cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur´an dan Tafsir
ISSN : 25281054     EISSN : 25408461     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir [2528-1054] is peer-reviewed journal dedicated to publish the scholarly study of Qur’an from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with: Qur’anic Studies, Qur’anic sciences, Living Qur'an, Qur’anic Stuides accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), Methodology of Qur’an and Tafsir studies. publishes twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 101 Documents
PENAFSIRAN ALI AL-SHABUNI TENTANG AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN TEOLOGI Aji Fatahilah; Ahmad Izzan; Erni Isnaeniah
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.172 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v1i2.1600

Abstract

Penelitian ini mengkaji penafsiran  Ali al-Shabuni tentang ru’yatullah dan  sifat-sifat Allah yang dianggap anthrofomorphisme. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui kecenderungan Ali al-Shabuni dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan wacana teologi, terutama tentang ru’yatullah  dan anthrofomorphisme serta perbuatan Tuhan (afal Allah) dan manusia). Metode yang digunakan ialah deskriptif-analitis. Sumber primernya yaitu kitab Shafwah al-Tafâsîr karya Ali al-Shabuni. Penelitian ini menemukan bahwa  ketika Ali al-Shabuni menafsirkan tentang ru’yatullah dalam surat al-Qiyamah [75]: 22-23, ia sepaham dengan teologi ahlu al sunnah yang berpendapat bahwa Tuhan bisa dilihat di akhirat kelak. Dalam menafsirkan surat an-Nisa [4]: 164 tentang Allah berbicara dengan Musa, ia pun cenderung dengan teologi Asy’ari, bahwasannya Allah berbicara dengan Musa secara langsung. Demikian pula ketika menafsirkan masalah anthropomorfhisme dalam surat as-Sajdah [32]: 4, Ali al-Shabuni sepaham dengan teologi Asy’ari. Dalam menafsirkan kata بِيَدَىَّ  pada surat Shaad [38]: 75,  cenderung  berwarna ahlu  al-sunnah karena dalam memahami ayat seperti ini ahlu al-sunnah menggunakan dua metode, yaitu tafwidh dan takwil. Demikian pula ketika memahami perbuatan Tuhan dan manusia yaitu surat al-Saffat [37]: 96, sepaham dengan teologi Asy’ari yang mengatakan bahwa Allah yang menciptakan kalian dan perbuatan kalian. Secara umum, dalam menafsirkan ayat-ayat teologi  cenderung mengikuti teologi ahlussunnah Asy’ariah.
RASIONALITAS SEBAGAI BASIS TAFSIR TEKSTUAL (Kajian atas Pemikiran Muhammad Asad) M.Taufiq Rahman
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.688 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v1i1.1668

Abstract

Melalui analisa kritis dan kajian fenomenologis, penulis dengan jelas dapat melihat konsep Asad mengenai tafsir Al-Qur’an. Diakui bahwa dalam mengidentifikasi prinsip-prinsip Islam mengenai negara dan pemerintahan, Asad hanya mendasarkannya pada teks Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan syariah Islam yang nyata dan abadi. Karena hal ini, ia mengeluarkan fikih dan lebih luas lagi segala sesuatu dan aktifitas yang tertinggal yang tidak dispesifikkan oleh Pembuat hukum (Allah dan Rasulnya) – baik perintah maupun larangan dalam hubungannya dengan Nash - seharusnya tidak dianggap sebagai hal yang mubah dalam pandangan syariah dan oleh karena itu menuntut ijtihad (pemikiran yang mandiri).
PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG AURAT PEREMPUAN MENURUT MUHAMMAD SYAHRUR Qabila Salsabila; Reza Pahlevi; Ali Masrur
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.393 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i2.1897

Abstract

Pada kasus menutup aurat Muhammad Syahrur menafsirkan batasan aurat yang sangat signifikan dari para mufassir maupun mufaqqih lain. Dia mempunyai teori yang dinamakan Nazhariyat al-Hudud atau biasa disebut dengan teori limit yang terbagi menjadi dua yaitu batas maksimal (Hadd al’A’la) dan batas minimal (Had al-Adna) dengan menutup bagian atas (al-Juyub al-Ulwiyyah) dan menutup bagian bawah (al-Juyub as-Sufliyah). Dalam menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) dengan metode penyajian data secara  “Deskriptif Analysis” dengan menggambarkan bagaimana Muhammad Syahrur menafsirkan tentang aurat perempuan dalam surah al-Nūr [24]: 31, al-Aḥzāb [33]: 59 dan al-Aḥzāb [33]: 53. Dengan teori batasnya, Muhammad Syahrur mencoba untuk menerapkan ayat-ayat muhkamat Alquran dalam realita kehidupan dengan batasan-batasannya.Hasil dari penelitian ini ialah bahwa Syahrur beranggapan hukum-hukum yang terdapat dalam Alquranbersifat elastis yang bisa ditarik dan disesuaikan dengan tempat dan zaman. Dalam menurutp aurat ada tiga ketentuan terkait dengan pakaian bagi perempuan:1). Dilarang atau tidak di perbolehkannya terbuka (telanjang) kecuali hanya suaminya, 2). Batasan minimal perempuan secara umum menurutnya adalah menutup daerah intim bawah (al-Juyub as-Sufliyyah). Bagian ini disebut sebagai aurat berat (al-‘Awrah al-Mughallazah). Bagian inlah yang  harus ditutupi ketika berhadapan dengan orang-orang yang empat belas disebutkan di dalam surah an-Nur 31. Dan menutup daerah intim atas (al-Juyub al-Ulmiyyah), 3). Pakaian untuk aktivitas dan bersosialisasi, ketentuannya berawal dari batas minimal kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Batasan ini pun memiliki tingkatan-tingkatan hingga sampainya kepada batas maksimal yang hanya memperlihatkan wajah dan kedua telapak tangan. Maka Konsekuensi perempuan yang menampakkan bagian al-Juyub menurutnya berarti ia telah melanggar Hudud Allah. Muhammad Syahrur berpendapat bahwa jilbab (kerudung) atau tutup kepala baginya bukan termasuk pada prinsip keislaman ataupun keimanan seseorang, melainkan hanya mengikuti kebiasaan masyarakat secara umum.
URGENSI ASBĀB AL-NUZŪL MENURUT AL-WAHIDI Siti Muslimah; Yayan Mulyana; Medina Chodijah
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.092 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1808

Abstract

Asbāb Al-Nuzūl menjadi instrumen penting untuk memahami maksud ayat sesuai dengan konteksnya. Al-Wahidi menawarkan  basis epistemologi yang ketat agar otentisitas asbāb al-nuzūl terjaga, terutama dari sisi sumber (riwayah). Al-Wahidi berpendapat bahwa asbāb al-nuzūl daat diaplikasikan dalam konteks kekinian. Sebab diturunkannya ayat Alquran ini akan memberikan pemahaman, tidak hanya pemahaman yang tekstual tetapi pemahaman kontekstual juga terhadap suatu ayat, terutama untuk mengetahui status hukum pada masa itu, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. Pendapat yang diambil oleh Al-Wahidi ini tidak sembarang mangambil referensi untuk dicantumkan ke dalam kitabnya (Asbāb al-nuzūl). Pada setiap Hadith dan pendapat yang ia tuangkan memiliki landasan yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Mengenai pendapat para ulama terhadap konsep Al-Wahidi, apa yang dikatakan Al-Suyuthi bahwa ia mengkritik apa yang dikatakan oleh Al-Wahidi dalam menafsirkan surat al-Fīl yaitu mengenai kisah penyerbuan orang-orang Habasyah. Hal ini sama sekali tidak termasuk sebab turunnya ayat melainkan informasi tentang peristiwa masa lalu.
PENDEKATAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM PENAFSIRAN ALQURAN M Solahudin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.523 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v1i2.1596

Abstract

Pesan-pesan Alquran yang universal seringkali berhadapan dengan realitas kehidupan bermasyarakat yang beragam. Karenanya diperlukan berbagai pendekatan dalam merefleksikan nilai-nilai Alquran agar aktualisasi nilai-nilai Alquran di dalam masyarakat berjalan seiring dengan keuniversalannya. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan kinerja pendekatan tekstual dan kontekstual dalam memahami Alquran, sebagai upaya memahami teks dengan konteks yang harmoni dengan kehidupan masyarakat. Dalam pendekatan tekstual, praktik tafsir lebih berorientasi pada teks yang ada dalam dirinya. Sedangkan dalam pendekatan kontekstual melibatkan pemahaman ekstra-teks bukan intra-teks. Pendekatan tekstual biasanya memfokuskan pembahasannya pada kinerja gramatikal, melalui pemahaman  harfiah, sehingga cenderung menggunakan analisis yang bergerak dari refleksi [teks] ke praksis [konteks]. Sedangkan kinerja pendekatan kontekstual berusaha memahami suatu teks dengan cara melacak konteks penggunaannya pada masa ketika teks itu muncul, termasuk situasi dan kondisi di mana ayat Alquran diturunkan, kemudian dipahami secara interdisiplin dengan ilmu-ilmu yang berkembang saat ini
RELASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui) Ali Masrur
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.147 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v1i1.1672

Abstract

Tulisan ini mengkaji relasi iman dan ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Qur>an: Sebuah Kajian tafsir Maudhu>’i. Setelah mengkaji ayat-ayat Al-Qur’a>n tentang relasi iman dan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode maudhui dan menggali berbagai penafsiran dari para penafsir Al-Quran kontemporer, seperti Fazlur Rahman, Quraish Shihah, dan Nurcholish Madjid, dapat diperoleh beberapa kesimpulan di bawah ini: Pertama, Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia adalah sarana untuk menemukan kebenaran Al-Quran dan kebenaran Tuhan itu sendiri. Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Qur’a>n diberikan kepada manusia sebagai bekal manusia menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan manusia tidak dapat dipisahkan dari keimanannya. Dengan ilmu pengetahuan dan iman yang dimilikinya, Allah akan mengangkat derajat manusia, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Pengembangan Dua hal tersebut mesti selalu diupayakan dalam rangka memperkuat keimanan kepada Allah dan semakin mendekatkan diri manusia kepada Allah Swt. Kedua, Pertentangan yang terjadi antara ilmu pengetahuan dan iman, bukan disebabkan oleh oleh ajaran Al-Quran, tetapi karena manusia memiliki beberapa kelemahan: pertama, memiliki hawa nafsu yang mendorong manusia ingin menuruti keinginannya yang menyebabkan konflik kepentingan dengan sesamanya b. Kesempitan pikiran, yakni manusia lebih mementingkan kepentingan jangak pendek dari pada kepentingan jangka panjang.
KELUARGA SAKINAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN (Studi Komparatif Penafsiran Al-Qurṭubi dalam Tafsīr Jamī’ LīAḥkām Al-Qur’ān dan Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munīr) Ela Sartika; Dede Rodiana; Syahrullah Syahrullah
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.546 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i2.1893

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran ulama klasik dengan ulama kontemporer dalam menafsirkan  ayat-ayat yang berkaitan dengan keluarga sakinah.Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Rūm [30]: 21 yang telah lumrah menjadi landasan pondasi keluarga sakinah yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam penelitian kualitatif ini dilakukan studi deskriptif-komparatif analitis dengan metode penelitian komparatif (muqarran). Hasil temuan mengungkap bahwa yang dimaksud keluarga sakinah menurut ulama klasik (Al-Qurṭubi) dalam kitab Tafsirnya Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an adalah sebuah ikatan pernikahan yang di dalamnya terdapat sebuah ketenangan dan ketentraman dalam rumah tangganya dengan adanya hubungan seksual sehingga menghasilkan sebuah keturunan. Sedangkan ulama kontemporer (Wahbah Zuhaili) dalam kitab tafsirnya Al-Munir yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah ketenangan dan ketentraman dalam rumah tangga yang didalamnya terdapat rasa cinta dan kasih sayang antara suami istri.Dan semua itu terpenuhi pula hak dan kewajibannya antara suami dan istri.
APLIKASI QAT’IY DAN ZANNIY PADA SUMBER DALIL Saifudin Nur
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.782 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1804

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep qaṭ’iy dan ẓanniy pada beberapa sumber dalil, baik yang berkaitan dengan qaṭ’iy al-thubūt/al-wurūd/al-naql dan qaṭ’iy al-dalālah, maupun yang berkaitan dengan ẓanniy al-thubūt/al-wurūd/al-naql dan ẓanniy al-dalālah. Dalam penelitian kualitatif ini dilakukan studi deskriptif-analitis dengan metode penelitian pustaka (library research). Hasil temuan mengungkapkan bahwa para ulama uṣūl  dan sebagian mufasir sepakat bahwa ketentuan qaṭ’iy al-thubūt/al-wurūd/al-naql  teraplikasi pada nās Alquran dan Sunah mutawa>tirah. Ketentuan qaṭ’iy al-dalālah teraplikasi pada nās Alquran dan Sunah yang memenuhi al-iḥtimālāt al-‘ashrah, ijmā’ ṣarīḥ, qiyās mujma’ ‘alayh (konsensus bersama para mujtahid), dan uṣūl al-fiqh. Adapun ketentuan ẓanniy al-thubūt/al-wurūd/al-naql  teraplikasi pada sunah ghayr mutawātirah. Sedangkan ketentuan ẓanniy al-dalālah teraplikasi pada nās Alquran, sunah, ijmā’ sukūtī, dan qiyās fardiy atau  qiyās ghayr mujma’ ‘alayh.
MEMBEDAH PEMIKIRAN ARTHUR JEFFERY SEPUTAR VARIASI TEKS AL-FAtihah) Muslih muslih
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.572 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v1i1.1667

Abstract

Arthur Jeffery (1892-1959) adalah seorang orientalis asal Australia yang cukup berpengaruh. Dia cukup terkenal karena pemikiran filosofisnya yang berkaitan dengan kitab suci umat Islam, Alquran. Dia bahkan membuat edisi revisi Alquran. Artikel ini berusaha untuk melakukan penelusuran mendalam mengenai pemikiran kritisnya tentang al-Fa>tihah. Artikel ini menggunakan content analalisis terhadap tulisan-tulisan Jeffery tentang Alquran terutama tentang al-Fa>tihah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jeffery menyebutkan bahwa surat al-Fa>tihahitu bukan termasuk bagian dari Alquran, akan tetapi hanya berupa doa pendahuluan ketika akan membaca Alquran. Selain itu, dia juga menunjukkan versi lain dari al-Fa>tihah yaitu dari Syiah dan Sunni dan membandingkannya dengan yang ada dalam Mushaf Ustmani. Kesimpulan yang dia dapatkan adalah bahwa terdapat perbedaan dari versi tersebut dalam hal tulisan dan bacaan. Kesimpulan dari tulisan ini bahwa pemikiran Jeffery tersebut di atas tidak semuanya benar terlebih yang berkaitan dengan posisi al-Fa>tihah. Namun demikian, pemikirannya tentang perbedaan tulisan dan bacaan dalam al-Fa>tihahantara dua versi tersebut memang ada.
MUNĀSABAH DALAM SAFWAH AL-TAFĀSIR KARYA MUHAMMAD ‘ALI AL-SABUNI Sherly Devani; Wawan Hernawan; Izzah Faizah Siti Rusydati Khaeirani
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.813 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i2.1898

Abstract

Di satu sisi, ‘Ali al-Sabuni, mufassir Safwah al-tafāsir, walaupun tidak menjelaskan teori ilmu munāsabah dalam kitab al-Tibyān fī‘Ulum al-Qur’ān, akan tetapi di sisi lain ‘Ali al-Sabuni menerapkan ilmu ini dalam salah satu karya tafsirnya, Safwah al-tafāsir. Baik munāsabah   antar ayat, maupun antar surat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk munāsabah dalam Safwah al-tafāsir. Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa teori munāsabah merupakan salah satu teori yang penting dalam penafsiran Alquran terutama penafsiran yang menggunakan metode bi al-ma’thur. ‘Ali al-Sabuni walaupun secara teori tidak membahas tentang munāsabah secara detail dan jelas dalam karyanya al-Tibyān fī‘Ulum al-Qur’an, akan tetapi ‘Ali al-Sabuni sangat menyadari adanya urgensi munāsabah dalam penafsiran Alquran. Metode yang digunakan menggunakan metode content analysis, yaitu metode analisis isi, metode ini digunakan dalam jenis penelitian yang bersifat normatif dengan menganalisis sumber-sumber tertentu agar penelitian ini dapat di pertanggungjawabkan. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari sumber primer, yaitu: Kitab Safwah al-tafāsir karya Sheikh Muhammad ‘Ali al-Sabuni. Sedangkan sumber sekunder dari buku-buku yang terkait dengan teori munāsabah . Hasil dari penelitian ini, Al-Sabuni menerapkan beberapa macam bentuk munāsabah yang dilihat dari segi materinya, yaitu: Macam-macam munāsabah ayat, seperti berikut: 1). Munāsabah fawātih al-suwar dengan khawātimuha, 2). Munāsabah antar ayat dalam satu surat, dan 3). Munāsabah antar kandungan ayat dan penutup surat. Al-Sabuni menerapkan beberapa macam munāsabah, surat: 1). Munāsabah antar kandungan satu surat dengan surat sebelumnya, 2). Munāsabah antar awal surat dalam mushaf utsmani dan akhir surat dalam mushaf, dan 3). Munāsabah antar nama surat dan kandungannya. sifat dari munāsabah yang digunakan dalam Safwah al-tafāsir, yaitu: 1). Tashdid (penegasan) sebanyak dua kali, 2). Al-Tandhir (pemadanan/penyatuan) sebanyak dua kali, 3).Al-I’tiraḍ (bantahan) sebanyak tiga kali, 4). Al-Muḍahah (lawan kata/ kebalikan) sebanyak 26 kali, 5). Al-Takhallus (peralihan) sebanyak 30 kali. 6). Al-Istiḍraḍ (penyebutan lanjutan) sebanyak 52 kali, 7). Tafsīr (penjelasan) sebanyak 106 kali

Page 2 of 11 | Total Record : 101