cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Litbang Industri
ISSN : 22523367     EISSN : 25025007     DOI : 10.24960
Core Subject : Engineering,
Jurnal Litbang Industri (JLI) adalah jurnal ilmiah yang terbit secara berkala dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. JLI memuat artikel primer yang bersumber langsung dari hasil riset industri, olahan hasil pertanian, penanggulangan pencemaran industri. Semua naskah direview oleh mitra bestari. Jurnal Litbang Industri Padang diterbitkan oleh Balai Riset dan Standardisasi industri Padang, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. p-ISSN: 2252-3367 e-ISSN: 2502-5007
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2019)" : 11 Documents clear
Pengaruh jenis isolat-isolat bakteri fermentatif dari ubi kayu terhadap rendemen, derajat putih, dan bentuk granula tepung mocaf K Kamsina; N Nurmiati; P Periadnadi
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5651.135-140

Abstract

Isolat bakteri indigenous ubi kayu merupakan isolat bakteri asli yang berada dalam umbi ubi kayu. Ubi kayu jenis lambau dan ketan (Manihot esculenta Crantz) merupakan jenis ubi kayu lokal Sumatera Barat, sedangkan ubi kayu kultivar karet (Manihot glaziovii)  merupakan ubi kayu dengan kandungan asam sianida (HCN) tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan masing-masing isolat bakteri indigenous ubi kayu terhadap rendemen, derajat putih serta bentuk granula tepung mocaf yang dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian isolat. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian starter isolat bakteri indigenous ubi kayu jenis ketan (A), lambau (B), karet (C) dan tanpa isolat/kontrol (D). Terhadap produk mocaf  yang dihasilkan dilakukan pengujian meliputi rendemen, derajat putih, dan bentuk granula tepung mocaf. Hasil analisis terhadap berbagai perlakuan menunjukkan perlakuan optimal untuk tepung mocaf yang dihasilkan adalah pemberian starter isolat bakteri indigenous jenis ketan dengan rendemen  35,85%, derajat putih 94,40% dengan dinding sel ubi kayu sudah banyak yang pecah menjadi granula-granula yang lebih kecil dan memiliki rongga pada bagian granulanya.ABSTRACTCassava indigenous bacterial isolates are native bacterial isolates that are in tubers of cassava. Lambau and sticky rice (Manihot esculenta Crantz) are types of local cassava from West Sumatra, while rubber cultivar cassava (Manihot glaziovii) is a cassava with a high content of cyanide acid (HCN). This study was aimed to look at the ability of each indigenous cassava isolate to yield, the degree of white and the form of mocaf flour granules compared to the treatment without administration of isolates. The study used a completely randomized design (CRD) with the following treatments: administration of indigenous cassava isolate starter of sticky rice type (A), lambau (B), rubber (C) and without isolate / control (D). The mocaf products were tested including yields, white degrees, and the granules shape of mocaf flour. The analysis results of various treatments showed that the optimal treatment for mocaf flour produced was the provision of indigenous bacterial isolates starter from sticky rice type (A) with a yield of 35.85%,  white degree 94.40% with a lot of cassava cell walls that had broken into smaller granules and had cavities on the granules.
Front Matter Jurnal Litbang Industri Vol. 9 No. 2 Desember Tahun 2019 Sofyan Sofyan
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5819.i-xi

Abstract

Front Matter Jurnal Litbang Industri Vol. 9 No. 2 Desember Tahun 2019
Pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap rendemen kemiri utuh yang dipecah secara mekanis Yunia Angraeni; Citra Setiawati; Muhammad Fajri Nurmawan; Nur Aini Haryati
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5748.105-110

Abstract

Kemiri (Aleurites mollucana Wild) merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang bijinya dimanfaatkan untuk keperluan pangan serta bahan sediaan farmasi dan kosmetika. Pemecahan biji kemiri dari cangkangnya secara tradisional menyebabkan banyak inti kemiri rusak sedangkan pemecahan dengan mesin pemecah kemiri dengan sistem ripple mill menghasilkan rendemen kemiri utuh di bawah 40%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap rendemen dan kualitas kemiri utuh yang dipecah secara mekanis menggunakan mesin pemecah kemiri sistem ripple mill dengan variasi suhu pengeringan 50, 60 dan 70 °C dan variasi waktu pengeringan selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan kemiri utuh secara optimal diperoleh pada perlakuan suhu pengeringan 70 °C selama 3 hari dengan rendemen kemiri utuh sebanyak 64,71%, inti kemiri pecah dua 20,59%, inti kemiri lengket sebanyak 8,82% dan inti kemiri hancur 5,88%. Hasil uji mutu inti kemiri menunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut diperoleh inti kemiri dengan kandungan air sebesar 1,4846 % (b/b).ABSTRACTCandlenut (Aleurites mollucana Wild) is one of the non-timber forest products whose seeds are used for food and pharmaceutical and cosmetic preparations. The breakdown of candlenut seeds from their shells has traditionally caused much damage to the candlenut kernel while breaking it using the machine with ripple mill system produces a yield of whole candlenuts below 40%. This research was conducted to determine the effect of drying temperature and drying time on the yield and quality of whole candlenut that is broken down mechanically using a ripple mill system with variations in drying temperature of 50, 60 and 70 °C and variations in drying time for 1, 2, 3, 4 and 5 days. The results showed that the optimal cracking of the whole candlenut was obtained at a treatment temperature of 70 °C for 3 days with percentage of unbroken candlenut kernel is 64.71%, broken candlenut kernel is 20.59%, sticky candlenut kernel is 8.82% and destroyrd candlenut kernel is 5.88%. Candlenut kernel quality test results indicate that in the treatment obtained candlenut kernel with water content of 1,4846 % w/w.
Pengaruh konsentrasi tawas dan tunjung dalam limbah cair pengolahan gambir (Uncaria gambir Roxb.) untuk penyamakan kulit A Ardinal; Salmariza Sy
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5751.141-149

Abstract

Penelitian penyamakan kulit dengan memanfaatkan air limbah pengolahan gambir telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan variasi persentase penambahan tawas dan tunjung sebagai mordan masing-masing 0%, 2%, 4% dan 6% kedalam limbah cair pengolahan gambir. Penambahan tawas dan tunjung dilakukan pada penyamakan tahap II. Pengamatan terhadap kulit tersamak meliputi tampilan warna kulit yang dihasilkan, dan analisis sifat kimia dan sifat fisika kulit tersamak dengan mengacu kepada SNI  0463- 1989-A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemakaian tawas dan tunjung sebagai mordan berpengaruh terhadap warna kulit tersamak. Pemakaian tawas memberikan warna kuning kemerahan sedangkan pemakaian tunjung memberikan warna hitam kehijauan pada kulit yang tersamak. Pemakaian tawas memberikan sifat kimia dan sifat fisika kulit yang lebih baik dari pada pemakaian tunjung. Hasil uji menunjukkan bahwa pemakaian tawas memberikan kelarutan tannin dalam air yang lebih rendah, kadar kulit mentah yang lebih kecil, tannin terikat lebih tinggi, kekuatan tarik lebih tinggi, kekuatan lentur/kemuluran yang lebih rendah dibanding dengan perlakuan pemakaian tunjung. Perlakuan persentase pemberian tawas lebih berpengaruh terhadap sifat fisik kekuatan tarik dan kekuatan lentur kulit tersamak. Semakin tinggi persentase tawas, maka semakin tinggi kekuatan tarik dan sebaliknya semakin rendah kekuatan lentur. Perlakuan optimum didapatkan pada penambahan tawas 2%.ABSTRACTSkin tanning research has been carried out by utilizing gambier processing wastewater. The study was conducted with a variation of the percentage of alum and tunjung addition as mordant respectively 0%, 2%, 4% and 6% into gambier processing wastewater. The addition of alum and tunjung is carried out in the tanning phase II. Observation of tanned skin includes the appearance of the resulting skin color, and the analysis of chemical and physical properties of tanned skin with reference to SNI 0463-1989-A. The results showed that the treatment of alum and tunjung as mordant affected the tanned skin color. The treatment of alum as mordant gave a reddish yellow color while the use of tunjung gave a greenish black color to the tanned skin. The use of alum gives the chemical and physical properties of the skin better than the use of tunjung. The test results show that the use of alum provides lower tannins solubility in water, lower raw skin content, higher tannin bound, higher tanning levels, higher tensile strength, higher flexural strength / elongation strength compared to the treatment of using tunjung. The percentage treatment of alum is more influential on the physical properties of tensile strength and flexural strength of tanned skin. The higher the percentage of alum, the higher the tensile strength, on the other hand the lower the flexural strength. The optimum treatment was obtained at 2% addition of alum.
Back Matter Jurnal Litbang Industri Vol. 9 No. 2 Desember Tahun 2019 Sofyan Sofyan
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5820.xiii-xv

Abstract

Mempelajari inhibisi korosi senyawa khellin dan visnagin pada atom besi menggunakan metode DFT (density functional theory) Lidia Gusfi Marni; E Emriadi; S Syukri; I Imelda
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5403.111-118

Abstract

Penelitian secara komputasi telah dilakukan terhadap inhibisi korosi senyawa khellin dan visnagin pada atom besi menggunakan metode DFT (Density Fungsional Theory) tingkatan basis set B3LYP/6-311G (d, p) menggunakan program Gaussian.  Parameter kimia kuantum yang dihitung adalah energi orbital molekul tertinggi yang berisi elektron (EHOMO), energi orbital molekul terendah yang tidak berisi elektron (ELUMO), perbedaan energi celah (ΔE), momen dipol (µ), energi potensial ionisasi (I), afinitas elektron (A), elektronegativitas (χ), global hardness (η), global softness (σ), fraksi elektron yang ditransfer dari molekul inhibitor ke permukaan logam Fe (ΔN), elektrofilisitas (ω) energi total (ET) dan energi interaksi (Eint). Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa khellin lebih baik sebagai inhibitor korosi dibandingkan senyawa visnagin.ABSTRACTComputational research has been investigated on inhibition corrosion of khellin and visnagin compounds on iron using DFT (Functional Density Theory)  method in the base set B3LYP / 6-311G (d, p) with Gaussian software. The quantum chemical parameters are the highest occupied molecular orbital energy (EHOMO), the lowest unoccupied molecular orbital energy (ELUMO), energy gap (ΔE), dipole moment (µ), ionization potential (I), electron affinity (A ), the electronegativity (χ), global hardness (η), global softness (σ), the fractions of electrons transferred from inhibitor to Fe (ΔN), electropilicity index (ω) total energy (ET) and the interaction energy (Eint). The results show that khellin to protect the corrosion of iron have a higher inhibitory potential compared to visnagin compound.
Pendugaan umur simpan sediaan bawang tunggal hitam dengan metode accelerated shelf-life testing (ASLT) Gunawan Priadi; Fitri Setiyoningrum; Fifi Afiati; Hisaqia Amieni; Muhamad Arpah
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5454.79-88

Abstract

Sediaan bawang tunggal hitam terdiri atas bawang tunggal hitam utuh, ekstrak dan mikroenkapsulat. Senyawa antioksidan dalam sediaan bawang tunggal hitam akan mengalami kerusakan selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan menentukan kinetika degradasi kapasitas antioksidan dan total fenolik pada sediaan bawang tunggal hitam dan memperkirakan umum simpannya dengan metode accelerated shelf-life testing (ASLT). Hasil penelitian menunjukan kapasitas antioksidan dan total fenolik sediaan bawang tunggal hitam mengalami penurunan selama penyimpanan. Total fenolik dijadikan parameter penentuan umur simpan sediaan bawang tunggal hitam. Bawang tunggal hitam utuh mengalami kerusakan lebih cepat dibandingkan sediaan lainnya. Umur simpan sediaan bawang tunggal hitam pada suhu 25°C adalah: bawang tunggal hitam utuh 199 hari, ekstrak bawang tunggal hitam 259 hari, dan mikroenkapsulat 255 hari.ABSTRACTSolo black garlic products consisted of whole solo black garlic, extract, and microencapsulated. Antioxidant compounds in the black garlic products will be damaged during storage. The study was aimed to determine the kinetics degradation of antioxidant capacity and total phenolic of black garlic products and to estimate their shelf life using accelerated shelf life testing (ASLT) method. The result showed that antioxidants and total phenolic of products decreased during storage. Total phenolic was used to predict the shelf life of products. The whole black garlic deterioration is faster than other products. The shelf life of whole black garlic, black garlic extract and microencapsulated black garlic extract at 25°C were 199 days, 259 days, and 255 days respectively.
Pengaruh penambahan tepung agar terhadap komposisi kimia serbuk agar dari kolang-kaling Inda Three Anova; K Kamsina
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5631.119-126

Abstract

Pemanfaatan kolang-kaling sebagai produk pangan dalam bentuk serbuk memberikan nilai tambah bagi buah tersebut. Buah ini memiliki kandungan mineral yang cukup banyak, seperti: potassium, besi dan kalsium yang bermanfaat dan dapat memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari penambahan konsentrasi tepung agar pada pembuatan serbuk agar dari kolang-kaling. Penelitian dilakukan dengan penambahan tepung agar 1%, 2%, 3% dan 4%  pada bubur kolang kaling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung agar secara statistik tidak berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar karbohidrat dan jenis ikatan rangkap (uji FTIR), tetapi berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% pada kadar beberapa mineral alami yaitu fosfor, kalsium dan besi. Perlakuan optimal didapatkan pada perlakuan penambahan tepung agar 2% dengan nilai kadar air 4,98%, kadar abu 0,49%, kadar serat 5,19%, kadar karbohidrat 64,29% dan mineral fosfor 400 ppm, kalsium 292,8 ppm dan besi 44,8 ppm, serta absorpsi air 10 kali. Produk  memenuhi SNI 01-2802-1995 tepung agar-agar untuk kadar air, abu dan absorpsi air.ABSTRACTThe utilization of kolang-kaling fruit as a food product in powder form can add the value of the fruit. The fruit has a lot of mineral content, such as: potassium, iron, and calcium which are useful and can facilitate the body metabolic processes. The research  purpose was to  find  the addition effect of the concentration of agar flour in the making of kolang-kaling agar powder. The research was done with the addition of agar flour 1%, 2%, 3% and 4%  into kolang-kaling puree. The results showed that the addition of agar flour statistically had no significant different to the water content, ash content, crude fiber content, carbohydrate content and type of double bond (FTIR test), but significantly different at 95% confidence on some natural minerals namely phosphorus, calcium and iron. The optimal treatment was obtained in the addition of 2% agar flour with a moisture content 4.98%, ash content 0.49%, fiber content  5.19%, carbohydrate content  64.29% and minerals phosphorus 400 ppm, calcium 292.8 ppm and iron 44.8 ppm with 10 times water absorption. Products meet the SNI 01-2802-1995 agar-agar powder for moisture content, ash content, and water absorption.
Karakteristik pewarna alam gambir (Uncaria gambir Roxb) untuk produk pangan F Firdausni; Gustri Yeni; F Failisnur; K Kamsina
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5682.89-96

Abstract

Pewarna alami yang berpotensi untuk diekstrak diantaranya gambir (Uncaria gambir Roxb). Gambir mengandung senyawa tanin sebagai pewarna untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis yang aman untuk kesehatan.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan metode ekstraksi dan maserasi menggunakan pelarut (air, etanol 25%, etanol 50%) dan pembangkit warna (asam sitrat 3%, asam askorbat 3% dan kapur sirih 5%) dengan 3 kali ulangan.  Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pembangkit warna (fiksator) dalam menghasilkan warna untuk pangan sebagai pengganti pewarna sintetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan memiliki intensitas warna yang berbeda dari kuning, kuning kemerahan dan merah kecoklatan. Pemakaian pelarut etanol 25% dan pembangkit warna asam askorbat menghasilkan kecerahan warna L 79,60, ketuaan warna K/S  1,15 dengan  arah warna kuning kemerahan (a* 6,5  dan b* 23,99), aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 sebesar 6,25 ppm, sedangkan kapur sirih menghasilkan kecerahan warna L 81,47, ketuaan warna K/S 4,09 dan arah warna merah tua (a* 6,88 dan b* 8,17) mempunyai aktivitas antioksidan paling rendah yaitu 7,84 ppm.ABSTRACTNatural dyes that have a potential to be extracted include Gambier (Uncaria gambier. Roxb). Gambier contains tannin compounds as food coloring and can be used as an alternative substitute of synthetic dyes that are safe for health. The study used a completely randomized design (CRD) by extraction and maceration methods using solvents (water, ethanol 25%, ethanol 50%) and color generating (citric acid 3%, ascorbic acid 3%, and betel lime 5% and 3 replications. The research aims to see the effect of color generator (fixator) in producing colors for food. The results showed that the colors produced had different color intensities from yellow, reddish yellow, and brownish red. The use of 25% ethanol solvent and ascorbic acid produced a color brightness (L) 79.60, color strength (K/S) 1.15 with redish yellow color and antioxidant activity (IC50) value 6.25 ppm, while by using betel lime produced a color brightness (L) 81.47, color strength (K/S) 4.09 with dark red color and color direction (a* 6.88 and b* 8.17). It has low antioxidant activity 7.84 ppm.
Karakterisasi busa kaku (rigid foam) yang dihasilkan dari bubuk gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan bubuk albumin E Efrina; Anwar Kasim; Tuty Anggraini; N Novelina; Alfi Asben
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5382.127-133

Abstract

Salah satu kandungan yang terdapat pada Gambir adalah tanin, tanin memiliki gugus hidroksil dan dapat membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan protein. Sifat fenolik dari tanin dapat digunakan sebagai bahan polimer seperti pada pembuatan busa. Busa dapat digunakan sebagai adsorpsi ion logam dan bahan isolasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui interaksi antara perbedaan konsentrasi bubuk gambir dengan dua macam bubuk albumin yang digunakan pada pembuatan busa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor A adalah jumlah penggunaan bubuk gambir pada pembuatan busa yaitu  16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) untuk setiap perlakuan. Faktor B adalah cara persiapan (preparasi) bubuk albumin yaitu dengan cara pengeringan lapis tipis (B1) dan dengan cara pengembangan busa (B2). Hasil penelitian menunjukkan nilai terbaik untuk kerapatan busa diperoleh pada perlakuan A4B1 yaitu 0.09 g/cm3, kekuatan tekan pada perlakuan A4B2 yaitu 4.68 kg/cm2, derajat pengembangan pada perlakuan A4B1 yaitu 53.61%, derajat keasaman pada perlakuan A4B1 yaitu pH 7.04, porositas pada perlakuan A3B2 yaitu 62.03% dan untuk pengamatan dengan menggunakan alat SEM, keseluruhan struktur mikroskopik busa yang dihasilkan adalah mulai dari berpori, agak rapat-sampai sangat rapat, memiliki diameter yang kecil-sangat besar sehingga busa dapat dikategorikan sebagai busa dengan sel tertutup atau busa kaku.ABSTRACTOne of the ingredients contained in Gambier is tannins, tannins have a hydroxyl group and can form strong complex compounds with proteins. The phenolic properties of tannins can be used as polymer materials as in foam making. Foam can be used as an adsorption of metal ions and insulating materials. This study aims to  determined the interaction between different concentration of gambier powder and two kinds of albumin powder to be used in making of foam. This study used Factorial Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors and 3 replications. Factor A was the amount of gambier powder which was used in the manufacture of foam, there were 16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) for each of treatment. Factor B was the preparation method of albumin, with pan drying (B1) and by foaming drying (B2). The results showed the best value for bulk density is A4B1 (0.09 g/cm3), compressive strength in treatment A4B2 (4.68 kg/cm3), swelling degree in treatment A4B1 (53,61%), acidity (pH) in treatment A4B1 (7.04), porocity in treatment A3B2 (62.03%) and for SEM observations the entire microscopic structure of the foam produced is starting from porous, rather dense to very tight, having a small diameter until large, so that foam can be categorized as foam with rigid foam (closed cells).

Page 1 of 2 | Total Record : 11