cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Indonesia Medicus Veterinus
Published by Universitas Udayana
ISSN : 24776637     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Menerima artikel ilmiah yang berhubungan dengan bidang kedokteran dan kesehatan hewan. Naskah yang berkaitan dengan hewan dan segala aspeknya juga kami terima untuk dipublikasikan. Penulis naskah minimal terdiri dari dua orang. Naskah yang ditulis seorang diri belum bisa diterima oleh redaksi, karena kami berpandangan suatu penelitian merupakan suatu kerja sama untuk menghasilkan sesuatu karya. Artikel yang diterima adalah naskah asli, belum pernah dipublikasikan pada majalah ilmiah atau media masa. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris. Panjang artikel sekitar 3000 kata. Artikel harap dilengkapi dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Artikel harus telah disetujui untuk dipublikasikan oleh seluruh penulis yang tercantum dalam artikel yang ditandai dengan bubuhan tanda tangan pada hard copy yang dikirim ke redaksi.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 1 (5) 2012" : 10 Documents clear
PENGETAHUAN PEDAGANG TRADISIONAL DALAM PENANGANAN TELUR AYAM Satya Sumitra, Pande Made; Sukada, I Made; Suada, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.23 KB)

Abstract

Pengetahuan penanganan telur di beberapa warung tradisional tidaklah sama, hal ini dikarenakan pengetahuan, tingkat pendidikan, serta kepedulian pedagang di setiap warung berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas telur, tingkat pengetahuan pedagang terhadap penanganan telur di lingkungan Dukuh Sari Sesetan serta mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan terhadap kualitas telur. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengujian terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Indeks Putih Telur (IPT), dan Haugh Unit (HU), sedangkan untuk pengetahuan mengenai penanganan telur digunakan cara menyebarkan kuisioner ke pedagang di 28 warung tradisional. Hasil data lalu di analisa secara deskiptif. Sebagai sampel dari penelitian ini, pada 28 warung tradisional diambil masing-masing 2 butir telur.Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata Indeks Kuning Telur (IKT) 0,339, rata-rata Indeks Putih Telur (IPT) 0,0377 dan rata-rata nilai Haugh Unit (HU) 55,978. Serta hasil dari kuisioner diperoleh pedagang dengan pengetahuan positif 23 pedagang, dan yang negatif 5 pedagang. Kemudian hasil tabel 2x2 yang terlihat bahwa, pengetahuan dan kualitas telur memperlihatkan adanya hubungan, tetapi hubungannya tidak terlihat terlalu signifikan dan ini menunjukkan bahwa pengetahuan bukan satu-satunya yang mendukung nilai kualitas telur. Pengetahuan pedagang di lingkungan Dukuh Sari Sesetan dapat dikatakan baik dan cukup mengerti apa yang menjadi point-point penting dalam hal menangani telur walaupun tidak sepenuhnya dilakukan. Dilihat dari hasil pemeriksaan secara subjektif dan objektif yang baik, maka ini membuktikan telur ayam konsumsi yang dijual pada 28 warung tradisional yang berada di lingkungan Dukuh Sari Sesetan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Hendaknya masyarakat mulai meyakini media atau keterpaparan informasi tentang cara penanganan telur ayam konsumsi yang baik, yang nantinya dapat dipelajari dan diyakini sehingga akan mengubah prilaku masyarakat dalam penanganan telur menjadi yang lebih baik, agar mendapatkan hasil yang lebih baik pula.
Kualitas Telur dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Telur di Tingkat Rumah Tangga Indrawan, I Gede; Sukada, I Made; Suada, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.478 KB)

Abstract

Telur merupakan bahan pangan sempurna, karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup. Di masyarakat telur dapat disiapkan dalam berbagai bentuk olahan, harganya relatif murah, sangat mudah diperoleh dan selalu tersedia setiap saat. Ketersediaan telur yang selalu ada dan mudah diperoleh ini, harus diimbangi dengan pengetahuan masyarakat tentang penanganan telur, yang bertujuan untuk memperlambat penurunan kualitas atau kerusakan telur. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas telur ayam konsumsi, di Banjar Gambang Desa Mengwi, Badung. Mengetahuai tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat dalam penangangan telur konsumsi, di Banjar Gambang, Desa Mengwi, Badung, serta hubungannya terhadap kualitas telur. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengujian terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Indeks Putih Telur (IPT), dan Haugh Unit serta memberikan kuisioner kepada setiap kepala keluarga, sebagai perwakilan diambil 30% dari jumlah kepala keluarga di Banjar Gambang secara acak, kemudian di analisis secara deskriptif, kemudian dicari persentase kualitas telur yang baik dan pengetahuan pengetahuan penanganan telur dengan uji Chi Square, selanjutnya ditampilkan dalam tabel 2x2. Dari Penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : rata-rata Ideks Putih Telur 0,0250, rata-rata Indeks Kuning Telur 0,338, dan rata-rata nilai Haugh Unit 49,81. Serta hasil dari kuisioner diperoleh masyarakat yang berpengetahuan positif 49 Kepala Keluarga, berpengetahuan negatif 4 kepala keluarga. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas telur di Banjar Gambang, Desa Mengwi, Badung digolongkan kualitas B, sehingga telur masih layak untuk dikonsumsi, pengetahuan penanganan telur tidak berhubungan dengan kualitas telur. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian-penelitian terkait dengan hubungan pengetahuan terhadap kualitas telur pada jangkauan wilayah yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih banyak, sehingga dapat diperoleh data yang lebih representative.
HUBUNGAN ANTARA UMUR DENGAN BOBOT KARKAS BELAKANG DITINJAU DARI POTONGAN PRIMAL SAPI BALI JANTAN SRININGSIH, NI NENGAH; RUDYANTO, MAS DJOKO; PUTU, I GEDE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.864 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur dengan bobot karkas belakang ditinjau dari potongan primal sapi bali jantan. Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa ada hubungan antara umur dengan bobot karkas belakang ditinjau dari potongan primal sapi bali jantan.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa potongan primal dari karkas belakang sapi bali jantan yang berumur kisaran 1,5-2 tahun (I1), 2,5 tahun (I2), 2-3,5 tahun (I3), 4 tahun lebih (I4), sampel yang diambil sebanyak 12 ekor. Sampel diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan Margantaka Mandala Temesi, Br Temesi. Ds Temesi. Gianyar-Bali. Daging yang digunakan berasal dari karkas kanan bagian belakang yaitu Tenderloin, Striploin, Rump, Knuckle, Topside, dan Silverside. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan jumlah total berat badan sebesar 3900kg dengan rata-rata total 325.09kg dan SD 54.61. Total berat paha belakang 519.05kg, berat rata-rata 43.25kg; persentase 13.30% dan SD 2.04. Total berat tenderloin sebesar 18.10kg, rata-rata 1.50kg, persentase 3.46% dan SD 0.21. Total berat knuckle sebesar 54.25kg, rata-rata 4.10kg, persentase 9.47% dan SD 0.54. Total rump sebesar 36.93kg, rata-rata 3.88, persentase 8.97% dan SD 0.63. Total berat topside 63.70kg, rata-rata 5.31kg, persentase 12.77% dan SD 0.77. Total berat silverside 66.05kg, rata-rata 5.50kg, persentase12.71% dan SD 1.00. Total berat striploin 52.00kg, rata-rata 4.33kg, persentase 10.01% dan SD 0.57. Pada tubuh sapi, otot digunakan sebagai penggerak dan sumber kekuatan. Jadi, semakin sering digerakkan, jaringan otot akan semakin banyak dan besar. Hal ini menyebabkan bagian daging seperti betis memiliki tingkat kekenyalan yang tinggi. Sebaliknya, jaringan otot yang terletak pada bagian yang jarang digerakkan, seperti pada bagian punggung striploin, tenderloin dan rump memiliki tingkat keempukan yang tinggi. Simpulan, bahwa umur berpengaruh atas bobot potongan primal sapi bali jantan.
POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT DRB3 SAPI BALI DI NUSA PENIDA MUAZIN, MUAZIN; WANDIA, I NENGAH; SUASTIKA, PUTU
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.255 KB)

Abstract

Genetik populasi menggambarkan besarnya variasi genetik dalam populasi dan mekanisme untuk mempertahankan variasi tersebut. Tingkat keragaman genetik suatu populasi dapat memberikan petunjuk mengenai keadaan populasi di masa mendatang. Keragaman genetik rendah akan membahayakan kelestarian suatu populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polimorfisme alel lokus mikrosatelit DRB3, yang meliputi jenis dan jumlah alel, frekuensi alel dan heterozigositas pada sapi bali di Nusa Penida. Sejumlah 21 sampel darah sapi bali dari Nusa Penida diambil sebagai sumber DNA. Darah diekstraksi mengunakan QIAamp DNA Blood Mini Kit dari QIAGEN, Amplifikasi lokus mikrosatelit DRB3 menggunakan dengan teknik PCR dengan suhu annealing 580C. Produk PCR yang merupakan suatu alel dipisahkan melalui elektroforesis pada gel acrilamid 7% dan dimuculkan dengan pewarnaan perak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah tujuh alel terdeteksi pada lokus DRB3 di populasi Nusa Penida, dengan panjang alel berkisar 140-229 pasang basa. Frekuensi alel berurutan dengan frekuensi tertinggi (0,29) untuk alel 194, disusul oleh alel 178 (0,24), alel 211 (0,21), alel 170(0,19) dan alel 140, 155, serta alel 224 masing-masing dengan frekuensi 0,02. Nilai heterozigositas sapi bali Nusa Penida menggunakan lokus mikrosatelit DRB3 sebesar 0,80. Data disimpulkan bahwa lokus mikrosatelit DRB3 bersifat polimorfik populasi sapi bali di Nusa Penida.
KONTAMINASI BAKTERI Escherichia coli PADA DAGING SE’I SAPI YANG DIPASARKAN DI KOTA KUPANG ABADI BONTONG, REZKI; SUADA, I KETUT; MAHATMI, HAPSARI
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.921 KB)

Abstract

Penelitian untuk mengetahui kontaminasi bakteri Escherichia coli pada daging se’i sapi yang dipasarkan di kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), diambil dari lima tempat pembuatan daging se’i sapi secara tradisional yang tersebar di kelurahan Naikoten, Bello, Cikumana, dan telah dilakukan pada bulan April di Laboratorium Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Daging se’i sapi merupakan daging asap khas Kupang yang diasapi menggunakan kayu kosambi (Schleichera oleasa, Merr). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Most Probable Number (MPN). Pertama-tama dilakukan uji penduga Coliform dengan menggunakan kombinasi tabung seri sembilan dengan media Briliant Green Lactosa Bile (BGLB). Hasil uji penduga Coliform yang positif, selanjutnya dilakukan uji penegasan Escherichia coli pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil uji penegasan Escherichia coli yang positif kemudian dicocokkan dengan uji penduga Coliform yang positif, selanjutnya dicocokan dengan tabel MPN seri 9. Untuk mendapatkan nilai MPN Escherichia coli yaitu; nilai MPN x 1 /pengenceran tabung yang ditengah. Hasil penelitian kontaminasi bakteri Escherichia coli pada lima produsen daging se’i sapi yang dipasarkan di Kota Kupang yaitu: Aldia 1100 MPN/gram, Naikoten (1) 28 MPN/gram, Naikoten (2) 28 MPN/gram, Naikoten (3) 6,2 MPN/gram, dan Tradisional Timor > 2400 MPN/gram. Jumlah kontaminasi bakteri Escherichia coli pada kelima produsen telah melampaui batas maksimun kontaminasi bakteri Escherichia coli yang diperbolehkan SNI pada daging asap yaitu < 3 MPN/gram.
AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI Dwi Suryastini, Kadek Ayu; Damriyasa, I Made; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.877 KB)

Abstract

Penyakit cacing merupakan salah satu jenis penyakit parasit yang dapat menginfeksi. Cara mendiagnosa infeksi cacing selain dengan melalui gejala klinis dan pemeriksaan post mortem dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan feses. Salah satu metode untuk pemeriksaan feses adalah dengan metode Ritchie. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi metode Ritchie pada pemeriksaan feses babi untuk mendeteksi infeksi cacing pada saluran pencernaan. Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel feses dan isi saluran gastrointestinal babi yang diambil dari Pegunungan Arfak dan Lembah Baliem dengan jumlah sebanyak 22 sampel. Pemeriksaan cacing dilakukan dengan pemeriksaan post mortem sedangkan pemeriksaan feses dilakukan dengan metode Ritchie kemudian dihitung nilai sensitifitas dan spesifisitas. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pemeriksaan post mortem dan pemeriksaan feses maka didapat nilai spesifisitas dan sensitifitas untuk masing-masing jenis cacing pada pemeriksaan feses dengan metode Ritchie secara keseluruhan nilai sensitifitas antara 0%-72% dan spesifisitas 9,09%-72%. Hasil pemeriksaan dengan metode Ritchie pada penelitian ini mempunyai tingkat sensitifitas yang tidak tinggi. Dari hasil yang didapatkan maka dapat disimpulkan untuk jenis cacing telur type Strongyl didapat sensitifitas 72,72% dan spesifisitas 9,09%, untuk cacing Macracanthorhyncus didapat sensitifitas 0% dan spesifisitas 75%, untuk cacing Strongyloides didapat sensitifitas 44,44 % dan spesifisitas 100%, Ascaris didapat sensitifitas 40% dan spesifisitas 64,71% untuk cacing Trichuris didapat sensitifitas 63,62% dan spesifisitas 63,63%.
HUBUNGAN ANTARA TITER ANTIBODI DENGAN KEBERADAAN SISTA Toxoplasma gondii PADA JARINGAN OTOT DAN DARAH BABI Darmadi, I Putu; Adi Suratma, Nyoman; Made Oka, Ida Bagus
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.436 KB)

Abstract

Toxoplasmosis merupakan penyakit yang dapat menginfeksi hewan dan bersifat bersifat zoonosis pada manusia. Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii. Hewan akan terinfeksi Toxoplasma gondii, bila menelan sista bradizoit pada daging yang tidak dimasak dengan sempurna atau ookista yang bersporulasi bersama makanan dan minuman. Diagnosis toxoplasmosis bisa dilakukan secara langsung dengan metode digesti dan secara tak langsung dengan serologi (ELISA). Metode digesti digunakan untuk mendeteksi sista Toxoplasma gondii dan jumlah kista pada jaringan babi, sedangkan metode ELISA digunakan untuk mendeteksi antibodi Toxoplasma gondii dan jumlah titernya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara titer antibodi dengan keberadaan sista terhadap Toxoplasma gondii pada jaringan babi. Sampel yang diperiksa adalah serum, organ jantung dan diafragma dari 171 ekor babi yang didapat di tempat pemotongan hewan tradisional di Darmasaba, Kecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung. Pemeriksaan serum dilakukan dengan ELISA dan pemeriksaan organ (jantung dan diafragma) dilakukan dengan metode digesti. Kedua metode pemeriksaan tersebut dilakukan di Laboratorium Central for Study on Animal Disease dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Hasil penelitian didapatkan 35 atau sebesar 20,47% sampel positif terdeteksi antibodi Toxoplasma gondii menggunakan metode ELISA, dengan titer antibodi berkisar antara 35-512. Pada metode digesti sampel organ yang positif sejumlah 9 atau sebesar 5,26%. Dari hasil metode digesti didapat intensitas kista Toxoplasma gondii berkisar antara 8-56. Berdasarkan hasil dengan menggunakan uji korelasi spearman didapatkan hubungan yang sangat bermakna (p<0,01) antara titer antibobi dengan keberadaan sista Toxoplasma gondii pada jaringan babi, dengan koefisien korelasi : rs = 0,618 dan r² = 0,38 serta persamaan regresi y = -0,77 + 0,05 x.
Pemberian Efective Microorganism (Em4®) terhadap Gambaran Histopatologi Hati Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Betina ENDRA KUSUMA, I GEDE; BERATA, I KETUT; GDE ARJANA, ANAK AGUNG
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.814 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Effective Microorganism 4 (EM4®) Terhadap Gambaran Histopatologis Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina” yang bertujuan untuk mengetahui efek farmakodinamik dari probiotik EM4® dengan dosis dan interval pemberian waktu tertentu serta dengan melihat pengaruhnya pada gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus).Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL), dengan menggunakan sampel berupa 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang betumur tiga bulan dengan berat badan rata-rata 200 gram yang dibagi kedalam lima kelompok perlakuan (K1, K2, K3, K4, K5) dengan lima kali pengulangan dan interval waktu pemberian selama 21 hari. Sebelum diberikan perlakuan tikus putih (Rattus norvegicus) diadaptasikan selama 7 hari. Kelompok K1 tanpa perlakuan Effective Microorganism (EM4®), kelompok K2 diberikan perlakuan Effective Microorganism (EM4®) dengan dosis 0,25 ml/ekor/hari, kelompok K3 diberikan perlakuan Effective Microorganism (EM4®) dengan dosis 0,5 ml/ekor/hari, kelompok K4 diberikan perlakuan Effective Microorganism (EM4®) dengan dosis 1/ekor/hari, kelompok K5 diberikan perlakuan Effective Microorganism (EM4®) dengan dosis 2 ml/ekor/hari. Pemberian probiotik EM4® dilakukan peroral dengan sonde khusus yang dilakukan pada hari ke 8, setelah diberikan perlakuan selama 21 hari hewan dieuthanasia menggunakan dietil eter kemudain di nekropsi untuk diambil organ hati untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Harri Hematoxylin-Eosin, kemudian diperiksa dibawah mikroskop dnegan pembesaran 100x.Hasil pemeriksaan histopatologi hati dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis berasarkan data pengamatan didapat bahwa tidak ditemukannya degenerasi hidrofik, degenerasi melemak dan nekrosis pada kelompok ytang diberikan perlakuan probiotik
PENGASINAN MEMPENGARUHI KUALITAS TELUR ITIK MOJOSARI KUSUMAWATI, ELIYA; RUDYANTO, MAS DJOKO; SUADA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.017 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengasinan dan lama penyimpanan terhadap kualitas telur itik ditinjau dari Indeks Putih Telur (IPT), Indeks Kuning Telur (IKT), Haugh Unit (HU) dan warna kuning telur dan untuk mengetahui interaksi antara pengasinan dan lama penyimpanan terhadap kualitas telur itik ditinjau dari Indeks Putih Telur (IPT), Indeks Kuning Telur (IKT), Haugh Unit (HU) dan warna kuning telur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 4 x 5, dengan 2 faktor perlakuan yaitu faktor pertama meliputi telur itik segar dan telur itik asin. Sedangkan faktor kedua yaitu jangka waktu pengamatan yang dimulai dari hari ke-1, ke-8, ke-15 sampai hari ke-22 (4 kali pengamatan). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah telur itik segar dan telur itik asin. Variabel terikatnya adalah IPT, IKT, HU dan warna kuning telur. Variabel kendali/kontrol adalah asal telur dan suhu penyimpanan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Data yang terkumpul dianalisis dengan sidik ragam dan apabila didapatkan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Untuk warna kuning telur diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan jika terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan nilai IPT telur itik segar pada hari ke-1 (0.083). Kemudian menurun berturut-turut dari hari ke-8 (0.060), hari ke-15 (0.029), dan hari ke-22 (0.021). Sedangkan rataan nilai IPT telur itik asin pada hari ke-1 (0.094). Kemudian meningkat berturut-turut dari hari ke-8 (0.120), hari ke-15 (0.159), dan hari ke-22 (0.201). Rataan nilai IKT telur itik segar pada hari ke-1 (0.374). Kemudian menurun berturut-turut dari hari ke-8 (0.253), hari ke-15 (0.083), dan hari ke-22 (0.045). Sedangkan rataan nilai IKT telur itik asin pada hari ke-1 (0.455). Kemudian meningkat berturut-turut dari hari ke-8 (0.837), hari ke-15 (0.954), dan hari ke-22 (1.019). Rataan nilai HU telur itik segar pada hari ke-1 (65.162). Kemudian menurun berturut-turut dari hari ke-8 (54.998), hari ke-15 (21.008), dan hari ke-22 (6.060). Sedangkan rataan nilai HU telur itik asin pada hari ke-1 (69.540). Kemudian meningkat berturut-turut dari hari ke-8 (73.975), hari ke-15 (80.602), dan hari ke-22 (86.398). Untuk warna kuning telur itik segar, warnanya semakin menurun yaitu pada hari ke-1 dengan skor 3 dan pada hari ke-22 dengan skor 1. Sedangkan pada telur itik asin, warnanya semakin meningkat yaitu pada hari ke-1 dengan skor 5 dan pada hari ke-22 dengan skor 12.
Prevalensi Cacing Nematoda pada Babi INDRA PERMADI, I MADE; ADI SURATMA, NYOMAN; DAMRIYASA, I MADE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.121 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengetahui prevalensi cacing yang menginfeksi lambung babi yang berasal dari Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua. Lambung babi yang diperiksa berjumlah 30 sampel, 10 sampel berasal dari Lembah Baliem dan 20 sampel berasal dari Pegunungan Arfak. Pemeriksaan dilakukan secara Makroskopis dan Mikroskopis, identifikasi cacing berdasarkan acuan yang dimiliki. Untuk mengetahui perbedaan prevalensi antar tempat pengambilan sampel di analisis secara statistik menggunakan uji chi-square.Hasil pemeriksaan terhadap lambung babi yang berasal dari Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua, didapatkan infeksi cacing Nematoda dengan prevalensi 60%, prevalensi cacing nematoda di Lembah baliem sebesar 90% dan di Pegunungan Arfak sebesar 45%. Setelah dilakukan identifikasi cacing nematoda yang menginfeksi lambung babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak, teridentifikasi dua jenis cacing yaitu Prevalensi infeksi cacing Gnathostoma hispidum di Lembah Baliem sebesar 35%, dan di Pegunungan Arfak sebesar 80%. Sedangkan Prevalensi infeksi cacing Hyostrongylus rubidus di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak sama-sama sebesar 10%.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa babi yang dipelihara di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua pada lambungnya terinfeksi oleh dua jenis cacing nematoda yaitu : Gnathostoma hispidum. dan Hyostrongylus rubidus. Prevalensi infeksi cacing Gnathostoma hispidum lebih tinggi di Lembah Baliem dibandingkan dengan di Pegunungan Arfak.

Page 1 of 1 | Total Record : 10