cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 5 (2008)" : 12 Documents clear
Penapisan Perkembangan Anak Usia 6 Bulan – 3 Tahun dengan Uji Tapis Perkembangan Denver II Robert Sinto; Salma Oktaria; Sarah Listyo Astuti; Siti Mirdhatillah; Rini Sekartini; Corrie Wawolumaya
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.348-53

Abstract

Latar belakang. Beberapa penelitian di Indonesia mendeteksi gangguan perkembangan pada anak usia pra sekolah12,8%-28,5%. Perkembangan anak berhubungan dengan banyak faktor, satu sama lain saling terkait, sehinggasulit dilihat apakah memang benar ada hubungan antara tiap faktor risiko dengan gangguan perkembangan.Tujuan. Mengetahui hubungan antara beberapa faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan padaanak usia prasekolah.Metode. Penelitian cross sectional pada 120 ibu dan anak yang berusia 6 bulan – 3 tahun di RumahSusun Budha Tzu Chi, Jakarta Barat. Pengambilan sampel secara total sampling pada bulan Januari 2007,data primer dari kuesioner dan hasil uji tapis perkembangan dengan metode Denver II.Hasil penelitian. Sebagian besar berusia reproduksi sehat (77,5%), berpendidikan rendah (68,3%),memiliki jumlah anak hidup kurang atau sama dengan dua (67,1%). Sebagian besar anak berjenis kelaminperempuan (51,7%), tidak mendapat ASI eksklusif (72,5%), berat lahir lebih besar dari 2500 gram (90,8%),dan mendapat stimulasi cukup (53,3%). Pada uji tapis perkembangan dengan Denver II didapatkan hasil65,8% normal, 25% keterlambatan, dan 9,2% tidak dapat diuji. Terdapat hubungan yang bermaknaantara kualitas dan kuantitas stimulasi dengan hasil uji tapis perkembangan Denver II (p = 0,033).Kesimpulan. Subjek yang termasuk kategori suspek mengalami gangguan perkembangan pada pemeriksaanuji tapis Denver II 25%. Terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas dan kuantitas stimulasi denganhasil uji tapis perkembangan Denver II 
Enterobiasis pada Anak Siska Mayasari Lubis; Syahril Pasaribu; Chairuddin P Lubis
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.878 KB) | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.314-8

Abstract

Enterobiasis merupakan infeksi yang sering terjadi dalam satu keluarga atau pada orang yang tinggaldalam satu rumah. Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anuspada waktu malam hari. Anal swab merupakan metode terbaik dalam mendiagnosis enterobiasis.Pemeriksaan periodik disertai dengan pengobatan yang adekuat akan dapat membantu mengurangi kejadianenterobiasis pada anak. Meskipun demikian, masih terdapat kesulitan dalam mengontrol enterobiasis olehkarena mudahnya penularan dan reinfeksi
Karakteristik Klinis Trauma Kepala pada Anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Msy Rita Dewi MS; Irawan Mangunatmadja; Yeti Ramli
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.354-8

Abstract

Latar belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab anak dibawa ke rumah sakit. Pada umumnyatrauma terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Di Amerika sekitar 300.000-400.000 anak dirawat karenacedera. Di Indonesia hanya ada data sporadis.Tujuan. Mendapatkan gambaran karakteristik klinis pada anak dengan cedera kepala di RS Dr. CiptoMangunkusumo.Metode. Studi deskriptif retrospektif dengan data sekunder diambil dari data catatan medik dari bulanJanuari 2004 - Juli 2005.Hasil. Selama kurun waktu penelitian ditemukan jumlah kasus trauma kepala pada anak usia <15tahun 503 kasus. Usia terbanyak antara umur 6-10 tahun, rasio laki-laki: wanita adalah 1.7: 1. Keluhanterbanyak adalah nyeri kepala (25,6%), dan muntah (20,9%). Mekanisme cedera banyak yang tidakdiketahui (61,6 %). Skala koma Glasgow (SKG) 13-15 yang paling banyak dijumpai (91,8%), gangguansaraf kranialis dan gangguan motorik (1,2%), dan Jejas hematom 9,5%. Pemeriksaan radiologiksederhana jarang dikerjakan. Enam puluh persen pemeriksaan rawat inap, 61% dan 36,4% hiduptanpa cacat.Kesimpulan. Kasus trauma kepala pada anak usia <15 tahun, lebih sering terjadi pada anak laki-lakidibanding anak perempuan kelompok usia terbanyak antara 6-10 tahun. Fraktur tengkorak dan perdarahanintrakranial jarang terjadi pada anak-anak
Efektivitas Pemeriksaan Prokalsitonin Sebagai Petanda Dini Sepsis pada Anak Arie L. Runtunuwu; Jeanette I. C. Manoppo; T.H. Rampengan; Novie H. Rampengan; Suyanto Kosim
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.319-22

Abstract

Latar belakang. Sepsis merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak di rumah sakit. Diagnosisawal dan pengobatan segera, merupakan cara terbaik untuk penanganan sepsis. Pemeriksaan biakan darahmerupakan cara paling efektif mendiagnosis sepsis namun membutuhkan waktu cukup lama, sehinggadiperlukan pemeriksaan tambahan untuk mendiagnosis sepsis dengan cepat dan akurat yaitu prokalsitonin.Tujuan. Mendapatkan cara mudah dan cepat untuk mendiagnosis sepsis.Metode. Pemeriksaan uji diagnostik dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada 56 anak yangdirawat di Bagian Anak RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari Oktober 2005 - Januari 2006, usia 1bulan - 13 tahun dengan diagnosis sepsis sesuai modifikasi kriteria Bone.Hasil. Dilakukan penilaian sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif. Dari 56 sepsislaki-laki 33 (58,9 %) dan perempuan 23 (41,1 %). Analisis statistik menggunakan uji Z untuk prokalsitonindidapatkan sensitivitas 80,0 %, spesifisitas 11,54 % dengan nilai duga positif 51,1 % serta nilai duganegatif 33,3%.Kesimpulan. Pemeriksaan prokalsitonin dapat digunakan sebagai alat diagnosis dini sepsis pada bayi dananak.
Korelasi Nilai APGAR Menit Kelima Kurang dari Tujuh dengan Kadar Transaminase Serum pada Bayi Baru Lahir Ali K Alhadar; Idham Amir; Hanifah Oswari; Endang Windiastuti
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.323-7

Abstract

Latar belakang. Asfiksia dapat menyebabkan disfungsi multiorgan pada bayi baru lahir. Belum ada bakuemas mengenai definisi asfiksia. Hingga saat ini belum ada data di FKUI/RSCM mengenai insidens disfungsihati pada bayi yang mengalami asfiksia.Tujuan. Mengetahui insidens disfungsi hati pada bayi baru lahir dengan nilai Apgar menit kelima kurangdari 7 serta mengetahui korelasi antara nilai Apgar menit kelima kurang dari 7 dengan parameter uji fungsihati (AST/SGOT, ALT/SGPT, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek serta waktu protrombin).Penelitian dilakukan di 5 rumah sakit di Jakarta dan Tangerang.Metode. Studi analitik potong lintang sejak Januari-Mei 2010. Subjek penelitian adalah bayi usia gestasi􀁴37 minggu dengan nilai Apgar menit kelima kurang dari 7. Dilakukan satu kali pemeriksaan uji fungsihati dalam rentang waktu usia bayi 24-96 jam. Bayi mengalami disfungsi hati bila didapatkan nilai ASTatau ALT lebih dari 100 U/L.Hasil. Disfungsi hati ditemukan pada 16 (34%) bayi dari 47 bayi dengan asfiksia. Tidak ada subjek yangmengalami kolestasis. Terdapat 5 (11%) subjek dengan pemanjangan PT >1,5 kali nilai kontrol. Tidak terbuktiterdapat korelasi antara nilai Apgar menit kelima kurang dari 7 dengan parameter uji fungsi hati.Kesimpulan. Bayi dengan nilai Apgar menit kelima kurang dari 7 mempunyai kecenderungan mengalamidisfungsi hati. Namun pada bayi dengan nilai Apgar menit kelima kurang dari 7, tidak terbukti adanyakorelasi.
Hubungan Kadar Aspartat Aminotransferase (AST) dan Alanin Aminotransferase (ALT) Serum dengan Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue pada Anak Agus Darajat; Nanan Sekarwana; Djatnika Setiabudi
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.359-62

Abstract

Latar belakang. Infeksi dengue memiliki spektrum klinis yang luas, yaitu dapat asimtomatis maupunbermanifestasi klinis sebagai demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) maupun sindromsyok dengue (SSD). Pada infeksi dengue didapatkan peningkatan kadar aspartat aminotransferase (AST)dan alanin aminotransferase (ALT) serum. Kadar AST dan ALT serum diduga berperan sebagai indikatortingkat keparahan penyakit.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar AST dan ALT serum dengan spektrum klinis infeksi dengue pada anak.Metode. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dilakukan pada 1 Maret-30 April 2007di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek penelitian kasus infeksi dengue,berusia < 14 tahun secara berurutan memenuhi kriteria klinis DD, DBD, dan SSD menurut WHO (1997)yang disertai bukti serologis infeksi dengue. Uji ANOVA digunakan untuk menilai hubungan kadar ASTdan ALT serum dengan spektrum klinis infeksi dengue pada anak. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilaip<0,05. Seluruh perhitungan statistik dikerjakan dengan piranti lunak SPSS versi 13,0 for Windows.Hasil. Terdapat 60 subjek penelitian terdiri dari 25 (41,7%) laki-laki dan 35 (58,3%) perempuan, denganusia termuda 6 bulan dan tertua 14 tahun. Berdasarkan spektrum klinis subjek terdiri dari kelompok DD17 (28,3%), DBD 21 (35%), dan SSD 22 (36,3%) anak. Nilai rerata AST pada DD 63,2±6,6, DBD267,5±116,1, SSD 1491,5±492,4. Nilai rerata ALT pada DD 29,4±2,4, DBD 78,0±25,3, SSD 435,0±122,1.Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat hubungan kadar AST dan ALT serum dengan spektrum klinisinfeksi dengue pada anak (F=6,018; p=0,000).Kesimpulan. Pada anak dengan infeksi dengue semakin tinggi kadar AST dan ALT serum, semakin beratderajat penyakit 
Pneumonia Pneumosistis I Wayan Gustawan; BNP Arhana; Putu Siadi Purniti; IB Subanada; K Dewi Kumara Wati
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.328-34

Abstract

Pneumonia pnemosistis merupakan penyebab kesakitan yang serius dan kematian pada kasus gangguansistem imun. Pneumonia pnemosistis merupakan infeksi oportunistik tersering pada kasus yang terinfeksiHIV, leukemia dan anak yang menerima transplantasi organ. Organisme penyebab adalah Pneumocystiscarinii. Manifestasi klinis berupa gangguan pernapasan disertai penyakit dasarnya. Diagnosis pasti ditegakkandengan ditemukannya organisme dalam pemeriksaan mikroskopis. Pengobatan secara umum terdiri daritata laksana suportif dan spesifik. Trimetoprim-sulfametoksasol masih merupakan pilihan pertama baikuntuk terapi maupun profilaksis. Angka kematian masih tinggi, terutama yang terlambat mendapat terapi.
Efektivitas dan Keamanan Kombinasi Terfenadin dan Pseudoefedrin pada Anak Rinitis Alergika Nahrawi Nahrawi; Zakiudin Munasir; Abdul Latief
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.299-303

Abstract

Latar belakang. Kombinasi terfenadin dan pseudoefedrin telah terbukti efektif mengatasi rinitis alergikatetapi sejak diketahui efek kardiotoksik terfenadin, diperlukan penilaian lanjutan keamanannya padaanak.Tujuan. Mengetahui tingkat keamanan dan efektivitas kombinasi terfenadin dan pseudoefedrin padaanak rinitis alergika.Metode. Penelitian open trial, tanpa kontrol dengan desain before and after. Pasien rinitis alergika denganelektrokardiografi (EKG) normal, diberikan pengobatan kombinasi terfenadin dan pseudoefedrin 5 hari,kemudian penilaian gejala klinis, reaksi simpang dan EKG ulang pasca pengobatan.Hasil.: Lima puluh empat pasien (70,1 %) dengan skala penilaian pengobatan baik, 20 (26%) denganskala sangat baik, dan tidak ditemukan perburukan. Tidak ditemukan perbedaan interval Q-T dan Q-Tcsebelum (0,33 detik dan 0,41 detik) dan sesudah pengobatan (0,33 detik dan 0,41 detik). Pada sebagianbesar pasien (94,8%) tidak dijumpai reaksi simpang.Kesimpulan. Kombinasi terfenadin dan pseudoefedrin pada anak rinitis alergika terbukti aman dan efektif.Sebagian besar pasien tidak ditemukan reaksi simpang dan tidak ditemukan dampak kardiotoksik
Prevalensi dan Faktor-Faktor Risiko Gangguan Pemusatan Perhatian Anak dan Hiperaktivitas di Klinik Tumbuh Kembang RSUP Sanglah Denpasar SAK Indriyani; Soetjiningsih Soetjiningsih; IGA Endah Ardjana; IGA Trisna Windiani
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.811 KB) | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.335-41

Abstract

Latar belakang. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan tingkahlaku yang paling banyak terjadi pada anak. Angka prevalensi GPPH cukup bervariasi dan terdapat berbagaifaktor risiko yang berperan. Deteksi dini sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis sehingga dapatdilakukan intervensi lebih dini.Tujuan. Mengetahui prevalensi, karakteristik demografi dan klinis, serta faktor-faktor risiko GPPHMetode. Penelitian bersifat retrospektif dari catatan medik pasien dengan keluhan mengalami masalahtingkah laku, datang ke klinik Tumbuh Kembang RSUP Sanglah periode 2005-2006.Hasil. Seratus sebelas memenuhi kriteria inklusi, prevalensi GPPH 51 (45,9%) yang terdiri dari 43 (38,7%)laki-laki dan 8 (7,2%) perempuan. Jumlah GPPH tipe kombinasi (A1+A2) 39 (76,5%), GPPH tipe A1 7(13,7%), dan GPPH tipe A2 5 (9,8%). Anak pertama (PR: 2,88, 95%CI: 1,33-6,24, p=0,007), tidakmempunyai saudara (PR: 2,69, 95%CI: 1,19-6,09, p=0,015) dan ibu tamat Sekolah Lanjutan TingkatAtas (SLTA) dan sarjana (p=0,02) berperan pada GPPH. Jenis kelamin (p=0,004), umur (p=0,021), danberat badan (p=0,007) berbeda bermakna antara berbagai tipe GPPH.Kesimpulan. Faktor urutan kelahiran, jumlah saudara dan pendidikan ibu berperan pada GPPH. Jeniskelamin, umur, dan berat badan berbeda bermakna pada ketiga tipe GPPH
Cairan Rehidrasi Oral Osmolaritas Rendah Dibandingkan Oralit untuk Pengobatan Diare Akut pada Anak Yorva Sayoeti; Risnelly S
Sari Pediatri Vol 9, No 5 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.5.2008.304-8

Abstract

Latar belakang. Tata laksana diare akut dehidrasi ringan sedang, WHO memilih cairan rehidrasi oral(CRO) yang dikenal dengan Oralit. Namun, formula ini masih mempunyai kekurangan. Pada tanggal 27Maret 2002 WHO merekomendasikan CRO osmolaritas rendah (total osmolaritas 245 mOsm/L)menggantikan Oralit (total osmolaritas 311 mOsm/L).Tujuan. Membandingkan lama penyembuhan dan kejadian hiponatremi pada pemakaian CRO osmolaritasrendah dengan oralit.Metode. Uji klinis acak terkontrol, dilakukan bulan Juli sampai September 2006 di Bagian Ilmu KesehatanAnak RS. M. Djamil Padang. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan randomisasi sederhanamenjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mendapat CRO osmolaritas rendah dan yang mendapat Oralit.Lama penyembuhan dinilai berdasarkan frekuensi, konsistensi diare dan kadar Natrium yang diperiksapada saat pasien sembuh. Data dinalisis dengan uji statistik t-test dan chi-square dengan tingkat kemaknaanp < 0,05.Hasil. Subjek penelitian 44 bayi dan anak yang memenuhi kriteria inklusi, dua puluh empat orang mendapatCRO osmolaritas rendah dan 20 orang mendapat Oralit. Rerata lama penyembuhan pada kelompok CROosmolaritas rendah 38,25 (SB 22,04) jam dan kelompok Oralit 47,55 (SB 34,50) jam. Rerata kadar Natriumpada pemakaian CRO osmolaritas rendah 141,75 (SB 12,14) mEq/L dan pada pemakaian Oralit 143,05(SB 10,19) mEq/L. Kejadian hiponatremi 12,5% pada kelompok CRO osmolaritas rendah dan 5% padakelompok Oralit. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna lama penyembuhan (p = 0,05) dankejadian hiponatremi (p = 0,13).Kesimpulan. Lama penyembuhan lebih cepat pada pemakaian CRO osmolaritas rendah dibandingkanoralit. Kejadian hiponatremi lebih banyak pada pemakaian CRO osmolaritas rendah walaupun secarastatistik tidak didapatkan perbedaan.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue