Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Efektivitas Ekstrak Daun Cem-cem (Spondias pinnata (L.f) Kurz) dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella typhi Wulansari, Nadya Treesna; Armayanti, Luh Yenny
Jurnal Media Sains Vol 2, No 2 (2018): JURNAL MEDIA SAINS
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jms 3.v2i2.423

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun cem-cem (Spondias pinnata (L.f) Kurz) dalam menghambat pertumbuhann Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Efektivitas ekstrak daun cem-cem dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella typhi menggunakan metode sumur difusi dengan variasi ekstrak 20%, 40% dan 60%. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA). Rerata hambatan semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap kontrol baik kontrol positif maupun kontrol negatif. Rerata diameter zona hambat yang tertinggi adalah konsentrasi ekstrak 60% dengan rerata 13,98 ? 0,75 mm, 9,33 ? 0,42 mm dan 11,08 ? 0,46 mm masing-masing terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella typhi. Daun cem-cem mengandung senyawa fenol, flavonoids, tanin, alkaloid dan terpenoid yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri.Kata kunci: Daun cem-cem, zona hambat, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhiABSTRACTThis study aims to determine the effectiveness of cem-cem leaf extract (Spondias pinnata (L.f) Kurz) in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Salmonella typhi. This research is an experimental research using Completely Randomized Design. The effectiveness of cem-cem leaf extract in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Salmonella typhi using diffusion well method with variation of extract 20%, 40% and 60%. Data obtained in this study were analyzed by analysis of variance (ANOVA). The average barrier of all treatments showed significantly different results (p < 0.05) to control both positive and negative controls. The highest mean inhibitory zone diameter was 60% extract concentration with mean of 13.98 ? 0.75 mm, 9.33 ? 0.42 mm and 11.08 ? 0.46 respectively against Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Salmonella typhi bacteria. Cem-cem leaves contains phenol, flavonoids, tannins, alkaloids and terpenoids that can potentially inhibit the bacterial growth.Keywords: Cem-Cem leaves, inhibition zone, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SINGARAJA Armayanti, Luh Yenny; Damayanti, Putu Ayu Ratna
JURNAL MEDIA KESEHATAN Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Media Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu Volume 14 No 1 Juni 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jmk.v14i1.630

Abstract

Gangguan mentruasi pada remaja seringkali berkaitan dengan gangguan kesehatan reproduksi. Hampir 75% remaja mengalami gangguan yang terkait dengan menstruasi seperti siklus menstruasi yang tidak teratur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi pada remaja putri diantaranya indeks masa tubuh (IMT) , kadar hemoglobin, aktivitas fisik, tingkat stress, dan usia menarche. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 65 orang remaja putri menjadi responden dalam penelitian ini, yang ditentukan dengan menggunakan teknik stratified simple random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan dan HB meter. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dan korelasional dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa secara umum mayoritas responden memiliki IMT normal (50,8%), umur 18 tahun (60%), Hb rendah (52,3%), aktivitas fisik ringan (50,8%), tingkat stress sedang (44,6%), dan usia menarche di usia 13 tahun (36,9%). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara indeks masa tubuh, kadar hemoglobin, aktivitas fisik, tingkat stress, dan usia menarche secara berturut-turut adalah (p=0,219;r--0,155, p=0,007;r=-0,330, p=0,047;r=-0,232, p=0,005;r=0,334, p=0,696;r=-0,044). Ada hubungan/pengaruh antara kadar Hb, aktivitas fisik dan tingkat stress terhadap keteraturan siklus menstruasi. Tidak ada hubungan antara IMT dan usia menarche dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja putri.
Perbedaan Status Gizi Balita Berdasarkan Usia Penyapihan ASI Di TPA Wilayah Denpasar Selatan Putu Ayu Ratna Darmayanti; Luh Yenny Armayanti
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA Vol 11 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA
Publisher : LPPM STIKes ICsada Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37413/jmakia.v11i1.149

Abstract

ABSTRAK Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pola pengasuhan yang salah satunya pemberian ASI. Menghentikan pemberian ASI pada anak disebut penyapihan dimana merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi balita berdasarkan usia penyapihan ASI. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pendekatan teknik pengambilan data secara retrospective. Sampel penelitian sebanyak 100 balita di seluruh TPA wilayah Denpasar Selatan yang di analisis menggunakan uji Fisher’s Exact. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara status gizi balita terhadap usia penyapihan ASI (p=0,000). Dimana balita yang usia penyapihan ASI ≤12 bulan separuhnya dalam kategori gizi baik (50%), balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan mayoritas dalam kategori gizi kurang (70%), balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan seluruhnya dalam kategori gizi buruk (100%) dan balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan separuhnya dalam kategori gizi lebih (50%). Balita yang dilakukan penyapihan ASI pada usia 12-24 bulan menunjukkan status gizi baik dibandingkan yang tidak. Orang tua diharapkan dapat mengoptimalkan pemberian ASI sampai usia anak ≤24 bulan dan layanan kesehatan dapat terus memberikan informasi mengenai usia penyapihan ASI yang tepat agar proses pertumbuhan anak tidak terganggu yang dapat menyebabkan terjadinya stunting. Kata Kunci : Status Gizi, Balita, Penyapihan ASI
Perbedaan Tumbuh Kembang pada Balita Usia 2-5 Tahun dengan Stunting dan Non-Stunting Luh Yenny Armayanti; Putu Ayu Ratna Darmayanti
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA Vol 12 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA
Publisher : LPPM STIKes ICsada Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37413/jmakia.v12i1.184

Abstract

Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan angka prevalensi stunting tertinggi di ASIA. Stunting akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita dan mempengaruhi masa depannya kelak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perkembangan tumbuh kembang pada balita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif observasional dengan desain cross sectional. Sebanyak 49 balita usia 2-5 tahun menjadi responden dalam penelitian ini stunting yang berasal di daerah Blahbatuh Gianyar, yang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa KPSP, timbangan berat badan, Mikrotoa. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dan komparatif dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa pada balita yang mengalami stunting, sebanyak 10 orang menunjukkan penyimpangan perkembangan dan 2 orang meragukan, sedangkan pada balita non stunting sebanyak 6 orang perkembangannya meragukan dan 31 orang perkembangannya sesuai usia. Pada balita nonstunting rerata berat badan dan tinggi badan 15,72±2,3 kg dan 99,29±7,6 cm. Sedangkan pada balita stunting rerata berat badan dan tinggi badan 9,25±1,19 kg dan 86,91±5,0 cm. Berdasarkan hasil uji komparasi ditemukan terdapat perbedaan signifikan perkembangan dan pertumbuhanbalita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting dengan nilai p-0,001 (<0,05). Terdapat perbedaan signifikan perkembangan balita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting. Diharapkan para orang tua untuk menjaga kebutuhan balita khususnya pemenuhan nutrisi sehingga kondisi stunting dapat dihindari dan balita dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal Kata Kunci : Tumbuh Kembang, Balita, Stunting
Upaya Penurunan Stress Akademik Pada Anak Sekolah Dasar Di Masa Pandemi Covid 19 Melalui Pembelajaran Sistem Coding Membuat Game Luh Yenny Armayanti; Putu Dian Prima Kusuma Dewi; Putu Sukma Megaputri
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Kesehatan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v5i1.192

Abstract

Pandemi covid 19 berdampak besar pada tatanan pendidikan di Indonesia. Perubahan pada sistem pembelajaran yang dilakukan secara online/daring memicu stres akademik dikalangan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan coding membuat game kepada siswa sehingga dapat menurunkan tingkat stress dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan penerapan metode quasi eksperimen one grup pre post test design. Kegiatan ini juga didukung dan di damping Mentor Coding dari timedoors of Singapore yaitu salah satu foundation yang bergerak di bidang pengembangan dan pengenalan programmer pada siswa Indonesia. Tingkat stress diukur menggunakan Kessler Psychological Distress Scale. Hasil kegiatan dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif dan paired t-test untuk mengetahui perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Sebelum diberikan perlakuan ditemukan sebanyak 1 (8,3%) dari 12 orang siswa mengalami stres berat, 3 (25,0%) orang mengalami stres sedang dan sisanya masuk dalam kategori tidak stres dan stress ringan. Setelah diberikan perlakuan tidak ada lagi siswa yang mengalami stres berat dan sedang. Satu dari dua belas siswa mengalami stres ringan (8,3%) dan 11 (91,7%) siswa masuk dalam kategori tidak stress. Terdapat perbedaan tingkat stress yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,001). Pembelajaran sistem coding membuat game efektif dalam menurunkan tingkat stress siswa dimasa pandemi COVID-19
Pemberian Kombinasi Estrogen Progesteron dan Testosteron Meningkatkan Ekspresi Messenger Ribonucleaic Acid (mRNA) Reseptor Estrogen Alpha dan Androgen pada Vagina Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Dewasa yang Diovarektomi Luh Yenny Armayanti
Intisari Sains Medis Vol. 7 No. 1 (2016): (Available online: 1 December 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.626 KB) | DOI: 10.15562/ism.v7i1.12

Abstract

Masa menopause merupakan suatu periode terjadinya penurunan sekresi hormon ovarium (estrogen, progesteron dan tetstosteron) dan disertai dengan penurunan ekpresi reseptor hormon seks steroid, khususnya resptor estrogen alpha dan androgen. Perubahan dramatis pada jumlah hormon ovarium menyebabkan terjadi atrofi vulvovaginal yang ditandai dengan vagina menjadi kering, atrofi, dypareunia, serta gangguan bangkitan seksual. Pemberian Hormone Replacement Therapy (HRT) sudah diketahui secara luas dapat meningkatkan integritas vagina pada multipel sel didalam berbagai lapisan, tetapi data mengenai efek pemberian HRT terhadap ekspresi reseptor seks steroid masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kombinasi estrogen progesteron dan testosteron meningkatkan ekspresi messenger ribonucleaic acid (mRNA) reseptor estrogen alpha dan reseptor androgen pada tikus wistar (Rattus norvegicus) dewasa yang diovarektomi. Penelitian ini menggunakan rancangan True Experimental – Post Test Only Control Group Design yang dilakukan di Laboratorium Histologi Universitas Udayana dengan menggunakan 36 ekor Tikus Wistar dewasa (Rattus norvegicus) yang diovarektomi. Tikus dipilih secara random, kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 18 ekor (kontrol) diberikan diberikan 2,9 ml aquades per hari sedangkan kelompok kedua sebanyak 18 ekor (perlakuan) diberikan terapi hormon kombinasi estrogen (11µg/hari), progesteron (180 µg/hari) dan testosteron (360 µg/hari) dalam 2,9 ml aquades. Pada hari ke-31, tikus diterminasi dan diambil jaringan vagina. Ekspresi mRNA ERα dan AR akan diukur dengan menggunakan metode real time PCR. Analisis komparasi dengan t-independence test pada data ekspresi mRNA ERα dan AR posttest menunjukkan hasil yang berbeda secara bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian kombinasi estrogen progesteron dan testosteron meningkatkan ekspresi messenger ribonucleaic acid (mRNA) reseptor estrogen alpha dan androgen pada vagina tikus wistar (Rattus Norvegicus) dewasa yang diovarektomi.
Akses Informasi melalui Orang Tua Dapat Meningkatkan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Made Bayu Oka Widiarta; Putu Sukma Megaputri; Luh Yenny Armayanti
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 13 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v13i1.573

Abstract

Remaja merupakan populasi yang sangat rentan dan mudah dalam mengalami permasalahan kesehatan reproduksi apalagi didukung dengan kurang peka dan kurang mengetahui peran sistem reproduksi dan fungsi organ reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variabel yang paling berisiko dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Metode penelitian menggunakan penelitian kuantitatif pendekatan cross sectional. Sampelnya adalah seluruh remaja di Desa Mengening. Besar sampel yang didapatkan adalah 46 remaja dengan teknik sampling purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner demografi, kemudian mengukur akses informasi yang didapatkan dari media, orang tua, tenaga kesehatan dan teman. Instrumen menggunakan kuesioner sebelumnya sudah dilakukan uji validitas serta reliabilitas dengan 30 orang responden ujicoba menggunakan person dan cronbach alphaelanjutnya data di analisis menggunakan chi squre dan regresi logistik. Hasil analisis secara multivariat dengan melihat variabel independent secara simultan ditemukan bahwa media masa (OR: 2,1, 95% CI 0,51-9,35), akses informasi orang tua (OR: 19,7, 95% CI 1,79-218,6), Informasin tenaga kesehatan (OR: 0,1, 95% CI 0,009-3,15) dan Informasi teman sebaya (OR: 0,9, 95% CI 0,12-7,27). Simpulannya bahwa akses informasi dari orang tua menjadi variabel yang dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksinya.
Perbedaan Status Gizi Balita Berdasarkan Usia Penyapihan ASI Di TPA Wilayah Denpasar Selatan Putu Ayu Ratna Darmayanti; Luh Yenny Armayanti
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA Vol 11 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA
Publisher : LPPM ISTeK ICsada Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.219 KB) | DOI: 10.37413/jmakia.v11i1.149

Abstract

ABSTRAK Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pola pengasuhan yang salah satunya pemberian ASI. Menghentikan pemberian ASI pada anak disebut penyapihan dimana merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi balita berdasarkan usia penyapihan ASI. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pendekatan teknik pengambilan data secara retrospective. Sampel penelitian sebanyak 100 balita di seluruh TPA wilayah Denpasar Selatan yang di analisis menggunakan uji Fisher’s Exact. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara status gizi balita terhadap usia penyapihan ASI (p=0,000). Dimana balita yang usia penyapihan ASI ≤12 bulan separuhnya dalam kategori gizi baik (50%), balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan mayoritas dalam kategori gizi kurang (70%), balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan seluruhnya dalam kategori gizi buruk (100%) dan balita yang usia penyapihan ASI ≤ 6 bulan separuhnya dalam kategori gizi lebih (50%). Balita yang dilakukan penyapihan ASI pada usia 12-24 bulan menunjukkan status gizi baik dibandingkan yang tidak. Orang tua diharapkan dapat mengoptimalkan pemberian ASI sampai usia anak ≤24 bulan dan layanan kesehatan dapat terus memberikan informasi mengenai usia penyapihan ASI yang tepat agar proses pertumbuhan anak tidak terganggu yang dapat menyebabkan terjadinya stunting. Kata Kunci : Status Gizi, Balita, Penyapihan ASI
Perbedaan Tumbuh Kembang pada Balita Usia 2-5 Tahun dengan Stunting dan Non-Stunting Luh Yenny Armayanti; Putu Ayu Ratna Darmayanti
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA Vol 12 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA
Publisher : LPPM ISTeK ICsada Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.115 KB) | DOI: 10.37413/jmakia.v12i1.184

Abstract

Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan angka prevalensi stunting tertinggi di ASIA. Stunting akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita dan mempengaruhi masa depannya kelak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perkembangan tumbuh kembang pada balita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif observasional dengan desain cross sectional. Sebanyak 49 balita usia 2-5 tahun menjadi responden dalam penelitian ini stunting yang berasal di daerah Blahbatuh Gianyar, yang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa KPSP, timbangan berat badan, Mikrotoa. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dan komparatif dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa pada balita yang mengalami stunting, sebanyak 10 orang menunjukkan penyimpangan perkembangan dan 2 orang meragukan, sedangkan pada balita non stunting sebanyak 6 orang perkembangannya meragukan dan 31 orang perkembangannya sesuai usia. Pada balita nonstunting rerata berat badan dan tinggi badan 15,72±2,3 kg dan 99,29±7,6 cm. Sedangkan pada balita stunting rerata berat badan dan tinggi badan 9,25±1,19 kg dan 86,91±5,0 cm. Berdasarkan hasil uji komparasi ditemukan terdapat perbedaan signifikan perkembangan dan pertumbuhanbalita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting dengan nilai p-0,001 (<0,05). Terdapat perbedaan signifikan perkembangan balita usia 2-5 tahun dengan stunting dan non stunting. Diharapkan para orang tua untuk menjaga kebutuhan balita khususnya pemenuhan nutrisi sehingga kondisi stunting dapat dihindari dan balita dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal Kata Kunci : Tumbuh Kembang, Balita, Stunting
Persalinan pada Ibu Berusia Kurang dari 20 Tahun di RSUD Kabupaten Buleleng Ketut Eka Larasati Wardana; Agus Ari Pratama; Luh Yenny Armayanti
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol. 9 No. 01 (2023): April: Jurnal Kesehatan Medika Udayana
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47859/jmu.v9i01.224

Abstract

Background: Pregnancy with less than 20 years of age is an important problem because it belongs to the high risk group. This is related to the increased risk of maternal complications during pregnancy and childbirth, as well as in the perinatal. From the preliminary study, the incidence of maternity mothers aged less than 20 years old at Buleleng Regency Hospital in 2021 was 7.3%. Purpose: The purpose of the study was to look at the picture of childbirth in mothers less than 20 years old. Method: This study used descriptive methods with a sample of all babies born to maternity mothers aged less than 20 years at Buleleng Regency Hospital for the period September - December 2021 as many as 236 study subjects. Results: The results of this study obtained an average maternal age of 17.2 years, an average gestational age of 36.9 weeks, an average birth weight of 2791.2 grams, a 1 minute 72% normal Apgar score, a 5-minute Apgar score of 76.7% normal, no incidence of congenital abnormalities, a stillbirth event of 4.2%, the distribution of events based on maternal age is more found in the mother's age is more found in the mother group aged 16-19 years. Conclusion: There are still many pregnancies in mothers less than 20 years old, there is no incidence of congenital abnormalities, still the incidence of stillbirth.