cover
Contact Name
Astrid Veranita Indah
Contact Email
astrid.veranita@uin-alauddin.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
darmawati.h@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Alauddin Makassar, Jl. Sultan Alauddin No. 63, Jl. St alauddin no.36 Gowa-Samata
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Sulesana
Core Subject : Religion,
studi-studi keIslaman yang erat dengan issu sosial, teologi, hukum, Pendidikan dan filsafat. Studi ini dimulai dengan tema Kajian Kritis Akulturasi Islam dengan Budaya Local, Metode Memahami Maksud Syariah , Maulid Dan Natal (Studi Perbandingan Antara Islam Dan Kristen), Akal dalam Al-Quran, Pendidikan Agama Dan Moral Dalam Perspektif Global, Sinergitas Filsafat Dan Teologi Murthadha Muthahhari, Perspektif Perilaku Menyimpang Anak Remaja : Studi berbagai masalah social.
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 9 No 2" : 12 Documents clear
Haji Budaya dan Budaya Haji (Pespektif Sosio-Filosofis) Marlina, Sri
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1298

Abstract

Perspektif syariah melaksanakan ibadah haji merupakan proses penyempurnaan keislaman seseorang secara totalitas. Ibadah Haji diwajibkan hanya satu kali dalam setahun. Apabila terdapat seseorang dalam melaksanakan haji lebih dari sekali, dihukum sunat. Tetapi realitas keindonesiaan terdapat sebagian umat Islam khususnya di kalangan berduit-apakah ia pedagang, pemerintah maupun penguasa- sering melakukan ibadah haji dengan berkali-kali. Bagaimana persoalan yang dihadapi kini dan disinian tentang haji banyak kali di Indonesia?. Apa masih disebut haji rutinitas atau merupakan sebuah trend budaya muslim masa kini?. Jikalau haji sebagai  rutinitas atau trend budaya sebaiknya sedini mungkin untuk direinterpretasi telelologisnya. Haji yang dilakukan oleh semua orang yang berkemampuan, puncaknya adalah mencapai kearifan, ketika mereka bertafakur pada halte Arafah. Kearifan yang dimaksud adalah kearifan ritual doktrin keagamaan, sosial kemasyarakatan- memberikan nilai produkivitasnya dan kearifan spiritual.Dapatkah bagi yang berkemampuan atau yang berduit dalam melaksanakan haji lebih dari satu kali dirubah menjadi satu kali atau uang yang bekelebihan itu akan diarahkan kepada persoalan sosial kemasyrakatan? Oleh karena itu pada makalah ini akan mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut: Bagaimana alternatif ekonomis bagi budaya haji lebih dari sekali terhadap kesejahteraan umat?
Memahami Weltanschauung Alquran Yusuf, Muh
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1304

Abstract

Artikel ini membahas tentang ikhtiar seorang mufasir memahami weltanchauung atau world view dari teks Alquran. Metode pembacaan klasik yang bersifat literal-tekstual merupakan respon intelektual ulama terhadap dinamika sosio-kultural yang melingkupi mufasir dan masyarakatnya ketika itu. Jika hal tersebut ditarik kedalam konteks kekinian, produk penafsiran tersebut banyak diantaranya harus didaur ulang atau bahkan ditinggalkan sama sekali. Mufasir dituntut melahirkan sebuah model pembacaan atau perangkat metodologis yang produktif untuk melahirkan makna yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi aneka permasalahan. Tanpa menafikan secara keseluruhan metode dan produk pembacaan ulama terhadap teks Alquran di masa lalu, namun dibutuhkan pendekatan alternatif yang sesuai dengan karakter budaya masyarakat, yaitu adanya kesesuaian antara model pembacaan kontemporer dengan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku di masyarakat untuk merealisir fungsi Alquran sebagai petunjuk (hudan) bagi kemaslahatan umat manusia. Pengembangan  studi Alquran yang relevan meniscayakan adanya keselarasan antara aktivitas riset ilmiah dan penafsiran Alquran serta mengakomodir nilai kearifan yang senafas dengan weltanchauung Alquran berupa kemaslahatan dan kesejahteraan.
Menelusuri Keberadaan Bissu(Calabai) di Kabupaten Soppeng ( Telaah Bacaan, Cerita Rakyat dan Proses Perjalanan Calabai) Sumange, Hary
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1299

Abstract

Bissu yang disebut dalam naskah Galogi merupakan tambahan nama saudara kembar Sawerigading yaitu WE TENRI ABENG BISSU RILANGI. Pada Kerajaan Soppeng  ARAJANG  sebagai  pemiliki kewibawaan, kekuasaan. Dimana Pemilikan kerajaan dimendatari baik laki-laki maupun perempuan. Pada abad  ke  18 Belanda  turut menentukan pengangkatan raja-raja Bugis Makassar termasuk  Kereajaan Soppeng dan kerajaan Bone. Melalui B.F.Matthes  yang menekuni naskah –naskah Kuno Bugis . Memiliki   hubungan  yang erat dengan Arung Pancana Toa dalam mengumpulkan  naskah La Galigo dengan judul ‘ LA GALIGO COLLI  PUJI’E. BF.Matthes  menulis buku BOEGINISH CRISTOMASI. Dari kedekatan ini BF .Mathhes sebagai barisan terdepan belanda Bebas memasuki istana kerajaan Bugis, mengadakan pendekatan dengan pemangku adat dan raja-raja Bugis termasuk Raja Soppeng. Matoa/Watan ratu  sudah merupakan bagian dari kerajaan, namun perannya terbatas sebagi pemeliharaan benda-benda  kerajaan dan pemimpin acara-acara ritual. Oleh Belanda Banci (Calabai) merupakan tangan-tangan yang sangat  penting dalam proses “ mengatur “ sistem dalam kerajaan Soppeng. Dengan merespon  prilaku raja-raja yang  berbuat semena-mena terhadap wanita dan harta Arajang  , melanggar  adat perkawinanan yang dikenal dengan istilah “ Datu mangurek “, maka  terbuka kesempatan Belanda untuk mengganti raja  dengan Banci (Calabai) yaitu Abd.Gani Baso Batu Pute sebagai Datu Soppeng ke 34. Masuknya Banci (Calabai) pada kerajaan Soppeng  sangat  terkait dengan peran Belanda untuk menggali kekuatan dan kelemahan dari kerajaan Bugis. Dan keberhasilan ini ditunjukkan dengan kekuatan Belanda  sebagai “ pengatur” kerajaan termasuk menentukan raja-raja yang akan menduduki kerajaan Bugis. Banci Bissu memperkuat posisinya  magang memelihara benda-benda Arajang  tahun 1906-1942 NIT tahun 1946 –1950 .
Maqamat Makrifat Hasan Al Basri dan Algazali Abdullah, Abdullah
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1306

Abstract

Kehidupan di Dunia adalah kesenangan maka seharusnya semua orang menjadikan dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa yang bertemu dengan dunia dalam rasa benci kepadanya atau zuhud, akan berbahagialah dia dan beroleh faedah dalam persahabatan itu. Tetapi barangsiapa yang tinggal dalam dunia, lalu hatinya rindu dan perasaannya tersangkut kepadanya, akhirnya dia akan sengsara. Dia akan terbawa kepada suatu masa yang tidak dapat tertahankan deritanya. Tafakur membawa kita kepada kebaikan dan berusaha mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat membawa kepada meninggalkan kejahatan itu. Barang yang fana walau bagaimanapun banyaknya, tidaklah dapat menyamai barang yang baqa (kekal), walaupun sedikit. Awasilah dirimu dari dunia yang cepat datang dan cepat pergi ini, dan yang penuh dengan tipuan. Menurut Hasan al-Basri, zuhud adalah, "memerlakukan dunia ini hanya sebagai jembatan yang hanya sekedar untuk dilalui dan sama sekali tidak membangun apa-apa di atasnya.” Konsep dasar pendirian tasawuf Hasan al-Basri adalah zuhud terhadap dunia, menolak  kemegahannya, semata menuju kepadaAllah, tawakal, khauf, dan raja', semuanya tidaklah terpisah. Jangan hanya takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan itu dengan pengharapan. Takut akan murka-Nya, tetapi mengharap karunia-Nya. Bagi Al-Ghazali rasio manusia tidak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan, sedang hati (qalb) bisa mengetahui hakikat segala sesuatu dan mampu mengetahui rahasia Tuhan. Ketika qalbu bersih di waktu itulah Tuhan menurunkan cahaya-Nya kepada seorang sufi, sehingga yang dilihatnya hanyalah Tuhan dan disinilah menunjukkan bahwa seseorang telah sampai ketingkat ma;rifah. Ma’rifah serupa ini diakui oleh ahli sunnah yang menyebabkan tasawuf diterima bagi kaum syariat, yang sebelumnya ditentang oleh mereka karena telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam
Pemikiran Tasawuf Hazrat Inayat Khan (Relasi Tasawuf dan Mistisisme Universal dalam Sepuluh Prinsip Dasar Tasawuf) Nuruddin, Sabara
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1295

Abstract

Antara tasawuf dan mistisisme memiliki kesamaan fundamen, karena antara keduanyasama-sama berupaya menyingkap rahasia misteri alam esoteris (metafisis) yang nonempirik dan merasakannya sebagai suatu pengalaman dan perjalanan yang menarik.Tasawuf yang berdimensi mistis akan mengantarkan manusia pada nilai -nilai primordialyang universal dan fundamen bagi seluruh manusia. Relasi antara tasawuf danmistisisme dalam pemikiran Hazrat inayat Khan tertuang dalam sepuluh ksatuanuniversal sebagai prinsip tasawuf yang diyakininya, yaitu :Satu Tuhan, meski dalamberbagai nama. Satu guru sejati mesti hadir dalam berbagai sosok Kesatuan kitab suci(manuskrip alam), Kesatuan agama (jalan kebenaran), Kesatuan persaudaraan manusia,Kesatuan prinsip moral (cinta), Kesatuan dalam obyek pujian (keindahan), Kesatuankebenaran sejati (pengetahuan yang esensial tentang diri), Satu jalan kemanusiaan(pelenyapan ego palsu menuju ego yang sejati).Prinsip dasar sufisme yang diutarakan oleh Hazrat Inayat Khan, secara garis besar menggambarkan kepada kita akan kesatuan wilayah esoteris sekalipun berangkat darikeragaman eksoteris. Inayat Khan adalah seorang penganjur tasawuf mistis, tasawufuniversal yang didasari oleh nilai-nilai perenial yang terkandung dalam semua agama.Dengan konsep-konsep tasawufnya Hazrat Inayat Khan ingin menjadikan tasawufsebagai media yang mengantarkan kita pada kearifan sejati tanpa mesti terjebak padasekat-sekat agama, sekte, keyakinan, pemahaman, maupun rasial. Karena sesungguhnyasecara prinsipil kita adalah satu dan bergerak menuju tujuan yang satu. Hanya cara kitamengekspresikannya saja dalam ranah eksoteris yang berbeda-beda.
Al-Asy’ariyah (Sejarah, Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan Doktrin-Doktrin Teologinya) Supriadin, Supriadin
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1301

Abstract

Ahli sunnah waljama’ah adalah sebuah aliran teologi yang dibangun oleh Abu> Hasan al-Asy’ari>, teologi ini sering disapa dengan sebutan “Teologi moderat”. Rumusan teologi al-Asy’ari selain menggunakan argument tekstual berupa teks-teks suci dari al-Qur’an dan al-Sunnah seperti yang dilakukan oleh ahli hadits yang ia dukung, juga menggunakan argument rasional berupa mantik atau logika Aristoteles.  Pendekatan yang dipakai al-Asy’ari> dalam  teologi ahli sunnah waljamaah’ tergolong unik, beliau mengambil yang baik dari pendekatan tekstual Salafiyyah, sehingga ia menggunakan argument akal dan nakal secara kritis, mengeksploitasi akal secara maksimal tetapi tidak sebebas Mu’tazilah, memegang naql dengan kuat tetapi ia juga tidak seketat Hanabilah dalam penolakan mereka terhadap argument logika. Sikap teologi Asy’ariyah terhadap kehidupan kontemporari bersifat terbuka, realistis, pragmatis, (selektif, kritis, dan akomodatif serta responsif) terhadap kemajuan sains dan teknologi, oleh yang demikian menyebabkan aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah tetap eksis dan relevan untuk diterapkan dan dipertahankan dalam kehidupan kontemporari.
Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an pada Siswa Kelas Ix di Smpn 2 Donri-Donri Kabupten Soppeng Nurhayati, Nurhayati
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1317

Abstract

Memilih metode pembelajaran secara tepat, penggunaan mediayang bervariasi, berusaha dengan lebih telaten dalam memahamkan siswa agarbisa diminimalkan dan selalu berusaha menjelaskan kembali siswa yang kesulitanmembaca Al-Qur’an, seringnya guru memberikan tugas kokurikuler (PR),memberikan peringatan kepada siswa, serta selalu memberikan motivasi bagisiswa yang mengalami kesulitan. Saran-saran dalam penelitian ini bagi guru PAI adalah sudah semestinyaseorang guru yang mengajar Al-Qur’an harus profesional dalam bidangnya dansudah menunjukkan hasil yang baik.
Pandangan Masyarakat terhadap Pluralisme dan Radikalisme di Makassar Nihaya, Nihaya
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1296

Abstract

Pluralisme adalah suatu keniscayaan yang merupakan Sunatullah yang harus diterima. Hal ini merupakan pemberian Tuhan seperti keragaman manusia dari  berbagai aspek, keragaman agama, keragaman budaya, sosial, kepercayaan, politik, dan ekonomi. Pandangan ini bukan bermaksud memutlakan sesuatu yang profan melebihi dari Tuhan.  Sedangkan menurut MUI, pluralisme yang memutlakan sesuatu selain Tuhan sudah merupakan kemusyrikan. Dalam fatwa MUI disebutkan bahwa pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif.  Solusi yang dilakukan menghadapi radikalisme adalah sebagai berikut  1). Pemerintah melaksanakan pancasila dan UUD 45 sila ke 5 dengan baik dan benar  2). BNPT.yang dibentuk pemerintah tidak boleh hanya sekedar kepentingan pragmatis karena ada  kesan akan menakut-nakuti akan eksistensi umat Islam  3). Saran harus melakukan pelaksanakaan kebhinekaankaan secara komprehensip.31 Kemudian jika terdapat Sumber sumber dana untuk penanggulangan seperti itu justeru yang lebih baikj adalah dimanfaatkant untuk Islam, dengan cara memberi perhatian ke pesantren untuk kepentingan sekolah dan juga pemerintah harus selektif, kepada pesantren yang yang mana terindikasi teroris misalnya dan jangan sembarang menuduh kepada pesantrennya.
Mahabbah dalam Tasawuf Rabi’ah Al-Adawiah Wasalmi, Wasalmi
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1302

Abstract

Rabi'ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang memberi nuansa tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan konsep mahabbah. Sebuah konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan cinta yang tidak mengharap balasan. Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Beliau merupakan pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah) dan ia pun dikenang sebagai ibu para sufi besar (The Mother of The Grand Master). Hakikat tasawufnya adalah al-habb al-ila>h (mencintai Allah swt.). Cinta Ilahi (al-Hubb al-Ila>h) dalam pandangan kaum sufi memiliki nilai tertinggi. Bahkan kedudukan mahabbah dalam sebuah maqamat sufi tak ubahnya dengan maqam ma’rifat, atau antara mahabbah dan ma’rifat merupakan kembar dua yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan.
HIV/AIDS pada Anak Huriati, Huriati
Sulesana Vol 9 No 2
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v9i2.1318

Abstract

Jurnal ini merupakan kajian pustaka mengenai penyakit HIV/AIDS pada anak. Jurnal kajian pustaka ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana HIV/AIDS yang terjadi pada anak.   HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat kehamilan, ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi akibat pelecehan seksual pada anak. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur 18 bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi maternal yaitu dengan sectio caesaria. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase pertumbuhan. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan sebuah takdir dari pencipta, sehingga perlu kesabaran.

Page 1 of 2 | Total Record : 12