cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ternak Tropika
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 25031007     EISSN : 25031007     DOI : -
Core Subject :
TERNAK TROPIKA, Journal of Tropical Animal Production (JTAP) provides for rapid publication of full-length papers, short communication and review articles describing of new finding or theory in Animal Production area. TERNAK TROPIKA has 1 volume with 2 issues per year. TERNAK TROPIKA is published by Department of Animal Priduction, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University Indonesia in collaboration with Indonesian Society of Animal Science (ISPI
Arjuna Subject : -
Articles 305 Documents
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) PADA BERBAGAI PARITAS DAN BULAN LAKTASI DI KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA Aju Tjatur N. K; Moh Nur Ihsan
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.889 KB)

Abstract

ABSTRAK Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penampilan reproduksi sapi perah FH pada berbagai paritas dan bulan laktasi di ketinggian tempat yang berbeda telah dilakukan. Penelitian dilaksanakan di Koperasi Usaha Sapi Perah Nongkojajar (daerah dataran tinggi) dan Koperasi Usaha Sapi Perah Grati (daerah dataran rendah) Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa  sapi FH yang dipelihara di dataran tinggi lebih baik penampilan reproduksinya dibandingkan yang dipelihara di dataran rendah.. Rata-rata nilai DO, CI dan S/C di dataran tinggi masing-masing 110,84±46,45 hari, 382,58±45,76 hari dan 1,58±0,78 sedangkan di dataran rendah  129,91±32,05 hari, 40,47±32,84 hari dan 2,82±0,77. Efisiensi reproduksi ternak di dataran tinggi menunjukkan penampilan  yang lebih baik daripada di dataran rendah. Paritas dan bulan laktasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penampilan  reproduksi sapi perah FH.   Kata kunci: penampilan reproduksi, paritas, bulan laktasi dan  ketinggian tempat   The Performances of Reproductive Friesian Holstein (FH)  Dairy Cows at Various Parity and Month of Lactation in Different Altitude   ABSTRACT The aim of the research was to know  the reproductive performance of dairy cows Friesian Holstein (FH) at various parity and month of lactation in different altitude. The research was conducted at KPSP Setia Kawan Nongkojajar (highlands) and KUTT Suka Makmur  Grati (lowlands) Pasuruan regency. The results concluded that reproductive performance dairy cows at high altitude better than low altitude. The average value of DO, CI and S / C at highlands 110.84 ± 46.45 days, 382.58 ± 45.76 days and 1.58 ± 0.78 while at lowlands 129.91 ± 32.05 days, 401.47 ± 32.84 days and 2.82 ± 0.77. The parity and month of lactation not significant affected on the reproductive performance dairy cows..   Keywords: reproductive performance,  parity, month of lactation and altitude
POTENSI EKONOMI BUDIDAYA TERNAK DI KAWASAN MADURA PASCA SURAMADU M.B Hariyono; Hartutik Hartutik; A Dzazuli; Sri Andayani
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.695 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian dilakukan di Pulau Madura. Tujuan penelitian adalah memprediksi peluang potensi budidaya ternak sapi, mengetahui Strategi budidaya sapi Pasca Jembatan Suramadu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif eksploratif. Hasil Penelitian menemukan bahwa usaha ternak sapi di Pulau Madura masih bersifat tradisional dan usaha sambilan. Upaya untuk meningkatkan manfaat ternak sapi adalah mengusahakan secara terpadu dengan tanaman. Keuntungan: a) pupuk kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah b) ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan c) limbah jagung bermanfaat sebagai pakan d) lahan diantara pohon kelapa dapat ditanami hijauan. Pengembangan usaha ternak sapi dapat dilakukan dengan memberdayakan sumberdaya lokal. Pengembangan pola integrasi sapi-tanaman memerlukan kerjasama antara peternak-pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak dapat berupa strategi agresif dan diversifikatif. Pemerintah perlu memberikan bantuan modal, penyuluhan, pelatihan dan introduksi tanaman hijauan pakan unggul yang dapat ditanam diantara tanaman utama. Pengembangan integrasi ternak tanaman dapat dilakukan melalui pendekatan kelompok. Cara ini dapat memudahkan pemerintah komunikasi diantara anggota kelompok dan pemerintah Kesimpulan Pulau Madura mempunyai potensi dalam budidaya sapi potong. Strategi yang dilakukan adalah campurtangan pemerintah dan investor. Saran yang bisa diberikan adalah bantuan modal, penyuluhan, pelatihan dan introduksi tanaman hijauan pakan unggul yang dapat ditanam diantara tanaman utama.   Kata kunci : potensi, strategi, dan intergasi   ECONOMIC POTENTIAL OF RAISING LIVESTOCK IN AREA POST SURAMADU MADURA ABSTRACT The study was conducted on the island of Madura. The purpose of this research is to Predict the potential opportunity of beef cattle farming. The method used in this study is descriptive exploratory method. Results The study found that the cattle business on the island of Madura is still traditional and sideline business. Efforts to increase the benefits of beef cattle is an integrated effort with the plant. Advantages: a) the manure can improve soil fertility b) the livestock may be used as a source of income c) waste is useful as feed d) land among the palm trees can be planted with forags. Cattle enterprise development can be done by empowering local resources. Government policies to encourage the development of integrated crop-livestock systems can be aggressive strategy and diversifikatif. The government needs to provide capital assistance, counseling, training and introduction of high yielding forage crops can be planted between the main crop. Development of crop livestock integration can be done through a group approach. In this way the government can facilitate communication between group members and government Conclusion Madura Island has the potential in beef cattle farming. The strategy taken is the increasing role of government and investors. Advice can be given is a capital assistance, counseling, training and introduction of high yielding forage crops can be planted between the main crop.   Key World : potential, strategies, and intergasi
SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA V. M. A Nurgiartiningsih
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.097 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi sistem breeding sapi Madura di pulau Madura dan karakterisasi performans produksi sapi Madura pada sistem breeding yang teridentifikasi. Materi yang digunakan adalah 200 ekor sapi Madura umur 6, 12, dan 24 bulan terdiri dari 93 ekor sapi Madura murni (M), 86 ekor sapi hasil persilangan generasi pertama (LM-G1) dan 21 ekor sapi hasil persilangan generasi ke dua (LM-G2) di Pulau Madura. Data dianalisis dengan analisis ragam acak lengkap pola searah dengan mengaplikasikan software GENSTAT). Berdasarkan hasil pengamatan diketahui 46,5% dari total sampel menganut sistem breeding pemurnian sapi Madura, 43% sistem breeding persilangan generasi pertama, sedangkan sisanya (10,5%) adalah sistem breeding persilangan generasi ke dua. Pada semua umur yang diamati, jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ukuran tubuh pada tiga kelompok perlakuan (M, LM-G1 dan LM-G2). Panjang badan (PB) dari M umur 6 bulan adalah 110,62±29,65 cm, nyata lebih panjang (P<0,5) dibandingkan dengan PB pada LM-G1 (93,40±7,48 cm) maupun LM-G2 (105,00±9,34 cm). Rataan TG (cm) pada umur 12 bulan pada M, LM-G1 dan LM-G2 berturut-turut adalah 107,20± 7,73 112,50± 9,79  116,50±2,12 cm. Rataan LD umur 24 bulan pada sapi M, LM-G1 dan LM-G2 masing-masing sebesar 140,90±19,52; 160,20±12,96; 173,50± 7,97 cm. Pada umur 12 dan 24 bulan performans sapi hasil persilangan cenderung lebih tinggi daripada sapi Madura murni.   Kata kunci: sistem breeding, sapi Madura, performans produksi BREEDING SYSTEM AND PERFORMANCE OF CROSSBRED MADURA CATTLE IN MADURA ISLAND MADURA ABSTRACT Research was done to identify breeding system of Madura cattle in Madura Island and characterization of productive performance of Madura cattle in the identified breeding system. Material used was 200 Madura cattle which consisted of 93 pure Madura cattle (M), 86 first generasion crossbred (LM-G1) and 21 second generation crossbred (LM-G2). Data were analyzed using ANOVA one way classification applying software GENSTAT (Anonymous, 2008). Results showed that breeding system of pure Madura breed occupied 46.3% of samples, 43% and 10.5% were crossbreeding of first generasion and second generation of Limousin and Madura cattle, respectively. Performance of M, LM-G1 and LM-G2 was not affected by sex. Body length of M at 6 months of age was 110.62±29.65 cm, which was significantly higher (P<0.5) than those of LM-G1 (93.40±7.48 cm) and LM-G2 (105.00±9.34 cm). Gitter height at age of 12 months of M, LM-G1 dan LM-G2 were 107.20± 7.73, 112.50± 9.79, 116.50±2.12 cm, respectively. Chest girths of M, LM-G1 and LM-G2 at 24 months of age were 140.90±19.52; 160.20±12.96; 173.50± 7.97 cm, respectively. At age of 24 months, performances of crossbred cattle were significantly higher than pure breed of Madura cattle.   Key words: breeding system, Madura cattle, productive performance
UPAYA PENINGKATAN PERFORMAN ITIK MOJOSARI PERIODE STARTER MELALUI PENAMBAHAN TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza, Roxb) PADA PAKAN Rositawati I; Saifut N; Muharlien Muharlien
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.679 KB)

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan rimpang temulawak (Curcuma xanthoriza, Roxb) yang ditambahkan dengan level terukur  pada pakan bertujuan meningkatkan performan itik Mojosari. Metode penelitian dengan  eksperimen percobaan dan   analisis data Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan P0: kontrol; P1 : 0,2%; P2: 0,4%  dan P3: 0.6% rimpang temulawak  ditambahkan dalam setiap kilogram pakan. Materi   percobaan  itik mojosari jantan periode starter sebanyak 48 ekor, umur 2 – 6 minggu,   bobot badan awal (268.37±9.33) g, dengan koefisien keragaman sebesar 6.05%. Variabel yang diukur ialah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Hasil menunjukan  penambahan tepung temulawak pada pakan dengan level 0,2%, 0,4% dan 0.6% per kg pakan ialah rata–rata konsumsi pakan: 110.50 – 110.63 g/ekor/hr, pertambahan bobot badan masing-masing P0: 740.78±14.68; P1: 776.09±12.85,; P2: 731.05±6.85, P3: 732.70±23.80 dan konversi pakan sebesar 3.97 – 4.26%. Kesimpulannya ialah penambahan tepung temulawak dengan level 0,2% per kilogram pakan memberikan respon terbaik terhadap pertambahan bobot badan dan berbanding lurus dengan menurunnya konversi pakan.   Kata kunci: Itik mojosari, Curcuma  xanthorhiza Roxb, konsumsi pakan ,konversi pakan, pertambahan bobot badan THE EFFECT OF ADDING  Curcuma xanthoriza , Roxb TO IMPROVE THE PERFORMANCE OF MOJOSARI DUCK ABSTRACT The purpose of the study is finding out the effect of adding Curcuma xanthoriza Roxb to production of Mojosari duck in starter. The research method is the experiment with data analysis using Completely Randomized Design (CRD). The materials are 48 male Mojosari ducks starter period initial body weight was 263.88±15.97 g, Coeficient variation 6,05%. The treatment used is P0: control; P1: 0.2%; P2: 0.4% and P3: 0.6% is added in every kilogram of feed. Results showed that the addition of Curcuma xanthoriza in the diet at levels of 0.2%, 0.4% and 0.6% per kg of feed is the average feed consumption: 110.50 - 110.63g/tail/day , body weight gain each P0: 740.78 ± 14.68 g; P1: 776.09 ± 12.85 g; P2: 731.05 ± 6.85 g; P3: 732.70 ± 23.80 g, and feed conversion of 3.97-4.26%. The conclusion is that the addition of Curcuma xanthoriza Roxb powder with a level of 0.2% per kilogram of diet gave the best response to body weight gain and proportional  feed conversion.   Keyword : Mojosari duck, Curcuma xanthoriza Roxb  , feed consumsion, body weight  gain, feed conversion
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR N Desinawati; N Isnaini
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.555 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian  tentang penampilan reproduksi sapi peranakan Simmental di Kabupaten Tulungagung telah dilakukan. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 440 ekor sapi peranakan Simmental yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Variabel yang diamati yaitu : system perkawinan, umur pertama dikawinkan, umur penyapihan pedet, service/conception (S/C), umur pertama beranak, jarak antara dua kelahiran dan panen pedet per tahun.. Data yang diperoleh ditabulasi untuk kemudian dihitung rata-rata dan simpangan bakunya dan dianalisa secara diskriptif.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa system perkawinan adalah Inseminasi Buatan (IB), umur pertama kali dikawinkan untuk sapi betina : 19,77 ± 3,62 bulan, sedangkan untuk sapi jantan tidak diketahui.  Umur penyapihan pedet : 3,41 ± 0,74 bulan. Induk dikawinkan setelah beranak : 4,96 ± 0,55 bulan. Umur pertama kali melahirkan  : 28,20 ± 3,49 bulan . Calving interval : 15,01 ± 0,92 bulan dan  S/C : 2,10 ± 3,49 kali, panen pedet per tahun : 33,87% dengan kelahiran pedet jantan : 11,56% dan pedet betina 22,31%.. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penampilan reproduksi sapi Simmental di Kabupaten Tulungagung tergolong baik.   Kata kunci: penampilan reproduksi, sapi peranakan Simmental, Kabupaten Tulungagung   Reproductive performance of Simmental cross breed cattle reproductive performance in Tulungagung Regency ABSTRACT This research was conducted to evaluate Simmental cross breed cattle reproductive performance in Tulungagung Regency. The materials used on this research were 440 Simmental cross breed cattle. The method used survey. The variables observed were: the system of mating, age of the first mating, age of the calf weaning, S/C, age of the first calving, calving interval, and calf crop percentage per year. The data obtained was calculated mean and deviation standard and be analyzed descriptively. The results showed that the  system of mating was Artificial Insemination (AI). The age of first mating were 19.77 ± 3.62 months for female, and unknown for male. The age of weaning the calves were 3.41 ± 0.74 months. The first mating of  postpartum were 4.96 ± 0.55 months. The age of fisrt partus were 28.20 ± 3.49 months. Calving interval were 15.01 ± 0.92 months and S/C was 2.10 times. Calf crop percentage was 33.87% with 11.56% for male calf and 22.31% for female calf. In conclusion, Simmental cross breed cattle reproductive performance in Tulungagung is good category. Key words: reproductive performance, Simmental cross breed cattle, Tulungagung Regency
RENTABILITAS USAHA TERNAK SAPI POTONG DI DESA WONOREJO KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG Umi Wisapti Ningsih
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.046 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan dan rentabilitas usaha sapi potong, di desa Wonorejo. Manfaat penelitian  adalah seberapa jauh perputaran modal yang dihasilkan dalam suatu usaha  selama periode tertentu. Metode penelitian  adalah metode survey, sampel yang digunakan  sebanyak 30 peternak sapi potong.  Data yang diambil data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan pehitungan analisis biaya, meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap, keuntungan dan  rentabilitas. Usaha peternakan sapi potong hanya merupakan pekerjaan sampingan,sedang pekerjaan utama responden 90% adalah petani.  Pemilikan ternak rata-rata 1,025 unit ternak per peternak.  Modal yang digunakan untuk usaha ternak sebesar Rp 11.560.713;, yang terbesar adalah untuk pembelian ternak Rp7.453.333;(64,47%). Sedang biaya produksi per tahun sebesar Rp.4.310.079; dengan persentase biaya tetap 25,91% dan biaya tidak tetap 74,08%.Biaya terbesar untuk usaha adalah biaya pakan sebesar Rp.2.620.000;(60,78%).  Harga penjualan pedet rata-rata 2.800.000;/ tahun dan penjualan dara Rp 5.445.000;/tahun.  Keuntungan yang diperoleh rata-rata peternak per tahun Rp.3.934.921,dengan rentabilitas usaha 34,04%. Kesimpulan, biaya produksi per tahun Rp 4.310.079; dengan penerimaan Rp 8.245.000; sehingga keuntungan peternak per tahun Rp.3.934.921; dengan rentabilitas usaha 34,04%.Modal yang ditanamkan menghasilkan keuntungan 34,04%,dengan perputaran modal 2,93 kali (tahun) .  Saran,  perlu kiranya pihak pemerintah memberikan  paket kredit murah untuk menambah  ternak yang dipelihara, sehingga diharapkan pendapatan peternak meningkat.   Kata Kunci : rentabilitas, sapi potong 
KETERSEDIAAN TEPUNGSARI DALAM MENOPANG PERKEMBANGAN ANAKAN LEBAH MADU Apis mellifera DI AREAL RANDU (Ceiba pentandra) DAN KARET (Hevea brasilliensis) Sri Minarti
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.074 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi lebah madu Apis mellifera ditinjau dari intensitas kerja lebah madu dalam mengumpulkan tepung sari, kemampuan lebah madu dalam mengumpulkan tepungsari ke dalam sarang  dan pembentukan anakan selama penggembalaan di areal tanaman randu (Ceiba pentandra) dan tanaman karet (Hevea brasilliensis). Materi yang digunakan adalah 7 (tujuh) koloni lebah madu Apis mellifera dengan umur ratu 3 bulan yang  masing-masing didukung oleh 9 frame aktif.  Pengamatan dilakukan selama musim bunga randu dan karet dengan total waktu selama 4 bulan.  Selama penelitian, semua koloni tidak mendapatkan pakan tambahan/buatan dalam bentuk apapun sehingga sepenuhnya hanya mengandalkan pakan alam dari sumber tanaman utama maupun tanaman lain di sekitar areal penggembalaan. Parameter yang diamati meliputi : jumlah pekerja pembawa tepungsari, luasan tepungsari sarang dan luasan anakan (brood), Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis menggunakan  uji t tidak berpasangan untuk membedakan semua variable yang diukur. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara jumlah lebah pekerja  pembawa tepungsari terhadap luasan tepungsari sarang dan luasan anakan, digunakan analisa regresi sederhana (Sudjana, 1994).). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas puncak lebah pekerja pembawa tepungsari di areal randu terjadi pada pukul 07.00 – 07.30 (97,64 ± 19,96 ekor), sedangkan di areal karet pada pukul 09.00 – 09.30 (267,12 ± 113,76 ekor), luasan sisiran  tepungsari di areal karet (64,7152  ±  28,1153 cm2) nyata lebih kecil dibandingkan di areal randu (275,1080  ±  91,95 cm2), sedangkan luasan anakan masing-masing 1527.78 ± 575,57 cm2 dan 1765.79± 384,84 cm2. Kata kunci : Lebah madu, tepungsari, brood,  randu (Ceiba pentandra) dan karet (Hevea brasiliensis THE AVAILABILITY  OF POLLEN IN SUPPORT DEVELOPMENT OF BROOD OF HONEY BEE IN KAPUK (Ceiba pentandra) AND RUBBER (Hevea brasilliensis) PLANTATION   ABSTRACT This research aims to learn about the potency of honeybee Apis mellifera based on the intensity of working in gathering pollen, skill to gather pollen into the nest and form a brood during the pasturing in the silk-cotton tree (Ceiba pentandra) plant and rubber tree (Hevea brasilliensis) plant area. The subjects that are used are 7 (seven) colonies of honeybee Apis mellifera with the queen at the age of 3 months, that each of them supports by 9 active frames. The observation does during the silk-cotton flower and rubber flower season during 4 months totally. During the research, the whole of colonies do not get the supplement food in everything form, so that they rely on natural food from the main plant source even the other plant around the pasturing area. Parameter that is observed includes: the amount of the pollen porter worker, the capacious of pollen nest and the capacious of brood. Data that is taken from the result of the research is analysed by T test non-form a pair to distinguish the entire variable that is measured. To know the closeness level of the connection between the amount of the pollen porter worker bee toward the capacious of pollen nest and the capacious of brood, it is used a simple regression analysis (Sudjana, 1994). The result of the analysis shows that the top activity of the pollen  worker bee in the kapuk tree area occurred at 07.00 – 07.30 (97,64 ± 19,96 bees), while in the rubber tree area occurred at 09.00 – 09.30 (267,12 ± 113,76 bees), the capacious of pollen bunch in the rubber tree area (64,7152  ±  28,1153 cm²) noticeable smaller than the kapuk  tree area (275,1080  ±  91,95 cm²), while the capacious of brood each of them is  1527.78 ± 575,57 cm² and  1765.79± 384,84 cm2.   Keywords : Honey bee, tepungsari, brrod, kapuk tree (Ceiba pentandra) and rubber tree (Hevea brasiliensis)
MODEL REKORDING DATA PERFORMANS SAPI POTONG LOKAL DI INDONESIA L Hakim; G Ciptadi; V. M. A Nurgiartiningsih
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.648 KB)

Abstract

ABSTRAK Kontribusi ternak lokal dalam memenuhi kebutuhan pangan protein hewani bagi masyarakat Indonesia masih patut diperhitungkan, walau ditenggarai ada penurunan populasinya. Adanya tingkat pemotongan ternak produktif yang tidak seimbang dengan tingkat reproduksinya, ditambah dengan masih berlangsungnya kebijakan impor sapi potong maupun dagingnya, menyebabkan terancamnya ternak sapi lokal menuju kepunahan. Upaya yang harus dilakukan adalah mengembangkan populasinya dengan memperbaiki performans produksi dan reproduksinya. Namun perlu diingat bahwa dalam program perbaikan mutu genetik ternak, program rekording yang dilakukan secara tertib, benar, akurat, dan berkesinambungan, harus mendapat prioritas utama. Untuk memudahkan rekapitulasi dan analisis data, diperlukan software rekording, yang tentunya harus sederhana dan mudah diterapkan di lapang. Dalam Program Rusnas Sapi, telah dirancang software rekording sapi potong (SRS Versi.1.1.) yang dapat digunakan untuk rekapitulasi dan pengolahan data performans produksi dan reproduksinya. Dalam implementasinya di lapang, software tersebut masih terus dikembangkan dan di update sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Bersamaan dengan perancangan software rekording sapi, juga telah dipersiapkan disain website sapi potong lokal Indonesia, dimana beberapa tahapan inventarisasi data telah dilakukan. Dengan demikian diharapkan akan terdapat wadah komunikasi bagi para peternak dan terakumulasinya data-base sapi potong lokal di Indonesia. Kata kunci: Rekording, performans, sapi potong lokal, software.   DATABASE RECORDING MODELS OF INDONESIAN  LOCAL BEEF CATTLE PERFORMANCE ABSTRACT The contribution of livestock to meet local needs in food of animal protein for the people of Indonesia should still be calculated, despite the decline in population there. The existence of cutting the level of productive livestock that is not balanced with the reproduction level, and the remains of the policy of import of beef and beef cattle, causing threathened Threatened cattle to the local extinction. Efforts must be done is to develop the population by improving performance production and reproduction. However, keep in mind that the program in the genetic improvement of livestock quality, the program rekording conducted in an orderly, correct, accurate, and sustainable, must get top priority. To facilitate the summary and analysis of the data, the software needed rekording, which of course must be simple and easily applied in the field. Rusnas Cattle in the program, the software has been designed rekording beef cattle (SRS Versi.1.1.) That can be used for reconciliations and data processing performance and production reproduksinya. In the implementation in the field, the software is developed and updated in accordance with the needs of users. Along with the design of the software rekording cows, has also prepared design the website of local beef cattle Indonesia, where several phases of the inventory data has been done. Thus, it is expected there will be for container communications breeders and data-base accumulation of local beef cattle in Indonesia.   Keywords: Recording, performance, local beef cattle, the software
PEMANFAATAN LARUTAN IODIN POVIDON SEBAGAI HORMON STIMULAN GERTAK BERAHI KAMBING SECARA ALAMIAH Gatot Ciptadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.621 KB)

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitiani adalah untuk mengetahui respon perlakuan  Iodine Povidone terhadap kenampakan berahi kambing betina. Diharapkan dari hasil penelitian ini didapatkan data penguat bagi pengembangan  metode  gertak berahi secara alamiah yang lebih ekonimis.  Metode penelitian adalah percobaan lapang. dengan 3 kelompok kambing  induksi berahi yaitu kontrol (P0), kambing dengan induksi  2.0 % Iodine povidone (P1) dan induksi 4.0 % Iodine povidone (P2). Masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Variable diamati adalah kenampakan berahi berdasarkan  tanda-tanda visual,waktu terjadinya berahi, dan standing heat.  Untuk konfirmasi akurasi kenampakan berahi dilakukan analisa  kadar progesterone pada puncak berahi.  Hasil  menunjukkan  respon kenampakan berahi berdasarkan pada karakter 3 A dan kenampakan lendir vagina  perlakuan P1 dan P2 sekitar 80 % positif , namun jika dikonfirmasikan dengan uji penerimaaan terhadap pejantan maka hal ini tampak turun menjadi sekitar 60 %. Perlakuan kontrol dengan injeksi NaCl fisiologis menunjukkan hasil negatif pada semua kambing perlakuan. Uji kadar progesteron menunjukkan bahwa  kadar progesteron kurang dari 0.5 ng/ml. Disimpulkan, kenampakan berahi kambing perlakuan secara visual dan konfirmasi terhadap kadar progesteron 40 % kambing betina mengalami berahi. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih dalam  tentang profil hormon progesteron mulai dari  hari H-1 sampai dengan H+3 atau akhir kemunculan berahi. Kata Kunci:  Sinkronisasi berahi, iodine povidone, hormon, kambing.   UTILITY OF IODINE POVIDONE AS FEMALE GOAT  ESTRUS SYNCHRONIZATION  HORMONAL TREATMENT. ABSTRACT The aims of this research is to improve the  method on estrus onset quality  using stimulant hormonal  of Iodine Povidone on female  of goat.. This out put of ressarch is expected to be cheap and practice way for increasing estrus onset of goat  in small scale farms.The research was conducted using  experimental methods with 3 treatments: control (PO), injection 2 % of Iodine Povidone( P1) and. Injection 0f 4 % of Iodine Povidone intra uterine. Variables observed is estrus onset, base on visual observation, mounting and hormonal measurement of progesterone at. peak of estrus. The result showed that  estrus onset response occurred in about 80 % of female base on the visual character observed, decrease to be 60 % on standing heat observation and finally about 40 % after confirmed with progesterone level. It was concluded that Iodine povidone  induction showed good enough response in estrus onset. It was suggested that necessary to study the profile of progesterone for later research before and after treatment with Iodine povidone. Key words: Estrus Synchronization, Iodine povidone, hormonal treatment,  female goat.
INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN Moh Nur Ihsan
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.181 KB)

Abstract

ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui indeks fertilitas sapi PO dan persilangannya dengan Limousin telah dilekukan di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, dengan harapan akan dapat menentukan langkah-langkah konkrit untuk memperbaiki produktivitas atau kinerja reproduksi sapi persilangan hasil inseminasi buatan (IB). Penelitian dilakukan dengan metode surveI menggunakan masing-masing 50 ekor sapi PO dan persilangannya. Variabel yang diukur meliputi pakan, suhu lingkungan dan sifat-sifat reproduksi. Data yang terkumpul dianalisis dengan indeks fertilitas. Disimpulkan bahwa  indeks fertilitas sapi PO lebih baik daripada persilangannya dengan Limousin.   Kata kunci: indeks fertilitas, sapi PO dan sapi Limousin   FERTILITY INDEX OF PO CATTLE AND ITS CROSSING WITH LIMOUSIN ABSTRACT The research with aim to study fertility index of PO cattle and its crossing with Limousin was carry out, at Pagak District, Malang Regency. It was expected can improvement productivity or reproductive performance of cattle crossing use artificial insemination. Research was conducted by survey method, with 50 head PO cattle and its crossing with Limousin respectively. Observed variables feed, environment temperature and reproductive performance. The obtained data analyzed with analysis fertility index. It was concluded  that fertility inkdex PO cattle bette than its crossing with Limousin.   Key words: fertility index, PO and Limousine cattle.

Page 1 of 31 | Total Record : 305


Filter by Year

2007 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 26 No. 1 (2025): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 25 No. 2 (2024): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 25 No. 1 (2024): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 24 No. 2 (2023): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 24 No. 1 (2023): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 23 No. 2 (2022): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 23 No. 1 (2022): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 2 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 1 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 21, No 2 (2020): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 21, No 1 (2020): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 20, No 2 (2019): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 20, No 1 (2019): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 19, No 2 (2018): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 19, No 1 (2018): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 18, No 2 (2017): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 18, No 1 (2017): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production (JTAPRO) Vol 17, No 2 (2016): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production (JTAPRO) Vol 17, No 1 (2016): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production (JTAPRO) Vol 16, No 2 (2015): TERNAK TROPIKA Vol 16, No 1 (2015): TERNAK TROPIKA Vol 15, No 2 (2014): TERNAK TROPIKA Vol 15, No 1 (2014): TERNAK TROPIKA Vol 14, No 2 (2013): Ternak Tropika Vol 14, No 1 (2013): Ternak Tropika Vol 13, No 1 (2012): Ternak Tropika Vol 12, No 2 (2011): Ternak Tropika Vol 12, No 1 (2011): Ternak Tropika Vol 12, No 1 (2011): Ternak Tropika Vol 11, No 2 (2010): Ternak Tropika Vol 11, No 1 (2010): Ternak Tropika Vol 9, No 2 (2008): Ternak Tropika Vol 7, No 2 (2007): Ternak Tropika Vol 6, No 2 (2007): Ternak Tropika More Issue