Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Karakteristik Suara kokok Ayam Burgo Jantan Kota Bengkulu Muhamad Iqbal Safitra; Heri Dwi Putranto; Bieng Brata
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15047

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik suara kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Slebar, Kota Bengkulu. Sampel dipilih dengan purposive sampling dengan kriteria 10 ekor ayam Burgo jantan umur 6 bulan ke atas. Instrumen yang digunakan adalah handphone android, perekam suara dan Software Cool Edit-Pro. Variabel yang diamati meliputi jumlah suara kokok, durasi kokok dan frekuensi kokok. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu pada pagi hari (05.00-07.00 WIB) sebanyak 120 kali, siang hari (11.00-13.00 WIB) sebanyak 50 kali, dan pada sore hari (15.00–17.00 WIB) adalah 57 kali. Durasi kokok ayam Burgo adalah 1,51 detik pada pagi hari, 1,86 detik pada siang hari, dan 1,61 detik pada sore hari. Frekuensi kokok ayam jantan Burgo peliharaan di Kota Bengkulu adalah 19,03   kali/10 menit. Disimpulkan bahwa puncak aktivitas waktu berkokok ayam Burgo jantan di Kota Bengkulu terjadi di pagi hari (05.00–07.00 WIB) dengan rata-rata 1,51 detik dengan durasi terpanjang selama 1,86 detik dan rata-rata frekuensi 120,9 kali. Rata-rata frekuensi kokok ayam Burgo secara keseluruhan mencapai 19,03 kali/10 menit.Kata Kunci: Ayam jantan burgo, karakteristik suara kokok. Crowing Characteristic of Bengkulu’s Burgo RoosterABSTRACT. This study aims to analyze the characteristics of the crowing of the Burgo chicken in Bengkulu City. The research was conducted at Pagar Dewa Village, Slebar District, Bengkulu City. The samples selected using purposive sampling with the criteria of 10  Burgo chickens aged 6 months and over. The instruments used are android handphone, voice recorders and cool edit-pro software. The variables observed included the crowing number, crowing duration and crowing frequency. The data collected were tabulated and analyzed descriptively. The result showed that the crowing number of the Burgo roosters in Bengkulu City in the morning (05.00-07.00 a.m) was 120 times, noon (11.00 a.m-01.00 p.m) was 50 times, and in the afternoon (03.00 - 05.00 p.m) was 57 times. The crowing durations of the Burgo rooster were 1.51 seconds in the morning, 1.86 seconds in the noon and 1.61 seconds in the afternoon. The crowing frequency of domesticated Burgo rooster in Bengkulu City was 19,03 times/10 minutes. It can be concluded that the crowing peak of the Burgo rooster in Bengkulu City occurred in the morning (05.00 – 07.00 a.m) with an averge of 1, 51seconds and the longest duration was 1.86 seconds per crowing with the average frequency of 120,9 times per crowing and the total average frequency of the crowing was 19 times/10 minutes.
ANALISA KEUNTUNGAN PETERNAK SAPI POTONG DALAM PROGRAM INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN SELEBAR KOTA BENGKULU Yossie Yumiati; Heri Dwi Putranto; Rika Dwi Yulihartika
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.543 KB) | DOI: 10.37676/agritepa.v2i2.184

Abstract

Considering the low productivity of Indonesia’s ruminant management, the government proposed Artificial Insemination program as one solution to enhance ruminants productivity. The purpose of this study was to evaluate the economical aspect by using a profit analysis on artificial insemination program in District of Selebar, Bengkulu city. The research was conducted during June to August 2015. There were 4 villages (Pekan Sabtu, Betungan, Bumi Ayu and Sumur Dewa) with total of 70 interviewees. Primary and secondary data were qualitatively and quantitatively analyzed. The profit and total cost were calculated. The results showed that the profit was IDR 8,073,679 (gained fromcarcass sale), the average of revenue was IDR 10,671,429 and the average of cost was IDR 2,597,750.Keywords: Artificial Insemination  Program, District of Selebar, Profit,  Ruminant.
Assesmen Tingkat Partisipasi Peternak Dalam Kegiatan Inseminasi Buatan Di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Yossie Yumiati; Heri Dwi Putranto; Eva Ramalia Sari
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 4 No 1 (2017)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.866 KB) | DOI: 10.37676/agritepa.v4i1.596

Abstract

Tingkat kesuksesan penerapan program Inseminasi Buatan (IB) yang masih belum maksimal dikarenakan masih adanya sikap petani/ peternak yang belum mengetahui program IB secara menyeluruh dan belum bisa menerima program tersebut. Selain itu besaran assesmen dari tingkat partisipasi peternak dapat dilihat dari tingkat partisipasi dalam perencanaan, tingkat partisipasi dalam pelaksanaan dan tingkat partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran assesmen tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan Inseminasi Buatan. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei- Juli 2016 di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Adapun responden terpilih secara acak (simpel random sampling) sebanyak 77 orang. Data yang diperoleh baik data primer atau sekunder dianlisa secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisa data yang digunakan untuk melihat besarnya assesmen tingkat partisipasi antara variabel dependen (Y) dan independen (X) dilakukan analisis regresi berganda dengan program statistik computer costat versi 9.00. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis regresi yang dilakukan maka dapat diperoleh hasil bahwa besaran assesmen tingkat pertisipasi yang mempengaruhi secara nyata dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan adalah umur peternak dan jumlah ternak potong yang dimiliki responden. Berdasarkan hasil perhitungan koefisen determinasi (r2) hanya memberikan sumbangan sebesar 0,1958 dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan koefisen korelasi (r), variabel independen dari karakteristik responden terhadap variabel dependen tingkat partisipasi ini mempunyai hubungan yang lemah sampai dengan sedang, karena hanya sebesar 0,4425 masih jauh dari 1. Kata Kunci: Assesmen tingkat partisipasi, peternak sapi potong, kegiatan IB
Variasi Tingkah Laku Reproduksi Rusa Sambar pada Manajemen Pemeliharaan Intensif di Habitat Ex Situ Heri Dwi Putranto
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 5, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.5.2.129-134

Abstract

ABSTRAKRusa Sambar (Cervus unicolor) merupakan ruminansia yang berpotensi sebagai sumber protein hewani dan layak dikembangkan, deskripsi tingkah laku reproduksinya (tingkah laku estrus betina dan tingkah laku kawin jantan) sampai kini belum banyak diketahui. Penelitian dirancang untuk merekam variasi tingkah laku reproduksi dominan rusa Sambar yang mendapat perlakuan pemeliharaan secara intensif dan untuk mengetahui pengaruh musim (hujan dan kemarau) terhadap tingkah laku reproduksinya. Sepasang rusa Sambar berumur enam tahun yang dipelihara pada CZAL Jurusan Peternakan Faperta Unib diobservasi secara visual dan dicatat tingkah laku reproduksinya selama Mei - Oktober 2009. Hasil analisa uji t-student, musim berpengaruh sangat nyata terhadap tiga macam variasi tingkah laku estrus dominan betina yaitu aktifitas menjilat jantan, aktifitas menunggangi jantan atau individu lain dan berkurangnya nafsu makan (p<0,01). Selanjutnya, musim juga berpengaruh sangat nyata terhadap sembilan macam variasi tingkah laku kawin jantan antara lain vokalisasi, agresif, aktifitas menjilat betina, aktifitas mencium genitalia betina, aktifitas menunggangi betina, ereksi penis, flehmen, aktifitas menggosokkan tubuh ke betina serta mengikuti betina (p<0,01), kecuali aktifitas intromisi dan kopulasi. Dapat disimpulkan bahwa faktor musim mempengaruhi frekuensi tingkah laku reproduksi dan tercatat tiga macam variasi tingkah laku reproduksi dominan betina dan sepuluh macam tingkah laku reproduksi dominan jantan.Kata kunci: Musim, pemeliharaan intensif, rusa Sambar, tingkah laku reproduksi.
Profil Komponen Leukosit Kambing Kacang Betina Prasapih yang Disuplementasi Tepung Katuk Heri Dwi Putranto; Nurmeiliasari Nurmeiliasari; Sura Menda Ginting; Yossie Yumiati; Ahmad Zueni
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 9, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.9.1.1-9

Abstract

ABSTRAKKambing kacang dikenal sebagai kambing lokal dan merupakan salah satu plasma nutfah ternak ruminansia Indonesia. Kambing lokal ini lazim dipelihara oleh peternak dan menjadi salah satu pensuplai kebutuhan protein hewani masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari suplementasi tepung katuk (Sauropus androgynus) dengan level pemberian yang berbeda terhadap profil komponen leukosit dan deferensiasinya pada kambing kacang betina fase prasapih. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Bujur Sangkar Latin (Latin Square). Sebanyak 9 ekor kambing kacang betina prasapih (umur 4 sampai 6 bulan, berat rerata 8,45 ± 1,00 kg) selama 7 minggu dipelihara dalam kandang individu dan mendapat perlakuan 3 aras suplementasi tepung katuk (A: pakan hijauan dan konsentrat ad libitum (HK) + non suplementasi, B: HK + suplementasi 3% dari berat hidup, dan C: HK + suplementasi 6% dari berat hidup) masing dengan 3 ulangan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahwa perlakuan suplementasi tepung katuk berpengaruh tidak nyata terhadap profil komponen leukosit dan deferensiasinya yaitu limfosit, monosit, netrofil dan eosinofil (P > 0,05). Kondisi (umur, berat badan, seks) kambing betina prasapih yang seragam dalam penelitian ini diperkirakan sebagai penyebabnya. Kondisi individu yang seragam berakibat pada kondisi fisiologis tubuh serta kemampuan produksi antibodi yang sama pula.Kata Kunci: Kambing kacang betina prasapih, Leukosit, Suplementasi tepung katuk
KAJIAN PENURUNAN TINGKAT RESIDU PESTISIDA PADA MADU LEBAH HASIL BUDIDAYA PADA KAWASAN TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN REJANG LEBONG Iskandar Rahmatullah; Dadang Suherman; Heri Heri Dwiputranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.9.2.13501

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan madu lebah yang dihasilkan oleh lebah A.cerana yang dibudidayakan pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong dalam menurunkan residu pestisida. Pada penelitian sebelumnya Saefudin dkk (2017) melaporkan bahwa madu lebah A.cerana hasil budidaya pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong tidak terdeteksi kandungan pestisida. Penyiapan sample bahan uji dilakukan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu. Uji laboratorium terhadap sample madu dilaksanakan di Laboratorium Saraswati Indo Genetec (SIG) Bogor. Uji laboratorium dilakukan dengan mengintroduksikan 2 (dua) jenis bahan aktif pestisida yang dominan dipakai oleh petani. Pengujian untuk setiap bahan aktif dilakukan sebanyak 2 (dua) kali ulangan, dengan jangka waktu pengujian (interfal) pengujian selama 1 (satu) minggu, 4 (empat) minggu, dan 12 (dua belas) minggu. Sebagai kontrol digunakan media aquades (air murni) dengan perlakuan yang sama dengan madu lebah A.cerena. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibahas secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa madu lebah yang dihasilkan oleh lebah A.cerana yang dibudidayakan pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong mampu menurunkan kandungan residu pestisida golongan organofosfat. Bahkan pada sample madu dengan bahan aktif profenofos pada minggu ke 12, kandungan residu pestisida sudah dibawah ambang yang dapat terdeteksi (0,0026 ppm).
KAJIAN KEBERLANJUTAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN AIR NAPAL DAN KECAMATAN BATIKNAU KABUPATEN BENGKULU UTARA Sulaksono Sulaksono; Irma Badarina; Heri Dwi Putranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 10 No. 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.10.2.20426

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai indeks dan status keberlanjutan masing-masing di-mensi dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabu-paten Bengkulu Utara. Mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor atau atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Air Na-pal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara. Indeks dan status keberlanjutan usaha ternak sapi potong ini dinilai dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi teknologi dan infrastruktur serta dimensi hukum dan kelembagaan. Dalam menganalisis data keberlanjutan dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara adalah dengan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan pendekatan RAP-BANGKAPET. Dimana hasilnya dinya-takan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Identifikasi atribut-atribut yang sen-sitif terhadap indeks dan status keberlanjutan masing-masing dimensi memakai Analisis Lever-age dan Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks status keberlanjutan dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara adalah 56,14% (cukup berkelanjutan). Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar (64,23%), dimensi ekonomi (51,95%), dimensi sosial budaya (54,72%), dan dimensi hukum dan kelembagaan (74,97%) dikategorikan baik dengan status cukup berkelanju-tan. Untuk dimensi teknologi dan infrastruktur sebesar (34,81%) dikategorikan kurang dengan status kurang berkelanjutan. Dari 50 (lima puluh) atribut yang dianalisis, terdapat 36 (tiga puluh enam) atribut yang perlu diperhatikan dan segera ditangani karena sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan untuk masa yang akan datang (jangka panjang) maka perlu dilakukan upaya perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif dalam peningkatan status kawasan.
PENGARUH TIPE FERMENTOR DAN LEVEL PEMBERIAN FESES PUYUH TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH Hermy Puspita Sari; Urip Santoso; Heri Dwi Putranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6008

Abstract

Feses yang dihasilkan dari usaha peternakan puyuh berupa feses puyuh belum termanfaatkan secara maksimal sehingga masih berdampak kepada pencemaran lingkungan seperti pencemaran pada air, udara dan tanah. Kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang cukup tinggi ini merupakan faktor pembatas penggunaan feses puyuh sebagai pakan ternak sehingga perlu pengolahan agar penggunaannya optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan feses puyuh dalam ransum, yaitu memanfaatkan Teknologi Fermentasi. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi adalah mikroorganisme yang ada di Em4, ragi tempe dan ragi tape. Tujuan Peneltian mengevaluasi pengaruh tipe fermentor terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Mengevaluasi pengaruh level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh Mengevaluasi interaksi antara tipe fermentor dengan level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Bahan penelitian yang digunakan adalah puyuh betina awal produksi sebanyak 360 ekor. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu faktor pertama level pemberian feses (Faktor A = 10%, 15% dan 20%) dan faktor kedua tipe fermentor (Faktor B = EM4, Ragi Tempe dan Ragi Tape). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap konsumsi ransum, produksi massa telur, konversi ransum (P<0,005) dan produksi telur (P<0,001. Tidak terdapat interaksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap berat telur, berat yolk, kecerahan yolk dan tebal kerabang (P>0,05). Kesimpulan penelitian bahwa nteraksi antara tipe fermentor dan level pemberian feses terbaik adalah tipe fermentor EM4 dengan level pemberian feses puyuh sebesar 10%.
EVALUASI PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH RAKYAT DAN KUALITAS SEMEN BEKU DI KECAMATAN SELUPU REJANG, REJANG LEBONG, BENGKULU Brilian Putra Pamungkas; Heri Dwi Putranto; Endang Sulistyowati
AL-ULUM: JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.748 KB) | DOI: 10.31602/ajst.v1i2.434

Abstract

The objective of this research was to evaluate reproductive performance of dairy cows and frozen semen in Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Data collection were conducted through interview method using quisioner. Secondary data were about quality analysis of frozen semen straw carried out in UPTD Puskeswan Curup. Primary data primer were collected from 7 respondents (with total 19 cows), including characteristics of farmers, age, education, farming experience, main job.  Paramaters evaluated were reproduction performance, such as Calving Interval (CI), Days Open (DO) and Service per conception (S/C), and quality of frozen semen, Motility, Viability and Abnormality.  Results of evaluation of reproduction performance of dairy cows in  Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong showed that Calving Interval 13.79 month, Days Open 139.73 days and Service per Conception 1.58. Quality of frozen semen used were in qualifying the standards of motility (46.87%, viability  (63.32%), and abnormality  (2.97%).
Analisis Keuntungan Usaha Penangkaran Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus) Di Kota Bengkulu Heri Dwi Putranto; Yossie Yumiati; Alven Syahril Muslim; Ahmad Saleh Harahap
Wahana Peternakan Vol. 6 No. 2 (2022): Wahana Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jwputb.v6i2.601

Abstract

Abstract Nowadays, breeding captivity of white-rumped shama (Copsychus malabaricus) becomes a popular business among bird lovers in Bengkulu. It has been directed to create an independent livestock business. This captivity business aims to increase household income and gain profits. Captivity breeding has developed into a promising  and potential business. This study aimed to analyze the profits of white-rumped shama breeding captivity business in Bengkulu city. The research was purposively conducted in Bengkulu City. A snowball sampling method was used to determine respondents. Total of 19 respondents were interviewed based on  questionairres to determine the characteristics of respondents, total cost, total revenue and R/C ratio. The results showed that the majority of white-rumped shama breeders in Bengkulu city were male (95%) and classified into a productive age group. The average total revenue was Rp 150,744,354/year per respondent. The average  of R/C ratio was 2.47, which means that white-rumped shama breeding captivity business in Bengkulu is feasible to be developed. Key words: Bengkulu City, Breeding Captivity, Profit Analyses, White-rumped Shama