Patologi sosial merupakan fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh siapapun. Patologi sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal. Berbagai macam kerugian termasuk terancamnya jiwa seseorang merupakan salah satu dampak patologi sosial. Dalam menjalankan dakwahnya, Nabi Muhammad juga tidak pernah membeda-bedakan kelas gedongan atau elite dengan kelas bawahan, apalagi pilih-pilih dalam berdakwah. Nabi Saw juga tidak lebih kaya dari para sahabat. Namun demikian, Nabi Saw tidak pernah merasa rendah diri dalam menghadapi umatnya, beliau juga tidak pernah merasa dilecehkan oleh umatnya, meskipun umatnya banyak yang lebih kaya daripada beliau. Beliau juga tidak menjadi manusia yang sulit ditemui umatnya. Nabi Saw, Justru berbuat sebaliknya. Nabi sangat akrab dengan kelompok yang lemah, menyatu dengan umat dan kelas bawah. Nabi Saw, sangat sederhana, baik dalam penampilan tempat tinggal dan sebagainya. Selalu membantu yang lemah dan kekurangan, mengayomi mereka, dan bergumul dalam penderitaan meraka. Bahkan kepada ahli maksiat pun seperti; pencuri, pezina, pembunuh, dan lain-lain, beliau tidak langung menghukum pelakunya dengan hukuman yang telah ditetapkan menurut qur?an dan sunah, namun beliau lebih mendahulukan rasa kemanusiannya, beliau bukan tidak mau untuk menghukum pelaku maksiat, tetapi hukuman itu supaya para pelaku untuk bertobat dan tidak menghalangi perbuatan maksiat, serta pelajaran bagi manusia yang lain, agar tidak berbuat maksiat. Sikap hidup Nabi yang seperti itu tampaknya merupakan bagian dari pendekatan beliau dalam berdakwah. Sehingga setelah ditambah dengan pendekatan-pendekatan yang lain, beliau meraih sukses yang gemilang dalam berdakwah.