Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal
LOCAL WISDOM is a scientific journal in the field of Architecture and the City as a "bridge" between the disciplines of architecture and urban planning and design studies.This scientific journal focusing on research relating to the study of local wisdom. Local knowledge is a potential local characteristic based on a local culture that has been a tradition in public life. A form of local wisdom studies varied widely, ranging from a cultural value system, social system to the physical manifestation of culture in the form of local knowledge, local technologies, as well as the physical form of the built environment. Studies of local wisdom is an effort in order to realize the harmony of the city environment, and sustainable through the use and development of local knowledge, contextual and a participatory approach.
Articles
143 Documents
Pengaruh Kearifan Budaya Lokal Terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe di Kampung Sanan Malang
Nugroho, Rahadian
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 9 No. 2 (2017): Juli 2017
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v9i2.1978
Hunian masyarakat pengrajin tempe di Kampung Sanan Malang merupakan hunian yangterbentuk dari penyesuaian kearifan lokal yang lama tehadap globalisasi yang salah satunyaberdampak ke ekonomi. Pada awalnya, hunian di kampung ini hanya digunakan untuk tempattinggal, namun kemudian penduduk mulai menggunakan hunian mereka untuk memproduksiserta menjual tempe dan keripik tempe, dan saat ini Kampung Sanan telah menjadi sentraindustri tempe. Kegiatan memproduksi tempe bagi masyarakat Kampung Sanan merupakanKearifan Budaya Lokal turun-temurun yang memungkinkan terjadinya perubahan danpengurangan pada ruang untuk tempat tinggal serta mempengaruhi kualitas fasad hunian.Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep kearifan lokal dalam pola hunianmasyarakat kampung Sanan Malang yang berpengaruh pada perubahan-perubahannya.Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif, analitis dan interpretatif berdasarpada bukti empiris, strukturalisme, tipolmorfo dan relasi fungsi, bentuk dan makna yangdigunakan untuk mengungkap konsep kearifan lokal dalam hunian masyarakat kampungSanan Malang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan pengambilan foto, video, wawancaramendalam dan observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran dan kesimpulanyang dapat menjawab permasalahan dan mencapai tujuan studi. Hasil dari studi inimenyebutkan bahwa kearifan budaya lokal Kampung Sanan secara langsung dan tak langsungmemunculkan identitas dan tradisi baru yang berjalan beriringan dengan tradisi yang lama.Terbentuknya kearifan budaya lokal yang baru dari dampak globalisasi yaitu Home Industrykarena untuk menaikkan taraf hidup warga Kampung Sanan Malang. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v9i1.1867
Pengembangan Agrowisata Apel Berbasis Kearifan Lokal Di Poncokusumo
Santoso, Dian Kartika;
Wikantiyoso, Respati
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i1.2396
Budaya merupakan akar dari sebuah bangsa. Wujud budaya dapat berupa aktivitas danmata pencaharian sehari-hari. Bertani adalah salah satu contoh aktivitas sekaligus matapencaharian dari masyarakat agraris Indonesia. Poncokusumo, merupakan salah satudaerah di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari pertanian, khususnyakomoditas Apel. Sehingga, buah apel yang ada di Malang salah satunya dipasok dariPoncokusumo. Namun, penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat berubahseiring dengan waktu. Apabila dibiarkan, Apel beserta budaya bertani yang telah adadapat tergerus. Oleh karena itu perlu upaya yang dapat mempertahankan Apel Malangbersamaan dengan budaya bertani masyarakat Poncokusumo. Hal ini tentu tidak dapatdilakukan tanpa acuan yang jelas. Sesuai dengan SDG’s poin ke delapan, upaya yangharus dilakukan harus memperhatikan komunitas berkelanjutan dan ekonomi yanglayak. Kabupaten Malang sendiri telah menunjuk Poncokusumo sebagai daerahAgropolitan. Namun, hal ini perlu dikaji kembali. Kajian ini menggunakan analisis SWOTuntuk mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan mengenai pengelolaanlahan pertanian Apel di Poncokusumo. Sehingga, kajian ini dapat menghasilkan solusiberupa pengembangan agrowisata berbasis kearifan lokal yang diharapkan mampumenjadi pendorong kegiatan ekonomi yang lebih baik sekaligus melestarikan budayabertani di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2396
Implementasi kearifan lokal dalam strategi Pengembangan Wisata Pantai Sendang Biru untuk Pelestarian Pulau Sempu
Widiana, Fenny;
Wikantiyoso, Respati
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i1.2397
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki ribuan pulaudari Sabang sampai Merauke, dimana setiap pulaunya memiliki keunikan tersendiri.Salah satu pantai di kabupaten Malang adalah pantai Sendang Biru. Pantai SendangBiru memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar di jawa Timur. Daya tarikberupa tempat pelelangan ikan dan pulau Sempu yang berada di sebrang pantai yangditetapkan sebagai cagar alam melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal HindiaBelanda pada tahun 1928. Permasalahan pada pulau Sempu adalah adanya wisataillegal sehingga membuat sebagian wilayahnya menjadi rusak dan sebagian kawasan dipulau Sempu akan diubah menjadi Taman Wisata Alam (TWA). Metode kajian inimenggunakan metode deskriptif untuk menidentifikasi kearifan lokal dan menganalisasehingga mendapatkan strategi pengembangan kawasan wisata Pantai Sendang Biru.Ditemukan bahwa kearifan lokal dapat dijadikan dasar pengembangan wisata kulinerdan atraksi kehidupan nelayan pada Pantai Sendang biru. Dengan pengembangankualitas wisata di Pantai Sendang Biru diharapkan dapat melestarikan Pulau Sempu. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2397
Punden Sebagai Pusat Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Klepek Kabupaten Kediri
Nurtantyo, Muhammad Andi Finaldi
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i1.2398
Desa Klepek memiliki kearifan lokal dalam aspek kehidupan sosial dan budaya. Aspeksosial budaya yang dimiliki sangat menarik untuk dibahas dalam penelitian ini. Aspeksosial budaya yang terdapat disana berhubungan dengan satu tempat sakral yangdijadikan pusat yaitu punden. Kepercayaan masyarakat desa Klepek menganggap pundensebagai titik pusat kehidupan sosial mereka. Hal ini terlihat adanya kegiatan tradisimasyarakat yang tidak terlepas dari keberadaan punden tersebut. Kegiatan tradisi yangterdapat disana yaitu nyadranan, barik’an dan tradisi sebelum hajatan. Fokus padapenelitian ini yaitu aspek kehidupan sosial dan budaya yang terdapat di desa Klepek.Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didalamnya terdapat tentangdata deskriptif tertulis ataupun lisan dari sumber objek. Dengan hubungan antara aspekkehidupan sosial budaya dengan punden maka dapat menghasilkan data indentifikasiberupa keragaman aspek sosial budaya. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2398
Makna Ruang Sebagai Aspek Pelestarian Situs Sumberawan
Ramli, Syamsun;
Wikantiyoso, Respati
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i1.2399
Situs Sumberawan merupakan salah satu tempat wisata di kabupaten Malang. Situs initerletak di Desa Toyomerto, Kecamatan Singosari. Stupa Sumberawan berada di kakigunung Arjuno. Stupa Sumberawan dibangun pada akhir era Majapahit, yaitu sekitarabad ke-14 sampai 15. Di area stupa terdapat beberapa mata air. Mata air ini membentuktelaga mata air. Stupa Sumberawan dibangun untuk mentransformasi mata air menjaditirta amerta. Tirta amerta adalah air suci sebagai saripati kehidupan. Masyarakat masihmempercayai mitos dan larangan di telaga mata air ini. Situs Sumberawan sangat menarikuntuk diteliti dengan keberadaan telaga mata airnya. Stupa dan telaga mata air ini menjadiruang berbagai aktivitas. Warga sekitar memanfaatkannya untuk kebutuhan air bersih,mencuci, memancing, dan mengairi sawah. Umat Budha melakukan ritual pradaksinadi Stupa Sumberawan. Penganut kejawen melaksanakan ritual mandi suci pada malamjumat legi di telaga mata air. Wisatawan berkunjung dengan tujuan rekreasi. Penelitiingin mengetahui makna ruang Situs Sumberawan bagi masing-masing pengguna.Penelitian menggunakan metode studi literatur. Hasil penelitian menunjukan perbedaanpemaknaan dan penggunaan ruang di Situs Sumberawan. Perbedaan makna ruang inidapat menjadi landasan dalam upaya pelestarian Situs Sumberawan. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2399
Architecture of Soko Wolu Traditional House in Dusun Cemorosewu - Magetan
Wahyudi, Johan;
Wikantiyoso, Respati;
Junianto, Junianto
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i1.2660
Traditional houses in Indonesia have become silent witnesses of how life in the past wascarried out and its influence on the order of life of the people at that time. Likewise with thetraditional Javanese houses of the community of dusun Cemorosewu - Magetan, which havethe characteristics and functionally have specific aims and objectives that influence the processof establishing the building. This study is expected to provide a benefit in the form of thedevelopment of knowledge related to traditional houses in general which can be applied inbuilding architecture. The method used in this writing is descriptive method with non randomsampling technique, which is purposive sampling (purposive sampling technique).From the discussion, it can be seen that the traditional house in dusun Cemorosewu only hastwo clusters, namely griya wingking with dhapur limasan and griya pawon with dhapurkampong where griya pawon is always on the left either the wingking house faces north orsouth. The supporting structure of the roof of the house is supported by 8 (eight) poles so thatit is often referred to as omah soko wolu. Walls are made of split stone and zinc roofing andthere are still cooking stoves that use fuel from firewood along with complementary componentssuch as pogo and sigiran and roof openings in an effort to remove smoke. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2660
Penilaian Persepsi Masyarakat Terhadap Bangunan Besejarah Di Koridor Kayutangan, Malang, Indonesia
Azis, Baskoro;
Santosa, Herry;
Ernawati, Jenny
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 11 No. 1 (2019): January 2019
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v11i1.2514
Malang is well-known for colonial buildings. Visual quality of historic buildings in the Kayutangan corridor makes it an icon of Malang City. Assessment of visual quality is affected by daytime conditions. Day lighting are factors that influenced the visual quality assessment of historic buildings. This study meant to assess the visual quality of historic buildings and aspects that influence by society during the day. This study used a descriptive quantitative method explaining public perception about the visual quality of historical buildings in Kayutangan street corridors during the day. Semantic Differential Scale (SD) was the instrument to describe the respondents’ perceptions (positive and negative ones). From the result showed that visual quality of 1 of 10 historic buildings in Kayutangan was below the average scores and the most influential variables by society with day lighting in the historic building.DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v11i1.2514
Faktor Penyebab Perubahan Morfologi Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang
Santoso, Dian Kartika;
Wikantiyoso, Respati
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i2.2678
Ngadas Village has been designated as Tourism Village. Such determination may affect the morphology of Ngadas Village. Although tourism activities are regarded as things that can cause changes in the morphology of the region but do not rule out the possibility of other factors. Thus, it is very important to know the factors other causes. Thus, massive morphological changes can be controlled by knowing the causal factors. Consequently, the sustainability of Ngadas as a traditional tourism village can be maintained. The method used in this research is the descriptive qualitative method through synchronic and diachronic approach. In addition, this research also used spatial analysis to know morphology’s development of Ngadas Village through Google Earth image in 2004, 2012, and 2017. The result of the research indicates that factors causing a morphological change of Ngadas Village are the cultural factor, natural factor, demographic factors, tourism development factor, building and land allotment, and government policy. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i2.2678
Morfologi Kawasan Dan Tipologi Rumah Adat Kampung Mahmud Kabupaten Bandung
Widiana, Fenny
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i2.2679
Indonesia is an archipelago country that has diverse ethnic, cultural and customs. Thediversity is reflected in the environment and traditional buildings of indigenous villagesin each region. Currently, there are still some areas that still have and maintain thetraditional village. One of them is the area of West Java. Kampung Mahmud is a periurbanvillage in the city of Bandung. Kampung Mahmud has located in the village ofMekarrahayu Margaasih district of Bandung. Still retaining customs with respect toKaruhun (ancestors) is the hallmark of this village. The modernization and constructionof the bridge by the government in 1997 has influenced changes in Mahmud village bothmacro on the region and micro on the building. This paper aims to find out the morphologyof Kampung Adat Mahmud area and to know Typology of traditional house ofMahmud village. The method used in this paper is descriptive qualitative. The data collectionmethod was conducted by literature study from journal and book about the theoryof typology, morphology as well as about the traditional village of Mahmud. Data analysismethod using diachronic and synchronous approach. The results obtained that themorphology of Mahmud customary village area in the form of orientation and the additionof building period. The orientation which initially centered on the mosque as a placeof worship turned into centered toward the ancestral grave and then to the connectingroad. While the typology of house building is influenced by climate factor, culture, environment,building technique, customary law, religion, and social relation of society. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i2.2679
Tipologi Dan Morfologi Fasade Rumah Tradisional Kampung Ciptagelar
Ramli, Syamsun
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 10 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/lw.v10i2.2680
The people of Kampung Ciptagelar are indigenous people who still hold tatali parantikaruhun. The traditional house of Ciptagelar village is rumah panggung. The facade of thetraditional house of Kampung Ciptagelar has developed. The purpose of this research isto describe typology and morphology of traditional house of Kampung Ciptagelar. Thisresearch is descriptive research using qualitative data collection techniques. Primarydata was obtained through observing the field. Secondary references are obtained throughhistorical-comparative research related to the research sites and research topics. Theresults showed that there are two types of roofs, three types of roof terraces, six door types,eight types of windows, two types of walls, and four types of terraces. The researcherclassifies the change of facade of traditional house of kampong into eight groups. Thechange of facade is influenced by social, economic, climate change, and community knowledgeof Kampung Ciptagelar. Tatali paranti karuhun as a cultural factor while maintainingthe red thread of the traditional house of Kampong Ciptagelar. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v10i2.2680