Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Aceh Tengah: Penerapan Syariat Islam dan Problematika Kerukunan Umat Beragama Siregar, Ahmad Sholihin; Qodir, Ibnu
Al-Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science Vol 3 No 1 (2017): Al-Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.586 KB)

Abstract

The research studied the problems of inter-religious freedom for minority non-Muslims in Shariah implemented region, Central Aceh. This research purposed: 1) identify the inter-religious problems faced by non-Muslims in relation to shariah implementation. 2) describe its background. 3) describe non-Muslim's adaptation to living with the problems. 4) describe government's guarantee of inter-religious freedom for a minority in Central Aceh. This research is held in Central Aceh, is a qualitative field research. To obtain its data, the research used interview, observation and document study. The research found that: 1) there are two major problems an inter-religious affair forth minority. However, those disruptions are coming forth no relation to shariah legislation in Central Aceh. 2) Those little problems found in Central Aceh, 3) the minority adapt to the problems based on the awareness of minorities to their social position, the minorities' attention to Muslims, acceptable rather than bad manner, 4) there is no specific guarantee from government of Central Aceh on religious freedom.
Konstruksi Tematik Ayat-Ayat Hukum (Konsep dan Dasar Seleksi Ayat Hukum Menurut Al-Tahawi) Siregar, Ahmad Sholihin; Nuruddin, Amiur; Qorib, Ahmad
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam Vol 11 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.765 KB) | DOI: 10.24090/mnh.v11i1.1262

Abstract

This research begins from the unavailability of basis in selecting legal verses. Therefore, this research aims to construct the foundation of selecting legal verses starting from the selection done by al-Tahawi. This research is normative law research (doctrinaire, dogmatic). The research object is legal verses of al-Tahawi’s selection found in Aḥkām al-Qur’ān. The object is approached by using mimetic and objective approach. There are two foundations used by al-Tahawi in selecting legal verses; textually and contextually. The textual foundation consists of the availability or unavailability of mukallaf action in a verse. The contextual foundation consists of asbāb al-nuzūl and explaining hadis. From the selection basis, the characteristic of legal verses is also constructed textually and contextually. The textual characteristic consists of keywords showing law content such as: lā junāḥa, laisa ḥaraj, ḥurrima, uḥilla, kutiba, farīḍah, al-ṣalāt, al-ṣaum, al-zakāh, al-ḥajj, ar-rafaṡ. Contextual characteristic consists of: asbāb al-nuzūl of a legal verse should be related to a legal matter, and there are explaining hadis showing the existence of law content in certain verses.
Rekonstruksi Hukum Waḍ`ī: Pembaharuan Usul Fikih dan Respon terhadap Kajian Fikih Siregar, Ahmad Sholihin
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam Vol 12 No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.41 KB) | DOI: 10.24090/mnh.v12i2.1762

Abstract

This study aims to reconstruct the waḍ’ī law in uṣūl fiqh. This reconstruction is important considering the facts: mubṭil which is always cited in fiqh, has no referrence to uṣūl fiqh, the ambiguity of waḍ’ī’s definition and its unsystematic function as explained in uṣūl fiqh. The reconstruction of waḍ’ī law in this article consisted of: 1) adding mubṭil to waḍ’ī law. Mubṭil, as a decree of Allah (khiṭābullāh) which stipulates something as the cause of the cancellation of acts, is required in law because it is needed in explaining the law of acts, it is not the opposite of conditions (syarṭ), and the decree (khiṭāb) about mubṭil is found in the Qur’an; 2) ‘azīmah should also be determened as khiṭābullāh, which stipulates something as a special reason for the enactment of general law from special law, in addition to the initial definition. 3) the waḍ’ī law should be defined implicitly and exclusively as khiṭābullāh, assigned something as determinant factor or measurement for mukallaf’s (legal subjects) deeds. 4) Restructuring of waḍ’ī law according to its function, i.e. by measuring taklīfī law, it must be divided into three parts systematically, namely: pre-acts (sabab-māni`-rukhṣah-’azīmah), in acts (syarṭ-mubṭil), and post-acts (ṣaḥīḥ-bāṭil).
AL-WADH` DAN CIRI TEKSTUALNYA DALAM ALQURAN Siregar, Ahmad Sholihin
Al-Qadha Vol 4 No 2 (2017): Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan
Publisher : IAIN LANGSA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.276 KB) | DOI: 10.32505/qadha.v4i2.312

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membangun ciri tekstual al-wadh` dan menjaring ciri-cirinya dalam ayat-ayat hukum. Penelitian ini merupakan penelitian hukum dogmatis yang berangkat dari premispremishukum yang telah ada. Objek penelitian ini adalah sekumpulan ayat-ayat hukum yang diseleksi oleh penulis sendiri melalui penelitian yang lain. Ayat-ayat hukum tersebut didekati melalui pendekatan objektif dengan menggunakan ilmu nahw. Penelitian ini menunjukkan bahwa al-wadh` dicirikan oleh beberapa hal, yakni Lam ta`lil, bi, kalimat penjelasn (khabar, khabar inna, khabar kana, hal, na`t), syarat-jawab syarat, dan maf`ul bih.
Analisis Yuridis Pelaksanaan Mediasi Pada Perkara Pidana dalam Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Adat Ibnu Qodir; Siregar, Ahmad Sholihin; Hasna Tuddar Putri
Mubeza Vol. 11 No. 2 (2021): September 2021
Publisher : IAIN Takengon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54604/mbz.v11i2.62

Abstract

Paradigma hukum postif yang berlaku di Indonesia tidak mengenal mediasi sebagai bentuk penyelesaian perkara pidana. Mediasi hanya dikenal dalam perkara perdata sebagai salah satu bentuk Alternatif Dispute Resolution (ADR), atau sarana alternatif penyelesaian sengketa diluar peradilan. Dalam praktiknya, penyelesaian perkara pidana di Indonesia sering diselesaikan diluar proses pengadilan melalui diskresi aparat penegak hukum, mekanisme perdamaian, lembaga adat dan lain sebagainya. Dalam qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Adat, terdapat kententuan bahwa ada 18 jenis sengketata atau perselisihan yang dapat diselesaikan secara adat. Jenis-jenis perkara dalam qanun tersebut memang masih bersifat umum, akan tetapi beberapa perkara secara spesifik dapat digolongkan menjadi perkara pidana dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia. Tulisan ini berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana penyelesaian perkara adat yang diatur dalam qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 dan bagaimana analisis yuridis tentang penerapan mediasi dalam perkara yang masuk kategori pidana dalam qanun Aceh tersebut.
Towards Usury-Free Finance in Land Pawning: Evaluating Carter and Angkat-Bloe Contracts Siregar, Ahmad Sholihin; Ainiah, Ainiah; Daud, Zakiul Fuady Muhammad
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 13, No 2 (2024)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/share.v13i2.23642

Abstract

Pawn transactions fall under tabarru' contracts, which prohibit the accrual of profit, as such gains are categorized as usury and are forbidden in Islam. In situations where pawn contracts are prevalent, Islam offers alternatives to avoid usury. In the Kuta Makmur community of Aceh, the carter and angkat-bloe contracts are seen as viable alternatives to land pawn contracts. This study aims to analyze the carter and angkat-bloe contracts among the community and analyze their permissibility from an Islamic economic perspective. This research employs a descriptive qualitative approach, utilizing observation and interviews for data collection. The findings reveal that the carter contract is analogous to lease agreements and, therefore, is permissible as an alternative to avoid usury. However, the angkat-bloe contract shares similarities with the bai' al-wafa' contract, the legality of which remains debated among Islamic jurists (Fukaha). The permissibility of the angkat-bloe contract depends on its substance and the intention behind its execution. This study suggests that the carter contract could be legitimized by the National Sharia Council as a solution for individuals facing economic challenges, while the angkat- bloe contract requires further scrutiny based on the intentions and substance of its practice.========================================================================================================ABSTRAK - Menuju Keuangan Bebas Riba dalam Gadai Tanah: Evaluasi Akad ‘Carter’ dan ‘Angkat-Bloe’. Gadai merupakan bagian dari akad tabarru’ yang tidak memperbolehkan pengambilan keuntungan, karena manfaat tersebut masuk dalam kategori riba yang diharamkan dalam Islam. Di sisi lain, Islam memberikan solusi alternatif untuk menghindari riba dalam akad gadai, seperti praktik akad ‘carter’ dan ‘angkat-bloe’ dalam masyarakat Kuta Makmur, Aceh, yang disinyalir sebagai alternatif untuk menghindari riba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik ‘carter’ dan ‘angkat-bloe’ dalam komunitas tersebut serta menganalisisnya dari perspektif ekonomi syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akad ‘carter’ memiliki kemiripan dengan akad sewa-menyewa dari segi substansinya, sehingga akad ‘carter’ dibolehkan dan bisa menjadi alternatif untuk menghindari riba. Sementara akad ‘angkat-bloe’ mempunyai kemiripan dengan akad bai’ al-wafa’ yang hukumnya masih diperdebatkan Fukaha. Berdasarkan argumen Fukaha, kajian ini menyimpulkan kebolehan akad bai’ al-wafa’ serta akad angkat jual yang mirip dengannya sangat tergantung pada subtansi dan niat dalam pelaksanaannya. Penelitian ini mengusulkan agar akad ‘carter’ dapat dilegalkan oleh Dewan Syariah Nasional sebagai solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, sedangkan akad ‘angkat-bloe’ memerlukan kajian lebih lanjut terkait niat dan substansinya.
Pendampingan Pembagian Warisan dalam Perspektif Hukum Islam bagi Bagi Masyarakat Adat di Dataran Tinggi Gayo Siregar, Ahmad Sholihin; Harnedi, Joni; Qodir, Ibnu; Linge, Abdiansyah; Sodikin, Sodikin
AKM Vol 5 No 2 (2025): AKM : Aksi Kepada Masyarakat Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat - Januari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah (STEBIS) Indo Global Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36908/akm.v5i2.1290

Abstract

Pengabdian masyarakat ini bertujuan mendampingi masyarakat adat Dataran Tinggi Gayo dalam memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip hukum warisan Islam dengan norma adat lokal. Metode pengabdian yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR), yang melibatkan penyuluhan hukum Islam, pemberdayaan masyarakat, serta dialog partisipatif antara tokoh agama, ahli hukum, dan pemimpin adat. Kegiatan utama berupa lokakarya, pelatihan, dan diskusi bersama lima komunitas adat—Gayo, Mandailing Natal, Minang, Aceh, dan Jawa-Madura—difokuskan pada peningkatan pemahaman tentang prinsip warisan Islam serta mencari cara untuk mengharmoniskannya dengan tradisi setempat. Pre-test dan post-test diadakan untuk mengukur pemahaman peserta sebelum dan setelah pelatihan. Hasil menunjukkan peningkatan pemahaman, dengan skor kepuasan keseluruhan mencapai 3,75 dari skala 1-4. Materi modul mendapatkan skor tertinggi (3,93) karena keringkasan dan alat bantu praktis yang disediakan. Kepuasan terhadap program pelatihan, pelayanan tim, dan keterampilan instruktur mencapai skor 3,86, sementara peningkatan penguasaan terhadap prinsip warisan Islam mencapai 3,64. Kendala utama adalah keterbatasan waktu pelatihan untuk praktik penghitungan warisan, yang mendapat skor terendah (3,36)
Towards Usury-Free Finance in Land Pawning: Evaluating Carter and Angkat-Bloe Contracts Siregar, Ahmad Sholihin; Ainiah, Ainiah; Daud, Zakiul Fuady Muhammad
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol. 13 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/share.v13i2.23642

Abstract

Pawn transactions fall under tabarru' contracts, which prohibit the accrual of profit, as such gains are categorized as usury and are forbidden in Islam. In situations where pawn contracts are prevalent, Islam offers alternatives to avoid usury. In the Kuta Makmur community of Aceh, the carter and angkat-bloe contracts are seen as viable alternatives to land pawn contracts. This study aims to analyze the carter and angkat-bloe contracts among the community and analyze their permissibility from an Islamic economic perspective. This research employs a descriptive qualitative approach, utilizing observation and interviews for data collection. The findings reveal that the carter contract is analogous to lease agreements and, therefore, is permissible as an alternative to avoid usury. However, the angkat-bloe contract shares similarities with the bai' al-wafa' contract, the legality of which remains debated among Islamic jurists (Fukaha). The permissibility of the angkat-bloe contract depends on its substance and the intention behind its execution. This study suggests that the carter contract could be legitimized by the National Sharia Council as a solution for individuals facing economic challenges, while the angkat- bloe contract requires further scrutiny based on the intentions and substance of its practice.========================================================================================================ABSTRAK - Menuju Keuangan Bebas Riba dalam Gadai Tanah: Evaluasi Akad ‘Carter’ dan ‘Angkat-Bloe’. Gadai merupakan bagian dari akad tabarru’ yang tidak memperbolehkan pengambilan keuntungan, karena manfaat tersebut masuk dalam kategori riba yang diharamkan dalam Islam. Di sisi lain, Islam memberikan solusi alternatif untuk menghindari riba dalam akad gadai, seperti praktik akad ‘carter’ dan ‘angkat-bloe’ dalam masyarakat Kuta Makmur, Aceh, yang disinyalir sebagai alternatif untuk menghindari riba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik ‘carter’ dan ‘angkat-bloe’ dalam komunitas tersebut serta menganalisisnya dari perspektif ekonomi syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akad ‘carter’ memiliki kemiripan dengan akad sewa-menyewa dari segi substansinya, sehingga akad ‘carter’ dibolehkan dan bisa menjadi alternatif untuk menghindari riba. Sementara akad ‘angkat-bloe’ mempunyai kemiripan dengan akad bai’ al-wafa’ yang hukumnya masih diperdebatkan Fukaha. Berdasarkan argumen Fukaha, kajian ini menyimpulkan kebolehan akad bai’ al-wafa’ serta akad angkat jual yang mirip dengannya sangat tergantung pada subtansi dan niat dalam pelaksanaannya. Penelitian ini mengusulkan agar akad ‘carter’ dapat dilegalkan oleh Dewan Syariah Nasional sebagai solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, sedangkan akad ‘angkat-bloe’ memerlukan kajian lebih lanjut terkait niat dan substansinya.