cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Suhuf
ISSN : 25272934     EISSN : 25272934     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 223 Documents
WAKAF TUNAI SEBAGAI REAKTUALISASI SHODAQAH JARIYAH (Tinjauan Istihsan Maslahah dan hukum Muamalat) Harun, Harun
Suhuf Volume 28., No.2., Nopember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obyek Wakaf berupa uang tunai, akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh para Ahli Fiqh, karena selama ini adat orang Islam di Indonesia jika mewakafkan benda berupa benda tetap seperti tanah, bangunan masjid, pondok pesantren, panti asuhan dan benda-benda tetap lainnya. Bisa jadi orang islam indonesia masih terpancang oleh  faham bahwa wakaf termasuk wilayah ibadah mahdhoh yang tidak bisa dirubah-rubah dan harus mengikuti menurut aturan semestinya. Secara explisit Istilah wakaf tidak dijelaskan dengan pasti dalam al-qur’an maupun hadits, oleh sebab itu penjabaran makna wakaf masih perlu diperluas lagi, karena mengingat wakaf disamping memiliki dimensi ritual tetapi memiliki juga dimensi sosial.Dalam tulisan ini. Penulis mencoba menelusuri subtansi makna wakaf dan pemberdayaannya dengan tinjauan Istihsan Maslahah dan Hukum Muamalat. Pokok masalah yang diangkat dalam tulisan ini menyangkut obyek wakaf, apakah harus benda tetap atau tidak. apakah boleh di-perjualbelikan atau ditukar guling dan bagaimana pemberdayaannya. Teori yang digunakan untuk menjawab persoalan tersebut dengan Istihsan bin maslahah.Hasil penelitian ditemukan bahwa (1) semua barang yang bermanfaat boleh diwakafkan, baik yang tidak bergerak maupun yang bergerak tanpa melihat dari sifat fisik barang, karena hakekat akad muamalah yang berkaitan dengan benda, yang dituju bukan dzat bendanya tetapi nilai manfaatnya. (2). Jika benda wakaf itu sudah tidak berfungsi lagi untuk kepentingan sosial, maka solusinya mengambil jalan lain (dengan dalil Istihsan maslahah), yaitu benda wakaf itu dijual dan hasil dari penjualan itu tetap untuk kepentingan sosial sesuai dengan fungsi pokok dari benda wakaf. (3) Pemberdayaan wakaf tunai tidak hanya untuk kemaslahatan yang bersifat ritual, melainkan juga untuk kemaslahatan yang lebih luas, termasuk didalamnya adalah untuk memberdayakan ekonomi umat.
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU TAHUN AJARAN 2013/2014 Inayati, Nurul Latifatul
Suhuf Volume 28., No. 1., Mei 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kepala sekolah mempunyai peranan sebagai educator, manager, supervisor, leader, innovator, motivator dan entrepreneur serta bertanggung jawab untuk melakukan upaya-upaya dalam bidang peningkatan prosesionalisme guru, karena guru adalah pendidik  profesional dan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan dengan analisis deskriptif kualitatif, dan memakai pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama: pelaksanaan peran kepala sekolah di sekolah tersebut selama ini secara umum sudah baik. Peran sebagai pendidik, manajer sekolah, administrator, supervisor, leader, climator, motivator telah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian peran sebagai entrepreneur/innovator belum secara maksimal dilakukan, karena di SMP Muhamadiyah 3 Kaliwungu terkendala oleh dana yang terbatas untuk kelengkapan sarana prasarana sekolah, kurangnya fasilitas bimbingan belajar siswa. Kedua: profesionalisme guru di sekolah  tersebut selama ini secara kuantitas telah memiliki jumlah guru yang cukup dan kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan bidang ajar. Dilihat dari segi kualitas kinerja secara umum cukup disiplin dan lincah. Ketiga: upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolah tersebut dengan membuat perencanaan kerja sekolah jangka 4 tahun dan 1 tahun dalam hal pendidik dan tenaga kependidikan, serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru meliputi: pembinaan kedisiplinan kerja, pemberian motivasi dan penghargaan, menjalin hubungan kerja yang baik, pemberian dan pemenuhan kesejahteraan dan jaminan keselamatan kerja, menyediakan kebutuhan aktualisasi diri dan pengembangan diri, mengikuti pelatihan kependidikan, ikut serta MGMP, seminar, workshop, diklat, pendidikan lanjut, dan program sertifikasi guru.
TRADISI PEMIKIRAN SOSIO-POLITIK ISLAM (KilasanPemikiran al-Farabidan al-MawardidalamLintasanSejarah Islam) Sukardi, Imam
Suhuf Vol 29, No 2 (2017): nopember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang pemikiran politik Islam pada masa Pra-Modern, yang cenderung bersifat legalistic formalistis, para teoritikus kenegaraan dan politik Islam cenderung melegalisasi kebijakan yang dilakukan oleh para khalifah yang sedang memerintah pada saat itu sekali pun ada kebijakan-kebijakan yang muncul dan merugikan beberapa pihak, mereka kurang begitu melihat kenyataan tersebut sebagai hal yang harus diperbaiki. Meskipun demikian para ulama banyak bergerak dalam lapangan teori kenegaraan dengan berbagai corak. Kegiatan pemikiran ini diawali oleh beberapa ulama diantaranya; al-Mawardi, al-Baqillani al-Ghazali, ibn Qutaibah, ibn Muqaffa’, ibn Taimiyah, ibn Jama’ah, al-Farabi, ibn Sina dan lain sebagainya. Di masa awal kebangkitan pemikiran kenegaraan itu  yang paling besar dan menonjol teorinya pada masa itu adalah al-Mawardi dan al-Farabi.
STUDI KOMPARATIF PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS Shobahiya, Mahasri
Suhuf Vol 29, No 1 (2017): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk melakukan aktivitas membimbing, melatih, dan membiasakan siswa untuk bersikap dan berperilaku yang baik. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sangatlah mulia. Hasan Langgulung dalam salah satu bagian dari bukunya secara khusus menuliskan tentang guru. Di sisi lain, Syed Muhammad Naquib Al-Attas menawarkan konsep yang lain  tentang peran guru PAI, yang  tidak sekedar mentransfer ilmu semata atau sebagai  mu’allim melainkan juga menanamkan nilai-nilai, yaitu sebagai muaddib.Pemikiran para filosof muslim abad modern tersebut merupakan solusi yang dapat menjawab permasalahan yang ada dalam kependidikan Islam, khususnya bagi guru PAI. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji pemikiran mereka tentang profil guru, yang dikaitkan dengan guru PAI, dengan rumusan masalah “Bagaimana profil guru PAI dalam perspektif Hasan Langgulung dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas?”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil guru PAI dalam perspektif Hasan Langgulung dan Syed Muhammad Al-Attas.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer yang digunakan adalah karya Hasan Langgulung; sedangkan sumber data skunder adalah referensi yang mendukung data kedua tokoh tersebut. Adapun metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi; serta metode analisis datanya adalah dengan metode content analysis.Temuan penelitian adalah bahwa antara Hasan Langgulung dan Al-Attas keduanya memiliki pemikiran yang berbeda tentang profil guru PAI. Perbedaan tersebut antara lain: (1) pengertian guru PAI dalam pandangan Hasan Langgulung adalah ulama, yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan di atas orang lain (para murid), sedangkan Al-Attas mendefinisikan  guru PAI sebagai muaddib, yaitu orang yang menanamkan nilai atau adab kepada peserta didik; (2) Kedudukan guru PAI dalam pandangan Hasan Langgulung adalah sejajar dengan ulama atau satu tingkat di bawah para rasul, sedangkan Al-Attas berpandangan bahwa kedudukan guru PAI adalah sama dengan kedudukan seorang ayah; (3) Tugas guru PAI dalam pandangan Hasan Langgulung adalah mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi peserta didik dengan menjalankan peran sebagai transmitter, fasilitator, motivator, dan dinamisator, sedangkan Al-Attas berpandangan bahwa tugas guru PAI adalah mengajar dan mendidik siswa dengan menggantikan peran ayah di sekolah sebagai pemimpin, pembimbing, dan korektor bagi peserta didik; dan (4) Karakteristik guru PAI dalam pandangan Hasan Langgulung adalah bermoral tinggi, memiliki ilmu yang luas, dan mampu menampilkan diri sebagai model, sedangkan menurut Al-Attas adalah beradab, memiliki pengetahuan di berbagai bidang ilmu, sabar, dan perhatian.
PEMAHAMAN EVALUASI HASIL BELAJAR DI KALANGAN CALON GURU (Studi Kasus Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2016) Aly, Abdullah
Suhuf Volume 28., No.2., Nopember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang bagaimanakah pemahaman calon guru tentang konsep evaluasi hasil belajar, setelah dianalisis data disimpulkan bahwa Kajian ini menghasilkan 4 (empat) kesimpulan penting. Pertama, pemahaman calon guru tentang konsep dan definisi evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pemahaman tertinggi dan terendah dari mereka dimiliki oleh calon guru perempuan, masing-masing  sebanyak 22 orang (41,5%) dan 5 orang (9,43%). Kedua, pemahaman calon guru tentang tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pemahaman tertinggi dan terendah dari mereka dimiliki oleh calon guru perempuan, masing-masing  sebanyak 16 orang (30,18%) dan 5 orang (9,43%). Ketiga, pemahaman calon guru tentang sasaran evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pemahaman tertinggi dan terendah dari mereka dimiliki oleh calon guru perempuan, masing-masing  sebanyak 13 orang (24,53%) dan 10 orang (18,87%). Keempat, pemahaman calon guru tentang prosedur evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pemahaman tertinggi dari mereka dimiliki oleh calon guru perempuan, sementara pemahaman yang terendah dimiliki oleh calon guru laki-laki, masing-masing  sebanyak 27 orang (50,94%) dan 10 orang (26,31%).
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER “HIZBUL WATHAN” (Studi Empirik di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017) Rahardja, Bambang
Suhuf Vol 29, No 2 (2017): nopember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter Islami dan menunjukkan titik singgung nilai karakter pada ekstrakurikuler Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi serta observasi, dan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis interaktif dalam proses menganalisis data.            Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Implementasi pendidikan karakter Islami terdapat pula pada kepanduan Hizbul Wathon. 2) Pada dasarnya dalam kurikulum dan kegiatan HW telah memuat nilai-nilai karakter Islami,  sebagaimana muatan yang terdapat dalam pendidikan karakter yang terdapat dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, meliputi a) religius, b) jujur, c) tanggung jawab, d) gemar membaca, e) disiplin, f) kerja keras, g) kreatif, h) rasa ingin tahu, i) mandiri, j) toleransi, k) peduli sosial, l) menghargai karya dan prestasi, m) komunikatif, n) cinta damai, o) demokratis, p) semangat kebangsaan, dan q) cinta tanah air. 3) Muatan masing-masing nilai pendidikan karakter diiplementasikan melalui materi yang disesuaikan dengan kurikulum Hizbul Wathan yang meliputi  materi seperti Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Materi Kepanduan, Materi Kehizbul Wathanan dan Materi Umum. 4) pengembangan nilai–nilai pendidikan karakter pada masing-masing kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan dilakukan dengan kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan dan pengkondisian, dengan pendekatan yang telah sesuai dengan amanat pendidikan karakter Nasional.
PERAN ILMU FALAK (ASTRONOMI) SEBAGAI PINTU GERBANG KHAZANAH INTELEKTUAL ISLAM Dartim, Dartim
Suhuf Volume 28., No.2., Nopember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ilmu Astronomi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya kepada objek berupa benda – benda angkasa termasuk bumi, bulan dan matahari serta gejala – gejala yang ditimbulkannnya. Dengan harapan agar benda – benda angkasa tadi dapat diamati dan diperkirakan kejadiannya, yang kejadian itu memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia di bumi. Di era kemajuan dalam berbagai bidang seperti zaman sekarang ini teknologi ilmu falak dan astronomi juga mengalami kemajuan yang begitu pesat. Namun hal ini sangat disayangkan karena masih sangat sedikit dari kalangan umat Islam yang memahami akan hal ini. Disebabkan budaya intelektual umat islam yang belum berkembang. Dimana sebenarnya, melalui pengkajian ilmu falak inilah umat islam dapat memasuki kembali khazanah budaya intelektualnya untuk kembali menguasai peradaban ilmu dan teknologi di dunia. Sehingga harapan besar dari Islam  dapat terwujud yaitu umat Islam  mampu membangun peradaban yang unggul dan utama. Tulisan ini berupaya mendeskripsikan bagaimana sejarah intelektual Islam yang pernah jaya pada abab pertengahan, untuk kemudian kita bangkitkan kembali pada era modern hari ini (dimana hari ini umat islam sedang dialanda kejumudan) melalui pintu gerbang pengkajian ilmu falak atau ilmu Astronomi. Karena dengan pengkajian ilmu astronomi diharapkan umat Islam mampu membangkitkan minatnya mengkaji kembali peran pentingnya ilmu dan teknologi, dengan tidak meninggalkan peran syariah dalam praktik dan teorinya.
PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF UU NEGARA RI DAN ISLAM Chusniatun, Chusniatun
Suhuf Volume 28., No. 1., Mei 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana perlindungan anak dalam perspektif UU Negara RI dan Islam, dari data yang didapat dismpulkan bahwa, dalam pandangan UU Negara, Perlindungan Anak diwujudkan dalam hak-hak dan kewajiban yang diatur dalam pasal-pasal yang ada didalamnya dan berdasarkan Pancasila. Sedangkan dalam pandangan Islam perlindungan anak didasarkan pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.Tujuan Perlindungan Anak adalah untuk keselamatan dan kesejahteraan anak dalam tumbuh kembang potensinya agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan berbudi pekerti mulia.Adapun tujuan dari perlindungan anak menurut pandangan Islam adalah untuk keselamatan dan kesejahteraan anak agar anak dapat mengembangkan potensinya secara aman sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah fil ardl dan Ibadurrahman.
TAFSIR AYAT-AYAT KEBERAGAMAAN Mahmud, Abddullah
Suhuf Vol 29, No 2 (2017): nopember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam masyarakat global-plural dimanapun, khususnya Indonesia yang ditandai dengan kemajuan bahasa, budaya, suku, ras dan agama, gesekan dan persinggungan antar anggotamasyarakat yang berbeda itu seringkalimenjadi potensi laten yang sewaktu-waktu dapat meledak dan menimbulkan konflik horizontal. Akibatnya, kehidupan semakin jauh dari kata harmonis dan ko-eksistensi damai. Padahal kehipan yang harmonis dan penuh dengan kedamaian merupakan cita-cita bersama yang harus diperjuangkan bersama. Dari sudut pandang awsli, perlu ditinjau kembali ajaran-ajaran kitab suci, al-Qur’an melalui karya tafsir dari para pakarnya. Dalam artikel ini ada tiga mufasir moderen yang akan ditelusuri karya tafsirnya. Khususnya yang terkait dengan ayat-ayat Al-Qur’An yang berbicara tentang agama-agama. Dari telaah yang dilakukan dapat dikemukakan bahwa ketiga mutasi hampir sama pendapatnya, bahwa Islam adalah agama universal dan tidak bersifat ekslusif. Inklusifisme Islam adalah bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui keperayaan kepada Tuhan yang Esa, hari Akhir, dan amal shaleh (konstruktif). 
KONTEKSTUALISASI HIJRAH SEBAGAI TITIK TOLAK PEMBAHARUAN PENDIDIKAN Abidin, Zaenal
Suhuf Vol 29, No 1 (2017): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hijrah biasa dimaknai sebagai perpindahan, pemutusan keterikatan masyarakat terhadap tanahnya, atau dalam sejarah Islam dimaknai sebagai perpindahan Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah merupakan titik tolak perubahan dalam dakwah Nabi, dari yang awalnya tidak begitu banyak pengikut karena kondisi Makkah saat itu tidak mendukung, kemudian dilandasi perintah Allah melaksanakan hijrah ke Madinah dan diterima masyarakat sekitar. Maka tidak heran jika penanggalan tahun hijriah dimulai sejak hijrahnya Nabi.Tapi penulis kali ini akan mencoba memaknai dari sudut pandang lain, yaitu hijrah dimaknai dari sudut Pembaharuan PendidikanIslam. Karena hijrah tidak boleh hanya ditafsirkan sebagai peristiwa historis saja, tapi harus di ambil hikmah dan berusaha mengimplementasikan dalam kehidupan umat.Hijrah mempunyai nilai strategik, baik dalam pengelolaan sosial, penyebaran Islam (dakwah) maupun pendidikan Islam. Maka salah satu usaha membenahi dan pembaharuan pendidikan perlu memandang hijrah tidak hanya dari aspek sosiohistoris tapi juga makna dibalik hijrah.

Page 4 of 23 | Total Record : 223