cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, Jalan Professor Soedarto, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23033622     EISSN : 25487213.     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Arjuna Subject : -
Articles 373 Documents
Analysis on Facilitative Supervision of Primary Healthcare Center Coordinator Midwives to BPM ConcerningPregnancy and Delivery Services in Semarang City Dewi Laila Mahligai Putri; Sri Achadi Nugraheni; Atik Mawarni
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.958 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.%p

Abstract

Supervisi fasilitatif bidan koordinator (bikor) puskesmas terhadap bidan praktek mandiri (BPM)merupakan pembinaan klinis dan manajemen yang dilakukan secara berkesinambungan sertatepat sasaran. Pelaksanaan supervisi fasilitatif yang dilakukan selama ini belum optimal,sehingga perlu upaya pengkajian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisispelaksanaan supervisi fasilitatif bidan koordinator puskesmas terhadap BPM terkait pelayanankehamilan dan persalinan di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Analisis data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Variabel dalam penelitian inimeliputi aspek yang dibina (aspek klinis, non klinis, logistik dan manajemen), cara penilaian dan langkah pelaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi meliputi semua aspek yang dibina. Belum semua bikor menggunakan daftar tilik asuhan persalinan. Supervisi aspek klinis tidak dilakukan dengan pengamatan langsung. Langkah pelaksanaan pra supervisi : belum ada pelatihan supervisi fasilitatif bagi bikor puskesmas dan buku acuan supervisi fasilitatif tidak diberikan. Langkah pelaksanaan supervisi belum sesuai acuan, karena sifatnya inspeksi mendadak. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk mengadakan pelatihan supervisi fasilitatif bagi semua bidan koordinator puskesmas. Bagi puskesmas membuat kesepakatan dengan BPM terkait jadual supervisi fasilitatif.Facilitative supervision of primary healthcare center (puskesmas) coordinator midwife (bikor) to self-employed practice midwives (BPM) constituted an ongoing and on-target clinical andmanagerial supervision. Current implementation of facilitative supervision was not optimum;therefore, further study was required. Objective of this study was to analyze the implementation of facilitative supervision of primary healthcare coordinator midwives to BPM concerning pregnancy and delivery services in Semarang city. A qualitative approach was applied in this study. Data were analyzed using content analysis method. Study variables were supervised aspects (clinical, non-clinical, logistic, and managerial aspects), assessment method and implementation stages. Results of the study showed that supervision had included all supervised aspects. Not all bikor used delivery care list. Supervision on clinical aspect did not include direct observation. Pre supervision implementation steps: facilitative supervision training for bikor of the primary healthcare centers had not been done, reference book for facilitative supervision had not been distributed. Steps of the implementation of supervision were not performed according to the guidelines. This was caused by on the spot implementation of supervision.Suggestion for District Health Office is to conduct facilitative supervision for all primary healthcare centers coordinator midwives. Suggestion for primary healthcare center is to make agreement with BPM concerning facilitative supervision schedule
Analysis of Work Performance of Family Planning Field Workers in Male Family Planning Program in Cilacap District Untari Fajar Suryani; Nurjazuli Nurjazuli; Septo Pawelas Arso
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.886 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.%p

Abstract

Target MDG’s untuk mencapai AKI 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB 23/1.000 kelahiranhidup dilakukan dengan memperbaiki kesehatan ibu dengan meningkatkan angka pemakaiankontrasepsi dan menurunkan unmet need. Persentase peserta KB mantap pria di KabupatenCilacap menempati urutan terendah yaitu 0,16%. Keberhasilan program KB tidak terlepas darikinerja dan penilaian kinerja erat dengan tugas pokok dan fungsi PLKB. Penelitian inimerupakan penelitian cross sectional, pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian PLKB diKabupaten Cilacap. Subjek penelitian 91 PLKB di Kabupaten Cilacap dengan cara simplerandom sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi menggunakankuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan analisis jalur yang dengan uji T pada programVPLS (Visual Partial Least Square). Hasil penelitian menunjukkan kemampuan dan ketrampilanPLKB dalam kategori baik sebanyak 58,2%, sumber daya dalam kategori baik 71,4%, persepsikepemimpinan dalam kategori baik 57,1%, motivasi dalam kategori baik 70,3%, sikap dalamkategori baik 64,8%, desain pekerjaan dalam kategori baik 53,8% dan imbalan dalam kategoribaik 62,6% dalam pelaksanaan program KB pria. 57,1% memiliki kinerja baik dan 42,9%memiliki kinerja kurang baik. Tidak ada hubungan sikap dengan kinerja (t=-1,089), persepsikepemimpinan dengan sikap (t=1,311), dan imbalan dengan motivasi (t = 1,431). Ada hubungan yang signifikan antara sumber daya dengan motivasi (t=2,897), motivasi dengan sikap (t=2,445), desain pekerjaan dengan motivasi (t=2,242), imbalan dengan sikap (t = 4,523), kemampuan dan keterampilan dengan sikap (t=2,011) dan kemampuan dan keterampilan dengan kinerja PLKB (t=2,906). Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja PLKB dengan prediksi sebesar 11,7%. Disarankan kepada Bapermas, PP, PA dan KB untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan PLKB melalui up grade program KB dan mengadakan pelatihan-pelatihan secara periodik untuk mempertahankan kemampuan dan ketrampilan. Walaupun sikap tidak berpengaruh secara signifikan tetapi tetap perlu diperhatikan karena sikap dipengaruhi oleh faktor lain seperti imbalan, motivasi, sumber daya dan desain pekerjaan. Target of MDG’s to reach maternal mortality rate of 102/100.000 live-births and infantmortality rate of 23/1000 live-births had been performed by improving maternal health throughincreasing contraceptive prevalence rate and decreasing unmet need. Percentage of male withpermanent birth control in Cilacap district was in the lowest rank, 0.16%. Success of familyplanning program could not be separated from work performance of PLKB (family planning field workers); assessment of PLKB work performance was related to the main duty and functionof PLKB. This was a cross sectional study using quantitative approach. Study population was allPLKB in the district of Cilacap. Study subjects were 91 PLKB in Cilacap district, and they wereselected using simple random sampling method. Data were collected through in-depth interviewand observation guided by structured questionnaire. Data were analyzed by applying pathanalysis and t-test on the VPLS (visual partial least square) program. Results of the studyshowed that ability and skill of PLKB were in good category (58.2%), human resource was in agood category (71.4%), perception on the leadership was in a good category (57.1%),motivation was in a good category (70.3%), attitude was in a good category (64.8%), workdesign was in a good category (53.8%), remuneration was in a good category (62.6%),implementation of male family planning was in a good performance (57.1%) and 42.9% was not good. No association was found betweenattitude and work performance (t= -1.089), between perception on leadership and attitude (t= 1.311), between remuneration and motivation (t= 1.431). Significant associations were found between human resource and motivation (t= 2.897), between motivation and attitude (t= 2.523), between ability, skill and work performance of PLKB (t= 2.906). Ability and skill were dominant factors affecting to the work performance of PLKB; it was predicted to be 11.7%. Suggestions for Bapermas, PP, PA, and KB were to maintain and improve the ability and skill of PLKB through family planning program up grade and to do periodical trainings to keep the ability and skills. Attitude did not affect significantly, however, attitude shall receive attention because attitude are influenced by other factors, such as remuneration, motivation, human resource, and work design.
Factors Related to the Work Performance of Midwives in the IUD Contraception Service in Primary Healthcare Centers of Surabaya City Yasi Anggasari; Martha Irene Kartasurya; Anneke Suparwati
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.434 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.106-114

Abstract

Penurunanangka cakupan peserta KB aktif IUD di Surabaya dalam 3 tahun terakhir dari 12,27%menjadi 6,1% menjadi perhatian khusus Dinas Kesehatan Kota Surabaya, hal ini terjadi akibatbelum optimalnya kinerja bidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD di Puskesmas wilayahSurabaya. Tujuan penelitian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD di Puskesmas Wilayah Kota Surabaya.Penelitian analitikobservasional ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalahseluruh bidan di Puskesmas kota Surabaya yang memberikan pelayanan KB dan telah mengikutipelatihan CTU (362 bidan). Subjek penelitian 78 responden dipilih secara proporsional stratifiedrandom sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur dan observasi.Analisis data menggunakan uji regresi linear ganda.Hasil penelitian menunjukkan kinerja bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD di wilayah Kota Surabaya 55,1 % dalam kategori baik.Pengetahuan bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD (82,1%) kurang baik khususnya dalam halpenapisan dan konseling pra pemasangan. Motivasi bidan (55,1%) baik, sikap bidan (51,3%)kurang mendukung dalam pelayanan kontrasepsi IUD.Persepsi bidan terhadap kepemimpinankepala puskesmas (52,6%) baik. Persepsi bidan terhadap imbalan yang didapatkan 53,8% baik.Sarana prasarana (53,8%) sudah tersedia dalam menunjang pelayanan kontrasepsi IUD.Motivasi, sikap dan persepsi kepemimpinan berhubungan dengan kinerja bidan sedangkanpengetahuan, persepsi terhadap imbalan dan sarana prasarana tidak berhubungan dengan kinerjabidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD. Secara bersama-sama motivasi dan persepsikepemimpinan berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD.DisarankanDKKuntuk melaksanakan supervisi secara langsung dan berkala untuk mengevaluasi danmonitoring pelaksanaan program di setiap Puskesmas serta memberikan motivasi dalamkemudahaan izin belajar bagi bidan yang ingin melanjutkan pendidikan.  The decrease of IUD active family planning participants’ coverage in Surabaya in the last three years, from 12.27% to 6.1%, became a special attention for Surabaya district health office. The decrease was caused by inadequate work performance of midwives in implementing IUD contraception service in the primary healthcare centers in Surabaya area. Objective of the study was to analyze factors related to the work performance of midwives in the IUD contraception service in the primary healthcare centers of Surabaya city area. This was an analytical- observational study using cross sectional approach. Study population was all midwives in the primary healthcare centers in Surabaya city who provide family planning service, and who had attended in CTU training (362 midwives). Study subjects were 78 respondents, and they were selected using proportional stratified random sampling method. Data collection was conducted through structured interview and observation. Multiple linear regression tests were applied in the data analysis. Results of the study showed that work performance of midwives in the IUD contraception service in Surabaya city area was in a good category (55.1%). Midwives’ knowledge on IUD contraception service specifically on screening and counseling before insertion was insufficient (82.1%). Motivation of midwives was good (55.1%). Midwives attitude regarding IUD contraception service was not supportive (51.3%). Perception of midwives towards head of primary healthcare center leadership was good (52.6%). Midwives perception on remuneration they received was good (53.8%). Facilities to support IUD contraception service were available (53.8%).Motivation, attitude, and perception on the leadership were associated with midwives’ work performance. However, knowledge, perception of remuneration, and facilities were not associated with midwives’ work performance in the IUD contraception service. Motivation and perception on the leadership, in common, were associated with midwives’ work performance in the IUD contraception service.Suggestions for district health office was to perform supervision directly and periodically, to evaluate and monitor the implementation of program in every primary healthcare center, and to provide permission for midwives who want to take further study.
Analysis on the Effect of Management of Room Coordinator to the Accomplishment of Nursing Care in the Inward Room of Sunan Kalijaga District General Hospital of Demak District Mohammad Fathy Azhari; Nico L Kana; Bambang Edi Warsito
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.935 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.115-122

Abstract

 Hasil  pelaksanaan  penerapan Standar Asuhan Keperawatan  (SAK)  di RSUD  Sunan  Kalijaga Kabupaten  Demak  tahun  2011  sebesar  62,49%  dan 2012  sebesar  69,49%,  kondisi  ini  masih dibawah target SAK RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak yaitu 86% yang diharapkan pada tahun  2015  pencapaian  pelaksanaan  SAK  100%, hal  ini menunjukkan  terdapat  kesenjangan pencapaian  standar  asuhan  keperawatan,  yang diduga  belum  optimalnya  manajemen  kepala ruang terhadap pencapaian asuhan keperawatan.Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh manajemen  kepala  ruang  terhadap pencapaian  asuhan  keperawatan  di  ruang  rawat  inap  RSUD Sunan  Kalijaga  Kabupaten  Demak.  Penelitian  ini  merupakan  penelitian  observasional  dengan pendekatan cross   sectional. Instrumen   penelitian   menggunakan   kuesioner   terstruktur dan checklist observasi terhadap kegiatan asuhan keperawatan. Jumlah sampel 62 perawat pelaksana yang tersebar di 14 ruang rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.  Analisis bivariat dengan uji chi square dan  analisis  multivariat  dengan  uji regresi  logistik. Hasil  penelitian menunjukkan    proporsi perawat    pelaksana    yang    memiliki    perencanaan    baik  56,5%, pengorganisasian  baik  58,1%,  penggerakan  baik  67,7%  dan  pengawasan baik 56,5% pada desa tercapai  UCI,  pencapaian pelaksanaan  asuhan  keperawatan  yang  sudah  lengkap  80,6%.  Hasil  analisis  bivariat  menunjukkan  bahwa  perencanaan (ρ=0,014), pengorganisasian (ρ=0,010), dan penggerakan (ρ=0,0001) berhubungan   dengan pencapaian asuhan   keperawatan.   Analisis multivariat  menunjukkan  adanya  pengaruh  penggerakkan  (ρ=0,002;Exp β=10,636)  terhadap pencapaian  asuhan  keperawatan.  Disarankan kepada  pihak  RSUD  Sunan  Kalijaga  Kabupaten Demak  untuk  meningkatkan  komunikasi  secara  jelas  dan  efektif,  terlibat  dalam  kolaborasi  dan koordinasi  dalam  memberikan  asuhan  keperawatan  dan  meningkatkan  manajemen  yang  baik dengan memberikan motivasi sebagai umpan balik yang baik kepada perawat.hospital (RSUD) of Demak district was 62.49% in 2011 and 69.42% in 2012; this situation wasstill below the SAK of RSUD Sunan Kalijaga Demak district (86%). Expectation of SAKimplementation accomplishment in 2015 was 100%.These facts indicated that there was a gap in the accomplishment of the nursing care standard, and it was suspected that the management of room coordinator towards nursing care accomplishment was not optimal. Objective of this study was to analyze the influence of management of room coordinator to the accomplishment of nursing care in the inward room of RSUD Sunan Kalijaga of Demak district. This was anobservational study using cross sectional approach. Study instruments consisted of structuredquestionnaire and observation checklist of nursing care activity. The number of samples was 62nurses that were distributed in 14 inward rooms of the RSUD Sunan Kalijaga of Demak district.Bivariate analysis was done by applying chi square test, and logistic regression test was appliedfor multivariate analysis. Results of the study showed proportion of nurses who had goodplanning (56.5%), good organization (58.1%), good actuating (67.7%), and good supervision(56.5%) on UCI village. The accomplishment of complete nursing care implementation was80.6%. Results of bivariate analysis showed that planning (ρ=0.014), organizing (ρ= 0.010), and actuating (ρ= 0.0001) were associated with the accomplishment of nursing care. Multivariate analysis indicated the influence of actuating (ρ= 0.002; Exp β= 10.636) towards the accomplishment of nursing care. Suggestions addressed for RSUD Sunan Kalijaga of Demakdistrict are to improve distinct and effective communication, to involve in collaboration andcoordination activities in providing nursing care, and to improve good management byproviding motivation as a good feedback to nurses.
Analysis on the Implementation of Integrated Antenatal Care Program to Pregnant Women with Malaria in Tobelo Primary Healthcare Center of North Halmahera District, North Maluku Province Anna Mieke; Martha Irene Kartasurya; Sutopo Patria Jati
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.641 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.123-129

Abstract

Pelayanan  antenatal  pada  ibu  hamil  dengan  malaria merupakan bagian dari pelayanan  antenatal terpadu  yang  difokuskan    pada  penanganan  malaria  ibu  hamil  melalui  deteksi  dini,  pengobatan  dan  pencegahan  malaria  serta  komplikasinya.  Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  menganalisis implementasi  pelayanan  antenatal  terpadu  malaria  pada  ibu  hamil dari  aspek  komunikasi,disposisi,  ketersediaan  sumberdaya  dan  struktur  birokrasi  di  Puskesmas  Tobelo  Kecamatan Tobelo   Kabupaten   Halmahera   Utara   Provinsi   Maluku   Utara.   Jenis   penelitian   adalah observasional  dengan  pendekatan  kualitatif.  Pemilihan  informan dengan cara  purposif,    data dikumpulkan  melalui    wawancara    mendalam  (indepth  interview).  Analisis  data  menggunakan metode analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan antenatal terpadu  malaria  pada  ibu  hamil  belum  dilaksanakan  oleh  bidan  sesuai  dengan  pedoman penanganan dan pencegahan malaria pada ibu hamil. Hal ini dipengaruhi kurangnya tenaga bidan dan  belum  adanya  SOP  yang  jelas  dan  banyak  bidan  yang  belum  mengikuti  pelatihan  tentang pencegahan  dan  penanganan  malaria  pada  ibu  hamil.  Komunikasi  pemberi  informasi  tentang pelayanan  antenatal  terpadu  pada  ibu  hamil  dengan  malaria  melalui  pimpinan,  tenaga  bidan untuk  melaksanakan  pelayanan antenatal  terpadu  malaria masih kurang.  Disposisi  sikap  bidan  ditunjukkan  dengan  keinginan dan kemauan dalam mensosialisasikan    pelayanan  antenatal  terpadu  malaria.  Namun  dalam  pemberian  OAM, bidan  masih  ragu  karena pernah  mengalami kematian ibu hamil dengan malaria yang diberi OAM.  Belum  adanya  SOP  dan  pelatihan  sudah diberikan tetapi belum semua bidan mengikutinya.  Antenatal care to pregnant women with malaria was a part of an integrated antenatal care; this antenatal care was focused on managing pregnant women with malaria through early detection, treatment and prevention of malaria and its complication. Objective of the study was to analyze the implementation of an integrated antenatal care and malaria service to pregnant women, and the  analysis  included  communication,  disposition, availability  of    resources  and  bureaucracy structure  aspects  in  Tobelo  primary  healthcare  center  (puskesmas),  Tobelo  district,  North Halmahera  district,  North  Maluku  province.  This  was  an  observational  study  with  qualitative approach. Selection of informants was conducted using purposive sampling. Data were collected through  in-depth  interview.  Content  analysis  was  applied  in  the data  analysis.  Results  of  the study  showed  that  integrated  antenatal  care  and  malaria  service  to  pregnant  women  were  not  performed properly by midwives.They did not perform the service according to the guideline on the management and prevention of malaria on pregnant women. This was caused by insufficient number  of  midwives,  no  clear standard  operating  procedure  (SOP),  and  a  number  of  midwives who  had  not  attended  in  the  training  on  prevention  and  management  ofpregnant  women  with  malaria.  Communication  among  people  who  provided  information  on  the  integrated  antenatal  care  to  pregnant  women  with  malaria  was  conducted  throughthe  leader.  The  number  of  midwives  who  implemented  integrated  antenatal  care and malaria service was still insufficient. Disposition  of  midwives’  attitude  was  shown  by  willingness  and  eagerness  in  socializing  integrated antenatal care and malaria service. However, midwives were still reluctant in giving OAM  due  to  past  experiences  about  the  dead of  pregnant  women  with  malaria  and  OAM  treatment.  Standard  operating  procedure  was  not  formulated.  Training  had  been  performed;  however, not all midwives had been trained.
Analysis of Organizational Culture Change Processin Badan Rumah Sakit Umum Tabanan-Bali Sepri Hariyadi; Sudiro Sudiro; Lucia Ratna Kartika
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.718 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.130-142

Abstract

Badan  Rumah  Sakit  Umum  Tabanan  Bali  sejak  tahun  2002  telah  terjadi  perubahan  di  berbagai  aspek  organisasi  yang  kemudian  berdampak  dan  bermakna  pada  cara  pemberian  pelayanan  selanjutnya  meningkatkan  jumlah  kunjungan pasien dan kesejahteraan  karyawan,  yang  secara keseluruhan  mengubah  citra  rumah  sakit.  Tujuan penelitian  ini  menganalisis proses  terjadinya perubahan  budaya  organisasi  rumah  sakit  (asumsi dasar,  tata  nilai,  norma,  dan  artefak)  pada aspek  struktur,  teknologi,  dan  orang  melalui  tahapan-tahapan  perubahan (refreezing,  freezing,  unfreezing). Jenis  penelitian  observasional,  kualitatif.  Pengumpulan data  dengan  wawancara mendalam,  pengumpulan  dokumen,  dan  pengamatan langsung.  Subjek  penelitian  terdiri  dari informan  utama  4  orang  manajer  (puncak  dan  menengah), informantriangulasi  3  orang  tenaga fungsional  (dokter  dan  perawat).  Hasil,  pada  awalnya  organiasi  BRSU  ada  perbedaan  pada asumsi  dasar,  tata  nilai,  norma,  dan  artefak.  BRSU  berstatus  UPTD,  minim  teknologi,  terdapat kecurangan pendapatan disetiap bagian, kualitas SDM rendah. Keadaan ini memotivasi direktur (sebagai inisiator)  untuk  mengubah  budaya  organisasi  rumah  sakit.  Pelaksanaannya  dengan memberikan  pemahaman,  penyadaran  kepada  seluruh  karyawan  yang  dituangkan  pada  Visi, Misi,  keyakinan  dasar,  nilai-nilai  dasar,  norma, artefak dan motto. Kemudian perubahan  yang terjadi  pada:  1)  struktur  pada  status  RS UPTD  menjadi  RS  LTD  oleh  bupati  dan  DPRD, mengikuti standarisasi akreditasi, ISO, Pelayanan piala citra. 2) Teknologi pada SIM RS, system komunikasi, melakukan KSO peralatan.  3) Orang dengan meningkatkan kualitas SDM. Dampak yang  terjadi:  1)  Peningkatan  penghasilan  rumah  sakit  pada  tahun  1999  ke 2000  sangat  fantastis dari  350-400  juta  menjadi  1,6  milyar  setahun,  2)  Peningkatan  penghasilan karyawan  secara  signifikan.   Pengawasan:   adanya auditor,   kredensial,   penyegaran budaya   organisasi   secara berkala.  Dampak  perubahan  keseluruhan  adalah  meningkatnya  kualitas  pelayanan  dan  tanpa  terganggunya kualitas pelayanan setelah terjadi dua kali penggantian pimpinan rumah sakit. Tipe budaya organisasi yang dianut saat ini di BRSU Tabanan adalah tipe budaya organisasi terbuka. Saran,  perubahan  pasti  akan  selalu  terjadi diharapkan  BRSU  Tabanan  dapat  mengendalikan perubahan itu kearah lebih baik tanpa henti baik fisik maupun non fisik. Badan  Rumah  Sakit  Umum  (General  Hospital  Board=  BRSU)  Tabanan-Bali  had  changed  in many aspects of organization since 2002. These changes had a significant impact on the way to give further services, increasing the number of patients’ visit and staff welfare. These changes, in general,  had  changed  the  hospital  image.  Objective  of  the  study  was  to  analyze  the  process  of hospital  organizational  culture  change  (basic  assumption,  value  system,  norm,  and  artifact)  on structure, technology, and person aspects through the transformation steps (refreezing, freezing,and unfreezing).  This  was  an  observational,  qualita tive  study.  Data  were  collected  through  in-  depth interview, documentary collection, and direct observation. Studysubjects consisted of four hospital  managers  (top  and  middle)  as  main  informants,  three  functional  staffs  (physician  and nurses)  as  triangulation  informants.  Results  of the  study  showed  that,  at  the  beginning,  there were  differences  on  BRSU  organization.  The  differences  included  basic  assumptions,  value system,  norm,  and  artifact.  Status  of  the BRSU  was  UPTD;  and  this  BRSU  had  minimal technology,  fraudulence  revenue  in  every  unit,  and  low  quality  of  staffs.  These  situations  motivated   hospital   director (as   an   initiator)   to   change hospital   organization   culture. Implementation  of  the  change  was  to  give  understanding  and  awareness to all  hospital  staffs through  giving  vision  and  mission of  the  hospital,  basic  trust,orms,artifacts,  and  motto. Changes  included  1)  change  of  hospital  status by District  leader and  district  house  of representative,  from  UPTD  to  LTD.  This  change  was  conducted  according  to  accreditation  standard,  ISO,  and  Citra  cup  service;  2)  change on hospital  information  system  (SIM-RS), communication system, and conducting KSO of instruments; 3) change of the quality of hospital human resource. Impact of the changes included 1)increase in 1999-2000 hospital revenue from 350-400  million  rupiahs  to  1.6  billion  rupiahs,  2)significant  increase  on  the  staffs’  wages.  Supervision was conducted by the presence of an auditors, credential, and periodic refreshment of  organizational  culture.  Impact  of  the  whole  changes  was  improvement  of  service  quality.  In  addition, no service quality  disruption  was  found  after  twice  changes  of  hospital  directors.  The  current  type  of  organizational  culture  in BRSU  Tabanan  was  an  open  organizational  culture type.  Suggestion:  changes  will  certainly occur, and  BRSU  Tabanan  is xpected  to  continuously  control the changes towards the better, physically and non-physically
Factors Related to Work Performance of Village Midwives in Applying Informed Choice and Informed Consent in Contraception Service in North Minahasa District Amelia Donsu; Cahya Tri Purnami; Tjondrorini Tjondrorini
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.973 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.143-152

Abstract

Penerapan informed choice dan informed consent merupakan  upaya  untuk  meningkatkan cakupan  dan  kualitas  pelayanan  KB.  Penerapan  informed  choice dan informed  consent di Kabupaten Minahasa Utara belum optimal dilihat dari menurunnya cakupan peserta KB aktif empat   tahun terakhir dan peningkatan drop out penggunaan alat kontrasepsi.   Tujuan penelitian  adalah  menganalisis faktor–faktor yang berhubungan  dengan  kinerja  bidan  desa dalam penerapan informed choice dan informed  consent pada pelayanan  kontrasepsi  di  Kabupaten Minahasa Utara. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional.Cara pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Populasi adalah 100 bidan desa di Kabupaten Minahasa Utara. Lima puluh responden dipilih secara  random  dari  bidan  desa  yang  memenuhi kriteria  inklusi  dan  eksklusi  pada  tiap puskesmas. Analisis data dilakukan dengan   uji chi-square dan regresi  logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata umur responden 34 tahun, dengan rerata masa kerja 11 tahun,  pendidikan  responden  sebagian  besar  D III  Kebidanan.  Motivasi,  fasilitas,  persepsi beban  kerja  dan  kinerja  sudah  baik  tetapi  pengetahuan  masih  kurang  dalam  hal  pemahaman  istilah langkah konseling SATUTUJu dan cara pengisian   formulir   informed consent. Supervisi  masih  kurang  karena  belum  dilakukan  secara  rutin. Faktor  yang  berhubungan dengan kinerja adalah motivasi (ρ= 0,048), fasilitas (ρ=0,001)   dan   persepsi   supervisi (ρ=0,001). Faktor  yang  berpengaruh secara  bersama-sama  terhadap  kinerja  adalah  persepsi supervisi (ρ=0,001).  Motivasi,  fasilitas  dan persepsi supervisi  berhubungan  dengan  kinerja bidan   desa   dalam   penerapan informed choice dan informed consent pada   pelayanan kontrasepsi. Faktor yang paling kuat berpengaruh terhadap kinerja adalah persepsi supervisi. Application  of  informed  choice  and  informed consent  constituted  an  effort  to  increase coverage  and  quality  of  family  planning  (KB)  service.  Application  of informed  choice  and informed consent in North Minahasa district was not optimum. It could be seen from the facts that  coverage  of  active  KB  participants  decreased  in  the  last  four  years,  and the number of people  who  dropped  out  from  using  contraceptive device  increased.  Objective  of  the  study was to analyze factors related to work performance of village midwives in applying informed choice and informed consent in contraception service in North Minahasa district. This was an observational-analytical  study  with  cross  sectional  approach.  Data  were  collected  through interview  guided  by  questionnaire.  Study  population  was  100  village  midwives  in  North Minahasa.  Fifty  respondents  were  selected  randomly  from  all  primary  healthcare  centers village  midwives  who  fulfilled  inclusion  and  exclusion criteria.  Chi-square test and logistic regression  were  applied  in  the  data  analysis. Results  of  the  study  showed  that  mean  of respondents’  age  was  34  years,  mean  of  respondents’  duration  of  work  was  11  years,  and most  of  respondents’  education was D III Kebidanan.  Motivation,  facilities,  perception  on workload,  and  work  performance  were  good. However, knowledge  was  still  insufficient  specifically on understanding term for counseling step ‘SATUTUJU’ and on the method to fill informed consent  form. Supervision was still inadequate  due  to  no  routine supervision activity. Factors related to work performance were motivation (ρ= 0.048), facility (ρ= 0.001), and perception on  supervision (ρ= 0.001). Factor that, in common, influenced work   performance were perception on supervision (ρ= 0.001). Motivation, facility, and perception on supervision were related with work performance of village midwives in applying informed choice and informed consent in the contraception service. The strongest factor affecting work performance was perception on supervision.
Analysis on the Implementation of Iron Supplementation Program by Midwives at Primary Healthcare Center in South Minahasa District Sjenny Olga Tuju; Sri Achadi Nugraheni; Lucia Ratna Kartika
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.765 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.3.2013.%p

Abstract

Pelaksanaan program pemberian tablet Fe (besi) di Puskesmas Kabupaten Minahasa Selatan masih dibawah target nasional (78,8 %) target Nasional (90 %) walaupun sudah ada kebijakan tentang program pemberian tablet Fe (besi) pada bidan.  Survey pendahuluan yang dlakukan oleh 7 bidan di 7 Puskesmas diperoleh informasi bahwa masih ada bidan yang belum melaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi implementasi program pemberian tablet Fe (besi) oleh bidan di Puskesmas Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan. Jenis penelitian merupakan deskriptif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.Pengumpulan  data  dilakukan  wawancara  kuesioner  dan  observasi  langsung  pada  saat  bidan memberikan  tablet  Fe  (besi)  di  polindes/Posyandu.  Jumlah  sampel  98  orang  bidan  desa  di  17 kecamatan  Kabupaten  Minahasa  Selatan.yang  diambil  secara Simple  Random  Sapling. Analisis univariat, bivariat dilakukan dengan chi-square test dan analisis multivariat dengan regresi logistik Bidan  sudah  melaksanakan  kegiatan-kegiatan  dengan  kategori  baik  dalam  komunikasi (46,9%),Sumberdaya  (52%),Disposisi  (57,1%)  dan  Struktur  Birokrasi  (53,1%).  variabel  yang berpengaruh terhadap implementasi program pemberian tablet Fe (besi) adalah birokrasi (nilai p=0,24 ) exp ß=2,584.Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan adalah : memberikan soaialisasi kepada bidan tentang manfaat dari pengunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian tablet Fe(besi).  Memberikan  insentif  bagi  bidan  yang  telah  melaksanakan  sesuai  dengan  standar  yangmemenuhi cakupan, diberikan Hb Sahli set bagi semua bidan yang bertugas didesa yang belum mempunyai lat tersebutImplementation of iron tablets supplementation program in the primary healthcare centers of South Minahasa district was still below the national target (78.8%) although there was a policy regarding iron  supplementation  program  by  midwives.  The  national  target  was  90%.  Preliminary  survey conducted on 7 midwives showed that there were midwives who had not implemented the program according to the existed standard operating procedure. The objective of this study was to analyze factors affecting the implementation of iron tablets supplementation program by midwives in the primary healthcare centers in the area of South Minahasa district. This  was  an  observational  analytical  study  with  cross  sectional  approach.  Data collection  was done through interview guided by questionnaire and direct observation to midwives when giving iron tablets in a polindes/posyandu. The number of study samples was 98 village midwives in 17 sub districts of South Minahasa district. They were selected using simple random sampling method. Univariate analysis, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis with logistic regression were applied in the data analysis. Results of the study showed that midwives had implemented the activities with good category incommunication (46.9%), resources (52%), disposition (57.1%), and structured bureaucracy (53.1%).Variable affecting the implementation of iron tablets supplementation program was bureaucracy (p= 0.24), exp â= 2.584.Suggestions for the South Minahasa district health office were to conduct socialization to midwives regarding the benefits of using standard operating procedures of the implementation of iron tables supplementation;  to  give  incentive  for  midwives  who  implement  the  program  according  to  the standard and reaching the target; to provide Hb Sahli set for all midwives who work in the village and they do not have the Hb Sahli set.
Factors Associated to the Work Performance of Midwives in the Implementation of Village Allertness Program in the Boyolali District Asih Dwi Astuti; Laksmono Widagdo; Ayun Sriatmi
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.906 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.3.2013.%p

Abstract

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Boyolali masih tinggi, terlihat pada AKI tahun 2010 sebesar 114,80/10.000 KH dan pada tahun 2011 sebesar 116,23/100.000 KH sedangkan pada AKB tahun 2010 sebesar 9,18/1.000 KH dan pada tahun 2011 sebesar 12,27/1.000 KH. Dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB maka diperlukan intervensi pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada kebutuhan dan kemampuan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melakukan pengembangan Desa Siaga. Akan tetapi keberlangsungan Desa Siaga masih belum maksimal, salah satu penyebabnya adalah rendahnya kinerja bidan dalam pengembangan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis rendahnya kinerja bidan dalam pelaksanaan Desa Siaga yang meliputi ketrampilan dan kemampuan, motivasi, kepemimpinan dan imbalan.     Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode pendekatan waktu cross sectional. Populasinya adalah seluruh bidan desa yang berada di Boyolali sebanyak 267 bidan, sempel diambil dengan cara propotional random sampling dengan jumlah 75 responden, analisis univariat dengan frekuensi, bivariat dengan uji Chi Square dan analisis multivariate dengan regresi binary logistic.    Hasil analisis peneitian bivariat menunjukkan ada hubungan yang siknifikan antara kemampuan dan ketrampilan dengan kinerja (p=0,032), motivasi dengan kinerja (p=0,001), kepemimpinan dengan kinerja (p=0,002), dan imbalan dengan kinerja (p=0,001). Secara bersama-sama variabel kepemimpinan dan motivasi  berpengaruh terhadap kinerja.    Disarankan kepada Kepala Dinas Kabupaten Boyolali untuk memberikan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), kegawatdaruratan dalam rangka peningkatan kinerja bidan desa , perbaikan PKD, serta bantuan kegiatan Desa Siaga. Bagi Kepala bidan koordinator untuk melakukan pembinaan, pendampingan program.Maternal mortality rate (AKI) and infant mortality rate (AKB) in Boyolali district were still high. Facts showed that AKI in 2010 was 114.80/10000 live-births, and in 2011 was 116.23/100.000 live-births; AKB in 2010 was 9.18/1000 live-births, and in 2011 was 12.27/1000 live-births. To accelerate the decrease of AKI and AKB, health service intervention based on community need and capacity is required. Boyolali district health office had answered this challenged by developing alert village program. However, the continuity of this alert village program was not maximal. One of reasons of this condition was inadequacy of midwives work performance in the development of village health polyclinic (PKD). Objective of this study was to analyze the inadequacy of midwives work performance in the implementation of alert village such as skill, ability, motivation, leadership, and compensation. This was an analytical study with cross sectional approach. Study population was all 267 village midwives in the district of Boyolali. Samples were 75 village midwives selected using proportional random sampling method. Frequency distribution for univariate analysis, Chi square test for bivariate analysis, and binary logistic regression for multivariate analysis were applied in the data analysis. Results of the study showed that there were significant associations between ability, skill and midwives work performance (p= 0.032); motivation and midwives work performance (p= 0.001); leadership and midwives work performance (p= 0.002); compensation and midwives work performance (p= 0.001). Variables, in common, affecting work performance of midwives were leadership and motivation. Suggestions for the head of Boyolali district health office were to provide trainings on normal delivery care (APN) and emergency to improve village midwives work performance, to improve PKD, to provide assistance for alert village program activities. Suggestion for chief of coordinator midwives was to do program supervision and assistance. 
Analysis on the Implementation of Exclusive Breastfeeding in Working Area of Remu Primary Healthcare Center in Sorong, Papua Barat Daud Rumangun; Sri Achadi Nugraheni; Martha Irene Kartasursya
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.771 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.3.2013.%p

Abstract

ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam pemenuhan nutrisi bayi untuk mencapai pertumbuhan perkembangan optimal pada awal kehidupan dan masa pertumbuhan berikutnya. Kesepakatan Innocenti di Roma tahun 1990 mengamanatkan pencapaian ASI eksklusif 80%, sehingga target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun  2003 di Indonesia ditetapkan 80%. Data SDKI tahun 1994 menunjukkan ibu-ibu  memberikan ASI eksklusif baru mencapai 47%. Metode penelitian adalah kualitatif. Subjek penelitian adalah tenaga Gizi dan Bidan KIA Puskesmas Remu. Sebagai Triangulasi adalah Pimpinan Puskesmas, Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kota Sorong serta  ibu  yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi  .    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program ASI ekslusif di Puskesmas Remu belum berjalan baik. Petunjuk teknis atau SOP tesedia di Puskesmas, namun dalam pelaksanaan program belum sesuai. Pelaksanaan program yang sering dilakukan berupa penyuluhan saat posyandu, ANC dan persalinan. Sosialisasi aktif dari puskesmas oleh bidan, dari bagian gizi di Puskesmas belum dilaksanakan. Dari DKK tidak mempunyai jadwal tetap. Sosialisasi dipaketkan saat ANC, posyandu, minilokakarya, saat evaluasi program dan menempelkan pamflet di Puskesmas. Sosialisasi hanya berupa penyuluhan tanpa dilengakapi alat peraga yang memadai. Ketersediaan dan kualitas tenaga di Puskesmas masih kurang,  belum mendapat pelatihan sehingga dibantu perawat yang belum dilatih. Dana yang tersedia langsung diserahkan ke ahli gizi Puskesmas untuk dikelola. Dana tersendiri untuk pelaksanaan program ASI ekslusif belum ada. Alat peraga kurang, hanya leaflet, namun sudah tidak layak pakai. Kendaraan yang tersedia hanya motor. Jumlah peralatan belum mencukupi. Klinik khusus laktasi belum tersedia. Watak atau sikap petugas yakni respon, komitmen dan pemahaman dalam program ASI ekslusif di Puskesmas Remu masih baik.          Pelaksanaan program ASI ekslusif dapat berjalan dengan baik dengan menjalankan SOP/petunjuk teknis oleh seluruh pelaksana program, menyiapkan tenaga gizi di tiap Puskesmas, meningkatkan sosialisasi, membuat job description dengan jelas, penyediaan reward dan insentif sesuai beban kerja dan kompetensi, keuangan tersendiri untuk program ASI ekslusif, monitoring dan koordinasi pelaksanaan program ASI ekslusif dan pendokumentasian kegiatan secara benar Exclusive breastfeeding was an important part in fulfilling infant nutrition to gain optimum growth and development in the early live and in the next growth period. Innocenti agreement in Rome in 1990 mandated that the exclusive breastfeeding coverage was 80%. Therefore, the minimum service standard (SPM) coverage for exclusive breastfeeding in 2003 for Indonesia was established to be 80%. Data of SDKI in 1994 indicated that exclusive breastfeeding coverage was still 47%. This was a qualitative study. Study subjects were nutrition field workers and maternal and child health (KIA) midwives of Remu primary healthcare centre. Triangulation respondents were the head of primary healthcare centre, head of maternal and child health section of Sorong city health office, and mothers of infants less than 6 months. Data were collected by conducting in-depth interview and documentation study. Results of the study showed that the implementation of exclusive breastfeeding program in Remu primary healthcare center was still inadequate. Standard operating procedure was provided in the primary healthcare center, but the program was not implemented according to the standard. Programs frequently implemented were giving education in the posyandu, ANC and delivery process. Active socialization by midwives and nutrition section workers from primary healthcare center had not done yet. District health office did not have routine schedule. Socialization was attached in the ANC, posyandu, mini workshops, and evaluation sessions. In addition, it was also done by putting pamphlets in the primary healthcare center. Socialization was only in the form of giving education without sufficient visual aids. The availability and quality of human resource in the primary healthcare was still insufficient; they had not been trained, and they were accompanied by untrained nurses. The available funding was given directly to the primary healthcare nutritionist to manage it. No special funding was available for exclusive breastfeeding program. Visual aids or models were insufficient; only leaflets with unfeasible condition were used. The available transportation vehicle was only motor cycle. The number of instruments was insufficient. No lactation clinic was available. Character and attitude of the workers such as giving response, commitment and understanding on the exclusive breastfeeding in Remu primary healthcare center were good. The implementation of exclusive breastfeeding program will be good by implementing the standard operating procedure or technical guidance, assigning nutritional field workers in every primary healthcare centre, improving socialization, formulating clear job description, providing rewards and incentive according to workload and competence, separating finance for exclusive breastfeeding program, monitoring and coordinating the implementation of exclusive breastfeeding program, and having an adequate documentation of the activities.

Page 2 of 38 | Total Record : 373