Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGUJIAN KEBOCORAN LEAD APRON MENGGUNAKAN DIGITAL RADIOGRAPHY DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Sri Andriani Savitri H. Pakaya; Fisnandya Meita Astari; Muhammad Fakhrurreza
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 4: September 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Lead Apron merupakan salah satu alat pelindung diri berbahan timbal yang dirancang untuk melindungi tubuh dari bahaya radiasi. Untuk memastikan lead apron dapat memberikan perlindungan yang optimal, maka perlu dilakukan pengujian lead apron secara berkala yaitu 12-18 bulan sekali atau saat dibutuhkan. Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, pengujian terakhir dilakukan pada tahun 2022 sehingga menimbulkan kekhawatiran akan adanya kerusakan namun lead apron tersebut masih tetap digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengujian, hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.Metode: Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian lead apron untuk mengetahui adanya lekukan, lipatan, retakan, sobekan atau ruang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2024-April 2025. Hasil penyinaran diolah menggunakan computed radiography (CR) untuk mengukur tingkat kerusakan pada lead apron kemudian dibandingkan dengan teori Lambert 2001. Hasil: Prosedur uji kebocoran apron timbal dilakukan dengan metode radiografi dengan cara meregangkan apron timbal di atas meja pemeriksaan dan membagi apron timbal menjadi empat kuadran serta memaparkan masing-masing kuadran apron yang telah diberi lapisan. Hasil pengujian ketiga apron timbal tidak mengalami kebocoran, hanya menunjukkan adanya gelombang atau lekukan dan lipatan pada apron timbal sehingga masih aman dan layak digunakan sebagai peralatan proteksi radiasi. Kesimpulan: Pengujian ketiga apron timbal dilakukan dengan metode radiografi, untuk hasil pengujian tidak terjadi kebocoran atau masih dalam kondisi baik dan masih layak pakai. Namun demikian, pengujian apron timbal di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen masih perlu ditingkatkan untuk frekuensi pengujian pada masing-masing apron timbal. Dimana rentang pengujian dilakukan secara rutin setiap 12-18 bulan sekali untuk memantau kondisi apron timbal.
STUDI KASUS PROSEDUR PEMERIKSAAN COLON IN LOOP DENGAN KLINIS DIARE KRONIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Khalifah Evitaria1; Fisnandya Meita Astari; Ildsa Maulidya Mar’atus Nasokha
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 4: September 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Colon in loop (CIL) examination is a radiographic examination with positive or negative retrograde contrast media, which plays an important role in assessing colon disorders, such as chronic diarrhea. According to (Hadjarati et al. 2024), patient preparation is carried out for 48 hours, while in the Radiology Installation of RSUD (Regional General Hospital) Panembahan Senopati Bantul, patient preparation is carried out for 24 hours. According to (Lampignano & Kendrick, 2018), the projections used include AP plan, RPO, RAO, LAO, LLD, RLD, and AP post-evacuation. Meanwhile, the projections used at Senopati Regional Hospital include FPA (plain abdominal radiograph), Lateral, AP post-contrast or lower AP, AP full filling, AP post-contrast negative projections. Method: This research applied a qualitative study with a case study approach. The data collection was conducted at RSUD Panembahan Senopati Bantul. The subjects were one radiologist and three radiographers. The object of the study was a colon in loop examination with clinical chronic diarrhea. Data collection methods used observation, interviews, documentation, and literature. Data analysis used data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Results: The results of the study indicated that a colonoscopy in a loop with clinical evidence of chronic diarrhea was performed to confirm the diagnosis of narrowing, mass, or inflammation in the colon. Patient preparation was carried out 24 hours or one day before the examination, then the examination technique was performed using two AP and lateral projections without post-evacuation. Conclusion: A colonoscopy in loop in patients with chronic diarrhea was performed to confirm a diagnosis or assess for colon abnormalities. This examination was performed with 24 hours of patient preparation. The methods included single contrast (200 g barium sulfate/1000 ml water) and double contrast (approximately 300 cc air). The projections used FPA, left lateral, AP with positive contrast, AP with full filling, and AP with negative contrast. These projections were selected to save time, reduce radiation dose, and provide optimal diagnostic capabilities. Informed consent should be obtained before the examination to ensure the patient understands the procedure, benefits, and potential risks. Additionally, the addition of a post-evacuation AP projection is recommended to evaluate residual contrast in the colon and assess intestinal peristalsis
IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PENGULANGAN CITRA RADIOGRAFI SEBAGAI UPAYA MENJAGA KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO Fasya Fouris Falentin; Fisnandya Meita Astari; Muhammad Za’im
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 4: September 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Pengulangan citra radiografi (repeat) merupakan pengambilan ulang gambar karena hasil radiograf tidak optimal. Hal ini dapat meningkatkan dosis radiasi yang diterima pasien dan menurunkan mutu layanan radiologi. Menurut Permenkes No.129/Menkes/SK/II/2008, standar pengulangan citra radiografi ≤ 2%. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, menunjukan bahwa masih banyak terjadi pengulangan citra dan tidak ada perhitungan yang sistematis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem perhitungan pengulangan citra radiografi, dampak keselamatan pasien, serta upaya untuk mengurangi terjadinya repeat. Metode: Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2024 hingga Januari 2025 dengan pendekatan metode campuran (mix-method) yang menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif. Jenis penelitian kuantitatif menggunakan analisis data. Data kualitatif didapatkan dari data primer yaitu informan, wawancara, observasi dan data sekunder diperoleh dari sumber lain yaitu dari, peraturan mentri kesehatan, artikel, buku, naskah publikasi, dan catatan mandiri. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dilakukan perhitungan serta pencatatan pengulangan citra radiografi di setiap bulannya. Terdapat 460 kali repeat citra radiografi dari bulan November 2024 hingga Januari 2025 dari total 6.892 pemeriksaan. Faktor-faktor yang menyebabkan repeat yaitu posisi pasien 73,36%, artefak sebesar 14,13%, pergerakan sebesar 9,56%, faktor eksposi sebesar 1,95%, dan faktor peralatan sebesar 1%. Sehingga dosis yang diterima pasien menjadi lebih besar dan dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan serta keselamatan pasien. Solusi untuk mengurangi repeat yaitu lebih berhati-hati, teliti saat pemeriksaan agar tidak terjadi pengulangan citra di masa mendatang. Kesimpulan: Sistem perhitungan serta pencatatan pengulangan citra radiografi tidak dilakukan setiap bulannya. Dampak pengulangan dosis yang diterima oleh pasien menjadi lebih besar. Solusi untuk mengurangi terjadinya repeat yaitu lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan pemeriksaan. Sebaiknya instalasi radiologi melakukan pencatatan pengulangan di setiap bulan guna mengontrol jumlah pengulangan citra radiografi tidak mengalami kenaikan dari standar yang telah ditentukan untuk menjaga kualitas layanan radiologi dan keselamatan pasien
PROSEDUR PEMERIKSAAN OS FEMUR BILATERAL MENGGUNAKAN PROYEKSI AP PELVIS PADA KASUS FRACTURE COLLUM FEMUR Thasyar, Thasyar; Fisnandya Meita Astari; Ike Ade Nur Liscyaningsih
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 4: September 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Tulang proksimal femur merupakan bagian penting dari sistem muskuloskeletal, terdiri dari Caput femur, neck, trochanter mayor, dan trochanter minor. Salah satu kelainan yang sering terjadi pada bagian ini adalah patah tulang atau fraktur, khususnya pada collum femur. Dalam pemeriksaan radiografi femur umumnya pemeriksaan menggunakan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan Lateral. Pemeriksaan radiogafi femur pada kasus fracture collum femur di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar menggunakan proyeksi AP Pelvis. Tujuannya adalah untuk mengetahui prosedur pelaksanaan, alasan penggunaan proyeksi tersebut, serta peran radiografi dalam mendukung diagnosis klinis. Metode: Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar pada Juni hingga Agustus 2025. Subjek penelitian meliputi lima informan, terdiri dari tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu dokter pengirim. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur. Analisis dilakukan untuk menggali secara rinci proses dan pertimbangan klinis dalam pemeriksaan ini. Hasil: Persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan radiografi femur dengan klinis fracture collum femur yaitu teridiri dari pesawat x-ray konvensional, kaset 35 x 43 cm, reader, printer, alat fiksasi. Tidak memiliki persiapan khusus, pasien melepaskan benda-benda yang dapat menyebabkan artefak. teknik pemeriksaannya menggunakan proyeksi AP Pelvis posisi supine dengan sinar vertikal tegak lurus, CP berada pada 3 Jari di bawah simpisis pubis. Alasan sudah dapat menegakkan diagnosa dan meminimalisir radiasi terhadap pasien dan menggunakan lateral femur tidak memungkinkan. Peran untuk melihat hasil radiografinya memastikan adanya fraktur dan faktor resiko lain pada pasien, menggunakan proyeksi AP Pelvis. Kesimpulan: Pemeriksaan radiografi fraktur collum femur secara klinis dapat ditegakkan dengan persiapan minimal dan fokus pada proyeksi AP Pelvis, terutama jika proyeksi AP dan lateral femur tidak memungkinkan. Gambaran dapat untuk mengonfirmasi fraktur
RANCANG BANGUN ALAT BANTU FIKSASI PADA PEMERIKSAAN WEIGHT BEARING BILATERAL KNEE JOINT DI INSTALASI RADIOLOGI RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU Muhamad Ari Gufron; Fisnandya Meita Astari; Djoko Sukwono
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 5 (2025): Oktober 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: The knee joint is part of the lower extremity that connects the upper leg to the lower leg. It is the largest and most complex joint in the body. Osteoarthritis (OA) is a slow progressive disease characterized by metabolic, biochemical, and structural changes in the joint cartilage and surrounding tissues, leading to joint dysfunction. Radiographic examination of the knee joint using weight-bearing techniques provides more accurate information for diagnosing osteoarthritis compared to non-weight-bearing techniques. However, at Muhammadiyah Siti Aminah Hospital Bumiayu, this examination was still performed in a supine position due to limitations in bucky stands and the absence of appropriate fixation devices. This study is aimed to design a fixation device for weight-bearing bilateral knee joint examination and to evaluate the performance of the developed fixation device. Method: This research was a quantitative study with an experimental approach. The researcher designed and built a 4-in-1 fixation assistance device that can support the patient, hold the cassette, provide a platform for lateral projection support, and offer handles for patient safety and comfort. Functionality and performance tests were conducted through questionnaires distributed to 6 radiographers at the Radiology Installation of Muhammadiyah Siti Aminah Hospital Bumiayu. The data were processed and analyzed using the Guttman scale and calculated using appropriate formulas. Results: The functionality test results showed a success rate of 93%, while the performance test achieved 86%. The fixation device could support a load of up to 132 kg and was reported to facilitate the examination process by the majority of respondents. Conclusion: The developed fixation assistance device is deemed suitable for use in weight-bearing bilateral knee joint examinations. It effectively supports the efficiency of radiographers' work and enhances patient comfort, although it is recommended that future developments focus on making the device lighter and incorporating adjustable platforms