cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman
ISSN : 08520720     EISSN : 25023616     DOI : 10.30821
MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman is a peer reviewed academic journal, established in 1976 as part of the State Islamic University of North Sumatra Medan (see: video), dedicated to the publication of scholarly articles in various branches of Islamic Studies, by which exchanges of ideas as research findings and contemporary issues are facilitated. MIQOT is accredited as an academic journal by the Ministry of Education and Culture, Republic of Indonesia (SK Dirjen Dikti No. 040/P/2014) valid through February 2019. Miqot welcomes contributions of articles in such fields as Quranic Studies, Prophetic Traditions, Theology, Philosophy, Law and Economics, History, Education, Communication, Literature, Anthropology, Sociology, and Psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 361 Documents
INTEGRASI ILMU-ILMU KEISLAMAN DALAM PERSPEKTIF M. AMIN ABDULLAH Parluhutan Siregar
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 38, No 2 (2014)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v38i2.66

Abstract

Abstrak: Kritik terhadap pola pengembangan ilmu-ilmu Keislaman terutama pada tataran perguruan tinggi agama Islam belakangan ini banyak mendapat perhatian di Indonesia. Tulisan ini merupakan deskripsi-analitis terhadap pemikiran M. Amin Abdullah tentang integrasi ilmu-ilmu Keislaman. Penulis mengemukakan bahwa ilmu-ilmu Keislaman yang berkembang selama ini bersifat fragmentaris dan belum memiliki keterkaitan dengan isu-isu kekinian. Karena itu, diperlukan upaya membangun epistemologi keilmuan integratif-interkonektif. Penulis menemukan bahwa epistemologi keilmuan teo-antropo-sentrik-integralistik Amin Abdullah dibangun dari pengelompokan keilmuan. Teorinya dimulai dari al-Qur’an dan Sunnah, kemudian ‘Ulûm al-Dîn, al-Fikr al-Islâmy, dan Dirâsah al-Islâmiyyah. Keempat kategori keilmuan Islam tersebut dipetakan oleh Amin Abdullah ke dalam empat lingkar lapis peta konsep spider web, dengan memadukan seluruh disiplin ilmu sosial dan keagamaan vis-à-vis isu- isu kontemporer.Abstract: The Integration of Islamic Sciences in the Perspective of M. Amin Abdullah. Criticism on the pattern of Islamic sciences development in Indonesia, especially at the level of Islamic religious higher education, has caught the attension of many critiques. This essay tries to analytically describe M. Amin Abdullah’s thought who promotes the concept of Islamic sciences integration. The writer maintains that Islamic sciences thus far, have still fragmentary in nature and have not yet interconnected with contemporary issues. As such, it is required to build the epistemology of integrated and interconnected science. The writer finds that theo-anthropocentric-integralistic epistemology of science of Amin Abdullah is developed against the backdrop of classification of science. His theory departs from the Qur’an and Sunnah, ‘Ulûm al-Dîn, al-Fikr al-Islâmy, and Dirâsah al-Islâmiyyah. Those categories of Islamic sciences are drawn by Amin Abdullah into four-layered concept mapping of spider web. Such epistemology combines all disciplines of social and religious sciences vis a vis contemporary issues.Kata Kunci: filsafat ilmu, integrasi ilmu, kajian keislaman, M. Amin Abdullah
FATWA TENTANG HADIAH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Jaih Mubarok; Hasanudin Hasanudin; Yulizar D Sanrego
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v37i2.86

Abstract

Abstrak: Kajian ini dilakukan untuk menggali hukum tentang pemberian hadiah oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah berupa cindera mata maupun hadiah yang bersifat material pada saat pembukaan rekening dengan cara undian. Akad wadî‘ah dalam produk penghimpunan dana LKS secara substantif sama dengan akad qardh karena di dalamnya terkandung izin penggunaan objek yang dititipkan. Karena itu, akad wadî‘ah tersebut termasuk domain akad tabarru’. Sedangkan akad mudhârabah termasuk akad bisnis yang dikategorikan sebagai akad mu‘âwadhat/ tijârî. Jâ’izah tasjî‘iyah juga sama kedudukannya dengan akad mudhârabah, yaitu termasuk domain mu‘âwadhat. Karena itu, penulis menyimpulkan bahwa tidak relevan penggunaan jâ’izah tasjî‘iyah dalam memasarkan produk penghimpunan dana LKS yang menggunakan akad wadî‘ah atau qardh. Sebaliknya, jâ’izah tasjî‘iyah layak dipertimbangkan untuk digunakan dalam mempromosikan produk LKS yang meng- gunakan akad yang termasuk domain mu‘âwadhat.Abstract: Personal Legal Opinion on Present in Syari’ah Financial Insti- tution. This study is aimed at deducting legal ruling of material gift or present offered by the Syari’ah financial institution (LKS) for their clients at the time of opening account by way of lottery. Wadî‘ah contract in collecting LKS funds is substantially similar to that of qardh contract because permission to usufruct the stored object is inherent in the contract, therefore such wadî‘ah contract is included in the domain of tabarru’. Mudhârabah contract, on the other hand, comprises business contract which is categorized as mu‘âwadhat or tijârî contract. Jâ’izah tasjî‘iyah also have the same status as mudhârabah contract which is included in the mu‘âwadhat domain. As such, the authors conclude that it is irrelevant to use jâ’izah tasjî‘iyah in selling the product of LKS fund collection with wadî‘ah or qardh contract. Conversely, jâ’izah tasjî‘iyah is worthy of considering to be used in promoting LKS product using contract that comprises in the mu‘âwadhat sphere.Kata Kunci: hadiah, fatwa, mu‘âwadhat, qardh, wadî‘ah
ISLAM LIBERAL DAN ANCAMAN TERHADAP PEMIKIRAN AHL SUNAH WALJAMAAH H. A. Kadir Sobur
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 36, No 2 (2012)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v36i2.118

Abstract

Abstrak: Tulisan ini berupaya mengkaji pondasi ideologis Islam Liberal dan memperjelas sejauhmana ancamannya terhadap paham Ahl Sunah Waljamaah. Meskipun kehadiran Islam Liberal membawa hal baru, tetapi sesungguhnya bukan sama sekali baru. Penulis mengemukakan bahwa agenda-agenda kelompok Islam Liberal merupakan perluasan Imperialisme Barat atas Dunia Islam yang sudah berlangsung sekitar dua sampai tiga abad terakhir. Hanya saja, bentuknya memang tidak lagi terang-terangan, tetapi mengatasnamakan Islam. Jadi istilah “Islam Liberal” bukanlah suatu kebetulan, tetapi sebuah istilah yang dipilih dengan sengaja untuk mengurangi kecurigaan umat Islam dan sekaligus untuk menobatkan diri bahwa “Islam Liberal” adalah bagian dari Islam, seperti halnya jenis-jenis pemahaman Islam lainnya. Penulis menyimpulkan bahwa Islam liberal adalah peradaban Barat yang diartikulasikan dengan bahasa dan idiom-idiom keislaman. Islam hanyalah kulit atau kemasan, tetapi esensinya adalah ideologi dan peradaban Barat.Abstract: Liberal Islam and its Threat against the Thought of Ahl Sunah Waljamaah. This paper attempts to tries to prove the declaration and tries to clarify the conflicts and threats to understand Ahl Sunnah waljamaah. Although the presence of Liberal Islam seems to have brought with it new thing, but it is by no means new phenomenon. The agendas of Liberal Islam groups are extensions of the western imperialism against the Islamic world during the last two or three centuries. However the form was no longer exposed, but it takes the name of Islam for granted. So, the term “Liberal Islam” is not a cooincidence, but a term chosen deliberatly to reduce the suspicion of moslems and also to enthrone itself that “Liberal Islam” is part of Islam, just as the types of other Islamic understanding. The author concludes that Liberal Islam is western civilization articulated with language and Islamic idioms. Islam is only the cover or packaging, but the essence  is western ideology and civilization.Kata Kunci: Islam Liberal, ancaman, Ahl Sunah Waljamaah
FATWA OF THE COUNCIL OF THE INDONESIAN ULAMA ONGOLPUT(VOTE ABSTENTION): A Study of Contemporary Islamic Legal Thought in Indonesia, 2009 Bahrul Ulum
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 35, No 2 (2011)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v35i2.150

Abstract

Abstrak: Fatwa MUI Tentang Golput, Studi Pemikiran Hukum Islam di Indonesia, 2009. Isu tentang golput (golongan putih) merupakan fenomena baru dalam pemilihan umum di Indonesia yang banyak mengundang kontroversi. Sekalipun pemerintah telah meyakinkan untuk melaksanakan pemilihan umum yang aman, jujur dan adil, tampaknya golput mengarah pada sebuah gerakan yang dapat menggagalkan Pemilu 2009. Tulisan ini mengkaji fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2009 tentang pengharaman golput. Penulis mengemukakan bahwa fatwa ini telah mengundang kritikan dan mempertanyakan otoritas MUI. Sementara pihak yang medukung meng- anggap fatwa ini sebagai langkah cerdas dalam rangka meningkatkan peran serta pemilih sebagai sarana meningkatkan pembangunan bangsa. Penulis menyimpulkan bahwa fatwa ini mencerminkan pergulatan pemikiran hukum Islam dengan konteks sosial- politik yang terus menjadi wacana sepanjang sejarah Islam di Indonesia.Abstract: The issue of vote abstention is a new phenomenon in Indonesia general election that appeals to controversy. Although the government has assured that the general election to be conducted fair, just and peacefull, it seemed that vote abstention tended to transform into a movement that would threaten the 2009 general election. This paper studies the fatwa of the Indonesian Council of Ulama (MUI) of 2009 on the prohibition of vote abstention. The author maintains that this fatwa has led to criticism and questioned the authority of MUI. Those who support, however, considered this fatwa as brilliant move to boost voters’ participant in improving the national development. The author concludes that this fatwa reflects the dynamics of Islamic legal thought in the socio-political context that would become a discourse in the Islamic history in Indonesia.Kata Kunci: Islamic law, fatwa, council of Indonesian ulama,democracy.
MENGGAGAS UNIVERSITAS ISLAM IDEAL: Studi Terhadap Pemikiran Syed Ali Ashraf Muslih Muslih
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 39, No 1 (2015)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v39i1.50

Abstract

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang konsep universitas Islam menurut Ashraf. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif di mana pengumpulan datanya dilakukan melalui studi kepustakaan dan datanya kemudian dianalisis dengan cara deskriptif. Idealnya, sebuah universitas Islam harus memiliki konsep yang luas tentang pendidikan Islam yang tidak membatasi dirinya hanya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman semata, tetapi harus mencakup pengajaran semua subjek karena semuanya berdasarkan pada tauhid. Selanjutnya, sebuah universitas Islam seharusnya tidak hanya memberikan pengajaran dan pelatihan yang hanya mengisi otak para mahasiswanya saja tetapi lebih dari itu harus bertujuan untuk menghasilkan manusia yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan yang benar dan watak yang mulia. Selain itu, para mahasiswanya harus mampu bekerja untuk kesejahteraan umat manusia berdasarkan landasan spiritual. Sebuah universitas Islam idealnya juga harus memberikan prioritas untuk melakukan penelitian sehingga harus memiliki pusat penelitian yang baik untuk memfasilitasi para penelitinya yang berkualitas untuk semua cabang ilmu pengetahuan.Abstract: Initiating an Ideal University: A Study of Syed Ali Ashraf’s Thought. The objective of this research is to study the concept of Islamic university according to Ashraf. This is a qualitative research whose data were collected through library research and using the method of descriptive analysis. An Islamic university should have a broad concept of Islamic education that does not limit itself only to give instruction of traditional Islamic sciences, but it should include all subjects since they are based on tawhid. Furthermore, an Islamic university should provide not only instruction and training to fulfill the mind of its students but more than that it should be aimed at producing enlightened people with sound knowledge and noble character. In addition, its students must be able to work for the welfare of human being on the basis of spirituality. It should also give priority to undertake research, therefore it must provide research center to facilitate qualified researches of all branches of knowledge.Kata Kunci: pendidikan Islam, Universitas Islam, dualism, Syed Ali Ashraf
PERGESERAN POSISI AGAMA DALAM UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Muh. Saerozi
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 37, No 1 (2013)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v37i1.77

Abstract

Abstrak: Agama akhirnya memperoleh posisi sebagai akar pendidikan nasional setelah melewati waktu 53 tahun sejak Undang-undang pendidikan pertama disahkan tahun 1950. Fokus kajian ini adalah untuk melihat pergeseran posisi agama dalam rumusan-rumusan dasar dan tujuan pendidikan nasional. Penulis mengemukakan bahwa posisi agama dalam rumusan-rumusan tujuan pendidikan nasional akhirnya juga meningkat lebih strategis yang diposisikan sebagai akar pendidikan nasional dalam Undang-undang pendidikan No. 2 tahun 1989 dan Undang-undang No. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penulis menyimpulkan bahwa pergeseran posisi agama tersebut secara historis terkait dengan kekuatan kelompok nasionalis agama di Dewan Perwakilan Rakyat dan dukungan masyarakat simpatisannya. Meskipun posisi agama lebih strategis, tetapi Pancasila dan UUD 1945 sejak awal tetap terpelihara posisinya sebagai dasar pendidikan nasional.Abstract: The Shift of Religious Position in the Education Laws of Indo- nesia, A Study on the Principles and Objectives of National Education. The position of religion as root of national education is finally affirmed by the 1989 and 2003 Laws of Education, well over half a century since Indonesia’s first Law of Education enacted in 1950. The main thrust of this study will be focused on analyzing the shift of religious position in the principles and objectives of national education. The author maintains that in the last Law of Education, religion recieves a much more important and strategic position which gave more weight as the root of education in the formulation of national education’s foundations and objectives. This shift clearly related to religious-nationalist parties in the House of Representatives as well as grass root groups that support them. It is observed, however, that the strengthening of religion position does not happen at the expense of the Pancasila and the Constitution of 1945.Kata Kunci: agama, pendidikan nasional, dasar pendidikan, tujuan pendidikan
MUSYÂRAKAH: ANTARA FIKIH DAN PERBANKAN SYARIAH Sirajul Arifin
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 36, No 1 (2012)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v36i1.109

Abstract

Abstrak: Musyârakah merupakan salah satu model profit and lost-sharing (PLS) yang kehadirannya dalam bank syari‘ah paralel dengan Islam. Musyârakah dalam praktik perbankan syariah tidak dikonstruk melalui fikih an sich, tetapi telah diadaptasikan dengan situasi dan kondisi riil yang didasarkan pada fikih lokal kekinian, KHI atau fatwa MUI. Dalam fikih klasik, ulama sepakat bahwa jaminan, misalnya, tidak perlu mewujud dalam kontrak musyârakah, karena mitra adalah orang yang dipercaya, dan atas dasar “kepercayaan” ini, maka mitra yang satu tidak dapat menuntut jaminan dari mitra yang lain. Namun fikih lokal memberikan kelonggaran kepada bank syariah mensyaratkan mitranya untuk memberikan jaminan guna mereduksi risiko dalam pembiayaan musyârakah.Abstract: Musyârakah: Between fiqh and Syariah banking. Musyârakah is one of the profit and lost-sharing (PLS) models which is parallel with Islamic bank concept. At the practical level of syariah banking, musyârakah is not purely legal construction but it is a social adaptation to the real circumstances which are based on contemporary local fiqh (Islamic law). Classical fiqh does not require the guarantee to be embodied in a musyârakah contract, because the partner is a trustworthy person. Moreover, on the basis of trust, one partner cannot require a guarantee from the other party. Otherwise, local fiqh gives concessions to Islamic bank, i.e., it requires partners to provide assurance in order to reduce risk in the musyârakah financing.Kata Kunci: musyârakah, bagi hasil, fikih muamalah, bank syari‘ah
TELAAH SIGNIFIKANSI KONSEP MANUSIA MENURUT AL-GHAZÂLÎ M. Yasir Nasution
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 35, No 2 (2011)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v35i2.141

Abstract

Abstrak: Al-Ghazâlî lahir pada masa kejayaan pemikiran rasional Islam klasik abad ke-10. Setelah melakukan serangkaian petualangan intelektual—yang pada titik tertentu membawanya ke titik krisis mental—ia menjadi salah seorang pemikir multi disiplin yang berpengaruh sangat luas. Artikel ini berargumentasi bahwa pemikirannya tentang spiritualisme memiliki potensi besar untuk menjawab berbagai pertanyaan yang menghantui kehidupan manusia modern. Lebih khusus, penulis berpendapat bahwa manusia modern sangat membutuhkan teori al-Ghazâlî yang memadukan indera, akal, dan intuisi sebagai sumber pengetahuan yang absah. Teori ini dapat menyediakan dasar epistemologi yang kokoh sekaligus satu cara yang berimbang dalam melihat hidup manusia.Abstract: An Analysis of the Significance of al-Ghazâlî’s Concept of Men. Born at the heyday of Islamic classical rationalism of the tent century, and after going through series of intellectual adventures that at points bring him to mental breakdown, al-Ghazâlî established himself as an Islamic polymath of towering influence. The present article argues that his thought on spiritualism is of great potential in answering the many questions faced by modern man. More specifically, our present author is of the opinion that modern man is in dear need of al-Ghazâlî’s theory of integrating senses, reason, and intuition as equally legitimate sources of knowledge. This theory could provide not only a sound epistemological basis but also a balanced way of perceiving human life.Kata Kunci: Al-Ghazâlî, spiritualitas, epistemologi, manusia, tasawuf
POSITIFIKASI ASKETISME DALAM ISLAM DENGAN PENDEKATAN PARADIGMA KLASIK DAN MODERN Nurkhalis Nurkhalis
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 39, No 1 (2015)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v39i1.37

Abstract

Abstrak: Asketisme identik sebagai moral tertinggi atau pencapaian asketis dalam menghiasi kehidupan agar memaknai eksistensi agama dalam keyakinannya. Asketisme sebanding dengan ketinggian etika atau ketinggian ethos. Asketisme dipersepsikan tidak diarahkan kepada keengganan untuk bekerja adalah gejala dari kurangnya karunia. Asketisme dalam Islam dipersepsikan sebagai zuhud yaitu alienasi diri serta diidentikkan dengan faqîr, jû‘i atau ‘uzlah menjauhkan diri dari kebersamaan. Dengan demikian pengenalan asketisme Islam dengan zuhud masuk dalam kekangan masa lalu, sedangkan asketisme Islam yang kontemporer mesti masuk dalam ironcage modernitas. Asketisme Islam dilatar belakangi oleh ethos dan etik yang bersifat sosiosentris bukan egosentris hanya mendambakan kesempurnaan dan kesalehan diri. Corak asketisme Islam tidak bersifat zuhud stagnan akan tetapi zuhud moderat. Dengan demikian zuhud moderat sama dengan zuhud produktif dan partisipatif.Abstract: Positivication of Asceticism in Islam in Classical and Modern Paradigm Approaches. Asceticism is known as the highest moral or the ascetic achievement in order to interpret the existence of religious life in his conviction. Asceticism is comparable with the height ethical or altitude ethos. Asceticism is perceived not turn to unwillingness to work is symptomatic of lack of grace. Asceticism in Islam is perceived as an ascetic self-alienation and identified with faqîr, jû’i or ‘uzlah. Thus the introduction of asceticism in Islam called zuhud can do ironcage entry in the past, whereas contemporary Islamic asceticism must be included in ironcaging modernity. Islamic asceticism motivated by ethos and ethic which is sociocentric not egocentric only for self-perfection and self-righteousness. The style of Islamic asceticism is not be stagnant zuhud but moderate zuhud. Thus moderate zuhud is identical with productive and participatory zuhud.Kata Kunci: tasawuf, asketisme, Islam, klasik, modern
PUSAT-PUSAT PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI TAPANULI BAGIAN SELATAN Erawadi Erawadi
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 38, No 1 (2014)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v38i1.53

Abstract

Abstrak: Tulisan ini menelusuri perkembangan tarekat Naqsyabandiyah di wilayah Tapanuli Bagian Selatan melalui beberapa pusat tarekat Naqsyabandiyah dengan menggunakan prinsip sejarah lokal. Tarekat ini di kawasan tersebut datang dari dua sumber, yaitu dari Minangkabau, Sumatera Barat, dan Babussalam, Langkat, Sumatera Utara. Pengaruh dari Minangkabau terutama melalui Syaikh Ibrahim Kumpulan, sedangkan dari Babussalam, Langkat melalui Syaikh Abdul Wahab Rokan. Namun demikian, sebagian Syaikh Naqsyabandiyah asal Tapanuli Bagian Selatan, setelah belajar pada Syaikh setempat, pergi dan belajar di Haramain. Sebagian mereka belajar langsung pada Syaikh Sulaiman Zuhdi atau Syaikh Ali Ridha di Jabal Abu Qubaisy. Di antara pusat-pusat perkembangan tarekat Naqsyabandiyah di Tapanuli Bagian Selatan adalah Hutapungkut, Aek Libung, Sayurmatinggi, Nabundong, Sipirok, Pudun, Aek Tuhul, Ujung Padang, dan Batu Gajah. Kebanyakan organisasi tarekat ini telah bertahan selama beberapa generasi, namun sebagiannya tidak bertahan karena faktor-faktor tertentu.Abstract: The Centres of Tarekat Naqshabandiyah in South Tapanuli Region. Using the principles of local history, this article traces the developments of Thariqat Naqshabandiyah in Southern Tapanuli through its many centers of activities. This thariqat reached the region by ways of Minangkabau West Sumatra and Babussalam Langkat North Sumatra with Syaikh Ibrahim Kumpulan and Syaikh Abdul Wahab Rokan being the central figures. However, some of the region’s Naqshabandiyah syaikhs, after learnign under local masters, continue their learning to Haramayn, Hijaz. Mostly, they learn under the celebrated Syaikh Sulayman Zuhdi or Syaikh Ali Ridha at Jabal Abu Qubaysh. The most important Naqshabandiyah center of the region are to be found in Hutapungkut, Kotanopan, Mandailing Natal; Aek Libung, Sayurmatinggi, Nabundong, Sipirok, Tapanuli Selatan; Pudun, Aek Tuhul, Ujung Padang, Padang- sidimpuan; and Batu Gajah, Barumun, Padang Lawas. Most of these centers have survived for generations; some, however, have not survived for different reasons.Kata Kunci: tarekat Naqsyabandiyah, pusat tarekat, Tapanuli Selatan

Page 2 of 37 | Total Record : 361