cover
Contact Name
Pindo Tutuko
Contact Email
pindotutuko@unmer.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
pindotutuko@unmer.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal
ISSN : 20863764     EISSN : 26154951     DOI : -
Core Subject : Engineering,
LOCAL WISDOM is a scientific journal in the field of Architecture and the City as a "bridge" between the disciplines of architecture and urban planning and design studies.This scientific journal focusing on research relating to the study of local wisdom. Local knowledge is a potential local characteristic based on a local culture that has been a tradition in public life. A form of local wisdom studies varied widely, ranging from a cultural value system, social system to the physical manifestation of culture in the form of local knowledge, local technologies, as well as the physical form of the built environment. Studies of local wisdom is an effort in order to realize the harmony of the city environment, and sustainable through the use and development of local knowledge, contextual and a participatory approach.
Arjuna Subject : -
Articles 143 Documents
KEARIFAN LOKAL DALAM PENYELESAIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH RAKIT DI SUNGAI MUSI - PALEMBANG Iskandar, Yulindiani; Lahji, Khotijah
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 2 (2010): March 2010
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i2.1371

Abstract

Tulisan ini merupakan deskripsi suatu fenomena arsitektur yang tercipta melalui kearifan lokal rakyat Palembang, metoda penulisan adalah metoda deskribtif penelaahan literatur tenatang rumah rakit khusunya di daerah melayu metoda survey pengamatan langsung dan wawancara dengan penghuni tetap rumah rakit di tepian Sungai Musi Palembang saat ini. Kearifan lokal dalam menyelesaikan struktur dan konstruksi pada rumah rakit di aliran sungai Musi - Palembang, yang menuntut suatu pemecahan yang khusus karena keberadaan rumah rakit yang terletak diatas aliran sungai Musi Palembang merupakan, hal yang menarik untuk ditelaah adalah kemampuan dalam menyelesaikan bagian pondasi sebagai penahan bangunan secara keseluruhan, lantai, dinding, tiang struktur dan atap baik itu rangka atap maupun penutup atap. Kearifan lokal dalam mempersiapan pelaksanaan pembangunan diantaranya adalah sistem pengawetan, pemilihan bahan bahan, yang terkait dengan sifat bahan yang tahan air, kekuatan bahan menahan beban, dan karakteristik bahan yang sesuai dengan kemampuannya, metoda pelaksanaan pembangunan serta bagaimana pemeliharaannya. Kearifan lokal ini telah ada sejak terjadinya suatu kegiatan perniagaan pada jaman Kerajaan Sriwijaya bahwa penduduk asing untuk berniaga tidak diberikan izin untuk menetap didaratan sehingga alat transportasi air dalam hal ini perahu selain sebagai alat transportasi sekaligus sebagai tempat tinggal sementara. Kondisi ini berkelanjutan sehingga dengan perkembangan budaya dan tuntuatan perikehidupan maka terciptalah rumah rakit sebagai hunian tetap sekaligus sebahai fungsi perniagaan.
Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami Widosari Widosari
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 2 (2010): March 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i2.1372

Abstract

Belajar dari pengalaman rumoh Aceh (rumah kayu berbentuk panggung) pasca gempa dan tsunami 26 Desember 2004 merupakan suatu langkah penting mengingat kearifan lokal bukan aturan tertulis namun hanya petuah (hadih maja) yang mudah ditinggalkan. Rumoh Aceh mampu bertahan dari gempa dan tsunami karena strukturnya yang saling mengunci dan rigid maupun pemilihan bahan dan perhitungan proporsi serta skala yang tepat. Namun dua faktor kelemahan rumoh Aceh perlu dicermat. Faktor pertama, sifat kayu. Faktor kedua, dinamika penghuni. Contohnya toilet dan sumur yang di luar rumah sulit diakses oleh orang lanjut usia atau para penyandang cacat. Dulu konsep ini merujuk pada nilai agama bahwa rumah harus suci karena rumah berfungsi juga sebagai tempat ibadah. Adaptive reuse (alih fungsi) kemudian menjadi alternatif agar rumoh Aceh tetap dapat digunakan sebagai tempat tinggal, misalnya sudut seramboe likot (ruang belakang) di-redesign (dirancang ulang) menjadi toilet dan sumur. Adaptive reuse lainnya dapat dijadikan contoh baik seperti alih fungsi sebagian seuramoe keue(ruang depan) menjadi galeri; lantai dasar menjadi warung; serta kamar menjadi homestay. Infill design (penambahan desain elemen) juga merupakan ide lain, misalnya penambahan balok diagonal, ramp, dan bordies. Hal-hal tersebut merupakan input yang tepat untuk mempertahankan kearifan rumoh Aceh dalam dinamika kehidupan masyarakat pasca gempa dan tsunami.
PERKAMPUNGAN TUA DI TENGAH KOTA, Upaya Mewujudkan Kawasan Bantaran Sungai sebagai Kawasan Budaya Berjatidiri Yohannes Firzal
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 2 (2010): March 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i2.1373

Abstract

Penataan ruang perkotaan yang marak belakangan ini telah mengakibatkan pergeseran karakter wajah kota yang ditandai mulai tergusurnya kawasan tua kota. Kecenderungan ini terjadi akibat pendekatan kebijakan penataan ruang kota yang tidak berpihak dan menutup perkembangan karakter asli kota. Kesejatiandiri kawasan perkotaan menunjukan nilai lokalitas yang dipengaruhi aspek kesejarahan. Menjamin keberadaan kawasan bersejarah kota akan menjamin kesempatan bagi generasi masa depan untuk merasakan ruang dan bentuk kota yang unik dalam periode sejarah tertentu. Kajian dilakukan pada dua kawasan di dua kota berbeda yaitu Kota Pekanbaru dan Kota Siak Sri Indrapura. Kawasan Kampung Bandar Senapelan merupakan kawasan asal mula berdirinya Kota Pekanbaru yang masih memiliki objek sejarah arsitektural. Bangunanbangunan tua di kawasan ini mulai terancam keberadaanya tergantikan dengan bangunan-bangunan baru yang tidak lagi menunjukan karakter lokal. Sedangkan Kawasan Pasar Lama di Siak Sri Indrapura merupakan bagian kota dari pusat Kesultanan Siak yang merupakan kesultanan Melayu terakhir di Riau. Kawasan yang syarat sejarah dan objek arsitektural ini mulai tertekan oleh pesatnya tumbuh kembang Kota Siak Sri Indrapura. Meskipun kedua kawasan ini merupakan kawasan tua kota, namun upaya menuju kawasan budaya berjatidiri dapat melalui strategi dan pendekatan yang berbeda. Pada Kawasan Senapelan dapat dilakukan dengan menitikberatkan penanganan dengan tetap menghidupkan kemajemukan fungsi kawasan, melindungi kondisi lingkungan dan bangunan-bangunan tua yang mencerminkan karakter asli dan nilai sejarah kota. Sedangkan untuk Kawasan Pasar Lama lebih menitik beratkan pada pendekatan sebagai kawasan preservasi dan konservasi kota, mengingat nilai dan kandungan sejarahnya.
Penerapan Kearifan Lokal melalui Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Kota Pasca Bencana Studi kasus Kota Teluk Dalam Nias Selatan Sukawi Sukawi
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 2 (2010): March 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i2.1374

Abstract

Upaya rekonstruksi dan rehabilitasi yang dilakukan di kota Teluk Dalam, Nias Selatan perlu mendapat dukungan semua pihak dan pemerintah daerah setempat juga perlu mempersiapkan diri dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan pada masa rekonstruksi dan rehabilitasi ini. Koordinasi antarpihak menjadi agenda penting untuk kelanjutan pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan perlu diperkuat dengan adanya suatu forum atau organisasi perencanaan berbasis masyarakat. Karena salah satu syarat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan adalah dengan adanya forum atau organisasi yang sifatnya berkelanjutan. Melalui suatu forum, masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya, sebaliknya forum tersebut juga dapat berperan menyampaikan kebijakankebijakan dari pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat di tingkat bawah secara langsung. Forum kota dapat mencerminkan prinsip keterwakilan agar tetap terjaga komitmen bersama untuk membawa kepentingan-kepentingan masyarakat kepada pihakpihak pengambil keputusan. Dengan forum kota, kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat dapat diterapkan dan mengejawantah dalam wujud tata kota yang adaptifresponsif terhadap lingkungan yang rawan bencana. Metode yang digunakan adalah yang cocok dengan situasi dan kondisi pembangunan serta tujuan yang ingin dicapai, salah satunya adalah Metode Community-Based. Pembuatan keputusan didasarkan atas masyarakat lokal sebagai ahlinya dan pendatang merupakan fasilitator teknis yang keberadaannya adalah untuk belajar. Metode yang terkait adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat yang berbasis pada kearifan local dengan berkaitan dalam kegiatan perencanaan kembali Kota Teluk Dalam pasca bencana gempa dan tsunami: Kota Teluk Dalam memiliki potensi laut, sungai, pantai, yang dapat dikembangkan sebagai waterfront city. Tepi pantai ini dapat dipakai untuk kegiatan yang bersifat rekreatif dan sekaligus bermanfaat sebagai lading mata pencaharian nelayan. Pemanfaatan tepi pantai ini sesuai dengan kearifan local bahwa tepi pantai hanya dimanfaatkan sebagai tempat mata pencaharian sedangkan hunian bagi masyarakat tradisional harus berada dibukit bukit yang tinggi sesuai dengan kepercayaan leluhur suku Nias. Selain itu sudah sejak lama, Nias merupakan daerah yang berpotensi terjadi gempa dan tsunami sehingga nenek moyang mereka melarang untuk tinggal disekitarpantai.
PROSES PERUBAHAN RUANG SPASIAL DI PERMUKIMAN DUSUN BARAN KIDAL MALANG Lisa Dwi Wulandari; Ayu Indeswari
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1375

Abstract

Desa Baran Kidal merupakan pemukiman etnis Madura di Kota Malang yang pola pemukiman tradisionalnya memiliki karakter khusus. Untuk menggali kearifan local dan potensi alam dalam membentuk karakter fisik lingkungan permukiman di desa Baran Kidal ini, diamati faktor-faktor utama yang berperan penting dalam proses pembentukan dan perubahan ruangnya dalam pendekatan tipologi-morfologi ruang arsitektur. Untuk itu dilakukan analisis sinkronik-diakronik dalam konteks studi historis, dengan pendekatan metode survey. Tahapan riset ini untuk menggali perubahan ruang permukiman tersebut dalam periode waktu yang berbeda. Produk dari riset ini diketahui bahwa faktor utama pemicu perubahan pola spasial permukiman ini antara lain adalah sistem kekerabatan, adanya pengembangan aksesibilitas lingkungan (sirkulasi dan jalan), serta pengaruh modernisasi dalam konteks globalisasi lokal.
PENGEMBANGAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI SEBAGAI KAWASAN BUSINESS BARU KOTA PEKANBARU Yohannes Firzal
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1376

Abstract

Perjalanan waktu menunjukan pertumbuhan penduduk kota yang pesat, perkembangan kegiatan ekonomi dengan kekuatan lokal yang besar, telah memaksa setiap wilayah untuk dapat bertahan dan mengikuti arus perkembangan dengan tetap mengantisipasi dengan segala kemungkinan terjadi. Kajian dilatarbelakangi untuk melihat potensi kawasan tepian Sungai Siak Pekanbaru yang akan dipersiapkan sebagai pengembangan kawasan business baru kota, melalui kaidah-kaidah perancangan yang berkonsepkan waterfront city. Sebagai pusat pertumbuhan perekonomian baru maka kawasan waterfront city direncanakan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi kota dengan melestarikan budaya dan kekuatan lokal. Kawasan kajian berada di Kota Pekanbaru yang dilalui Sungai Siak, membentang dari tengah Pulau Sumatera menuju Selat Malaka. Pengembangan kawasan tepian sungai merupakan upaya penataan dan perbaikan kualitas lingkungan yang menekankan arti penting perairan sebagai kawasan berpotensi untuk meningkatkan perekonomian kota. Kawasan waterfront city merupakan alternatif pengembangan yang menyediakan ruang tumbuh kembang kota sekaligus sebagai penyokong kegiatan perekonomian melalui kegiatan investasi, menumbuhkembangkan kegiatan baru dengan tetap menghargai kegiatan yang telah ada sebelumnya. Kajian pada akhirnya menetapkan usulan rancangan satu blok kawasan di tengah Kota Pekanbaru untuk dikembangkan menjadi kawasan business baru berupa suatu rancangan kawasan berkonsepkan waterfront city yang terencana dan terintegrasi dengan penataan kota secara keseluruhan.
ESTETIKA SIMBOLIS SENSORI PADA RUANG PUBLIK DI ALUNALUN MALANG Winansih, Erna
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1377

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk lebih dalam mengkaji estetika dari sudut pandang estetika simbolis-sensori. Estetika simbolis (Esim) bersifat subyektif artinya, pelaku atau penggunalah yang menentukan sesuatu itu indah/estetis dengan memaknainya melalui aktivitas-perilakunya, dari sudut estetika sensori (Esen); bagaimanakah ruang publik memberikan peluang pengalaman estetis dengan berfungsinya indera-inderanya. Alunalun di jalan Merdeka kota Malang ini, merupakan tempat publik yang populer dan bervariasi penggunanya mulai pengelola, penjual, pengunjung sampai pada pelaku yang hanya sekedar lewat saja. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi-partisipan, yaitu di samping mengamati obyek penelitiannya peneliti juga sebagai pelaku di setting ini. Untuk dapat mengkaji Esim-Esen, peneliti menentukan unit behavior setting untuk diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan dari Esim, pengguna-pengelola memaknai alun-alun ini sebagai tempat bekerja (posko penjagaan, pos polisi, dsj), sehingga aktivitas-perilakunya lebih didasari atas kewajiban (sense of obligatory) dan rasa tanggung-jawab untuk memelihara-menjaganya. Pada pihak pengguna-penjual, dari sisi Esim, setting ini menjadi indah saat mereka dapat memanfaatkannya untuk tempat berjualan (nafkah). Pengguna-pengunjung memaknainya sebagai tempat rekreasi yang cukup nyaman. Dari sisi Esen cukup banyak yang dialami pengunjung baik secara visual, audio, perabaan, pengecapan, kinetik, namun yang belum optimal adalah dari penciuman. Bagian dari alun-alun ini yang tidak optimal adalah kolam, karena jarang sekali airnya mancur, mengingat obyek ini sangat berpeluang untuk terjadinya Esen.
EKSPLORASI KARAKTER SPASIAL KAWASAN ALUN-ALUN KOTA MALANG Junianto Junianto
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1378

Abstract

Kawasan Alun-alun kota Malang sebagai pusat kota, akan berkembang dan tumbuh, seiring dengan perkembangan waktu, serta perubahan elemen-elemen kota dalam interrelasinya. Studi eksploratif bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala, secara lebih terinci dari karakter spasial kawasan Alun-alun. Kawasan Alun-alun kota Malang, ditinjau dalam keterkaitan dengan fungsi bangunan-bangunan sekitarnya, serta dalam perannya sebagai ruang publik kota. Pendekatan sejarah lebih ditekankan kepada perkembangan fisik kawasan Alun-alun kota Malang, yang signifikan berpengaruh kepada pembentukan karakter spasial. Pendekatan ini, bertujuan untuk memahami proses pembentuk karakter spasial kawasan Alun-alun kota Malang yang ada sekarang. Pendekatan lapangan (eksplorasi lapangan) dalam penelitian ini, merupakan hal yang utama, untuk melihat dan memahami kondisi aktual karakter spasial kawasan. Perubahan karakter spasial Alunalun, terjadi cukup signifikan setelah kawasan tersebut menjadi CBD (Central Bisnis Distrik). Alun-alun bergeser peran, menjadi penyangga kegiatan komersial, kawasan sekitarnya. Alun-alun menjadi tempat parkir, menjadi tempat berjualan para PKL, selain untuk rekreasi masyarakat kota.
EKSPRESI KERUANGAN BUDAYA LOKAL: Tinjauan Diakronik Spasial Permukiman Desa Adat Kesiman, Denpasar Bali I Komang Gede Santhyasa
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1379

Abstract

Perencanaan ruang pada lingkungan masyarakat tradisional lebih didasarkan pada sistem pengetahuan lokal tentang perencanaan yang terdiri atas sistem nilai dan konsep lokal, serta kepercayaan dan pengetahuan budaya setempat. Banyak sistem pengetahuan lokal tentang perencanaan tata ruang yang memiliki peranan dalam usaha menjaga kontinuitas dimensi kultural yang seringkali diabaikan oleh perencanaan. Khususnya dalam kasus Bali, secara etnis-kultural yang cenderung homogen, usaha untuk menjaga kelestarian budaya inti tersebut merupakan konsepsi yang mendasar bagi masyarakat Bali dan merupakan landasan dasar sebagai sistem perencanaan ruang. Permukiman Desa Adat Kesiman sebagai studi kasus digunakan untuk mengeksplorasi perkembangan pola spasialnya ditinjau dari perspektif diakronik spasial. Tulisan ini menggambarkan secara ringkas bahwa perkembangan pola spasial ini ditujukan untuk lebih memahami landasan yang dijadikan dasar dalam usaha-usaha penciptaan ekspresi keruangan budaya lokal dan dijadikan referensi dalam perencanaan ruang pada lingkungan tradisional yang dibangkitkan oleh konteks budayanya.
KONSEP TAMAN KOTA PADA MASYARAKAT JAWA MASA KINI Hariyono, Paulus
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i3.1380

Abstract

Tulisan ini berangkat dari persoalan semakin menyusutnya taman kota dari waktu ke waktu; bahkan terjadi rebutan lahan taman kota oleh berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing pihak, seperti sektor privat dan sektor publik, masyarakat strata atas, menengah dan bawah, kelompok kepentingan ekonomi dan pengambil kebijakan publik. Persoalan perebutan lahan taman kota disebabkan secara tradisional pada masyarakat Jawa tidak terdapat konsep tentang taman kota secara Barat sebagai fungsi estetika kota. Akibatnya, masing-masing pihak merasa lahan taman kota dapat diubah fungsi menurut kepentingannya. Penelitian ini mengambil kasus masyarakat kota Semarang yang mewakili masyarakat Jawa Tengah bagian Utara; dan masyarakat Yogyakarta yang mewakili masyarakat Jawa Tengah bagian Selatan.

Page 2 of 15 | Total Record : 143