Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perbandingan Posisi Semi Fowler dan Pursed Lip Breathing Exercise terhadap Tingkat Sesak Nafas pada Pasien Tb Paru Rifai, Susan Irawan; Nugraha, Egi Ginanjar; Nugraha, Dedep; Mukaromah, Raihany Sholihatul
Journal of Language and Health Vol 5 No 1 (2024): Journal of Language and Health
Publisher : CV. Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jlh.v5i1.4135

Abstract

Tuberculosis (TB) paru sudah menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk masalah kesehatan di dunia. Pada pasien TB paru gejala umum yang sering dialami yaitu sesak nafas yang berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas posisi semi fowler dan pursed lip breathing exercise terhadap tingkat sesak nafas pada pasien TB paru. Design penelitian ini quasy experimental dengan rancangan two group pre-post test design. Besar Sampel sebanyak 36 pasien TB paru, terbagi dalam dua kelompok yaitu 18 pasien kelompok intervensi semi fowler dan 18 pasien intervensi pursed lip breathing exercise. Tehnik sampling yang digunakan purposive sampling. Pengolahan data menggunakan uji wilcoxon dan mann whitney pada taraf signifikansi α = 0,05. Pada penelitian diperoleh rata-rata tingkat sesak napas sebelum pemberian posisi posisi semi fowler dan pursed lip breathing exercise masing masing yaitu 5,11 dan 5,33. Rata-rata tingkat sesak napas setelah pemberian posisi posisi semi fowler dan pursed lip breathing exercise masing-masing yaitu 3,28 dan 2,44. Pemberian posisi semi fowler dan pursed lip breathing exercise berpengaruh terhadap penutunan tingkat sesak napas pada pasien TB paru (p=0,00). Penurunan tingkat sesak napas pada Pursed lip breathing exercise 2,89 lebih tinggi dibandingkan pada pemberian posisi semi fowler 1,83 (p=0,004). Penelitian ini menunjukan Pursed lip breathing exercise lebih efektif dalam menurunkan tingkat sesak napas pada pasien TB paru dibandingkan dengan posisi semi fowler.
Efektivitas Strategi Pembelajaran Klinik Metode SNAPPS (Summarize, Narrow, Analyze, Proba, Plan) Terhadap Penalaran Klinis Pada Mahasiswa Praktek Klinik : Systematic Review Tuasikal, Hani; Mukaromah, Raihany Sholihatul
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol 9 No 03 (2019): Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Edisi September 2019
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.574 KB) | DOI: 10.33221/jiiki.v9i03.345

Abstract

Clinical reasoning (clinical reasoning) is a special skill that must be possessed by a health worker, one of whom is a nurse (Noorman, 2005). This skill is one example of critical thinking skills. The clinical learning strategy that can be used is the SNAPPS method. The purpose of this systematic review is to find out the clinical learning strategy of the SNAPPS method for clinical reasoning in clinical practice students. Articles searched through Ebsco, Sciencedirect, PubMed and Google search are performed using advanced search with the keywords SNAPPS, clinical Reasioning and student clinical practice. The study inclusion criterion was limited search of 2005-2015 which can be accessed fulltext in pdf format with RCT and Quasi Experiment designs conducted on clinical practice students. The intervention in the form of SNAPPS method with the comparison of usual and customary methods with outcomes measures the ability of clinical reasoning in clinical practice students. Exclusion criteria include only abstracts and no English. The appropriate article is then analyzed using the critical appraisal tool that is appropriate for the results of the RCT and QE research to assess the quality of the study. Data extracted from articles and then grouped to be discussed and concluded. The results of 3 articles obtained 2 RCT (Randomized Control Trials) and 1 Quasi Experiment article. The results of the discussion showed that the SNAPPS method is more effective than the usual and customary group methods in improving clinical reasoning abilities for students who practice clinics. The author recommends to the education party to be able to implement the clinical learning method of the SNAAPS method and it is recommended to further researchers to conduct further research so that it can enrich the evidence scientifically.
Kearifan lokal satu desa tiga aksi: cegah hipertensi, pola hidup sehat, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga Suprapti, Tuti; Mutiudi, Ade Iwan; Tambunan, Irisanna; Jundiah, Raden Siti; Mukaromah, Raihany Sholihatul
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 8 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i8.1521

Abstract

Background: Public health in Indonesia faces complex challenges, including a high prevalence of hypertension, suboptimal waste management, and low utilization of Family Medicinal Plants (FMP). Hypertension, as a non-communicable disease, requires education on healthy lifestyles, while wise waste management is crucial for preventing environmentally-related diseases. FMP offers promotive and preventive solutions based on local wisdom, but has not been optimally utilized in rural areas. In Cibeet Village, Bandung Regency, these three issues are interconnected and demonstrate the need for integrated, community-based interventions. The "One Village, Three Actions" model is proposed as a holistic approach to improving health through hypertension education, waste management, and the synergistic utilization of FMP. Purpose: To increase public awareness of maintaining health through the adoption of a healthy lifestyle and the use of family medicinal plants for hypertension control. Method: The activity was conducted on August 20, 2025, at the madrasah RW 07 in Cibeet Village, Ibun District, Bandung Regency, involving 39 participants using a total sampling technique. The material is delivered through lectures and demonstrations, including counseling, pre-tests, education about hypertension, clean and healthy living behavior, and the use of family medicinal plants, as well as post-tests and health checks (anthropometry, blood pressure, random blood sugar). Results: The level of knowledge of participants regarding hypertension and Clean and Healthy Living Behavior (CHLB) before education was mostly in the sufficient category (25 participants) (64.1%). After education, the majority of participants experienced an increase in knowledge, reaching the good category (35 participants) (89.8%). Conclusion: The community service activity, which integrated the delivery of three educational themes, successfully increased participants' knowledge and awareness regarding hypertension and Clean and Healthy Living Behavior (CHLB). Education through lectures, demonstrations, and interactive practice proved effective in changing participants' behavior toward a healthy lifestyle, including the use of family medicinal plants (FMP) and the innovative RAMEKUH herbal drink as an alternative for hypertension control. Suggestion: Ongoing mentoring by health cadres is needed to maintain consistent healthy community behaviors, as well as further development of local herbal products to enhance their economic value and broader health benefits. Cross-sector collaboration, including in education and health, needs to be strengthened to support the sustainability of education and community empowerment programs based on local potential. Keywords: Hypertension; Local wisdom; Waste management Pendahuluan: Kesehatan masyarakat di Indonesia menghadapi tantangan kompleks, termasuk tingginya prevalensi hipertensi, pengelolaan sampah yang belum optimal, dan rendahnya pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Hipertensi sebagai penyakit tidak menular memerlukan edukasi gaya hidup sehat, sementara pengelolaan sampah yang bijak penting untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan. TOGA menawarkan solusi promotif dan preventif berbasis kearifan lokal, namun belum dimanfaatkan secara maksimal di pedesaan. Di Desa Cibeet, Kabupaten Bandung, ketiga isu tersebut saling terkait dan menunjukkan perlunya intervensi terpadu berbasis masyarakat. Model “Satu Desa, Tiga Aksi” diusulkan sebagai pendekatan holistik untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui edukasi hipertensi, pengelolaan sampah, dan pemanfaatan TOGA secara sinergis. Tujuan: Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui penerapan gaya hidup sehat dan pemanfaatan tanaman obat keluarga untuk pengendalian hipertensi. Metode: Kegiatan dilaksanakan pada 20 Agustus 2025 di madrasah RW 07 Desa Cibeet, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, melibatkan 39 peserta dengan teknik total sampling. Materi disampaikan melalui ceramah dan demonstrasi, mencakup penyuluhan, pre-test, edukasi tentang hipertensi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga, serta post-test dan pemeriksaan kesehatan (antropometri, tekanan darah, gula darah sewaktu). Hasil: Menunjukkan tingkat pengetahuan peserta mengenai hipertensi dan PHBS sebelum edukasi sebagian besar peserta dalam kategori cukup yaitu sebanyak 25 orang (64.1%). Setelah edukasi mayoritas peserta mengalami peningkatan pengetahuan menjadi dalam kategori baik yaitu sebanyak 35 orang (89.8%). Simpulan: Kegiatan pengabdian masyarakat dengan penyampaian tiga tema edukasi secara terpadu berhasil meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta mengenai hipertensi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Edukasi dengan ceramah, demonstrasi, dan praktik interaktif terbukti efektif dalam mengubah perilaku peserta menuju gaya hidup sehat, termasuk pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) dan inovasi minuman herbal RAMEKUH sebagai alternatif pengendalian hipertensi. Saran: Diperlukan pendampingan berkelanjutan oleh kader kesehatan untuk menjaga konsistensi perilaku sehat masyarakat, serta pengembangan lebih lanjut terhadap produk herbal lokal agar memiliki nilai ekonomi dan manfaat kesehatan yang lebih luas. Kolaborasi lintas sektor, akademisi dan kesehatan, perlu diperkuat guna mendukung keberlanjutan program edukasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal.
Analisis Stress Kerja, Burnout Syndrome dan Motivasi Kerja pada Dosen Universitas Bhakti Kencana Bandung Berdasarkan Karakteristik Demografi Selama Work from Home (WFH) Masa Pandemic COVID-19 Mukaromah, Raihany Sholihatul; Nugraha, Dedep
Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel Vol. 15 No. 1 (2021): Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel
Publisher : Institut Kesehatan Immanuel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36051/jiki.v15i1.147

Abstract

Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi COVID-19. Pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19, salah satu langkah strategisnya dengan menerapkan WFH. Dengan adanya physical distancing, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan dengan menggunakan sistem daring. Pergeseran pola WFH ini mempengaruhi kehidupan dosen yang dapat memberikan dampak negative yaitu stress kerja, burnout syndrome dan motivasi kerja yang menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis stress kerja, burnout syndrome dan motivasi kerja pada dosen UBK Bandung berdasarkan karakteristik demografi selama WFH masa pandemic COVID-19. Penelitian menggunakan desain penelitian Kuantitatif dengan pendekatan deskriptif non eksperimental dan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah dosen UBK yang terdiri dari 3 Fakultas sebanyak 117 dengan menggunakan purposive sampling, yaitu 54 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner. Analisa univariat menggunakan data distribusi frekuensi. Hasil penelitian, berdasarkan karakteristik demografi yaitu hampir setengahnya 26 (48,1%) berada pada rentang usia 36 45 tahun, sebagian besar 38 (70,4%) perempuan, hampir seluruhnya 48 (88,9%) berstatus menikah, hampir seluruhnya 50 (92,6%) Pendidikan S2, sebagian besar 31 (57,4%) jabatan asisten ahli, sebagian besar 38 (70,4%) bekerja > 5 tahun. Hampir seluruhnya 50 responden (92,6%) berada pada tingkat stress sedang, Sebagian besar responden 31 (57,4%) tingkat burnout sedang, sebagian besar responden 28 (51,9%) memiliki motivasi kerja yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan unit SDM UBK dapat melakukan upaya - upaya untuk meningkatkan kinerja dosen pada masa pandemi sehingga dapat meringankannya saat bekerja di rumah.
Analisis Stres Kerja dan Burnout Syndrom terhadap Perilaku Caring pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Mukaromah, Raihany Sholihatul; Rifai, Susan Irawan; Nugraha, Dedep
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 7 No 1 (2025): Februari 2025, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v7i1.5353

Abstract

Ruangan rawat inap adalah salah satu pelayanan rumah sakit yang tenaga kesehatannya rentan terkena stres kerja dan burnout syndrome. Perilaku caring adalah bagian utama dalam memberikan pelayanan keperawatan yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan pasien. Perilaku caring tersebut dapat berubah atau turun disaat perawat tersebut sedang mengalami sebuah kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku caring tersebut. Kondisi stres kerja dan burnout syndrom yang dialami oleh perawat akan berdampak pada penurunan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang nantinya akan bisa mempengaruhi perilaku caring perawat kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Stres kerja dan Burnout Syndrom terhadap perilaku Caring pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Umar Wirahadikusumah Sumedang. Design penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu 189 Perawat Pelaksana dan sample yang digunakan menggunakan rumus lameshow dengan teknik simple random sampling pada 64 perawat pelaksana yang mewakili dari 8 ruang rawat inap. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner stres kerja, burnout syndrom dan perilaku caring. Hasil Penelitian menunjukan hampir seluruhnya (89.1%) Perawat Pelaksana dengan kategori Stres kerja Sedang, hampir seluruhnya (89.1%) Perawat Pelaksana dengan kategori Burnout syndrom Sedang, hampir seluruhnya (82.8%) Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap dengan kategori perilaku caring baik. Hasil uji spearman-ranks menunjukan hubungan yang signifikan antara stres kerja dan burnout syndrom dengan perilaku caring (p=0,001 & p=0,247). Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin baik perilaku caring perawat, maka tingkat stres kerja dan burnout syndrom perawat akan semakin menurun, dan pasien akan semakin puas terhadap pelayanan di ruang rawat inap. Rumah sakit perlu mengelola kondisi stress perawat dalam bekerja untuk mencegah terjadinya stres kronis dan sebagai self healing untuk menurunkan burnout syndrom. Perawat perlu mengembangkan sikap dan perilaku caring dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.