cover
Contact Name
Pindo Tutuko
Contact Email
pindotutuko@unmer.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
pindotutuko@unmer.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal
ISSN : 20863764     EISSN : 26154951     DOI : -
Core Subject : Engineering,
LOCAL WISDOM is a scientific journal in the field of Architecture and the City as a "bridge" between the disciplines of architecture and urban planning and design studies.This scientific journal focusing on research relating to the study of local wisdom. Local knowledge is a potential local characteristic based on a local culture that has been a tradition in public life. A form of local wisdom studies varied widely, ranging from a cultural value system, social system to the physical manifestation of culture in the form of local knowledge, local technologies, as well as the physical form of the built environment. Studies of local wisdom is an effort in order to realize the harmony of the city environment, and sustainable through the use and development of local knowledge, contextual and a participatory approach.
Arjuna Subject : -
Articles 143 Documents
SPATIAL URBAN DESIGN PADA AREA SEMPADAN SUNGAI (PENERAPAN GIS DALAM URBAN DESIGN) Dian Kusuma Wardhani; Adipandang Yudono; Christianto Kurniawan Priambada
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 4 (2010): December 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i4.1381

Abstract

Penelitian ini berupaya memperkenalkan konsep Spatial Urban Design, sebuah konsep yang menurut peneliti merupakan hal baru dalam ranah perancangan kota. Konsep tersebut merupakan penggabungan antara analisis spasial menggunakan metode Geographical Information System (GIS) dengan perancangan tapak (site planning). Subyek penelitian ini adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) sempadan sungai pada skala kota. Saat ini perubahan penggunaan lahan perkotaan yang ada mengalami degradasi kualitas hidup, pembangunan fisik yang menutupi hampir seluruh permukaan tanah dimana dampak yang terjadi memengaruhi kondisi sosial perkotaan, khususnya pada area sempadan sungai. Sempadan sungai merupakan area yang sangat rentan terhadap aktivitas manusia, berkenaan dengan pemanfataan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan peruntukannya. Sebagai upaya pengamanan dan perlindungan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat, maka sungai dan kawasan tepiannya ditetapkan menjadi kawasan lindung dan konservasi oleh pemerintah Kota Malang. Untuk itulah kearifan lokal sangat penting dalam suatu perencanaan dan perancangan tapak, agar ruang yang tercipta dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dan mengangkat citra kawasan. Pembahasan secara umum penelitian ini mencakup analisis spasial RTH pada tepian sungai Brantas di Kota Malang dengan GIS yang dilanjutkan dengan analisis tapak serta penggunaan media 3D modelling pada Perancangan Tapak
FITOREMIDIASI LINGKUNGAN DALAM TAMAN BALI Irawanto, Rony
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 4 (2010): December 2010
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i4.1382

Abstract

Taman Bali bukanlah salah satu bentuk tatanan taman tematik bernuansa tropis dalam lanskap, melainkan singkatan dari Taman Buangan Air Limbah atau lebih dikenal dengan WWG (Waste Water Garden). Konsep taman Bali ini memiliki nilai ekologi yang tinggi, sebagai fitoremidiasi, dimana penurunan kualitas lingkungan yang terjadi dari pencemaran air / limbah cair dapat dicegah / dikurangi dengan mengunakan tanaman air yang ditata secara indah. Sehingga tanaman dalam Taman Bali tidak hanya berfungsi ekologi tetapi juga estetik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep pencegahan pencemaran lingkungan dengan tanaman dalam taman yang merupakan alternatif pengelolaan limbah yang murah, mudah, ramah lingkungan dan estetik. Beberapa jenis tanaman yang sering digunakan adalah Kana, Bambu Air, Heleconia, Keladi, Teratai, Lotus, Papirus, Lili, dan jenis tanaman lainnya yang mampu menyerap serta mengolah limbah secara alami. Konsep fitoremediasi sangat ekologis, ekonomis dan efektif dalam pengelolaan lingkungan. Pengolahan limbah mengunakan sistem lahan basah buatan dengan tanaman air dalam tatanan taman yang indah lebih dikenal dengan Waste Water Garden (WWG). Di Indonesia penerapan WWG bermula di Bali, dan terkenal dengan sebutan Taman Buangan Air Limbah (Taman BALI) dengan mengunakan jenis tanaman lokal yang sering dijumpai dan mampu menyerap serta mengolah limbah secara alami. Jenis tanaman air seperti mendong, eceng gondok, kiambang, kangkung dan teratai telah banyak diketahui dan dilakukan penelitian kemampuan fitoremediasinya. Jenis tanaman air koleksi Kebun Raya Purwodadi yang berpotensi sebagai tanaman hias dan belum banyak digali informasinya/ dilakukan penelitian yaitu Typa angustifolia, Neptunia plena, Thyponodorum lindleyanum, Myriophyllum aquaticum dan Sagittaria lancifolia.
STUDI EKSPLORASI POTENSI PROPORSI GOLDEN SECTION PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR MASJID VERNAKULAR Abdul Malik; Bharoto Bharoto
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 4 (2010): December 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i4.1383

Abstract

Tulisan ini mengangkat arsitektur Masjid vernakular, yang selama ini telah dimarjinalkan dalam ranah diskusi akademis. Sebagai wujud karya masyarakat biasa (low-culture), semestinya terakui sebagai bagian rumpun arsitektur Nusantara. Persoalan ke-estetika-an wujud Masjid menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuk gugusnya. Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi arsitektur (Masjid) Jawa dan kaidah proporsi Golden Section (Phi). Pilihan proporsi ini diyakini sebagai bagian kaidah estetika bentuk yang tak memihak karena sifat ke-universal-annya (fenomena harmoni alam). Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Jawa), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis pengukuran rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Phimatrix yang berbasis 1: Phi (1:1,618). Temuan studi berupa besaran (%) potensial terhadap nilai Phi, yang dimiliki gugus wujud Masjid Baitul Hakim sebagai kasus. Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur Masjid vernakular (Jawa/ low culture), potensial terhadap proporsi Golden Section (Phi). Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan peneltian lanjutan, termasuk karya Masjid vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan priyayi (high-culture)?
Community Attachment pada Transformasi Desain Bangunan Permukiman di sekitar Kawasan Pecinan Pindo Tutuko
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 4 (2010): December 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i4.1384

Abstract

Orang Cina mayoritas sebagai pedagang, jadi kawasan Pecinan merupakan pusat perdagangan dari dulu sampai sekarang. Salah satu yang menarik di kawasan Pecinan adalah peninggalan Arsitekturnya yang sekarang masih ada meskipun ada perubahan akibat perkembangan kawasan dan fungsi dari permukiman tersebut. Permukiman orang Cina sebagai pusat perdagangan banyak mengalami perubahan baik dalam bentuk tampilan bangunan maupun perubahan fungsi dari bentuk permukiman rumah-rumah orang Cina. Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari tampilantampilan rumah Cina yang ada sampai sekarang. Community attachment warga pecinan terhadap tempat tinggalnya melibatkan seluruh pengaruh dari afeksi dan emosi, pengetahuan dan kepercayaan serta perilaku dan tingkah laku mereka dalam proses bermukim. Pendekatan Traditional Environment/settlement menurut Amiranti (2002) dan aspek-aspek koalitas lingkungan menurut Rapopot (1983), dipakai dalam mengamati penerapan konsep Community Attachment warga Pecinan di Kota Pasuruan dan Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan perubahan dalam tampilan bangunan, penataan ruang dalam bangunan, dan penataan ruang luarnya. Schemata yang terjadi dipersiapan untuk kegiatan usaha pada masa yang akan datang dan rumah dianggap sebagai suatu bagian dari ekonomi. Budaya Cina dipakai dalam tolok ukur untuk menentukan faktor menguntungkan suatu lingkungan hunian, dan itu menjadi pertimbangan utama.
PERPEKTIF RUANG SEBAGAI ENTITAS BUDAYA LOKAL Orientasi Simbolik Ruang Masyarakat Tradisional Desa Adat Penglipuran, Bangli-Bali Arimbawa, Wahyudi; Santhyasa, I Komang Gede
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 2, No 4 (2010): December 2010
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v2i4.1385

Abstract

Ruang (space) bisa diartikan sebagai tempat (place) yang dimaknai oleh sekelompok orang yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah/teritori. Ruang dalam artikulasi tempat bermakna, merupakan simbolisasi dari kesepakatan bersama terhadap perspektif ruang sebagai wadah untuk beraktivitas yaitu kerja, rekreasi, bertempat tinggal serta aspirasi/cara pandang hidup masyarakatnya dalam mengelola ruang secara bersama-sama. Pada masyarakat tradisional, aktivitas masyarakat selalu berkaitan dengan dua kegiatan utama yaitu yang bersifat sakral (berkaitan dengan kegiatan agama) dan kegiatan yang bersifat profan (berkaitan dengan kegiatan sosial masyarakat). Penempatan kegiatan tersebut diklasifikan berdasarkan orientasi kesakralannya yang bertujuan untuk menciptakan tatanan ruang secara harmoni baik dengan lingkungan,sesama manusia maupun dengan Tuhannya. Secara ringkas, tulisan ini berusaha untuk memaparkan pola dan struktur ruang yang terbentuk akibat dari perspektif masyarakat Desa Adat Penglipuran terhadap orientasi ruang permukimannya. Orientasi ruang desa yang ditemukan pada komunitas Penglipuran tercermin pada komposisi dan formasi ruang permukiman desa yang didasarkan pada eksplorasi pragmatis dwilogi kehidupan yaitu hidup-mati. Konsep simbolis ini berakar dari konsep Rwa Bhineda yang kemudian secara menurun diterjemahkan menjadi konsep dualistik sumbu bumi (kaja-kelod) dan sumbu religi (kangin-kauh). Persilangan antara sumbu bumi dan sumbu religi secara praktikal kemudian melahirkan pembagian mintakaf tata nilai keruangan lingkungan desa yang disebut dengan konsep Panca mandala (orientasi sacred-profan). Konsep ini membagi ruang desa menjadi lima segmen ruang berdasarkan tingkat kesucian yaitu ruang utama yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat sakral, ruang tengah (madyaning utama, madyaning madya, madyaning nista) yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat keduniawian/interaksi sosial serta ruang nista yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat kotor/rendah.
PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Hery Budiyanto
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 3, No 1 (2011): February 2011
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v3i1.1386

Abstract

Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) adalah program tatanan kehidupan dan hunian yang tertata selaras, sehat, produktif, berjatidiri dan berkelanjutan yang direncanakan, dipasarkan dan dibangun sepenuhnya oleh partisipasi masyarakat Desa. Dalam program ini terdapat peran pendamping yaitu Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif (TAPP) yang fungsinya bukan untuk mengambil alih pengambilan keputusan melainkan untuk menunjukkan konsekuensi dari tiap keputusan yang diambil masyarakat, dengan kata lain menjadi "fasilitator" dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil akan rasional, sesuai dengan potensi, masalah dan keinginan masyarakat. Pendekatan partisipatif merupakan salah satu model pendekatan untuk mengakomodasikan pengetahuan lokal, kebiasaan lokal dan budaya lokal masyarakat. Kearifan budaya lokal dalam pembangunan permukiman di pedesaan menjadi penting sebagai upaya untukmengeliminir kesenjangan budaya dalamproses membangun. Penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas di desa gudang merupakan contoh kasus pentingnya pemahaman kearifan lokal dalam proses membangunkomunitas.
Fleksibilitas Ruang dalam Tradisi Sinoman dan Biyodo sebagai Wujud Kearifan Lokal di Dusun Karang Ampel Dau Malang Putri, Putri
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 3, No 1 (2011): February 2011
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v3i1.1387

Abstract

Dusun Karang Ampel merupakan salah satu dusun yang masih mempertahankan ruang kebersamaan dalam kehidupannya, sehingga dalam pelaksanaan kehidupannya perubahan zonasi publik-privat berjalan dengan fleksibel, terlebih pada saat hajat-hajat tertentu. Tradisi sinoman dan biyodo merupakan salah satu tradisi di Dusun Karang Ampel yang pada umumnya memiliki fleksibilitas ruang yang cukup tinggi. Perubahan zonasi ruang berlangsung setiap harinya, dan bahkan teritori pun melebar hingga teritori tetangga sekitar. Oleh karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasi fleksibilitas ruang yang terjadi pada saat tradisi sinoman dan biyodo, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan ruang yang sangat fleksibel ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif. Dari data yang didapatkan dari observasi dan wawancara ini ditemukan bahwa fleksibilitas ruang pada saat tradisi sinoman dan biyodo menghasilkan perubahan zonasi publik-privat dan menggeser teritori sampai ke zona semi privat tetangga kanan kiri. Fleksibilitas ruang tersebut terjadi karena adanya faktor kebutuhan ruang, dan faktor penghargaan terhadap nilai-nilai kepercayaan dan kebersamaan
MALAY HOUSE, AN UNIQUENESS OF ARCHITETURAL DESIGN FORM Yohannes Firzal
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 3, No 1 (2011): February 2011
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v3i1.1388

Abstract

Malay houses almost always identifying through building raise on the pile, saddle roof and repeated gable-finials decorative that make them as a local distinct uniqueness. This uniqueness, which could be the strongest features, have brought significant cultural value and influencies to the development of building architecture. Gable horn, part of gable-finials, known as traditional roof decorative element has architectural similarities in the broad area coverage. Not only in traditional building of the archipelago, but also found strong evidence has similarities with decorative elements used on gable-finials in the region surrounding Astronesia such as; South East Asia, Malanesia, Micronesia, Polynesia and Madagascar. This has made identifying characteristic strong decorative elements.Gable horn become one hallmark of traditional architecture Astronesia region. Values contained not only from an architectural point of view, but can develop in accordance with their respective regional culture. The study was based on literature review and field surveyed to observed the presence of gable horn of Malay architecture traditional building. How variant element that can be encountered and became the origin to architectural presedent. Indeed, eventhough there are some varieties and forms of architectural elements throughout the archipelago, three major elements of raise on the pile, saddle roof and gable finial are become the most important characteristic of Malay house.
PENENTUAN ARAH DAN LETAK PERMUKIMAN DAN RUMAH TINGGAL KAITANNYA DENGAN KOSMOLOGI (STUDI KASUS, KAMPUNG KANAREA, KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN) Idawari Idawari
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 3, No 1 (2011): February 2011
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v3i1.1389

Abstract

Permukiman dan rumah tradisional tidaklah lahir begitu saja, namun syarat dengan philosophi- philosophi antara lain, konsistensi hidup mereka terhadap nilai-nilai tradisi, dan bersyandar kepada kepercayaan yang dianut. Pemilihan arah dan letak permukiman dan rumah terkait dengan faktor keberuntungan, keselamatan, tingkat sosial penghuni rumah dalam kelompoknya. Tujuan penelitian, untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam penentuan arah dan letak. permukiman dan rumah pada masyarakat yang berdiam di kampung Kanarea, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Manfaat Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain mengenai faktor yang berpengaruh dalam penentuan arah dan letak permukiman dan rumah. Metode penelitian adalah kualitatif. Dasar teoritis penelitian bertumbu pada interaksi simbolik. Luarannya penemuan arah dan letak permukiman serta rumah sangatlah penting, terkait dengan kelangsungan hidup keluarga yang menghuni rumaht, dengan mengikuti aturan adat yang berlaku maka dipercaya akan mendatangkan kebaikan dan rejeki yang melimbah bagi penghuni rumah, sebaliknya jika meninggalkan aturan maka akan mendatangkan kesengsaraan bagi penghuni rumah, baik menyangkut rejeki, kesehatan, jodoh, usia, juga penghargaan dan penghormatan masyarakat terhadap penghuni rumah.
APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Wahyu Hidayat
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 3, No 2 (2011): July 2011
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v3i2.1390

Abstract

Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable city) merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan serangkaian interaksi berbagai aspek seperti ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam kehidupan komunitas kota. Aristektur merupakan salah satu bagian yang paling dominan dalam membentuk wajah dan identitas kota serta mempengaruhi kualitas hidup masyarakan kota. Dalam konteks arsitektur dan desain perkotaan, arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) dapat dicapai jika aspek budaya dan ekologi disinergikan sebagai dua hal yang saling melengkapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan langgam arsitektur melayu dalamdesain bangunan kontemporer di kota Pekanbaru. Identifikasi didasarkan pada dua variable yaitu, aspek budaya yang menjelaskan penggunaan langgam arsitektur melayu sebagai identitas kota dan kawasan dan aspek ekologi yang merefleksikan penggunaan elemen arsitektur melayu dalam merespon kondisi lingkungan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif yang menggambarkan penggunaan langgam arsitektur melayu di kota Pekanbaru. Dari penelitian ini diketahui bahwamayoritas desain bangunan kontemporermenggunakan langgam arsitektur melayu secara tidak tepat menurut filosofinya dan lebih memprioritaskan aspek identitas daripada aspek ekologi dalam merespon kondisi lingkungan. Hasil studi juga mengidentifikasi perberbedaan antara bangunan milik pemerintah daerah dan bangunanmilik swasta dalampenggunaan langgamarsitektur melayu.

Page 3 of 15 | Total Record : 143