Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PENGETAHUAN PEDAGANG TRADISIONAL DALAM PENANGANAN TELUR AYAM Satya Sumitra, Pande Made; Sukada, I Made; Suada, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.23 KB)

Abstract

Pengetahuan penanganan telur di beberapa warung tradisional tidaklah sama, hal ini dikarenakan pengetahuan, tingkat pendidikan, serta kepedulian pedagang di setiap warung berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas telur, tingkat pengetahuan pedagang terhadap penanganan telur di lingkungan Dukuh Sari Sesetan serta mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan terhadap kualitas telur. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengujian terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Indeks Putih Telur (IPT), dan Haugh Unit (HU), sedangkan untuk pengetahuan mengenai penanganan telur digunakan cara menyebarkan kuisioner ke pedagang di 28 warung tradisional. Hasil data lalu di analisa secara deskiptif. Sebagai sampel dari penelitian ini, pada 28 warung tradisional diambil masing-masing 2 butir telur.Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata Indeks Kuning Telur (IKT) 0,339, rata-rata Indeks Putih Telur (IPT) 0,0377 dan rata-rata nilai Haugh Unit (HU) 55,978. Serta hasil dari kuisioner diperoleh pedagang dengan pengetahuan positif 23 pedagang, dan yang negatif 5 pedagang. Kemudian hasil tabel 2x2 yang terlihat bahwa, pengetahuan dan kualitas telur memperlihatkan adanya hubungan, tetapi hubungannya tidak terlihat terlalu signifikan dan ini menunjukkan bahwa pengetahuan bukan satu-satunya yang mendukung nilai kualitas telur. Pengetahuan pedagang di lingkungan Dukuh Sari Sesetan dapat dikatakan baik dan cukup mengerti apa yang menjadi point-point penting dalam hal menangani telur walaupun tidak sepenuhnya dilakukan. Dilihat dari hasil pemeriksaan secara subjektif dan objektif yang baik, maka ini membuktikan telur ayam konsumsi yang dijual pada 28 warung tradisional yang berada di lingkungan Dukuh Sari Sesetan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Hendaknya masyarakat mulai meyakini media atau keterpaparan informasi tentang cara penanganan telur ayam konsumsi yang baik, yang nantinya dapat dipelajari dan diyakini sehingga akan mengubah prilaku masyarakat dalam penanganan telur menjadi yang lebih baik, agar mendapatkan hasil yang lebih baik pula.
Kualitas Telur dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Telur di Tingkat Rumah Tangga Indrawan, I Gede; Sukada, I Made; Suada, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.478 KB)

Abstract

Telur merupakan bahan pangan sempurna, karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup. Di masyarakat telur dapat disiapkan dalam berbagai bentuk olahan, harganya relatif murah, sangat mudah diperoleh dan selalu tersedia setiap saat. Ketersediaan telur yang selalu ada dan mudah diperoleh ini, harus diimbangi dengan pengetahuan masyarakat tentang penanganan telur, yang bertujuan untuk memperlambat penurunan kualitas atau kerusakan telur. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas telur ayam konsumsi, di Banjar Gambang Desa Mengwi, Badung. Mengetahuai tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat dalam penangangan telur konsumsi, di Banjar Gambang, Desa Mengwi, Badung, serta hubungannya terhadap kualitas telur. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengujian terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Indeks Putih Telur (IPT), dan Haugh Unit serta memberikan kuisioner kepada setiap kepala keluarga, sebagai perwakilan diambil 30% dari jumlah kepala keluarga di Banjar Gambang secara acak, kemudian di analisis secara deskriptif, kemudian dicari persentase kualitas telur yang baik dan pengetahuan pengetahuan penanganan telur dengan uji Chi Square, selanjutnya ditampilkan dalam tabel 2x2. Dari Penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : rata-rata Ideks Putih Telur 0,0250, rata-rata Indeks Kuning Telur 0,338, dan rata-rata nilai Haugh Unit 49,81. Serta hasil dari kuisioner diperoleh masyarakat yang berpengetahuan positif 49 Kepala Keluarga, berpengetahuan negatif 4 kepala keluarga. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas telur di Banjar Gambang, Desa Mengwi, Badung digolongkan kualitas B, sehingga telur masih layak untuk dikonsumsi, pengetahuan penanganan telur tidak berhubungan dengan kualitas telur. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian-penelitian terkait dengan hubungan pengetahuan terhadap kualitas telur pada jangkauan wilayah yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih banyak, sehingga dapat diperoleh data yang lebih representative.
Profil Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan dan Jejas Eksternal pada Kulit Sapi Bali yang Disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar Periode Mei-Juni 2015 Yuliantika, I Made Yuda; Adnyana, Ida Bagus Windia; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (4) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.646 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil umur, jenis kelamin, berat badan danjejas eksternal pada kulit sapi bali yang disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar periode Mei-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan metode survey. Padapenelitian ini digunakan 200 ekor sapi bali, tercatat umur sapi bali yang disembelih paling tinggi beradapada kisaran umur dibawah 2 tahun dengan jumlah 58 ekor (29%). Dari jenis kelamin menunjukansebanyak 147 ekor (73,5%) berjenis kelamin betina dan hanya 53 ekor (26,5%) berjenis kelamin jantan.Dari berat badan yang di potong terbanyak berada pada kategori berat 300-400 kg. Dari penelitiantersebut ditemukan jejas eksternal pada 2 ekor sapi (1%) dari 200 ekor sapi yang diamati di RPH kotaDenpasar. Hasil penelitian ini mengindikasikan diperlukan perhatian khusus dari pemerintah Balikhususnya dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait untuk mengambil langkah antisipasi untukmencegah berkurangnya populasi sapi Bali di masa-masa mendatang.
Faktor Resiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Ternak Sapi Bali di Abiansemal, Badung, Bali. Damayanti, Eva; Sukada, I Made; Suardana, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (4) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.398 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor resiko yang memengaruhi infeksi E. coli O157:H7 pada ternak sapi bali di Kecamatan Abiansemal. Penelitian diawali dengan pengambilan data epidemiologi yang meliputi umur sapi, jenis kelamin, sistem pemeliharaan, sumber air minum, keadaan cuaca, ketinggian daerah, jenis lantai kandang, kebersihan lantai kandang, kemiringan lantai kandang, dan kebersihan sapi. Selanjutnya dilakukan isolasi dan  identifikasi keberadaan E. coli dengan pengujian pada media eosin methylene blue agar (EMBA), uji biokimia indol, methyl red, voges proskauer, dan citrate serta uji pewarnaan Gram. Isolasi dan identifikasi E. coli O157:H7 dilakukan dengan uji Sorbitol Mac Conkey Agar (SMAC), uji lateks aglutinasi O157, dan diakhiri dengan uji antiserum H7. Hasil penelitian menunjukan nilai Odds Ratio dari faktor resiko yang paling dominan berkontribusi menyebabkan kejadian infeksi E. coli O157:H7 pada ternak sapi bali di Kecamatan Abiansemal adalah faktor kebersihan sapi, umur sapi, dan ketinggian tempat dari permukaan laut, dengan Odds Ratio masing-masing sebesar  2,90; 1,18; dan 1,16. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa kebersihan sapi, umur sapi, dan ketinggian tempat dari permukaan laut berkontribusi menyebabkan kejadian infeksi E. coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Abiansemal.
Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar HAMIDAH, EMI; SUKADA, I MADE; SWACITA, IDA BAGUS NGURAH
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (3) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.514 KB)

Abstract

Susu merupakan media cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan pemanasan. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mengandung protein relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu kambing PE post-thawing pada penyimpanan suhu kamar ditinjau dari uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam. Penelitian ini diulang sebanyak 6 kali setiap hari sekali dengan waktu penyimpanan pada suhu kamar selama 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Kesimpulannya bahwa susu kambing PE post-thawing yang disimpan pada suhu kamar tidak melebihi 2 jam, sehingga susu kambing PE beku setelah di-thawing harus segera diminum.
Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan TARIGAN, IVAN M; SUKADA, I MADE; PUJA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.245 KB)

Abstract

Rabies merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis yang dapat menyerang manusia dan hewan berdarah panas dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan hewan yang positif rabies. Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang bebas rabies, namun semenjak kasus gigitan anjing positif rabies November 2008 di daerah Ungasan, Badung maka Bali dinyatakan sebagai daerah tertular rabies. Dalam hal ini Pemerintah Bali telah melakukan tindakan-tindakan dalam menanggulangi kasus rabies yang semakin menyebar luas di Bali. Akan tetapi, karena semakin luasnya daerah yang tertular rabies menunjukkan bahwa Pemerintah Bali belum maksimal dalam penanganan penyakit ini. Penelitian ini menggunakan metode observasional study, dengan melakukan pengumpulan data mengenai sosio-ekologi anjing dan profil pemilik anjing. Data mengenai sosio ekologi anjing meliputi: karakteristik anjing, terutama mengenai cakupan vaksinasi dan faktor resiko pada anjing yang tidak divaksin serta jumlah populasi anjing. Sedangkan data mengenai profil pemilik anjing meliputi: karakteristik keluarga, persepsi tentang penanganan rabies, pengetahuan tentang rabies dan vaksinasi, pengalaman dan pengetahuan tentang gigitan anjing. Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : cakupan vaksinasi di Banjar Pekarangan 79,4% dan Banjar Abianluang diperoleh hasil 67%, rata-rata hasil cakupan vaksinasi kedua Banjar tersebut 73,2%. Masih banyaknya masyarakat tidak memvaksin anjing dikarenakan belum cukup umur 5 orang, tidak dapat ditangani 11 orang, pemilik sibuk ketika waktu vaksin 22 orang dan pemilik acuh terhadap vaksinasi sebanyak 3 orang. Informasi mengenai rabies yang ada di masyarakat, didapat hasil sebanyak 274 orang mengetahui rabies dapat menginfeksi semua hewan mamalia, 251 orang mengetahui rabies dapat terjadi setiap waktu, dan 264 orang mengetahui rabies dapat dipengaruhi oleh faktor anjing. Sumber informasi didaerah tersebut, didapatkan hasil sebanyak 276 orang dari Pemerintah, sebanyak 243 orang mendapatkan informasi dari televisi, dan sebanyak 163 orang dari koran. Keberhasilan dalam pemberantasan rabies tidak akan berhasil jika hanya dengan vaksinasi dan eliminasi saja bila tidak dipadu dengan cara pemeliharaan anjing yang benar, sehingga perlu dilakukannya program pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana cara memelihara anjing yang baik, dengan membatasi pergerakan anjingnya (dengan cara diikat atau dikandangkan) serta perlunya meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pemberian vaksinasi anti rabies, terutama pada anjing-anjing muda.
Bahan Pembersih Kulit Telur Meningkatkan Kualitas Telur Ayam yang Disimpan pada Suhu Kamar SASTRAWAN, I MADE ADITYA; SUKADA, I MADE; SWACITA, IDA BAGUS NGURAH
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (2) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.987 KB)

Abstract

Telur merupakan salah satu bahan pangan asal hewan yang banyak manfaatnya bagi masyarakat, baik putih telur maupun kuning telurnya. Untuk itu perlu mengetahui lama penyimpanan dan bahan pembersih yang baik agar kualitas telur ayam konsumsi dapat terjamin. Penelitian “Bahan Pembersih Kulit Telur Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Yang Disimpan Pada Suhu Kamar ” ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari bahan pembersih kulit telur dan lama penyimpanan pada suhu kamar (25oC – 28oC) terhadap kualitas telur ayam konsumsi, dan untuk mengetahui adanya interaksi antara bahan pembersih kulit telur dengan lama penyimpanan pada suhu kamar terhadap kualitas telur ayam konsumsi ditinjau dari kekentalan putih telur, warna kuning telur dan grade telur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 4, dengan 4 faktor kombinasi perlakuan bahan pembersih yaitu tanpa dilap, dilap dengan lap yang dicelup air keran, dilap dengan lap yang dicelup air hangat - hangat kuku (40oC – 43oC), dan lap yang dicelup alkohol 70%. Sedangkan 4 faktor kedua yaitu lama penyimpanan pada suhu kamar (25oC – 28oC) pada hari ke-0, ke-5, ke-10, sampai hari ke-15. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali menggunakan 2 butir telur dan hasilnya di rata-ratakan, sehingga total telur digunakan adalah 96 butir (2 x 4 x 4 x 3). Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan pembersih kulit telur dan lama penyimpanan pada suhu kamar (25C-28oC) berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) menurunkan kualitas telur ayam konsumsi ditinjau dari kekentalan putih telur, warna kuning telur, dan grade telur. Terdapat interaksi yang nyata (P < 0,05) antara bahan pembersih kulit telur dengan lama penyimpanan pada suhu kamar (25oC-28oC) terhadap kualitas telur ayam konsumsi ditinjau dari kekentalan putih telur, dan grade telur. Begitu pula pada warna kuning telur terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara bahan pembersih kulit telur dengan lama penyimpanan pada suhu kamar (25oC – 28oC). Pembersihan kulit dengan bahan pembersih alkohol 70% yang paling baik untuk membersihkan kulit telur seiring dengan lamanya penyimpanan selama 15 hari terhadap kualitas telur ayam dengan putih telur, grade telur dan warna kuning telur
Perbandingan Jumlah Bakteri Coliform Pada Telur Ayam Buras Yang Dijual Di Pasar Bersanitasi Baik Dan Buruk BIROWO, JERRY; SUARJANA, I GUSTI KETUT; SUKADA, I MADE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (3) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.973 KB)

Abstract

Telur ayam buras adalah salah satu jenis bahan pangan asal hewan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai campuran madu, susu, atau jamur. Telur ayam buras lebih disukai masyarakat karena kuning telur yang lebih tua dan rasa lebih gurih jika dibandingkan dengan telur ayam ras. Telur yang mendapat perlakuan kurang baik dapat tercemar oleh bakteri. Salah satu bakteri yang dapat mengkontaminasi telur adalah bakteri Coliform, dan salah satu perredaran dari telur ayam buras adalah pasar tradisional. Sampel diambil dari 4 pasar tradisional (pasar Kuta 1, pasar Jimbaran, Pasar Kedonganan, Pasar Kuta II) sebanyak 80 butir. Setiap pasar diambil 20 butir telur, kemudian telur tersebut diuji kualitasnya yang ditinjau dari beberapa banyak jumlah bakteri Coliform. Pemilihan pasar berdasarkan dari keadaan dari sanitasi pasar tersebut. Pasar Kedonganan dan pasar Kuta 1 mewakili dari pasar yang bersanitasi buruk sedangkan pasar Kuta 2 dan pasar Jimbaran mewakili pasar yang bersanitasi baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 butir sampel telur ayam buras yang diperiksa melebihi dari standart nasional Indonesia yang harus di bawah 1 x 102. Jumlah bakteri Coliform pada pasar yang sanitasinya bersih lebih sedikit dibandingkan pasar yang sanitasinya buruk.
Klasterisasi Babi yang Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran berdasarkan Bobot Badan Maheswari, Ni Putu Permata Dewi; Sampurna, I Putu; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (2) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.2.200

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran berdasarkan bobot badan. Bobot badan babi menjadi salah satu hal yang penting, sebab bobot badan menentukan harga jual daging babi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung bobot badan babi dan melakukan pendataan terhadap jenis kelamin, jenis babi, pakan, sistem pemeliharaan, umur, dan daerah asal babi tersebut. Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif distribusi frekuensi kuantitatif, dilanjutkan dengan analisis klaster hierarki, dan dijelaskan dalam bentuk tabel keanggotaan klaster. Hasil penelitian terhadap 220 ekor babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran diperoleh rata-rata bobot badan sebesar 109,64 ± 17,053 kg dan berdasarkan distribusi frekuensi komulatif, sebaran data tersebut masuk ke dalam kategori sebaran normal dan tidak ada faktor dominan yang memengaruhi variasi bobot badan babi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa klaster bobot badan babi yang dipotong di Rumah Pemotong Hewan Pesanggaran diperoleh hasil lima keanggotaan klaster dan kelima keanggotaan klaster tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan daerah asal babi termasuk jenis babi, umur, pakan, serta sistem pemeliharaan.
Seroprevalensi Penyakit Tetelo pada Ayam Kampung yang Disembelih di Rumah Potong Unggas di Kota Denpasar Yulianti, Vanesya; Suardana, Ida Bagus Kade; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (3) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.3.392

Abstract

Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu penyakit infeksius yang penting dalam industri peternakan. Penyakit ND di Indonesia masih bersifat endemis termasuk di wilayah Provinsi Bali. Ayam merupakan unggas yang paling peka terhadap penyakit ND. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapakah seroprevalensi penyakit ND pada ayam kampung di salah satu Rumah Potong Unggas (RPU) yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Pengambilan sampel menggunakan metode acak lengkap/random sampling dan dilakukan sebanyak tiga kali, dengan jumlah sampel 24 ekor ayam kampung tiap kali pengambilan. Sampel diuji serologi menggunakan uji Hambatan Hemaglutinasi Cepat (HI Cepat) dan Hambatan Hemaglutinasi Titrasi (HI Titer). Hasil penelitian menunjukkan seroprevalensi terhadap penyakit ND sebesar 19,4%. Waktu pengambilan sampel yang berbeda secara statistika menunjukkan hasil tidak ada perbedaan yang nyata. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, telah terjadi infeksi virus ND dengan kehadiran antibodi ND pada ayam kampung di salah satu RPU yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali.