjukkan korelasi hubungan yang kuat, dimana 91,1% risiko kejadian Tuberkulosis Paru dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen secara bersama-sama. Kata Kunci : Faktor Risiko,Kesehatan Lingkungan, Tuberkulosis Paru
STUDI PENENTUAN MUTU SUNGAI KELINGI LUBUKLINGGAU DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN Akbar Mauli; Agus Martono; Budiyanto Budiyanto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6028

Abstract

Sungai Kelingi diperkirakan telah mengalami tekanan dari lingkungan dan penurunan kualitas air, sehingga perlu dilakukan perhitungan dan mengidentifikasi kualitas Air Sungai. Pengambilan sampel dari hulu sampai kehilir Sungai Kelingi. Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan, dimulai dari bulan Januari sampai dengan April 2018. Hasil penelitian dan perhitungan status mutu air Sungai Kelingi yang telah dilakukan di 5 (lima) titik pengambilan sampel untuk 8 (delapan) parameter yaitu Suhu, TDS, TSS, pH, COD, BOD, Timbal dan Fecal Coliform yang dilaksanakan pada 08 Maret 2018 dapat disimpulkan bahwa; Status mutu air Sungai Kelingi jika di analisa dengan menggunakan metode STORET menunjukan bahwa Sungai Kelingi tergolong dalam kelas A (baik sekali) atau memenuhi baku mutu di semua titik pengambilan sampel. Pada perhitungan mengunakan metode Indeks Pencemaran (IP) menunjukan tercemar ringan pada titik 1,2 dan 5. Evaluasi status mutu air Sungai Kelingi dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) tahun  2015 status mutu air Sungai Kelingi pada bagian hulu PIj sebesar 0,53 tergolong memenuhi baku mutu dan pada bagian hilir PIj sebesar 0,86 tergolong memenuhi baku mutu, tahun 2016 status mutu air Sungai Kelingi pada bagian hulu PIj sebesar 0,67 tergolong memenuhi baku mutu dan pada bagian hilir PIj sebesar 1,26 tergolong dalam cemar ringan, tahun 2017 status mutu air Sungai Kelingi pada bagian hulu PIj sebesar 1,31 tergolong dalam cemar ringan, pada bagian tengah PIj sebesar 1,59 tergolong dalam cemar ringan dan pada bagian hilir PIj sebesar 1,86 tergolong dalam cemar ringan.Kata Kunci: Sungai, Kelingi, Kualitas Air, STORET dan Indeks Pencemaran
ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI AIR BENGKULU BERBASIS KEMASYARAKATAN Bursamin Bursamin; Satria Putra Utama; Muhammad Faiz Barchia
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6007

Abstract

Daerah Aliran Sungai merupakan satu kesatuan yang unsur-unsur utama nya terdiri dari lahan, air, tanah, vegetasi, dan mahluk hidup, DAS Air Bengkulu merupakan salah satu DAS yang berada di dua wilayah mencakup daerah seluas 51.500 ha berlokasi di kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. RAP-DAS Air Bengkulu saat ini menunjukkan indeks keberlanjutan Eco-DAS dimensi ekonomi 61,8%, sosial 50,7%, ekologi 48,3%,  hukum kelembagaan 50.6%, dan teknologi 48.4%. Berdasarkan indikator dimasing-masing dimensi melalui analisis MDS menunjukkan status keberlanjutan dengan rata-rata indeks 51,96 dikategorikan cukup berlanjut. Dibandingkan  dengan status keberlanjutan Monte Charlo memperoleh indeks dimensi ekonomi 60,9 sosial 49.9, ekologi 47,6, hukum kelembagaan 49,7, dan teknologi 47,5 dikategorikan cukup berkelanjutan. Sebab status keberlanjutan yang berpangaruh terhadap pengelolaan lingkungan tangkapan Air DAS Air Bengkulu memiliki nilai stress berdasarkan analisis MDS dan monte charlo dimensi ekonomi 12,26%, social 10,05%, ekologi 09,58%, hukum kelembagaan 10,02%, dan tekjnologi 09,58%. sehingga keakuratan status berkelanjutan teridentifikasi dimasing-masing dimensi rata-rata Ekonomi 0,732, Sosial 0,490, Ekologi 0,451, Kelembagaan 0,451, dan Teknologi 0,490. berdasarkan indeks dari kedua parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa status keberlanjutan pengelolaan lingkungan tangkapan Air DAS Air Bengkulu dikategorikan cukup didasarkan  dari nilai MDS 51,96, Monte Charlo 51,12, Stress 10.29%, dan R2 0,5 kategori cukup berkeLanjutan. Oleh karena itu dalam 15 (lima belas) faktor/ atribut yang sensitif diperlukan kerjasama secara kolaboratif dan terpadu antar pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, dan masyarakat) didaerah tangkapan air DAS Air Bengkulu.Kata Kunci: Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu, Kelembagaan, MDS, Monte Charlo, Indeks keberlanjutan
TUMBUHAN BAWAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TUA (TM) DAN SAWIT MUDA (TI) DENGAN PEREMAJAAN TEKNIK UNDERPLANTING DI PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI Trisna Trisna; Wiryono Wiryono; Enggar Apriyanto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6022

Abstract

Komoditas kelapa sawit secara nasional dari segi luas dan produksinya semakin meningkat setiap tahunnya selama kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2015-2017. Tahun 2015 luas area perkebunan, tahun 2015 mencapai 11.260.277 ha/th dan pada tahun 2017 sebesar 12.307.677 ha/th. Faktor yang lain yaitu produksi kelapa sawit sebesar 31.070.015 ton/th dan pada tahun 2017 sebesar 35.359.384 ton/th (Dirjen Perkebunan, 2017). Akhir-akhir ini, perusahaan perkebunan baik milik negara maupun rakyat mulai melakukan pembaharuan dalam proses peremajaan. Permasalahan yang timbul pada saat peremajaan adalah tumbuhan bawah yang tumbuh dengan sangat cepat dan sulit untuk dikendalikan yang mengganggu tanaman akibat dari peremajaan secara konvensional sehingga dikembangkan teknik baru yaitu underplanting. Peremajaan dengan teknik konvensional ini sering ditemui permasalahan seperti biaya yang tinggi, terbukanya lahan secara besar-besaran dan timbulnya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi jenis tumbuhan bawah serta jenis asing dan jenis asli yang tumbuh pada tiga kondisi kebun kelapa sawit di PT. Bio Nusantara Teknologi  (sawit yang tua (TM dan sawit muda  (TI)) dan menghitung indeks keragaman jenis tumbuhan bawah pada ketiga kondisi kebun kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuadrat. Ukuran kuadrat yang digunakan adalah 1x1 m. Banyaknya jumlah kuadrat mengacu pada metoda kurva spesies area dengan luas minimum 40 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi tumbuhan bawah pada TM ditemukan 20 jenis yang terdiri dari 5 jenis asli dan 15 jenis asing dan pada kebun TI ditemukan 20 jenis yang terdiri dari 8 jenis asli dan 12 jenis asing. Tingkat keragaman jenis tumbuhan bawah (H’) tergolong rendah dengan besaran masing-masing pada TM sebesar 0,637 dan TI dengan nilai 1,94. Jenis yang mendominasi pada kedua kondisi kebun kelapa sawit adalah Axonopus compressus dengan INP 130,238% (TM) dan 42,237% (TI). Kata Kunci: Kelapa Sawit, Underplanting, Komposisi Tumbuhan Bawah, Keragaman Jenis, Metode Kuadrat, Kurva Species Area
PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP PEMBANGUNAN DAN FUNGSI HUTAN KOTA Afdhal Redha; Enggar Apriyanto; Puji Harsono
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 1 No. 1 (2012)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.1.1.5927

Abstract

Kondisi lingkungan hidup yang makin buruk seperti pencemaran udara, peningkatan suhu dan penurunan air tanah memerlukan upayaperbaikan lingkungan, salah satunya adalah dengan pembangunan hutan kota. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2012 dengan tujuan untuk mengetahui: (1) kondisi sosial ekonomi masyarakat (2) persepsi masyarakat mengenai pembangunan dan fungsi hutan kota ,dan (3) hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan persepsi masyarakat Responden berjumlah 82 orang yang diambil dari 72 orang masyarakat umum perkotaan dan 10 orang pejabatan instansi pemerintah. Metoda analisis data adalah analisis deskriptif dan analisa kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat perkotaan tergolong makmur. Masyarakat rata-rata memiliki sikap positif (kategori III) terhadap pembangunan dan fungsi hutan kota. Variabel umur, pendidikan formal dan pendapatan merupakan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat mengenai pembangunan dan fungsi hutan kota. Kata Kunci : Hutan kota, Persepsi, Faktor sosial ekonomi
POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI LINGKUNGAN Ikhlassia Mutiara; Agus Susatya; Guswarni Anwar
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6029

Abstract

Pantai Panjang memiliki potensi dan peluang yang besar dalam bidang pariwisata dan sebagai salah satu daya tarik wisata maka perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Panjang untuk menjadi kawasan wisata unggulan. Penelitian ini merupakan penilitian kualitatif deskriptif dengan metode penilaian dan metode checklist sederhana. Penelitian observatif atau pengamatan dilakukan untuk mengidentifikasi karekteristik kawasan wisata Pantai Panjang. Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan memaparkan dan menyajikan suatu liputan peristiwa melalui indentifikasi subtansi masalah pada kawasan wisata Pantai Panjang. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka simpulan terhadap pengembangan kawasan wisata di Pantai Panjang dalam perspektif konservasi lingkungan dikembangkan sebagai kawasan wisata regional. Ada lima strategi pengembangan 1.Pengembangan infrastruktur sarana dan prasarana wisata 2.Pengembangan modal usaha 3.Pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang berkelanjutan 4. Pemeliharaan dan pengelolaan wisata Pantai Panjang yang berkelanjutan 5.Promosi objek wisata Pantai Panjang.Kata Kunci: Pantai Panjang , Pengembangan , Pariwisata
PENGARUH TIPE FERMENTOR DAN LEVEL PEMBERIAN FESES PUYUH TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH Hermy Puspita Sari; Urip Santoso; Heri Dwi Putranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6008

Abstract

Feses yang dihasilkan dari usaha peternakan puyuh berupa feses puyuh belum termanfaatkan secara maksimal sehingga masih berdampak kepada pencemaran lingkungan seperti pencemaran pada air, udara dan tanah. Kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang cukup tinggi ini merupakan faktor pembatas penggunaan feses puyuh sebagai pakan ternak sehingga perlu pengolahan agar penggunaannya optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan feses puyuh dalam ransum, yaitu memanfaatkan Teknologi Fermentasi. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi adalah mikroorganisme yang ada di Em4, ragi tempe dan ragi tape. Tujuan Peneltian mengevaluasi pengaruh tipe fermentor terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Mengevaluasi pengaruh level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh Mengevaluasi interaksi antara tipe fermentor dengan level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Bahan penelitian yang digunakan adalah puyuh betina awal produksi sebanyak 360 ekor. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu faktor pertama level pemberian feses (Faktor A = 10%, 15% dan 20%) dan faktor kedua tipe fermentor (Faktor B = EM4, Ragi Tempe dan Ragi Tape). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap konsumsi ransum, produksi massa telur, konversi ransum (P<0,005) dan produksi telur (P<0,001. Tidak terdapat interaksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap berat telur, berat yolk, kecerahan yolk dan tebal kerabang (P>0,05). Kesimpulan penelitian bahwa nteraksi antara tipe fermentor dan level pemberian feses terbaik adalah tipe fermentor EM4 dengan level pemberian feses puyuh sebesar 10%.
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERAMBAH DAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI AIR SAMBAT REG 84 DI KABUPATEN KAUR PROPINSI BENGKULU Arif Budiman; Gunggung Senoaji; Enggar Apriyanto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6025

Abstract

Masyarakat yang sudah lama beraktifitas dan bermukim di dalam Kawasan Hutan Produksi Air Sambat Reg. 84 Kecamatan Maje dan Kaur Selatan Kabupaten Kaur telah mendesak kawasan Hutan Produksi tersebut menjadi lahan garapan untuk berkebun dan pemukiman. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat perambah di Kawasan Hutan Produksi Air Sambat Reg. 84, mengetahui klasifikasi tutupan lahan di Kawasan Hutan Produksi Air Sambat Reg. 84, mengetahui perubahan tutupan lahan pada Kawasan Hutan Produksi Air Sambat Reg. 84 dan merumuskan Strategi Pengelolaan Hutan di Kawasan Hutan Produksi Air Sambat Reg. 84. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk karakteristik sosial ekonomi perambah dan laju perubahan tutupan lahan menggunakan analisis spasial (Sistem Informasi Geografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa umur perambah di Hutan Produksi Air Sambat merupakan kategori umur produktif dengan pendidikan yang cukup rendah. Sebagaian besar jumlah anggota keluarga perambah tersebar pada keluarga kecil (4-5 orang), daerah asal perambah 55.50% berasal dari desa-desa tidak sekitar hutan lindung, asal lahan rambahan 57.29% diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, dengan motivasi merambah 46.88% dilatar belakangi oleh faktor ekonomi. Sebagian besar perambah juga memiliki pekerjaan selain dari mengusahakan lahan di kawasan hutan yaitu buruh harian, buruh tani dan berdagang, pengumpul, ojek dan lain sebagainya. Pendapatan total rumah tangga perambah dari lahan rambahan rata-rata Rp. 11.607.812,50/tahun. Jika dilihat dari tingkat kesejahteraan rata-rata perambah berada pada kategori cukup sejahtera. Laju perubahan tutupan lahan yang mengalami peningkatan luas wilayah dalam jumlah yang paling besar adalah pertanian lahan kering campur. Tutupan lahan pertanian lahan kering campur mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 1.264,55 hektar atau 264.55 % lebih luas dibandingkan dengan tahun 2009. Sedangkan tutupan lahan hutan sekunder mengalami penurunan luas wilayah sebesar 1.268,80 hektar atau 35.36% dari luas tahun 2009. Adapun Strategi pengelolaan yang sesuai di Hutan Produksi Air Sambat adalah Perhutanan Sosial melalui Program Hutan kemasyarakatan seluas ± 963 Ha dan untuk kawasan permukiman melalui program Tanah Obyek Reforma Agraria seluas ± 90,25 Ha. Kata Kunci: Hutan Produksi, Perambahan, Tutupan Lahan, Sosial ekonomi, Perhutanan sosial.
PRODUKTIVITAS DAN MUTU JAGUNG HIBRIDA PENGEMBANGAN DARI JAGUNG LOKAL PADA KONDISI INPUT RENDAH SEBAGAI SUMBER BAHAN PAKAN TERNAK AYAM Mubarakkan Mubarakkan; M Taufik; Bieng Brata
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 1 No. 1 (2012)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.1.1.5928

Abstract

Kebutuhan produk berbahan baku jagung untuk pakan ternak, bahan pangan dan industri lainnya di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Produktivitas jagung nasional yang rendah hingga saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik tersebut, sehingga harus dilakukan impor jagung. Upaya peningkatan produktivitas melalui perakitan jagung hibrida baru yang superior dari   jagung lokal menghasilkan jagung hibrida yang adaptif pada berbagai kondisi lahan dan mempunyai produktivitas tinggi pada kondisi input rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui  penampilan agronomis, produktivitas  dan nilai gizi  jagung hibrida pengembangan dari jagung lokal pada kondisi input rendah sebagai sumber bahan pakan ternak ayam.Penelitian dilakukan di lahan percobaan SPP Kelobak di Desa Kelobak  Kabupaten Kepahiang  pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012 menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap  tiga  ulangan. Penelitian  menggunakan 12 jagung hibrida baru dan 2 hibrida pembanding yaitu Bisi 12 dan Bisi 816.  Kondisi input rendah dilakukan dengan pemberian pupuk anorganik yang  terdiri dari pupuk Urea 150 kg/ha, SP36 50 kg/ha, KCL 25 kg/ha, dan insektisida carbofuran 10 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hibrida menunjukkan keragaan tanaman yang hampir sama. Hasil biji  pipilan kering tertinggi (10,60 ton/ha) ditunjukkan oleh hibrida 14, yang berbeda nyata dengan hibrida pembanding Bisi 12 dan Bisi 816 dengan hasil masing-masing 9,58 dan 8,29 ton/ha. Kandungan protein tertinggi ditunjukkan oleh hibrida 4 dan 8 dengan kadar 14,12 %, yang sangat sesuai untuk bahan pakan ternak ayam, sedangkan  hibrida 1 dan 13 dengan kandungan karbohidrat 805 dan 790 mg glukosa/gBK lebih sesuai  dikembangkan sebagai sumber bahan pangan. Kata kunci : Jagung hibrida, input rendah, pakan ternak ayam

Page 2 of 21 | Total Record : 207